"𝙿𝚒𝚔𝚒𝚛𝚊𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚎𝚛𝚋𝚎𝚋𝚊𝚜 𝚍𝚊𝚛𝚒 𝚐𝚊𝚒𝚛𝚊𝚑 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚋𝚎𝚗𝚝𝚎𝚗𝚐 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚍𝚊𝚙𝚊𝚝 𝚍𝚒𝚝𝚎𝚖𝚋𝚞𝚜 - 𝚜𝚎𝚜𝚎𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚖𝚎𝚖𝚒𝚕𝚒𝚔𝚒 𝚝𝚎𝚖𝚙𝚊𝚝 𝚙𝚎𝚛𝚕𝚒𝚗𝚍𝚞𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚕𝚎𝚋𝚒𝚑 𝚊𝚖𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚕𝚊𝚖𝚊𝚗𝚢𝚊."
(Marcus Aurelius)
Selain untuk mengasah kebajikan, tujuan dari Filosofi Teras atau stoisisme adalah mengendalikan emosi negatif (sedih, marah, cemburu, curiga, dan lain-lain), mendapatkan hidup yang tenteram (tranquil) dengan memfokuskan diri pada hal-hal yang bisa kita kendalikan. Bahkan saat merasa tidak ada kendali, sebenarnya ada kemerdekaan didalam diri kita, yaitu pikiran dan persepsi.
Inilah yang dialami oleh Viktor Frankl.
Ketika tentara Nazi Jerman memasuki Austria, Frankl dan keluarganya yang keturunan Yahudi diciduk dan dikirim ke ghetto Yahudi, kemudian dipindahkan lagi ke kamp konsentrasi. Ayah Frankl meninggal di ghetto pada 1943, lalu ibu, saudara laki-laki, dan istrinya dibunuh di kamp konsentrasi.
Selama di kamp konsentrasi, Frankl yang berprofesi sebagai Psikiater tetap aktif bekerja menyediakan kelas pengajaran dan juga layanan kesehatan bagi sesama tawanan, sampai akhirnya ia dibebaskan dengan datangnya pasukan Amerika Serikat. Seusai Perang Dunia II, Frankt kernbali ke Vienna dan menulis buku mengenai pengatamannya di kamp konsentrasi. Bukunya yang berjudul "Man's Search for Meaning" (Pencarian Manusia akan Makna) menjadi salab satu buku psikologi pating populer sepanjang masa dan menjadi dasar untuk terapi psikologi Frankl yang disebut Logotherapy.
Dari pengalamannya, Frankl menyimpulkan bahwa di dalam situasi yang paling menyakitkan dan tidak manusiawi, hidup masih bisa memiliki makna, dan karenanya, penderitaan pun dapat bermakna (meaningful). Kita tidak bisa memilih situasi kita, tetapi kita selalu bisa menentukan sikap (attitude) kita atas situasi yang sedang dialami.[]
"𝑺𝒆𝒕𝒊𝒂𝒑 𝒌𝒆𝒔𝒖𝒍𝒊𝒕𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒉𝒊𝒅𝒖𝒑 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒆𝒓𝒊 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒌𝒆𝒔𝒆𝒎𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒃𝒆𝒓𝒑𝒂𝒍𝒊𝒏𝒈 𝒌𝒆 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒅𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒎𝒂𝒏𝒇𝒂𝒂𝒕𝒌𝒂𝒏 𝒔𝒖𝒎𝒃𝒆𝒓 𝒅𝒂𝒚𝒂 𝒃𝒂𝒘𝒂𝒂𝒏 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒔𝒆𝒏𝒅𝒊𝒓𝒊"
(Epictetus)
Dari buku
"FILOSOFI TERAS"
Filsafat Yunani-Romawi Kuno untuk Mental Tangguh Masa Kini