Rabu, 04 Januari 2023

DNA OF SUCCESS

"𝘒𝘪𝘵𝘢 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘳𝘪𝘯𝘨 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘭𝘢𝘬𝘶𝘬𝘢𝘯. 𝘒𝘦𝘴𝘦𝘮𝘱𝘶𝘳𝘯𝘢𝘢𝘯 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘣𝘶𝘢𝘩 𝘵𝘪𝘯𝘥𝘢𝘬𝘢𝘯, 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘪𝘯𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘬𝘦𝘣𝘪𝘢𝘴𝘢𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘭𝘢𝘬𝘶𝘬𝘢𝘯"

(Aristotle)


Benyamin Franklin mengawali kariernya sebagai seorang guru yang kemudian menjadi seorang jutawan, menyerap pembentukan  dalam 𝒉𝒂𝒃𝒊𝒕 (kebiasaan) atau DNA of Success pengembangan kepribadian. Sebagai seorang anak muda, Benyamin Franklin merasa bahwa dirinya agak kasar, kurang sopan, dan argumentatif. la mengenali bahwa sikap dan perilakunya itu menciptakan rasa tidak senang dari rekan kerjanya terhadap dirinya. la bertekad untuk mengubah dengan menuliskan kembali catatan kepribadiannya. la memulai dengan menuliskan 12 hal yang harus dimiliki oleh seorang manusia ideal seperti kesederhanaan, toleransi, dan komitmen. Kemudian ia berkonsentrasi mengembangkan dari setiap hal itu setiap minggu. Sepanjang minggu ketika ia melakukan kegiatan hariannya, ia selalu mengingatkan dirinya untuk mempraktikkan hal demi hal dari ke-12 hal itu. Dari waktu ke waktu ia mulai dengan satu hal dalam seminggu, tiga minggu dan pada akhirnya satu hal dalam sebulan. Dan ternyata apa yang dilakukannya menjadi kebiasaan yang membentuk karakternya. la pun menjadi seorang yang populer dan negarawan. la menjadi sangat berpengaruh, baik di Paris ketika ia menjadi duta besar Amerika Serikat selama 𝑹𝒆𝒗𝒐𝒍𝒖𝒕𝒊𝒐𝒏𝒂𝒓𝒚 𝒐𝒇 𝑾𝒂𝒓 dan selama 𝑪𝒐𝒏𝒔𝒕𝒊𝒕𝒖𝒕𝒊𝒐𝒏𝒂𝒍 𝑪𝒐𝒏𝒗𝒆𝒏𝒕𝒊𝒐𝒏, ketika konstitusi dan 𝑩𝒊𝒍𝒍 𝒐𝒇 𝑹𝒊𝒈𝒉𝒕𝒔  Amerika Serikat didiskusikan, dirundingkan dan akhirnya disetujui. Dengan usahanya untuk mengembangkan kebiasaan, Franklin membuat dirinya menjadi orang yang mampu membangun sejarah Amerika yang merupakan bagian dari sejarah dunia sebagai Presiden Amerika serikat.[]


"𝙹𝚒𝚔𝚊 𝙰𝚗𝚍𝚊 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚒𝚗𝚐𝚒𝚗𝚔𝚊𝚗 𝚔𝚎𝚜𝚞𝚔𝚜𝚎𝚜𝚊𝚗 𝚍𝚊𝚗 𝙰𝚗𝚍𝚊 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚖𝚎𝚛𝚊𝚒𝚑𝚗𝚢𝚊, 𝚜𝚎𝚋𝚎𝚗𝚊𝚛𝚗𝚢𝚊 𝙰𝚗𝚍𝚊 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚋𝚎𝚗𝚊𝚛-𝚋𝚎𝚗𝚊𝚛 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚒𝚗𝚐𝚒𝚗𝚔𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊 𝚊𝚝𝚊𝚞 𝙰𝚗𝚍𝚊 𝚖𝚎𝚗𝚌𝚘𝚋𝚊 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚖𝚎𝚗𝚊𝚠𝚊𝚛 𝚑𝚊𝚛𝚐𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚑𝚊𝚛𝚞𝚜 𝚍𝚒𝚋𝚊𝚢𝚊𝚛 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚖𝚎𝚛𝚊𝚒𝚑𝚗𝚢𝚊."

(Rudyard Kipling)


Dari buku

"WARRIOR" The Art of Winning The Battle of Success




RUMAH 400 JUTA TERBELI 10 JUTA

Dengan modal Rp. 10 juta dari tabungan ditambah modal immaterial yang lebih besar yaitu doa disetiap shalat tahajud dan dhuha, Zul bersama isterinya menyambangi pemilik rumah yang bertuliskan "DIJUAL"


Setelah mengucap salam yang dijawab pemiliknya, Zul mencoba bertanya

 "Boleh tahu dijual berapa Bu?"

"Mintanya Rp 400 juta Dik. Berminat ya?"

"Insya Allah, Bu," jawab Zul dengan nada ngambang, demi mendengar harga yang baginya hampir tak terjangkau.

"Baik Bu, nanti kami kabari lagi setelah musyawarah. Doakan saya ya Bu, kami permisi dulu," kata Zul.

"Oya baik kalau begitu, segera kabari ya," ujar empunya rumah.


Melenggang dari rumah yang dibidik, Zul dan istri saling berpandangan. Pasangan ini merasa nelangsa, mengingat betapa jauh modal Rp 10 juta untuk dapat membeli rumah idaman. Masya Allah, Rp 400 juta! Duit semua itu, nggak campur daun.


Namun, dengan dzikir, Zul kembali percaya diri. "Rp 400 juta itu tidak ada apa-apanya dibanding kebesaran Allah SWT. Dan kalau Allah sudah berkehendak, Rp 10 juta pun bukan mustahil dapat menebus Rp 400 juta," batin Zul yakin.


Dengan keyakinan itu, Zul mengajak istrinya untuk lebih getol mendekatkan diri kepada Allah SWT. Doa dan wirid khusus untuk dapat memiliki rumah itu pun dikencangkan.


Suatu hari, usai sholat dhuha, Zul dan istri sedang bercengkerama di kontrakannya. Ini hari libur, jadi pagi-pagi Zul bisa berada di rumah menemani sang istri.


Tiba-tiba, muncul uwak Zul yang sudah lama tak bersua.


"Assalamualaikum. Eh, Zul, kamu punya uang Rp 10 juta nggak? Penting nih!" kata uwak to the point.

"Emang kenapa Pak Dhe?"

"Sudahlah, ceritanya nanti aja. Kamu ada nggak Rp 10 juta buat saya pakai dulu?" ujar Pak Dhe dengan panik.

"Ada, ada Pak Dhe," jawab Zul dan istri kompak.

Zul bergegas ke kamarnya dan membongkar uang simpanan sebesar Rp 10 juta tunai di lemari.

"Ini Pak Dhe," kata Zul sambil mengangsurkan uang tersebut, yang segera diterima dan langsung pamit


Sepeninggal Pak Dhe, Zul dan istri saling berpandangan memelas. Seperti mimpi, mereka melepas begitu saja Rp 10 juta yang sedianya buat uang muka rumah.


"Ya sudahlah, mungkin Allah punya kehendak lain.Takdirnya uang itu memang untuk membantu Pak Dhe, bukan untuk membeli rumah kita. Serahkan saja ke Allah gimana soal rumah kita nanti," Zul menghibur diri dan istri tercintanya


Subhanallah, keikhlasan Zul dan istrinya tentang uang 10 juta tadi seolah justru menjadi energi baru buat keluarga ini agar semakin dekat dengan Allah, agar semakin mengharap hanya kepada Allah. Keinginan untuk bisa membeli rumah tetap menjadi doa agar Allah yang menyempurnakan keinginannya.


Setelah beberapa minggu, datang lagi uwaknya dengan wajah yang sudah tidak segelisah kemarin.

"Pripun Pak Dhe, sudah cerah nih?"

"Iya, alhamdulillah. Makasih ya kemarin sudah dibantu.

Kalau nggak, wah, bisa-bisa Pak Dhe masuk penjara."

"Emang kenapa Pak Dhe?"


Uwaknya lalu bercerita bahwa saat itu ia dikejar-kejar utang, sampai mau dilaporkan ke polisi. 

"Alhamdulillah sekarang sudah beres. Terima kasih ya Zul udah bantu Pak Dhe," ungkap uwak Zul.

"Sama-sama Pak Dhe, kan memang kita hidup untuk saling menolong."

Sejurus kemudian, tanpa ditagih Pak Dhe berkata, "Zul, Pak Dhe belum punya uang untuk ngembaliin yang kemarin. Tapi Pak Dhe punya rumah tua dan cukup besar, tolong rumah itu jualin ya, kali aja ada teman yang mau beli. Kalau laku nanti langsung saya kembalikan uangmu," tutur Pak Dhe.

"O gitu, nggih Pak Dhe, siap, nanti kalau ada yang berminat saya bantu jual," jawab Zul sigap.


Namun dalam hati, Zul agak pesimis rumah tua akan cepat terjual. Karena itu, ia belum merasa perlu bertanya berapa harganya, berapa ukuran luas tanah dan bangunan. Yang penting, Zul tahu dulu lokasinya di mana. Kalau ada yang minat, barulah ia pertemukan dengan uwaknya.


Beberapa hari kemudian, sahabat Zul yang sudah lama nggak ketemu, menelponnya dari Jakarta.

"Zul, apa kabar?" serunya di ujung sambungan ponsel. "Alhamdulillah, baik. Antum gitu juga kan?" balas Zul. "Iya, alhamdulillah, udah lama kita nggak ketemu nih"


Rupanya teman Zul ini sudah bosan tinggal di Jakarta dan berniat pindah ke Solo. Untuk itu ia minta tolong Zul mencarikan rumah untuk dibeli

"Boleh kalau gitu, nanti saya carikan. Kapan ke Solo?"

"Minggu depan jadi"

"Oke, saya tunggu ya."


Pekan berikutnya, sesuai janji, sahabat lama itu datang ke Solo untuk berburu rumah. Sebelumnya, Zul sudah punya beberapa tawaran, termasuk coba menunjukkan rumah tua milik uwaknya.

"Sudah dapat rumah yang mau dijual Zul?" tanya sahabat dari Jakarta dengan bersemangat.

"Ada dua-tiga pilihan, nanti kita survey aja," sahut Zul.

Kawan Zul yang pengusaha itu girang. la kelahiran Solo, namun katanya keluarganya sudah hijrah semua. Makanya minta bantuan Zul mencari rumah.


Mereka lalu melihat-lihat rumah yang akan dijual tersebut, dengan kriteria sesuai pesanan. Zul mengantarkan ke tiga rumah bercorak minimalis yang berlainan lokasinya. Namun, ia sengaja tidak menunjukkan rumah tua uwaknya. Zul pikir, sahabatnya nggak bakalan suka rumah tua alias rumah kuno.


Rupanya kawan Zul ini mencari rumah yang natural bangunan tradisional 

"O gitu. Coba kita lihat nanti, ada rumah seperti itu yang mau dijual. Tapi, saya nggak yakin kamu mau."

"Boleh, coba kita sekalian."


Selesai melepas kangen menikmati jajanan khas Solo, sahabat Zul mengajak jalan. Rumah tua uwak Zul mereka sambangi.

"Ini rumahnya," ujar Zul ragu-ragu begitu tiba di halaman rumah tua tersebut. Rumah itu model kuno, sudah tua,kurang terawat. Kesannya angker.


Di luar dugaan Zul, sahabatnya itu seperti terpesona melihatnya. Tampak ia memperhatikan betul setiap sudut hunian tersebut.

Sejurus kemudian, setelah melihat seputar rumah, ia berkata, "Zul, ini dia rumah yang saya cari. Yang begini ini yang saya suka. Oke, saya cocok yang ini."


Zul terkejut. "Yakin? Malah yang begini yang kamu mau. Terus terang, saya tadinya nggak mau nawarin ini karena takut kamunya nggak mau. Eee, malah mau yang ini ya?"

"Tapi ya begitu kondisinya. Kalau minat, saya pertemukan dengan yang punya rumah ini," kata Zul. "Kebetulan yang punya Pak Dhe saya," imbuhnya.

"Soal harga nanti langsung rembugan saja dengan beliau. Saya cuma membantu menjualkan"

"Di mana rumah beliau?"

"Ya, sejam perjalanan dari sinilah. Nanti malam bisa ketemu beliau."

"Wah, saya harus segera balik ke Jakarta Zul. Biasa, ada urusan bisnis sedikit," jawab kawannya sambil melihat jam tangan.

"Atau begini saja," kata Zul. "Kira-kira berapa harga taksiranmu untuk rumah ini, nanti saya kontak ke Pak Dhe."


"Mmmm, budget saya sampai Rp 750 juta, Zul. Bersih ya, sudah termasuk biaya balik nama sertifikat dan lain-lain," kata sahabat Zul.


"Ok, sebentar, saya kontak beliau," kata Zul, lalu menelepon Pak Dhe.


"Pak Dhe, rumahnya dijual berapa? Teman saya ada yang mau nih, boleh nggak Rp 750 juta bersih katanya?" kata Zul setelah tersambung dengan uwaknya 

"Wis Zul, Pak Dhe perlu Rp 500 juta aja termasuk biaya surat-menyuratnya, kalau ada lebihnya silahkan buat Zul," jawab Pak Dhe di ujung sinyal.

"Alhamdulillah, jadi boleh ya Pak Dhe?" Zul girang.

"Iyo, iyo," jawab Pak Dhe.


Zul lalu menyampaikan apa adanya hasil pembicaraan mereka ke sahabatnya.


"Ok Zul, sahabatku, Saya akan tetap membayar rumah ini Rp 750 juta. Silakan yang Rp 500 juta buat Pak Dhe mu. Sisanya memang sudah rezekimu," kata dia kepada Zul.


Zul terpana. Seperti mimpi, memperoleh rezeki yang tak disangka-sangka. Ini to yang disebut ar rizqu minhaitsu laa yah tasib (Rizqi yang datang tak disangka-sangka)


Dengan modal 250 juta rupiah, Zul mengajak istrinya untuk menanyakan lagi rumah yang dijual Rp 400 juta tempo hari. Alhamdulillah, rumah dimaksud masih ada tulisan "DIJUAL". Masih ada harapan untuk mendapatkannya, kalau memang rezeki.


"Bu, rumah masih dijual kan?" kata Zul setelah bertemu pemilik rumah.

"Ya, masih. Ini malah pengennya buru-buru dijual, soalnya mau dibagi ke anak-anak," tutur ibu itu.

"Oh begitu ya. Bu, saya sekarang punya uang Rp 250 juta. Tapi yang 50 juta mau buat beli perabotan. Boleh nggak rumah ini saya beli Rp 200 juta?" tawar Zul.


Setelah saling bercerita kondisi, kebutuhan, dan kemampuan masing-masing, akhirnya si ibu menyerah juga.

"Ya sudahlah, karena saya butuh buru-buru, Pak Zul juga butuh rumah, yo wis nggak apa-apa saya lepas Rp 200 juta. Tapi cash bersih ya, sebab saya mau segera pindah rumah," katanya.


"Alhamdulillah, ya Bu, langsung cash nih, uangnya saya bawa kok. Saya sudah optimis rumah ini jadi rezeki kami," sambut Zul dengan gembira.

"O begitu, ya syukurlah. Nanti administrasi diurus sendiri ya, saya siapkan dokumennya," kata si ibu.


Masya Allah, hari itu terjadilah transaksi jual-beli rumah yang tadinya bernilai Rp 400 juta, namun akhirnya disepakati pada harga Rp 200 juta saja.


Subhanallah. Allah yang Maha Mengatur semua urusan. Dunia ini ada dalam genggaman Allah sehingga apapun yang menjadi doa, yang menjadi cita-cita hamba-Nya yang percaya, maka Allah begitu mudah mengabulkannya. Allah begitu mudah mengaturnya, mengondisikannya, sehingga kalau sudah rezeki hendak kemana.

Sepertinya kebetulan, ketika Zul mendapat "komisi" Rp 250 juta dari penjualan rumah seharga Rp 500 juta, lalu mendapat diskon Rp 200 juta dari pembelian rumah seharga Rp 400 juta.


Tapi dalam kehidupan ini, tidak ada yang namanya kebetulan. Meskipun jalan ceritanya seolah tidak masuk akal, seperti pengalaman Zul. Semua peristiwa dalam kehidupan ini dalam kuasa dan kehendak-Nya. Kalau Allah sudah bilang Kun Fayakuun, maka jadilah apa yang menurut manusia tidak mungkin terjadi.


Tentu saja, syarat dan ketentuan berlaku. Tanpa amalan yang menggetarkan perasaan, tanpa riyadhoh yang kencang, mana mungkin Zul mendapat keajaiban tersebut.[]


Dari buku

CATATAN SEJUTA KEAJAIBAN

JUJUR SAMPAI TIANG GANTUNGAN


 






Pada 1857 meletus pemberontakan melawan Inggris di India. Syekh Al-Badawini, salah seorang ulama, dituduh terlibat dalam pemberontakan tersebut. Dan ditangkaplah dia serta diajukan ke pengadilan. Tak disangka, hakim yang memeriksa perkaranya ternyata salah seorang muridnya. Melalui kawan-kawannya, hakim berpesan agar syekh menolak tuduhan dan dia akan membebaskannya. Namun, Al-Badawini tak bersedia. "Aku memang sudah ikut serta melawan kekuasaan Inggris. Bagaimana aku harus berbohong?" katanya. Terpaksa hakim menjatuhinya vonis mati.


Ketika syekh bersiap menuju tiang gantungan, sang murid menangis. "Sampai detik ini pun jika Tuan Guru mau mengatakan sekali saja bahwa tuduhan itu palsu dan Tuan Guru tidak terlibat, saya akan berusaha membebaskan Tuan Guru." Orang tua itu marah. "Kamu ingin merusak amalku dengan menyuruh saya berbohong kepada diri sendiri? Sungguh rugi dan sia-sia jika aku begitu. Aku memang terlibat dalam pemberontakan itu. Perbuatlah yang kalian kehendaki sesuai hukum yang berlaku". Syekh Al-Badawinipun menjalani eksekusi dengan mantap.


Al-Badawini begitu yakin bahwa bohong dan kesaksian palsu, demi apa pun, termasuk untuk kepentingan agama, merupakan perbuatan hina dan dosa besar.[]


"𝑾𝒂𝒉𝒂𝒊 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈-𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒊𝒎𝒂𝒏, 𝒋𝒂𝒅𝒊𝒍𝒂𝒉 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒑𝒂𝒓𝒂 𝒑𝒆𝒏𝒆𝒈𝒂𝒌 𝒌𝒆𝒂𝒅𝒊𝒍𝒂𝒏, 𝒎𝒆𝒏𝒋𝒂𝒅𝒊 𝒔𝒂𝒌𝒔𝒊 𝒅𝒆𝒎𝒊 𝑨𝒍𝒍𝒂𝒉 𝒘𝒂𝒍𝒂𝒖𝒑𝒖𝒏 𝒕𝒆𝒓𝒉𝒂𝒅𝒂𝒑 𝒅𝒊𝒓𝒊𝒎𝒖 𝒔𝒆𝒏𝒅𝒊𝒓𝒊 𝒂𝒕𝒂𝒖 𝒊𝒃𝒖-𝒃𝒂𝒑𝒂𝒌 𝒅𝒂𝒏 𝒌𝒂𝒖𝒎 𝒌𝒆𝒓𝒂𝒃𝒂𝒕," 

(Q.S. An-Nisa [4]: 135).


Dari buku

"KEARIFAN YANG BERSERAK"

Selasa, 27 Desember 2022

TIDAK BOLEH ADA KATA LELAH


“𝑴𝒂𝒔𝒂 𝒅𝒆𝒑𝒂𝒏 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒎𝒊𝒍𝒊𝒌 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒆𝒓𝒄𝒂𝒚𝒂 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒊𝒏𝒅𝒂𝒉𝒂𝒏 𝒎𝒊𝒎𝒑𝒊 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂.”

(Eleanor Roosevelt)


Sebuah kecelakaan saat usia 3 tahun, membuat Qiang Hongyan kehilangan kedua kakinya. Karena kemiskinannya, kedua orang tuanya tidak mampu membelikan alat bantu yang memadai. Untuk mempermudah berjalan, digunakanlah setengah bola basket sebagai pengganti kaki dan dua alat untuk dipegang agar mudah bergerak.


Meskipun Qian harus tumbuh dengan segala keterbatasan, Qian selalu berusaha untuk membuktikan bahwa dunia belumlah tamat bagi dirinya. la berhasil tumbuh seperti gadis-gadis pada umumnya. la masih tetap ramah, sopan, dan juga periang.Ia tidak mau bila kekurangan yang dimilikinya, membuatnya lemah dan selalu bergantung kepada orang lain. "Dia tetap lincah dan seperti anak normal." Jelas kedua orang tuanya.


Tekad Qian pun akhirnya diwujudkan juga. la mendaftarkan dirinya dalam sebuah klub renang khusus. Qian selalu menyempatkanl dirinya untuk latihan. "Untuk menjadi seorang pemenang, maka tidak boleh ada kata lelah." Itulah yang selalu ia tanamkan di dalam dirinya.


Adalah Zhang Honghu, seorang pelatih renang yang cukup profesional dan sering melatih orang-orang cacat untuk menjadi seorang pemenang. Kepadanyalah Qian tekun berlatih dan penuh semangat.

Bakat dan semangat Qian pun ternyata sanggup memikat hati Zhang Honghu. Maka, ia pun memberikan porsi latihan khusus bagi Qian agar lebih mampu menyeimbangkan kedua bahu dan lengannya. "Saya kagum dengan semangatnya, dan saya yakin bahwa Qian bisa menjadi seorang perenang yang sukses suatu hari nanti."


Qian tak pernah sekali pun mengeluh. Dia merasa puas dengan kegigihan sang pelatih. Setiap detik dalam latihannya, ia selalu tersenyum. Tidak pernah terlihat ada kerut di wajahnya yang mengekspresikan kekecewaan, rasa letih dan sebagainya. "Dalam sehari, setidaknya ia bisa menempuh jarak 2000 meter untuk melatih kekuatan otot-ototnya" Jelas Zhang, sang pelatih. Selain berlatih renang di dalam air, Qian pun juga berlatih sit-up, mengangkat beban dan latihan fisik yang lain.


Tidak sia-sia,  Qian Hongyang menggemparkan publik China pada 2009. Kali ini, dia muncul sebagai juara pada kompetisi renang paralimpik tingkat nasional di China. Nama Hongyang semakin harum hingga ke manca negara. Dia kembali menorehkan prestasi cemerlang, meraih medali emas di cabang renang gaya dada dalam kejuaran paralimpik Provinsi Yunnan yang digelar September 2014.[]


“𝚃𝚎𝚛𝚒𝚖𝚊 𝚝𝚊𝚗𝚝𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚊𝚐𝚊𝚛 𝚔𝚊𝚖𝚞 𝚍𝚊𝚙𝚊𝚝 𝚖𝚎𝚛𝚊𝚜𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚗𝚒𝚔𝚖𝚊𝚝𝚗𝚢𝚊 𝚔𝚎𝚖𝚎𝚗𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗-”

(George S Patton)

Sumber:

1.Buku "The True Story of Success Strong Ambition"

LURUHNYA PERBEDAAN


"𝐊𝐢𝐭𝐚 𝐦𝐮𝐧𝐠𝐤𝐢𝐧 𝐦𝐞𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤𝐢 𝐚𝐠𝐚𝐦𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐫𝐛𝐞𝐝𝐚, 𝐛𝐚𝐡𝐚𝐬𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐫𝐛𝐞𝐝𝐚, 𝐰𝐚𝐫𝐧𝐚 𝐤𝐮𝐥𝐢𝐭 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐫𝐛𝐞𝐝𝐚, 𝐭𝐞𝐭𝐚𝐩𝐢 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐬𝐞𝐦𝐮𝐚 𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤 𝐬𝐚𝐭𝐮 𝐫𝐚𝐬 𝐦𝐚𝐧𝐮𝐬𝐢𝐚." 

(Kofi.Annan)


Tahun 1971 T.C. Williams High School diharuskan menerapkan desegregasi. Artinya sekolah tersebut dibuka tidak hanya untuk warga kulit putih saja, tetapi wajib menerima juga siswa kulit berwarna, terutama warga Afro-Amerika.


Alexandria, Virginia tempat sekolah itu berada, pada saat itu rentan terhadap konflik antarras.

Penembakan remaja kulit hitam oleh seorang penjaga toko hampir memicu kerusuhan massal kalau tidak segera dicegah. Tujuh tahun sebelumnya pembunuhan tiga orang aktivis yang salah satunya kulit hitam masih belum hilang dari ingatan warga Amerika.


Akibat dari kebijakan desegregasi di T.C. Williams ini adalah perubahan struktur kepengurusan sekolah. Demikian pula pada struktur kepelatihan tim football sekolah tersebut. Perubahan struktur kepelatihan ini mengusik kepengurusan lama yang semuanya berkulit putih.


Pelatih lama tim, Bill Yoast, yang telah meraih sejumlah gelar bersama The Titans, julukan tim football Alexandria, harus digantikan oleh pelatih dengan level reputasi lebih rendah bernama Herman Boone, seorang kulit hitam. Bill Yoast pun harus rela posisinya bergeser menjadi staf Boone. Keputusan ini membuat pemain lama cemas akan posisi mereka. Prasangka rasial menyeruak ketika itu. Teriakan boikot pun terdengar dari sudut-sudut kemarahan dan prasangka.


Herman Boone memiliki karakter yang keras. la dikenal sebagai aktivis yang mengagumi pemikiran Martin Luther King Jr. Kehadirannya di tim T.C. Williams memberikan harapan pada warga kulit hitam agar anak-anak mereka bisa bermain dalam olahraga bergengsi tersebut.


Untuk mengatasi kesulitan terhadap penyesuaian dan prasangka yang terus-menerus timbul dalam tim tersebut. Boone pun memutuskan untuk menggelar latihan pra-musim di sebuah kamp pelatihan di Gettysburg, Pennsylvania. 

Gettysburg merupakan saksi bisu ketika kebencian serta prasangka ras membuat manusia saling membinasakan. Tempat itu adalah lokasi pertempuran besar dalam perang saudara Amerika Serikat. Tercatat hampir 50 ribu korban tewas, luka, dan hilang dalam pertempuran yang terjadi pada Juli 1863 tersebut.


Selama menjalani pelatihan pra-musim, Boone dan Yoast berusaha merekatkan anak didik mereka. Selama dua minggu, mereka "mencuci otak" anak didik mereka untuk melawan prasangka ras dan kebencian terhadap perbedaan. Dua ikon atlet terbaik tim itu, Gerry Bertier dan Julius Campbell, adalah inspirasi bagi kawan-kawan mereka. Alhasil, tim football itu menjadi inspirasi bagi desegregasi.


Kebersamaan itu pula yang dibawa tim ini hingga ke lapangan hijau. Tim besutan Boone dan Yoast berhasil meraih musim yang sempurna tanpa kekalahan. Pemandangan di arena stadion pun berubah. Tak ada lagi bangku pemisah antara penonton berkulit hitam dan kulit putih.[]


"𝑲𝒆𝒎𝒂𝒎𝒑𝒖𝒂𝒏 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒎𝒆𝒏𝒄𝒂𝒑𝒂𝒊 𝒌𝒆𝒔𝒂𝒕𝒖𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒌𝒆𝒃𝒆𝒓𝒂𝒈𝒂𝒎𝒂𝒏 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒋𝒂𝒅𝒊 𝒌𝒆𝒊𝒏𝒅𝒂𝒉𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝒖𝒋𝒊𝒂𝒏 𝒃𝒂𝒈𝒊 𝒑𝒆𝒓𝒂𝒅𝒂𝒃𝒂𝒏 𝒌𝒊𝒕𝒂." 

(Mahatma Gandhi)

Dari buku

"Ayo Merawat Indonesia"

SNORKELING

 

"𝐁𝐞𝐛𝐞𝐫𝐚𝐩𝐚 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐩𝐞𝐫𝐜𝐚𝐲𝐚 𝐛𝐚𝐡𝐰𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐩𝐞𝐠𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐛𝐞𝐫𝐭𝐚𝐡𝐚𝐧 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐭𝐚𝐧𝐝𝐚-𝐭𝐚𝐧𝐝𝐚 𝐤𝐞𝐤𝐮𝐚𝐭𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐬𝐚𝐫. 𝐍𝐚𝐦𝐮𝐧, 𝐚𝐝𝐚 𝐤𝐚𝐥𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐝𝐢𝐛𝐮𝐭𝐮𝐡𝐤𝐚𝐧 𝐥𝐞𝐛𝐢𝐡 𝐛𝐚𝐧𝐲𝐚𝐤 𝐤𝐞𝐤𝐮𝐚𝐭𝐚𝐧 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐞𝐭𝐚𝐡𝐮𝐢 𝐤𝐚𝐩𝐚𝐧 𝐡𝐚𝐫𝐮𝐬 𝐦𝐞𝐥𝐞𝐩𝐚𝐬𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐦𝐮𝐝𝐢𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐥𝐚𝐤𝐮𝐤𝐚𝐧𝐧𝐲𝐚."

(Ann Landers)

Selain sebagai olahraga laut, Snorkeling juga memberikan tantangan yang begitu menakjubkan, yaitu menikmati eksotisme pemandangan alam bawah laut. 

Olahraga ini biasanya dilakukan dengan membawa orang ketengah laut, lalu membuat area yang dibatasi oleh tambang berbentuk lingkaran mulai dari ujung depan kapal dan berakhir di buritan.

Namun bagi yang belum terbiasa berenang di laut akan sedikit terkejut, karena tak lama setelah terjun ke laut, arus laut yang kuat akan menyeret peserta.

Suatu saat, karena kuatnya arus laut, seorang peserta wanita tak mampu lagi menarik dirinya menuju kapal, meski tinggal 3 meter jaraknya. Kemudian ia berteriak-teriak minta diangkat oleh pelatih snorkeling.

Dengan tersenyum sang pelatih itu berteriak, "Kalau tidak kuat, lepaskan tangan Anda dari tambang itu, nanti ada kapal yang akan menjemput Anda." Mendengar instruksi itu, bukannya wanita tersebut menurutinya tapi justru semakin mengeraskan pegangannya pada tali dan tidak mau melepaskannya karena di luar tali itu merupakan hamparan laut bebas yang terlihat tidak ada batasnya. Wanita itu terus berteriak meminta tolong namun sang pelatih bersikeras meminta wanita itu melepaskan pegangan talinya. Makin lama pegangan wanita itu makin lemah, namun teriakannya semakin keras. Wanita itu merasa bahwa pelatih tersebut begitu jahat tidak mau menyelamatkan dirinya. Akhirnya, karena tak kuasa memegang tali dengan arus ombak yang begitu deras, wanita itu pun hanyut bersama pelampung di badannya dan hanya dalam hitungan lima detik kemudian kapal penyelamat pun datang menjemput dan menolongnya.[]


𝑺𝒆𝒓𝒊𝒏𝒈 𝒌𝒂𝒍𝒊 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒎𝒆𝒎𝒆𝒈𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒆𝒔𝒖𝒂𝒕𝒖 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒂𝒎𝒑𝒂𝒌 𝒕𝒂𝒏𝒑𝒂 𝒎𝒂𝒎𝒑𝒖 𝒎𝒆𝒍𝒊𝒉𝒂𝒕 𝒌𝒆𝒔𝒆𝒎𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒕𝒂𝒎𝒑𝒂𝒌. 𝑩𝒆𝒈𝒊𝒕𝒖 𝒃𝒂𝒏𝒚𝒂𝒌 𝒏𝒂𝒔𝒊𝒉𝒂𝒕 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒊𝒋𝒂𝒌 𝒎𝒆𝒎𝒊𝒏𝒕𝒂 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 "𝒎𝒆𝒍𝒆𝒑𝒂𝒔𝒌𝒂𝒏" 𝒉𝒂𝒍-𝒉𝒂𝒍 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒎𝒂 𝒊𝒏𝒊 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒑𝒊𝒌𝒊𝒓 𝒔𝒆𝒃𝒂𝒈𝒂𝒊 𝒔𝒆𝒔𝒖𝒂𝒕𝒖 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒆𝒓𝒃𝒂𝒊𝒌 𝒅𝒂𝒏 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒕𝒆𝒓𝒖𝒔 𝒃𝒆𝒓𝒕𝒂𝒉𝒂𝒏 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒑𝒆𝒏𝒅𝒊𝒓𝒊𝒂𝒏 𝒌𝒊𝒕𝒂. 𝑯𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂 𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓𝒏𝒚𝒂 𝒌𝒆𝒕𝒊𝒌𝒂 𝒎𝒆𝒍𝒆𝒑𝒂𝒔𝒌𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒎𝒖𝒂𝒏𝒚𝒂, 𝒌𝒆𝒎𝒖𝒅𝒊𝒂𝒏 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒃𝒂𝒓𝒖 𝒔𝒂𝒅𝒂𝒓 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒔𝒆𝒎𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒆𝒃𝒊𝒉 𝒃𝒂𝒊𝒌 𝒊𝒕𝒖.


Dari buku

"WARRIOR" The Art of Winning The Battle of Success

Rabu, 14 Desember 2022

MANUSIA TIPE BAJA BJ 55


𝑼𝒋𝒊𝒂𝒏 𝒃𝒂𝒈𝒊 𝒔𝒆𝒔𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒖𝒌𝒔𝒆𝒔 𝒃𝒖𝒌𝒂𝒏𝒍𝒂𝒉 𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒌𝒆𝒎𝒂𝒎𝒑𝒖𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒎𝒆𝒏𝒄𝒆𝒈𝒂𝒉 𝒎𝒖𝒏𝒄𝒖𝒍𝒏𝒚𝒂 𝒎𝒂𝒔𝒂𝒍𝒂𝒉, 𝒕𝒆𝒕𝒂𝒑𝒊 𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒘𝒂𝒌𝒕𝒖 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒉𝒂𝒅𝒂𝒑𝒊 𝒅𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒚𝒆𝒍𝒆𝒔𝒂𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒕𝒊𝒂𝒑 𝒌𝒆𝒔𝒖𝒍𝒊𝒕𝒂𝒏 𝒔𝒂𝒂𝒕 𝒎𝒂𝒔𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒊𝒕𝒖 𝒕𝒆𝒓𝒋𝒂𝒅𝒊.

(David J Schwartz)


Baja adalah material yang kuat dalam menerima beban tekanan. Namun pada suatu saat, baja akan mengalami kondisi yang disebut dengan "titik leleh" atau yield stress. Yield stress adalah titik di mana baja akan mengalami deformasi plastis akibat diberi beban (tarik) terus-menerus. 

Pada awalnya memang akan sangat sulit bergerak dan berubah bentuk, seakan gaya tarik yang diberikan tak berpengaruh apa-apa. Namun bila sudah mencapai titik yield stress-nya, maka baja akan langsung mulur dengan begitu mudahnya, hingga akhirnya putus atau patah.


Karakteristik baja ini sepertinya sama dengan manusia. Bila diberi ujian kehidupan yang mudah seperti terlihat tangguh dan pantang menyerah. Namun bila ujian yang datang tersebut terus-menerus dirasakan maka runtuhlah benteng pertahanannya. Manusia yang telah mencapai titik yield stress-nya adalah manusia yang kalah, karena ia telah menyerah pada kehidupan, bersikap idealis sesaat, namun akhirnya realistis dan pragmatis juga.


Manusia pemenang ibarat baja BJ 55, salah satu jenis baja terkuat di dunia yang baru akan meleleh saat ditarik dengan beban 410 Mpa (410.000.000 kg/m2) dan baru akan putus saat bebannya 550 MPa (550.000.000 kg/m2). Artinya, semua beban dan ujian kehidupan tidak mudah membuatnya meleleh dan tidak gampang membuatnya putus. Tekanan tidak membuatnya takut, di saat meleleh pun masih melawan. la kuat memegang prinsip, cerdas dalam setiap tindakan, tetap kritis di saat sulit, berani menyampaikan kebenaran, seandainya nanti menjadi pemimpin maka ia pasti pemimpin yang elegan[].


Dari buku

"MOBIL MOGOK ANGGOTA DEWAN"  Sebuah Sainspirasi

ADA YANG LEBIH HEBAT

 “𝑺𝒆𝒃𝒂𝒊𝒌-𝒃𝒂𝒊𝒌 𝒎𝒂𝒏𝒖𝒔𝒊𝒂 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒂𝒍𝒊𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒎𝒂𝒏𝒇𝒂𝒂𝒕 𝒃𝒂𝒈𝒊 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒊𝒏.”  (Hadits Riway...