"𝘏𝘢𝘳𝘨𝘢𝘪𝘭𝘢𝘩 𝘶𝘴𝘢𝘩𝘢𝘮𝘶, 𝘩𝘢𝘳𝘨𝘢𝘪𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘪𝘳𝘪𝘮𝘶. 𝘏𝘢𝘳𝘨𝘢 𝘥𝘪𝘳𝘪 𝘮𝘦𝘮𝘶𝘯𝘤𝘶𝘭𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘴𝘪𝘱𝘭𝘪𝘯 𝘥𝘪𝘳𝘪. 𝘒𝘦𝘵𝘪𝘬𝘢 𝘈𝘯𝘥𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘪𝘭𝘪𝘬𝘪 𝘬𝘦𝘥𝘶𝘢𝘯𝘺𝘢, 𝘪𝘵𝘶𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘦𝘬𝘶𝘢𝘵𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶𝘩𝘯𝘺𝘢."
(Clint Eastwood)
Seorang Bapak mempunyai sebuah cincin ajaib, dimana pemakainya akan menjadi orang yang menyenangkan dan banyak yang menyukainya.
Saat akan memberikan cincin itu kepada anaknya, ia menjadi bingung. Bapak itu mempunyai tiga orang anak yang semuanya ia sayangi.
Ia tidak bisa memutuskan kepada siapa akan diberikannya cincin ajaib itu. Satu satunya cara untuk sedikit menutupi rasa bersalahnya adalah dengan membuat dua cincin tiruan yang sama persis. Ia berharap bila tiba saatnya, ketiga cincin itu akan ia bagikan kepada anak anaknya. Dengan demikian tak ada kericuhan karena memperebutkan satu cincin.
Menjelang ajal menjemput dirinya, ia mengumpulkan anak-anaknya, menyampaikan pesan-pesan terakhir, dan membagikan cincin tersebut satu cincin untuk tiap anak.
Sepeninggal ayahnya mereka hidup dengan rukun sampai akhirnya terbongkarlah rahasia bahwa hanya ada satu cincin yang asli. Sayangnya karena cincin yang asli dan tiruan itu persis sama, tak seorang pun tahu siapa yang kebagian cincin asli warisan sang ayah.
Akhirnya ketiga anak itu datang menghadap kepada seorang hakim yang bijaksana.
"Apa masalah kalian?" tanya sang hakim.
"Begini Tuan. Kami mendapat warisan dari ayah kami, tiga buah cincin. Tetapi belakangan kami sadari hanya satu dari cincin ini yang asli, sedangkan dua sisanya adalah tiruan," kata salah seorang dari mereka.
"Apa yang membedakan cincin yang asli dan tiruan?" tanya hakim.
"Yang asli akan memberi kehormatan kepada pemakainya. la akan menjadi orang yang menyenangkan, baik budi, ramah, jujur dan penyayang sehingga semua orang akan mencintainya. Adapun yang tiruan tak mampu melakukan hal itu."
Hakim yang bijaksana itu berpikir cukup lama sambil menguji dan meneliti ketiga cincin itu. Lalu ia meminta ketiga orang yang datang padanya untuk mendengarnya dengan saksama. Sang hakim sudah tiba pada keputusannya.
"Begini. Saya tidak dapat mengatakan yang mana di antara cincin ini yang benar-benar asli, ajaib, dan membawa tuah kepada pemakainya," kata hakim. "Tapi ada satu cara untuk membuktikannya. Dan itu ada pada kalian semua. Masing-masing dari kalian yang harus membuktikannya. Jika kalian bersikap menyenangkan, baik, ramah, peduli, jujur dan pengasih, tentu Anda juga akan dicintai sekelilingmu. Dan itu berarti kalian pemilik cincin ajaib yang sesungguhnya. Sekarang kembalilah ke tempat kalian masing-masing. Bawalah kembali masing-masing cincin ini. Dan mulai sekarang, kalian harus membuktikan diri sebagai pemakai cincin pembawa kehormatan dan kebaikan."
Hakim menutup sidang. Ketiga orang itu pun pulang sambil bertekad untuk menjadi pemilik cincin yang asli.
Insan yang menghayati kerja sebagai sebuah kehormatan, tidak menggunakan pekerjaannya sebagai simbol, seperti cincin yang diperebutkan pada kisah diatas, melainkan malah bekerja dengan sebaik mungkin, seperti yang menjadi saran hakim yang bijaksana itu. Dengan begitu ia dapat menghasilkan berbagai prestasi yang pada gilirannya membuat pekerjaan yang dijalankan dan ditekuninya itu mencerminkan kualitas dirinya yang patut mendapat kehormatan.[]
“ 𝚂𝚎𝚕𝚊𝚒𝚗 𝚔𝚎𝚛𝚓𝚊 𝚔𝚎𝚛𝚊𝚜, 𝚑𝚊𝚕 𝚕𝚊𝚒𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚑𝚊𝚛𝚞𝚜 𝚍𝚒𝚒𝚗𝚐𝚊𝚝 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚔𝚎𝚛𝚓𝚊 𝚒𝚔𝚑𝚕𝚊𝚜. 𝚂𝚎𝚝𝚎𝚕𝚊𝚑 𝚒𝚝𝚞, 𝚋𝚊𝚛𝚞 𝚖𝚎𝚗𝚢𝚎𝚛𝚊𝚑𝚔𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚐𝚊𝚕𝚊 𝚑𝚊𝚜𝚒𝚕 𝚔𝚎𝚛𝚓𝚊 𝚔𝚎𝚛𝚊𝚜 𝚔𝚎𝚙𝚊𝚍𝚊 𝚃𝚞𝚑𝚊𝚗.”
Dari buku
"KAFE ETOS" 8x8 Kisah Inspirasional untuk Membangun 8 Etos Kerja Profesional