"Setiap pria dan wanita sukses adalah pemimpi-pemimpi besar. Mereka berimajinasi tentang masa depan mereka, berbuat sebaik mungkin dalam setiap hal, dan bekerja setiap hari menuju visi jauh ke depan yang menjadi tujuan mereka"
(Brian Tracy)
Ada dua orang kakak beradik yang hidup di sebuah dusun bersama seorang ayah mereka. Pada suatu hari, sang ayah memanggil kedua anaknya dan berkata, "Wahai anakku, nampaknya kalian semakin hari semakin bertambah dewasa. Aku ingin kedewasaan usia kalian juga diikuti oleh kedewasaan cara berpikir kalian. Oleh sebab itu, pergilah merantau ke manapun kau ingin, perkayalah hidup kalian dengan pengalaman dan jangan kembali bila kalian belum merasa cukup untuk kembali." Mendengar tutur sang ayah, kakak beradik itu saling pandang. Sang kakak tampak sangat gembira dan berkata, "Terima kasih ayah, akhirnya engkau memberiku kesempatan. Aku memang ingin merantau demi meraih cita-cita yang sudah kupendam sejak lama."
"Apa cita-citamu, Anakku?" tanya sang ayah kepada anak sulungnya dengan penasaran.
"Sederhana sekali ayah, aku hanya ingin mengenal dunia beserta isinya, kemudian memimpinnya. Aku ingin menjadi seorang raja."
"Bagus," kata sang ayah. "Kau pasti bisa berhasil jika berteguh hati untuk meraihnya." Lalu sang ayah menatap anak bungsunya dan bertanya, "Kalu apa cita-citamu, Nak?"
Sang adik menghela nafasnya dan berkata. "Aku tidak mau muluk-muluk seperti kakakku, Ayah. Sejujurnya aku belum punya cita-cita. Mungkin nanti di perjalanan aku akan menemukannya."
"Bagus," ujar sang ayah. "Kau juga pasti menjadi orang yang berhasil setelah menemukan cita-citamu."
Maka berangkatlah kedua orang kakak beradik itu meninggalkan desa dan ayah mereka.
Waktu berlalu.
Sang kakak terus mengejar cita-citanya untuk menjadi seorang raja. Dia terus berjuang dan tak kenal menyerah. Sementara itu sang adik belum juga menemukan cita-citanya. Dia tidak pernah puas dengan semua yang dikerjakannya. Setiap kali menemukan kesulitan pada sebuah pekerjaan, ia menyerah dan mencari pekerjaan lain yang kelihatannya jauh lebih menyenangkan. Namun ternyata memang tak ada pekerjaan yang benar-benar menyenangkan. Setiap pekerjaan memiliki kesulitan tersendiri.
Waktu terus berlalu. Suatu hari kakak beradik itu bertemu kembali di desa mereka, hendak berkumpul
kembali dengan ayah mereka. Sang ayah merasa gembira melihat kedua anaknya telah berubah dari sejak perpisahan mereka. Yang sulung telah menjadi seorang raja. Dia datang bersama kereta kencana diiringi puluhan pengawal. Sementara itu yang bungsu datang dengan sebuah buntalan kumal di pundak. Dia berjalan kaki sendirian dengan wajah yang tampak tua.
Sang ayah mengamati kedua sosok anaknya dengan tatap muka penasaran. Dia meminta kedua anaknya menuturkan pengalaman mereka masing-masing selama mengembara.
Setelah mendengarkan kisah keduanya, sang ayah tersenyum gembira. "Akhirnya kalian berdua sama-sama berhasil,"ujarnya. "Anak pertamaku, kau telah berhasil mewujudkan cita-citamu menjadi seorang raja. Dan kau, anak keduaku, kau telah berhasil mendapat pengalaman hidup bahwa jika kau tak punya cita-cita yang kaupegang teguh secara konsisten maka kau tak akan mencapai apa-apa."[]
Hidup tanpa visi ibarat berlayar tanpa tahu pelabuhan mana yang kau tuju. Sedikit saja ada angin meliukkan perahumu, kau ikut mengayuh dan tanpa sadar terdampar di sebuah pulau asing yang mengerikan.
Dari buku
"NEVER GIVE UP"