Saat sudah bisa membaca, saya mendapat rak khusus berisi buku kanak-kanak dari Ayah. Beliau tidak mau jika buku-buku saya tercecer. Oleh karena itu Ayah menyimpannya dalam rak khusus.
Sebagian terbesar buku anak-anak itu diterbitkan oleh Balai Pustaka dan tersimpan sampai sekarang. Ada buku pelajaran, buku bacaan, maupun alat-alat tulis dan gambar.
Salah satu jenis buku bacaan favorit saya adalah komik Mahabharata karya R.A. Kosasih, dan bacaan serial Winnetou yang mengisahkan tentang kehidupan Winnetou, seorang pemuda Indian Amerika.(Kelak, berkat buku RA Kosasih ini saya mendapat nilai tertinggi saat ujian kuliah mengenai wayang dan falsafah serta karakternya).
Dalam memperlakukan buku ayah membuat aturan yang cukup ketat, yaitu membaca dengan rapi, duduk manis didepan meja, tangan dilipat. Tidak boleh mencoret-coret buku serta melipat ujung halaman untuk menandai halaman yang sudah dibaca.
Itulah yang membuabuku-buku saya sampai sekarang masih selalu kelihatan seperti baru.
Ayah mulai mengoleksi buku sejak bersekolah di Prins Hendrischool Batavia pada usia 16 tahun.
Saat bersekolah di Belanda, koleksi buku ayah yang terbanyak diantara mahasiswa Indonesia. Menjelang kepulangannya ke tanah air setelah 11 tahun, bukunya mencapai 14 peti berbentuk kubus berukuran 1x1x1 m.
Koleksi buku Ayah meliputi berbagai subjek: ilmu ekonomi, hukum, tata negara, administrasi negara, filsafat, agama, politik, sejarah, sosiologi, antropologi (yang dahulu disebut etnologi), dan kesusasteraan. Ayah juga mempunyai buku dengan koleksi terbatas, mungkin hadiah dari teman-temannya yang mengetahui hadiah yang tepat untuk bung Hatta adalah buku.
Tahun 1968, saya mendampingi ayah yang memberikan ceramah kepada mahasiswa di Honolulu. Pada hari Sabtu yang merupakan hari istirahat akhir pekan, Ayah dan saya sering berjalan ke toko buku yang tak jauh dari apartemen. Kami berdua ke sana dengan berjalan kaki. Menyenangkan sekali kalau mengingat lagi pengalaman itu. Daerah sekitar kampus lebih sepi pada akhir pekan, dan berjalan kaki terasa lebih nyaman.
Di toko buku yang terletak dekat kampus itu, buku-buku yang digunakan dalam kuliah relatif lengkap, dan ini tentu sangat menarik bagi saya sebagai mahasiswa. Kami melihat-lihat buku sesuai dengan minat kami masing-masing. Selesai membayar, kami keluar menuju apartemen.
Begitu asyiknya kami belanja buku sampai akhirnya saat akan kembali ke apartemen, buku-buku itu tidak bisa terbawa karena banyaknya. Terpaksa kami panggil taksi untuk mengantar pulang.
Kami sangat menyayangkan saat mengetahui keluarga Moh.Yamin menjual koleksi perpustakaan pribadinya ke Pertamina karena merasa keluarganya tidak lagi memerlukannya.
Ayah.
Suatu hari, saya dipanggil Ayah ke ruang kerjanya. Perintah Ayah mengherankan saya, "Meutia, pilihlah buku-buku yang berguna bagi studi Meutia."
Saya bertanya, "Buat apa, Yah?"
"Buat Meutia sendiri karena kalau Ayah meninggal nanti, mungkin kalian mau menjual buku-buku ini untuk biaya hidup Ibu dan kalian. Meutia kan tahu, pensiun Ayah..."
Rupanya peristiwa dijualnya perpustakaan Moh.Yamin menjadi pikiran Ayah, padahal kami tidak akan melakukan hal yang sama terhadap buku-buku beliau.
Ayah tersenyum khas tanpa kata, mungkin beliau terharu mendengar jawaban saya atas permintaan beliau.
"Kalau memang Ayah mau memberikan saya buku, saya minta yang Ayah punya dua saja." Saya memang merencanakan bahwa buku apa pun yang saya terima akan saya anggap sebagai warisan dari Ayah. Khusus atas permintaan saya itu, Ayah memberikan saya buku antik, The History of Java jilid I dan II karangan Thomas Stamford Raffles, terbitan tahun 1817.
Kira-kira tiga tahun sesudah percakapan dengan Ayah itu, pemerintah menaikkan pensiun Ayah dengan adanya peraturan baru. Saya katakan, "Sekarang betul-betul Ayah tidak perlu lagi memikirkan tentang (pembiayaan) buku Ayah dengan adanya pensiun baru ini." Ayah pun tersenyum gembira.[]
(Dikisahkan oleh Meutia Hatta, Putri pertama bung Hatta)
Sumber
1.Buku "Bung Hatta di Mata Tiga Putrinya"
2.https://ellenconny.com/2017/11/09/pahlawan-juga-manusia-bagian-2/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar