Minggu, 25 Agustus 2024

PENJAGA KEBUN YANG JUJUR

Budak hitam yang berasal dari India itu bernama Mubarak. Dia bertugas memelihara perkebunan anggur milik Nuh, walikota yang merangkap Qadhi di kota Muru. Dia berpesan kepada budaknya itu, "Peliharalah buah-buahan yang ada di kebun ini."

Maka, tinggallah Mubarak di kebun itu.

Dua buIan kemudian, tuannya datang ke kebun itu dan berkata kepadanya, "Wahai Mubarak, coba ambilkan setangkai buah anggur!"

Mubarak pergi memetik setangkai anggur, lantas dia berikan kepada tuannya. Tuannya mencicipi buah anggur itu, ternyata rasanya asam. Lalu tuannya berkata kepadanya, "Coba ambilkan yang Iainnya!"

Ketika Mubarak memetik buah anggur Iainnya, ternyata buah itu pun terasa asam. 

"Mengapa kau petik yang adam, bukankah di kebun ini banyak anggur yang Iain?"

"Tuanku, sebenarnya saya tidak mengetahui mana buah yang manis dan mana yang asam."

Dengan heran tuannya bertanya, "Subhanallah, sudah dua bulan kau tinggal di sini, tetapi tidak tahu mana buah yang asam dan mana yang manis?"

Mubarak menjawab, "Benar Tuan, sebab saya belum pernah mencicipinya. Karena Tuan hanya menyuruh saya untuk menjaganya, bukan untuk memakannya. Saya tidak mau mengkhianati milik Tuan atau melanggar perintah Tuan," jawabnya.


Tuannya sangat kagum melihat keteguhannya agama dan amanahnya yang tinggi. Akhirnya tuannya berkata "Aku mempunyai seorang putri yang cantik. Cukup banyak para pembesar dan orang-orang kaya yang melamarnya, tapi aku tidak tahu, kepada siapa aku harus menikahkannya. Nah, sekarang bagaimana pendapatmu?"

Mubarak menjawab, "Tuanku, dahulu orang-orang Jahiliyah mendasarkan pernikahan itu atas asal keturunan (nasab), agama dan kemuliaan leluhur mereka. Orang-orang Yahudi atau Nasrani mendasarkan pernikahan itu atas kecantikan. Sedangkan pada masa Rasulullah Saw., berdasarkan agama dan takwa. Pada masa kita sekarang ini, pernikahan itu didasarkan atas keinginan memiliki harta dan pangkat. Tuan boleh memilih di antara hal tersebut yang Tuan sukai."

Tuannya menjawab, "Aku menginginkan yang beragama dan bertakwa. Dan yang kuinginkan adalah menikahkan kau dan putriku itu. Sebab, kulihat pada dirimu terkumpul agama, kesalehan, dan amanah."

Mubarak menjawab, "Tuanku, saya seorang budak hitam yang telah Tuan beli dengan harta Tuan, Bagaimana Tuan akan menikahkan saya dengan putri Tuan, dan bagaimana putri Tuan dapat menyukai saya?”


Tuannya berkata, ”Mari, kita pergi ke rumah untuk membicarakan perkara ini” Ketika mereka telah sampai di rumah, qadhi itu berkata kepada istrinya, ”Pemuda ini seorang yang saleh, memegang teguh ajaran agama serta takwa. Bagaimana pendapatmu kalau dia kita nikahkan dengan putri kita?”


Istrinya menjawab, ”Urusan ini terserah Kanda. Tetapi sebaiknya kita minta pendapat putri kita dahulu. Saya akan menemuinya sekarang.”


Saat putrinya dimintai pendapat, ia menjawab, ”Terserah kepada Ayah dan Ibu. Saya menurut saja.”

Kembalilah istrinya memberitahukan jawaban putrinya. Kemudian kedua muda-mudi itu dinikahkan. Keduanya diberi harta yang cukup banyak. Dari mereka berdua lahir seorang anak laki-laki yang diberi nama Abdullah. Setelah dewasa, anak itu dikenal di kalangan ulama dan para wali dengan sebutan Abdullah ibn Al-Mubarak, seorang ulama dan ahli hadis terkenal.[]


Dari buku 

"KALAU SUDAH REZEKI TAKKAN KEMANA" 99 Kisah Teladan Anti Korupsi, Kolusi dan Nepotisme



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ADA YANG LEBIH HEBAT

 “π‘Ίπ’†π’ƒπ’‚π’Šπ’Œ-π’ƒπ’‚π’Šπ’Œ π’Žπ’‚π’π’–π’”π’Šπ’‚ 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 π’šπ’‚π’π’ˆ π’‘π’‚π’π’Šπ’π’ˆ π’ƒπ’†π’“π’Žπ’‚π’π’‡π’‚π’‚π’• π’ƒπ’‚π’ˆπ’Š π’π’“π’‚π’π’ˆ π’π’‚π’Šπ’.”  (Hadits Riway...