"𝑹𝒂𝒔𝒂 𝒕𝒂𝒌𝒖𝒕 𝒕𝒆𝒓𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒌𝒆𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌𝒑𝒂𝒔𝒕𝒊𝒂𝒏 𝒎𝒂𝒔𝒂 𝒅𝒆𝒑𝒂𝒏. 𝑵𝒂𝒎𝒖𝒏 𝒋𝒊𝒌𝒂 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒎𝒆𝒎𝒂𝒌𝒂𝒊 𝒌𝒆𝒃𝒊𝒋𝒂𝒌𝒔𝒂𝒏𝒂𝒂𝒏 𝒌𝒊𝒕𝒂, 𝒌𝒊𝒕𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒅𝒊𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕𝒌𝒂𝒏 𝒐𝒍𝒆𝒉 𝒓𝒂𝒔𝒂 𝒕𝒂𝒌𝒖𝒕."
Ada seorang samanera (calon biksu) cilik yang hampir terlarut oleh rasa takut, namanya Si Belalang Kecil
Suatu hari, gurunya yang buta mengajak Si Belalang Kecil ke ruangan di belakang biara, yang biasanya terkunci. Di dalam ruangan itu terdapat kolam selebar enam meter, dengan sebuah papan sempit sebagai jembatan yang menghubungkan sisi yang satu dengan sisi seberangnya. Sang guru memperingatkan Si Belalang Kecil untuk tidak dekat-dekat dengan pinggir kolam, karena kolam itu bukan berisi air, melainkan berisi larutan asam yang sangat pekat.
"Tujuh hari lagi, kamu akan diuji untuk berjalan menyeberangi kolam asam ini dengan menjaga keseimbangan di atas papan kayu yang sempit itu. Tetapi hati-hati! Kamu lihat kan tulang-belulang di dasar kolam itu?" kata biksu tua
Si Belalang melongok was-was dari pinggir kolam, dan melihat banyak tulang-belulang di dasar kolam itu.
"Itu dulunya tulang samanera muda seperti kamu!"
Sang guru lantas mengajak Si Belalang keluar dari ruangan yang mengerikan itu, menuju halaman biara yang diterangi sinar mentari. Di sana, beberapa biksu senior telah memasang papan kayu dengan ukuran yang hampir sama dengan yang ada di kolam cairan asam, hanya saja, yang ini ditaruh di atas tanah dengan disangga oleh tumpukan dua batu bata. Selama tujuh hari berikutnya Si Belalang Kecil dibebaskan dari tugas-tugasnya untuk berlatih keseimbangan di atas papan itu.
Setelah beberapa kali berlatih dia dapat berjalan dengan keseimbangan sempurna, bahkan dengan mata tertutup sekalipun, menyeberangi papan di halaman biara.
Dan tibalah harinya ujian.
Si Belalang dibawa gurunya menuju ke ruangan dengan kolam asam. Tulang-belulang para samanera yang jatuh tampak putih berkilauan dari dasar kolam. Si Belalang naik ke ujung papan dan menoleh ke arah gurunya. "Jalan!" perintah sang guru.
Papan di atas kolam asam itu ternyata lebih sempit dari papan di halaman kuil. Si Belalang mulai melangkah, tetapi langkahnya goyah; dia mulai bergoyang-goyang. Bahkan belum setengah jalan, dia makin terhuyung-huyung. Kelihatannya dia akan segera jatuh ke kolam asam.
Tampak Si Belalang mulai kehilangan rasa percaya dirinya dan melangkah dengan gemetar, lalu limbung dan ...jatuh!
Guru tua yang buta tertawa terbahak-bahak ketika mendengar suara Si Belalang tercebur ke kolam. Itu bukan asam, itu cuma air. Tulang-belulang tua itu telah ditaruh di dalam kolam sebagai "tipuan khusus". Mereka telah mengakali Si Belalang Kecil.
"Apa yang membuatmu jatuh?" tanya sang guru dengan serius. "Rasa takutlah yang menjatuhkanmu, Belalang Kecil, hanya rasa takut...."[]
"𝐊𝐚𝐦𝐮 𝐝𝐚𝐩𝐚𝐭 𝐦𝐞𝐧𝐚𝐤𝐥𝐮𝐤𝐤𝐚𝐧 𝐡𝐚𝐦𝐩𝐢𝐫 𝐬𝐞𝐦𝐮𝐚 𝐤𝐞𝐭𝐚𝐤𝐮𝐭𝐚𝐧 𝐣𝐢𝐤𝐚 𝐤𝐚𝐦𝐮 𝐡𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐚𝐦𝐛𝐢𝐥 𝐤𝐞𝐩𝐮𝐭𝐮𝐬𝐚𝐧 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐦𝐞𝐥𝐚𝐤𝐮𝐤𝐚𝐧𝐧𝐲𝐚. 𝐔𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐝𝐢𝐢𝐧𝐠𝐚𝐭, 𝐤𝐞𝐭𝐚𝐤𝐮𝐭𝐚𝐧 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐚𝐝𝐚 𝐝𝐢 𝐦𝐚𝐧𝐚 𝐩𝐮𝐧 𝐤𝐞𝐜𝐮𝐚𝐥𝐢 𝐝𝐢 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐩𝐢𝐤𝐢𝐫𝐚𝐧."
(Dale Carnegie)
Dari buku
"Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar