Senin, 13 Januari 2025

BANGUNLAH CINTA, SETELAH JATUH CINTA

 "𝘊𝘪𝘯𝘵𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘰𝘮𝘪𝘯𝘢𝘴𝘪; 𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘱𝘦𝘳𝘬𝘶𝘢𝘵."

(Johann Wolfgang von Goethe)


Begitu mudahnya, untuk jatuh cinta, kadang cukup diperlukan waktu 10 menit. Bisa melalui pandangan, pembicaraan atau kontak fisik.

Namun untuk membangun cinta diperlukan waktu yang lebih banyak. Dalam kurun 7 hari dalam sepekan dan 24 jam dalam sehari semuanya harus diamati, dinilai dan disimpulkan.

Di sinilah letak perbedaan jatuh cinta dan bangun cinta. Saat jatuh cinta, kita dalam keadaan saling menyukai. Namun, bangun cinta diperlukan dalam keadaan jengkel, kesal, marah. Dalam keadaan tersebut, cinta tidak Iagi berwujud pelukan, belaian atau usapan namun berbentuk iktikad baik untuk memahami konflik dan bersama-sama mencari solusi yang dapat diterima oleh mereka yang membangunnya.

Karena jika dibiarkan berlarut, mereka bisa saling memusuhi dan membenci. 

Oleh karena itu perlu diingatkan tentang komitmen apakah dulu ingin mencari teman atau musuh dalam membangun cinta?

Mencari teman hidup memang dimulai dengan jatuh cinta. Namun sesudahnya, porsi terbesar adalah membangun cinta. Itu artinya mendewasakan cinta sehingga kedua pihak bisa saling mengoreksi, berunding, menghargai, bertenggang rasa, menopang, setia, mendengarkan, memahami, mengalah, dan bertanggung jawab.

Mau punya teman hidup? 

JATUH CINTA-lah. Tetapi sesudah itu BANGUN-lah CINTA.[]

"𝙲𝚒𝚗𝚝𝚊 𝚝𝚎𝚛𝚋𝚊𝚒𝚔 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚓𝚎𝚗𝚒𝚜 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚊𝚗𝚐𝚔𝚒𝚝𝚔𝚊𝚗 𝚓𝚒𝚠𝚊 𝚍𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚞𝚊𝚝 𝚔𝚒𝚝𝚊 𝚖𝚎𝚛𝚊𝚒𝚑 𝚕𝚎𝚋𝚒𝚑 𝚋𝚊𝚗𝚢𝚊𝚔, 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚗𝚊𝚗𝚊𝚖 𝚊𝚙𝚒 𝚍𝚒 𝚑𝚊𝚝𝚒 𝚔𝚒𝚝𝚊 𝚍𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚊𝚠𝚊 𝚔𝚎𝚍𝚊𝚖𝚊𝚒𝚊𝚗 𝚍𝚊𝚕𝚊𝚖 𝚙𝚒𝚔𝚒𝚛𝚊𝚗 𝚔𝚒𝚝𝚊."

(Nicholas Sparks)


Dari buku

"Secangkir Kopi Inspirasi"



KENCAN DENGAN WANITA LAIN

"𝑨𝒌𝒖 𝒕𝒂𝒌 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏𝒈𝒈𝒂𝒑 𝒔𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒓𝒊𝒂 𝒔𝒆𝒃𝒂𝒈𝒂𝒊 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒊𝒔𝒌𝒊𝒏 𝒋𝒊𝒌𝒂 𝒊𝒂 𝒑𝒖𝒏𝒚𝒂 𝒊𝒃𝒖 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒉𝒆𝒃𝒂𝒕".

(Abraham Lincoln)


Beberapa waktu lalu istri saya usul agar saya berkencan dengan seorang wanita lain, besok malam.

"Kamu akan mencintainya," kata istri saya.

"Apa-apaan sih," protes saya. "Mengapa kamu tidak ikut?

"Itu acaramu berdua dengan dia," jawab istri saya.

Perempuan yang dimaksudnya adalah ibu saya yang telah menjanda dan kini tinggal dengan seorang anak asuh. Meski tinggal satu kota, saya jarang menemuinya karena kesibukan kerja dan keluarga .

Malam itu saya telepon ibu, mengajaknya makan malam dan nonton film. Berdua saja.


"Istrimu?" tanya ibu dari ujung telepon. Ibu saya adalah tipe orang yang selalu curiga kalau menerima telpon tengah malam. 


"Tak ada salahnya kita sekali-sekali ke luar berdua saja," jawab saya.

"Ibu mau sekali," jawabnya setelah terdiam beberapa lama.

Rupanya, dia masih curiga. 

Besoknya, sepulang kantor saya ke rumah ibu.

Beliau terlihat agak canggung, tapi berdandan resmi sekali. Mengenakan gaunnya yang terbaik. Gaun yang dipakai pada pesta ulang tahun perkawinan terakhir ketika ayah masih ada. Ibu menyambut saya dengan senyum lebar.

"Ibu bilang ke kawan-kawan tentang rencana kita ini. Mereka semua kaget dan merasa ikut senang seperti ibu sekarang," kata ibu seraya masuk mobil. "Mereka bilang besok pagi ingin tahu ceritanya."

Kami pergi ke restoran yang agak mahal. Suasananya elegan dan menyenangkan. Ibu menggandeng lengan saya ketika masuk ruangan, persis seperti First Lady. Jalannya anggun. Saya harus membacakan daftar menu karena ibu tak bisa lagi membacanya, walau dengan kacamata tebal. Ketika sedang membaca daftar itu, saya berhenti sejenak menengok ibu. Dia sedang memandangi saya dengan senyum kasih.

"Dulu, ibu yang membacakan kamu daftar menu ketika kau masih kecil," katanya.

"Sekarang Ibu santai saja, giliran saya melayani Ibu," jawab saya.

Sambil makan, kami membicarakan banyak hal sehari- hari. Tidak ada topik yang istimewa, tapi obrolan mengalir saja sampai-sampai kami terlambat untuk menonton film.

Saat mengantarnya pulang, di muka pintu ibu berkata, "Ibu mau pergi lagi dengan kamu, tapi lain kali ibu yang bayar."

Saya setuju.

"Bagaimana kencanmu?" tanya istri saya di rumah. "Sangat menyenangkan. Lebih dari yang saya duga. Tadinya tidak tahu mau ngomong apa?"

Beberapa hari kemudian, ibu meninggal karena serangan jantung. Begitu tiba-tiba kejadiannya, saya tidak sempat berbuat apa-apa untuk menolongnya. Satu minggu berlalu, sepucuk surat tiba dari restoran tempat ibu dan saya makan malam. Surat itu dilampiri kopi tanda lunas. Ada selembar kertas diselipkan di situ, bertuliskan:

"Ibu sudah bayar makan malam kita karena rasanya tak mungkin kita makan bersama lagi. Walaupun begitu, ibu sudah bayarkan untuk dua orang, barangkali untuk kau dan istrimu. Anakku, besar sekali arti undanganmu malam itu."

Pada detik itulah saya mengerti apa arti pentingnya kita mengatakan kepada orang-orang yang kita sayangi mengenai perasaan kita itu. Tidak ada hal yang lebih penting dalam hidup daripada Tuhan dan keluarga. Berikan waktu Anda untuk mereka, jangan sampai terlambat karena mengatakan 'nanti'.[]


"𝙼𝚎𝚗𝚓𝚊𝚍𝚒 𝚒𝚋𝚞 𝚙𝚎𝚗𝚞𝚑 𝚠𝚊𝚔𝚝𝚞 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚜𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚜𝚊𝚝𝚞 𝚙𝚎𝚔𝚎𝚛𝚓𝚊𝚊𝚗 𝚋𝚎𝚛𝚐𝚊𝚓𝚒 𝚝𝚎𝚛𝚝𝚒𝚗𝚐𝚐𝚒 𝚔𝚊𝚛𝚎𝚗𝚊 𝚋𝚊𝚢𝚊𝚛𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚌𝚒𝚗𝚝𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚞𝚛𝚗𝚒."

(Mildred B. Vermont)

Dari buku "Bukan untuk Dibaca" The Most Inspiring Story



TARIAN HUJAN

"𝑷𝒆𝒓𝒋𝒖𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒎𝒂𝒌𝒊𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒎𝒂𝒏𝒂𝒌𝒂𝒍𝒂 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒎𝒖𝒍𝒂𝒊 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒆𝒍𝒖𝒉 𝒅𝒂𝒏 𝒎𝒖𝒍𝒂𝒊 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒂𝒏𝒅𝒊𝒏𝒈𝒌𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒃𝒆𝒃𝒂𝒏 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒊𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒆𝒓𝒍𝒊𝒉𝒂𝒕 𝒍𝒆𝒃𝒊𝒉 𝒓𝒊𝒏𝒈𝒂𝒏."

(Harry Slyman)


Suku Maasai yang tinggal di wilayah Kenya, Afrika Tengah mempunyai kebiasaan ritual menyanyi sambil menari untuk minta hujan pada saat kemarau yang panjang. Tujuannya adalah agar para dewa menurunkan hujan 

Namun, satu mukjizat terjadi di sebuah suku kecil Maasai, dibandingkan dengan suku Maasai yang lain.  Setiap kali mereka menari dan menyanyi, 100% hujan pasti turun.

Berita mengenai kemampuan ajaib suku kecil ini tersiar sampai-sampai ahli arkeologi, ahli cuaca dari dunia barat datang ke suku tersebut untuk meneliti keajaiban tersebut.

Setelah melakukan penelitian selama berbulan-bulan akhirnya para ahli sepakat bahwa suku yang satu ini memang mampu mendatangkan 100% hujan di tanah mereka. Rahasianya adalah: dibandingkan suku Maasai lainnya, mereka ada yang menari selama tiga hari kemudian berhenti, ada juga yang menari sampai lima hari dan kemudian berhenti ketika hujan tidak kunjung datang. Suku Maasai yang selalu berhasil mendatangkan hujan, rupanya tidak melakukan hal yang terlalu berbeda, bahkan lagu dan cara menarinya sama persis dengan suku Massai lainnya. Satu-satunya perbedaan adalah, setiap kali mereka menari dan menyanyi, mereka tidak akan berhenti sampai hujan turun. Jika dibutuhkan waktu tiga hari sampai hujan turun, mereka akan menari selama tiga hari. Jika dibutuhkan waktu tujuh hari untuk mendatangkan hujan, mereka akan menari selama tujuh hari sampai turunnya hujan. Prinsip sederhana yang mereka pegang adalah 𝐌𝐞𝐫𝐞𝐤𝐚 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐭𝐞𝐫𝐮𝐬 𝐦𝐞𝐧𝐚𝐫𝐢 𝐬𝐚𝐦𝐩𝐚𝐢 𝐡𝐮𝐣𝐚𝐧 𝐭𝐮𝐫𝐮𝐧! Kalau belum juga turun 𝐦𝐞𝐫𝐞𝐤𝐚 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐭𝐞𝐫𝐮𝐬 𝐦𝐞𝐧𝐚𝐫𝐢! 

Rahasia sederhana inilah yang sering kali menjadi rahasia bagi para juara sejati di bidangnya.

                                ---o0o---

Begitu banyak orang ingin menjadi juara dalam hidup ini namun hanya sedikit yang memiliki keyakinan yang sedemikian kuat, mampu bertahan menghadapi kegagalan demi kegagalan. Mereka mampu bertahan karena mereka memegang prinsip "Saya Yakin oleh sebab itu Saya Melihat", bukannya seperti umumnya rata-rata orang yang berprinsip "Saya Melihat baru Saya Percaya". 

Buatlah keyakinan Anda menjadi sesuatu yang tidak tergoyahkan bahkan oleh kegagalan demi kegagalan, niscaya Anda akan bertemu dengan mimpi Anda dalam waktu yang dekat[]

"𝙹𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗𝚕𝚊𝚑 𝚋𝚎𝚛𝚕𝚊𝚖𝚊- 𝚕𝚊𝚖𝚊 𝚍𝚒 𝚍𝚊𝚕𝚊𝚖 𝚖𝚊𝚜𝚊𝚕𝚊𝚑 𝙰𝚗𝚍𝚊, 𝚋𝚎𝚛𝚏𝚘𝚔𝚞𝚜𝚕𝚊𝚑 𝚙𝚊𝚍𝚊 𝚊𝚙𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚒𝚗𝚐𝚒𝚗 𝙰𝚗𝚍𝚊 𝚔𝚎𝚛𝚓𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚋𝚎𝚛𝚒𝚔𝚞𝚝𝚗𝚢𝚊. 𝙻𝚞𝚊𝚗𝚐𝚔𝚊𝚗𝚕𝚊𝚑 𝚜𝚎𝚕𝚞𝚛𝚞𝚑 𝚎𝚗𝚎𝚛𝚐𝚒 𝙰𝚗𝚍𝚊 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚖𝚎𝚗𝚌𝚊𝚛𝚒 𝚓𝚊𝚠𝚊𝚋𝚊𝚗 𝚊𝚝𝚊𝚜 𝚝𝚊𝚗𝚝𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚑𝚒𝚍𝚞𝚙 𝚒𝚗𝚒."

(Dr.Denis Waitley)

Dari buku

"CHAMP!ON" 101 Tip Motivasi dan Inspirasi SUKSES Menjadi Juara Sejati


Keterangan foto: Tarian Suku Maasai



Minggu, 08 Desember 2024

BEBASKAN DIRI ANDA

"𝐉𝐢𝐤𝐚 𝐀𝐧𝐝𝐚 𝐝𝐚𝐩𝐚𝐭 𝐦𝐞𝐦𝐢𝐦𝐩𝐢𝐤𝐚𝐧𝐧𝐲𝐚 𝐦𝐚𝐤𝐚 𝐀𝐧𝐝𝐚 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐩𝐚𝐭 𝐦𝐞𝐧𝐜𝐚𝐩𝐚𝐢𝐧𝐲𝐚. 𝐀𝐧𝐝𝐚 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐧𝐜𝐚𝐩𝐚𝐢 𝐬𝐞𝐦𝐮𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐣𝐢𝐤𝐚 𝐀𝐧𝐝𝐚 𝐛𝐚𝐧𝐲𝐚𝐤 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐧𝐭𝐮 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐥𝐚𝐢𝐧 𝐦𝐞𝐧𝐜𝐚𝐩𝐚𝐢 𝐚𝐩𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐫𝐞𝐤𝐚 𝐢𝐧𝐠𝐢𝐧𝐤𝐚𝐧.”

(Zig Ziglar)


Saat terbang bersama, Kalkun berbicara pada Elang, "Kawan... mari kita turun ke desa itu untuk mendapatkan sesuatu yang dapat dimakan. Perutku sudah keroncongan." Elang menyahut, "Ayo... ide bagus." 

Keduanya pun melayang turun ke bumi sambil melihat beberapa binatang lain sedang makan. Mereka lalu dan berdekatan dengan seekor sapi yang tengah asyik makan jagung. Melihat kedatangan keduanya, sapi pun berkata, "Selamat datang, silakan cicipi jagung manis ini, kawan."

 

Tawaran itu membuat mereka heran, karena tidak biasa mendapati ada binatang lain berbagi makanan dengan mudahnya. Elang bertanya, "Hei Sapi... Mengapa kamu bersedia membagikan jagung milikmu kepada kami?" Sapi menjawab, "Oh, kami punya banyak makanan disini. Tuan Petani sangatlah baik. la memberikan kami makanan apa pun yang kami inginkan." 

Jawaban ini membuat Elang dan Kalkun terkejut.

Sapi pun bercerita bahwa hidup bersama Tuan Petani tidak menjadikan kekurangan makanan karena Tuan Petani yang mempunyai ladang makanan untuknya dan bahkan diberikan tempat tinggal yang nyaman tidak kena panas ataupun hujan. Semakin lama berbincang dengan Sapi, Elang, dan Kalkun perlahan menjadi semakin tidak percaya karena mereka berdua belum pernah mendengar hal seperti ini sebelumnya. Selama ini untuk memperoleh makanan mereka harus berjuang menentang badai, hujan dan terik matahari.

Usai kenyang menyantap makanan dan akan meninggalkan tempat, Kalkun dan Elang mulai berdiskusi lagi mengenai apa yang mereka dengar tadi.

"Mungkin saatnya kita harus tinggal di sini. Kita bisa mendapatkan semua makanan yang kita inginkan tanpa perlu bekerja bersusah payah. Dan gudang yang di sana bukankah cocok dijadikan sarang seperti sarang-sarang yang selalu kita bangun? Di samping itu, aku telah lelah bila harus selalu bekerja mencari makanan untuk dapat melangsungkan hidup”, kata kalkun

"Kedengarannya sangat menarik" kata elang, "Akan tetapi, aku menemukan bahwa semua ini sulit untuk dipercaya. Sapi dapat menyantap makanan karena ia harus membantu Tuan Petani membajak sawah. Kalau kita bertahan di sini, apa yang bisa kita berikan, Kawan? Aku lebih suka terbang tinggi bebas mengarungi langit luas.”

Akhirnya, setelah merenungkan itu semua, Kalkun memutuskan untuk menetap di lumbung itu di mana ia mendapatkan makanan gratis dan juga tempat tinggal. Elang dan Kalkun akhirnya berpisah.


Waktu terus bergulir dan semuanya berjalan dengan baik bagi Kalkun. la makan semua yang ia inginkan dan sama sekali tidak pernah bekerja. Kalkun tumbuh menjadi burung gemuk dan malas. Suatu hari Kalkun mendengar perbincangan istri Tuan Petani yang mengatakan akan mengadakan pesta beberapa hari Iagi. Betapa terkejutnya Kalkun ketika mendengar perkataan bahwa hidangan makan malamnya adalah kalkun panggang yang tinggal memotong saja. la memutuskan untuk pergi dari pertanian itu dan bergabung kembali dengan teman baiknya, Elang. Namun ketika Kalkun berusaha untuk terbang, ia merasa tubuhnya sudah jauh berbeda. la telah tumbuh terlalu gemuk, sehingga ia hanya bisa mengepak-ngepakkan sayapnya tanpa bisa terbang. Jadilah akhirnya, pada Hari Raya itu, keluarga Tuan Petani duduk bersama menghadapi panggangan daging Kalkun besar yang lezat.


Dalam hidup ini, kita dihadapkan pada pilihan-pilihan. Pilihan yang menguatkan atau melemahkan. Tidak sedikit yang terbuai dalam pilihan-pilihan semu yang membuat kesuksesan kian menjauh. Namun, tidak sedikit pula yang terus berpegang teguh pada prinsip-prinsip kebaikan yang mengantarkan pada gerbang kesuksesan. 

Sukses memerlukan kesiapan diri. Kesiapan diri membangun kelayakan atau kepantasan. Kesuksesan tidak akan pernah diraih oleh orang yang tidak layak meraihnya. Sukses milik orang-orang yang pantas mendapatkan kesuksesan. Mari kita bangun kepantasan itu, sehingga sukses menjadi milik kita.[]


Dari buku 

"I believe I can Fly" 50 Kisah Inspirasional yang membuat Kesuksesan Berlari Menuju Anda



Senin, 02 September 2024

ADA YANG LEBIH HEBAT

 “𝑺𝒆𝒃𝒂𝒊𝒌-𝒃𝒂𝒊𝒌 𝒎𝒂𝒏𝒖𝒔𝒊𝒂 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒂𝒍𝒊𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒎𝒂𝒏𝒇𝒂𝒂𝒕 𝒃𝒂𝒈𝒊 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒊𝒏.” 

(Hadits Riwayat ath-Thabrani, Al-Mu’jam al-Ausath, juz VII, hal. 58)

Begitu takutnya akan makanan yang tercampur dengan bahan yang tidak patut, guru itu menanam sendiri bahan makanannya, memancing ikan untuk lauk. Waktunya sepenuhnya digunakan untuk berdoa dan beribadah.

Perilaku tersebut membuat kagum seorang muridnya. Segera murid itu menghampiri dan mengatakan ingin mengikuti jejaknya jadi orang yang saleh yang sepanjang hidupnya.

Namun gurunya menolak. "Ilmu ku tidak ada apa-apa dibandingkan dengan adikku yang ada dikota" kata gurunya.

"Cobalah temui dia"

Karena penasaran, ada yang lebih hebat dari gurunya, pergilah dia kekota.

Menjelang sampai dikota ia bertemu dengan seorang penjahit yang sedang bekerja di kedainya.

Saat murid itu menanyakan orang yang dia cari, dikatakan hampir semua orang mengenalnya, namun saat ini orang yang dia cari sedang diluar kota.

Penjahit itu menawarkan rumahnya untuk tinggal sambil menunggu kedatangannya.

Beberapa hari kemudian datang serombongan orang berkuda dari arah luar kota. Penjahit itu mengatakan orang yang dia cari sudah datang.

Rupanya adik gurunya itu adalah pimpinan rombongan tersebut. Namun melihat penampilannya, murid tadi keheranan. Pria itu mengenakan baju yang bagus, naik kuda yang gagah dan kesannya terlihat angkuh.

Makin penasaran, maka dia ikuti adik gurunya itu sampai ke rumahnya.

Turun dari kuda sudah ada pelayan yang menerima tali kekang kudanya dan membawa ke belakang.

Saat memasuki rumah beberapa pelayan menghormat dan menyilakan. Sama sekali tidak menunjukkan orang yang rendah hati.

Murid itu lalu diajak masuk dan makan bersama dengan para tamunya. Meja penuh dengan hidangan yang lezat.

Setelah bertegur sapa, adik gurunya itu menanyakan kabar kakaknya. Dia tanyakan apakah kakaknya masih menjalani kehidupan yang zuhud dan masih menyediakan makanannya sendiri? Jawab murid itu gurunya masih memancing ikannya sendiri dan menanam sayurannya sendiri, Beliau selalu menjalani kehidupan yang tenang.

Reaksi sang adik sungguh mengagetkan. Dia berkata merasa kasihan kepada kakaknya, Ternyata dia masih terlalu cinta kepada dunia.

Seketika hilang rasa hormat murid itu kepada adik gurunya dan memutuskan untuk tidak meneruskan niatnya semula berguru kepada adik gurunya dan pulang.

Gurunya terkejut karena kepulangan muridnya begitu cepat. Gurunya pun menanyakan apa sebabnya?. Murid itu berkata bahwa adik gurunya mungkin sudah berubah. Tidak tampak lagi ada tanda-tanda kehidupan seorang sufi pada diri adiknya. 

Tiba-tiba guru itu menangis tersedu-sedu dan mengatakan bahwa apa yang dikatakan adiknya benar. Sang murid lebih bingung lagi karena dia tidak bisa memahami apa yang terjadi.

Setelah gurunya dapat mengendalikan kesedihannya, sang guru menceritakan bahwa kehidupan yang dilaluinya adalah kehidupan yang egois, tenang, dan mau enak sendiri. Dia sendiri tidak peduli kepada orang Iain. Dia terbuai untuk melalui kehidupan yang tenang dan merasa dirinya suci, dengan tidak bermanfaat bagi orang di sekitarnya sama sekali. Bahkan, dia mengharapkan untuk memperoleh kedudukan yang terhormat di surga. Orang Iain sama sekali tidak merasakan manfaat dari keberadaan dirinya. Menjadi orang baik dengan cara seperti ini sangatlah mudah.

Sedangkan adiknya, meskipun tampak gemerlap, tetapi dia adalah saudagar pengumpul dari pedagang kecil yang datang dari tempat jauh.

Pedagang yang mau membeli dagangannya cukup datang ke rumahnya saja dan tidak perlu berkeliling dan membuang-buang waktu.

Rumahnya besar, karena memang banyak tamu, yang selain singgah juga bermalam di sana. Makanannya beraneka ragam karena para tamu yang berkunjung juga mempunyai selera yang berbeda.

Pelayannya banyak, karena memang perlu untuk mengurus tamu yang banyak pula. Selain itu, pelayan tersebut banyak berasal dari orang miskin yang tidak mampu bekerja sendiri. Agar mereka tidak menjadi peminta-minta, mereka diberi pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya. Dengan demikian, orang orang yang tertolong tersebut dapat memberi nafkah kepada keluarga mereka secara terhormat. Dan nafkah yang diberikan oleh para pelayan kepada keluarganya dicari dengan menjadikan diri mereka bermanfaat bagi orang Iain.[]

"𝙷𝚒𝚍𝚞𝚙 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚓𝚊𝚞𝚑 𝚕𝚎𝚋𝚒𝚑 𝚋𝚎𝚛𝚖𝚊𝚗𝚏𝚊𝚊𝚝 𝚓𝚒𝚔𝚊 𝙰𝚗𝚍𝚊 𝚋𝚎𝚛𝚓𝚞𝚊𝚗𝚐 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚜𝚎𝚜𝚞𝚊𝚝𝚞, 𝚍𝚊𝚛𝚒𝚙𝚊𝚍𝚊 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚊𝚖𝚋𝚒𝚕 𝚊𝚙𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚍𝚒𝚋𝚎𝚛𝚒𝚔𝚊𝚗 𝚔𝚎𝚙𝚊𝚍𝚊 𝙰𝚗𝚍𝚊 𝚍𝚒 𝚊𝚝𝚊𝚜 𝚙𝚒𝚛𝚒𝚗𝚐."

(Amy Winehouse)


Dari buku 

"NEGERI CITA-CITAKU"



ANGKA SEPULUH PADA DAHI MEREKA

 

"𝑴𝒆𝒏𝒊𝒍𝒂𝒊 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒊𝒏 𝒊𝒕𝒖 𝒎𝒖𝒅𝒂𝒉 𝒌𝒂𝒓𝒆𝒏𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒂𝒍𝒊𝒉𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒕𝒂𝒏𝒈𝒈𝒖𝒏𝒈 𝒋𝒂𝒘𝒂𝒃 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒍𝒂𝒊 𝒅𝒊𝒓𝒊 𝒔𝒆𝒏𝒅𝒊𝒓𝒊."

(Charles F.Glassman)

"Jangan menilai buku dari sampulnya"

Rasanya sering kali ucapan itu dilontarkan untuk tidak menghakimi pada kesan pertama. Memang, ada buku yang sampulnya menarik dengan ilustrasi yang indah, tetapi isinya tidak bagus. Demikian juga sebaliknya...

Namanya Arep Sinlae. Posturnya cukup tinggi, berbadan langsing, dahi lebar dan berkulit gelap.

Anak itu tinggal di dusun Lolopain, setengah jam jalan kaki SDN Daepapan, Rote Ndao NTT. Pendiam, tertutup dan mahal senyum.

Kali pertama saya menyalami, dia tidak berani melihat mata saya, seperti pada umumnya anak-anak disini.

Slogan "di ujung rotan ada emas" rupanya berlaku disini yang mengisyaratkan guru harus ditakuti.

Tak seperti temannya, Arep terlalu pendiam, terlalu pemalu. Suara yang keluar dari mulutnya seperti mendengar lirihan. Ketidakpercayaan dirinya mempengaruhi linguistiknya dan pergaulan dengan teman sebayanya. la sering bermain sendirian saat istirahat, mengejar kupu-kupu di halaman sekolah.

Arep adalah salah satu dari 28 muridku di kelas V,  kelas yang kuajar.

”Apakah anak seperti ini memiliki salah satu dari  kecerdasan majemuk Howard Gardner ? saya bertanya dalam hati.

Saat saya tanyakan ke guru yang mengajar pada kelas sebelumnya, dia malah mengatakan, "Waduh Pak Rian, si Arep itu talalu lamban sekali Pak"

Kubilang, " Apa betul, lbu?”

Dia bilang, ”Betul, Pak!” dia mengatakan ini dengan ekspresi yang sangat menyakinkan. Saya jadi tertantang mengangkat seorang Arep dari ketidaktahuan menjadi tahu. Dari tidak percaya diri menjadi yakin.

Arep mulai ada perubahan setelah saya panggil secara pribadi sepulang sekolah dan saya ajak bicara.

"Kamu jangan pernah merasa rendah diri dengan cibiran banyak orang. Pak Rian yakin, kamu pintar!"

"Mari kita buktikan ke semua orang yang mencibir kamu, bahwa mereka semua salah!" lanjut saya

Arep tidak mengucapkan kata balasan, tetapi dari tatapan matanya, saya tahu bahwa dia mengerti maksud saya. Melihat matanya, saya tahu bahwa dia mau berusaha bersama saya.

Saya amati, tampaknya anak ini telah dihakimi oleh teman dan gurunya, karena ya itu tadi: dia tidak menonjol dalam seluruh bidang pelajaran. Bahkan untuk berbicara atas nama dirinya sendiri saja sulit sekali. Setiap kali dia berbicara di depan kelas, saya selalu meneriakkan kata "HARD!" Itu adalah sinyal yang kuberikan kepada anak yang lemah volume suaranya, agar diperkuat sehingga terjangkau sampai ke belakang kelas.

Pendiamnya di banyak pelajaran akan berubah saat pelajaran matematika, matanya terlihat bercahaya sekali. Dia sangat senang berhitung. Matanya lebih bercahaya Iagi apabila sedang mengerjakan soal. Senyum mahalnya akan terkembang, disertai sedikit lidah menjulur keluar, seperti mencoba mengatakan, "Saya pasti bisa mengerjakan ini!"


Angka 10, dari skala 10...

Adalah sebuah nilai yang diidamkan setiap guru untuk dimiliki siswanya. Pada saat masuk kelas, kita harus bayangkan ada angka 10 di dahi tiap anak-anak di sekolah. Dan ini diterapkan di setiap sesi mengajar. Bayangkan bahwa si anak adalah anak sempurna. Bahwa setiap anak adalah angka 10 sempurna. Hal ini sangat penting karena anak-anak adalah psikologotodidak terhebat yang sangat perasa dengan setiap ekspresi dan segala ucapan kita. Mata adalah organ yang dapat menceritakan segalanya. Mata kita tidak pernah bohong. Dan anak-anak akan bisa membaca arti tatapan kita. Bila Anda sudah dekat dengan anak-anak, Anda mungkin akan dapat mempraktekkan "tatapan percaya dan yakin", "tatapan marah" "tatapan kecewa", "tatapan jangan-ulangi-lagi", "tatapan ayo semangat". Pelajarilah tatapan ini, dan niscaya pita suara Anda akan terawat selama Anda menjadi guru.

Anak-anak butuh diberi apresiasi dan perhatian. Inilah celah yang harus diisi oleh pengajar, Jadi mari kita bayangkan bahwa ada angka 10 di dahi tiap anak yang kita ajar. Setiap anak tanpa terkecuali. Imajinasikan secara mendalam dan konsisten. Niscaya, binar mata guru akan berbeda. Mata guru akan memancarkan kepercayaan dan keyakinan kepada tiap anak. Mereka akan tahu bahwa guru tidak benci kepada kegagalan mereka. Mereka akan berani mencoba dan mencoba lagi. Mereka tahu bahwa guru selalu memberikan mereka kesempatan kedua. Mata kita seolah menyampaikan, "Nak, jangan takut untuk jatuh! Setelah jatuh, kamu akan mencapai tujuanmu!"

Saya coba pancing mereka dengan perumpaan sebagai berikut: 

"Siapa yang sudah bisa mengendarai sepeda?"

"Sayaaa!!! Hampir seluruh kelas mengacungkan tangan.

"Siapa yang waktu belajar mengendarai sepeda pernah jatuh?"

"Sayaaa!!! Kali ini kembali hampir semua mengaku serupa.

"Akhirnya bisa naik sepeda tidak? Siapa yang akhirnya bisa naik sepeda?"

Sayaaa!!! Seisi kelas serempak.

"Nah, namanya belajar juga begitu. Pasti kalian pernah salah. Tetapi akhirnya kalian akan bisa menguasai pelajaran!"

Kembali ke Arep Sinlae. Dia memberi saya salah satu momen terindah datam hidup saya. Setelah saya menanamkan 'keyakinan' kepada dia, Arep mendapatkan nilai 10 pada ulangan matematika pertamanya. Ya, 10! Mengalahkan si juara kelas selama empat tahun berturut-turut! Sepanjang minggu tak henti-hentinya saya ceritakan hal ini kepada tiap guru di sekolah![]

"𝐊𝐞𝐭𝐢𝐤𝐚 𝐀𝐧𝐝𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐥𝐚𝐢𝐧, 𝐀𝐧𝐝𝐚 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐦𝐞𝐧𝐝𝐞𝐟𝐢𝐧𝐢𝐬𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐫𝐞𝐤𝐚, 𝐀𝐧𝐝𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐝𝐞𝐟𝐢𝐧𝐢𝐬𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐢𝐫𝐢 𝐀𝐧𝐝𝐚 𝐬𝐞𝐧𝐝𝐢𝐫𝐢."

(Earl Nightingale)

(Dikisahkan oleh Rian Ernest Tanudjaja, Pengajar Muda dari SDN Daepapan, Kab Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur dalam buku "Panggilan Hati untuk Berbagi. Kisah Nyata 46 Pengajar Muda di Beranda Depan Indonesia")


Keterangan foto: Murid-murid SDN Daepapan sedang bermain di halaman sekolah



BALASAN SEDEKAH

 

Tidak seperti yang sudah-sudah, pulang kampung Zainal kali ini membawa uang buat sedekah lebih banyak. Biasanya pengusaha yang bergerak di bidang forwarding (pengiriman barang) tiap mudik ke kampung halamannya di Maninjau Bukittinggi membawa uang 10-15 juta untuk para kerabatnya.

"Kok seperti orang yang kebanyakan duit saja Pak" kata Ima, istrinya 

"Apa salahnya berbagi dengan saudara Bu, mumpung kita diberi kelapangan" kata sang suami.

Zainal Kembali ke ibukota masih dalam suasana idul Fitri dan sempat bersilaturahmi dengan para karyawannya. Saat masuk ke ruang kerjanya, terdengar nada panggil dari ponselnya.

"Assalamualaikum pak Zainal, selamat Idul Fitri dan mohon maaf lahir batin! Ini Joko rekanan kerja Bapak," Terdengar suara di seberang telepon Zainal.

"Oh, sama-sama Pak Joko. Mohon maaf lahir batin juga ya! Sahut Zainal.

"begini Pak Haji, saya minta tolong, tapi sedikit mendesak. Barangkali pak haji bisa mencarikan saya barang, tapi ini bukan bidang Pak Haji" Jelas Joko.

"Barangnya apa ya Pak ?!" Tanya Zainal.

"Low Bed Trailer" Kata Pak Joko "Kira-kira bisa mencarikan tidak, Pak. Yang seken saja." Kendaraan jenis truk berroda banyak dengan bagian belakang rendah itu biasa digunakan untuk mengangkut alat-alat berat.

"Kalau bisa dalam waktu tiga hari ini ya pak Haji"

Zainal menyanggupi dan pembicaraan ditutup.

Namun menjelang tenggat waktu yang diberikan Zainal belum mendapatkan truk dengan sebutan 'pantat low Bed' tersebut.

"Subhanallah!!!" Zainal terhenyak dari duduknya di dalam mobil. Seolah ia baru saja mendapatkan ilham dari Allah atas keberadaan sebuah pantat low-bed yang pernah ia lihat. "Kita ke Padalarang Pak...!" Seru Zainal kepada sopirnya.

Hati Zainal harap-harap cemas. la teringat, bahwa ia pernah melihat sebuah pantat low-bed ditaruh di pinggir jalan Padalarang dengan sebuah papan bertuliskan DIJUAL. Padahal saat itu kondisi jalan gelap karena malam dan hujan pun mengguyur sepanjang perjalanan. Tiga tahun yang lalu itu, Zainal melihat barang itu tanpa sedikit pun perhatian. Namun kini, ia berharap kepada Allah, semoga pantat low-bed itu masih teronggok di sana.

Allah mengabulkan doa Zainal. Setibanya di sana, ia dapati pantat low-bed berwarna kuning itu sudah banyak berkarat. Segera saja ia mengontak pemiliknya, dan pemiliknya mau menjual murah barang tersebut. Maka disepakatilah antara Zainal dan pemilik pantat low-bed itu senilai Rp. 50 juta.

Malam itu juga Zainal menelepon Joko, ia memberitahukan bahwa sudah menemukan barang yang dimaksud. Joko senang mendengar kabar ini, dan ia berjanji esok pagi akan membawa serta bosnya, seorang expatriat bernama Phillip. Keesokan paginya, mereka semua datang ke lokasi pantat low-bed untuk check fisik.

Sebelumnya Zainal agak khawatir dengan barang yang ditawarkan tersebut, mengingat orang bule biasanya rewel dengan barang bekas 

Namun jauh di luar dugaan Zainal, Phillip merasa puas dan ia merekomendasikan agar barang tersebut langsung dibeli.

Usai melihat barang tersebut, maka masing-masing mereka pulang dengan kendaraannya.

"Pak Haji, bos saya setuju dengan barang yang kita lihat tadi" begitu telepon Joko saat Zainal meninggalkan Padalarang. "Segera buat saja penawaran harganya dan dikirim lewat Faks saja" lanjutnya.

"Baik Pak Joko" 

Keesokan harinya Zainal segera membuat surat penawaran lengkap dengan spesifikasi pantat low-bed yang telah dilihat sebelumnya.

Saat akan mencantumkan harga, Zainal sempat ragu, karena memang bekum pernah melakukan jual beli kendaraan seperti ini. Maka dengan mengucap "Bismillah" dia tuliskan harga dengan nominal 175 juta, dan fakspun segera dikirim.

Tak lama kemudian, ada telpon dari Joko

"Pak Haji, terimakasih faks sudah saya terima. Tapi boleh saya tawarkan kan harganya?"

"Silakan" kata Zainal 

"Kurangi 10 juta ya, jadinya 165 juta, sekalian minta nomor rekeningnya"

"Baik, jadi" kata Zainal 

Pembicaraan pun selesai, dan setelah mendapatkan surat pembelian barang dari perusahaan Joko, maka Zainal mengirimkan pantat low-bed itu ke gudang perusahaan Joko Dalam beberapa hari, dana Rp. 165 juta sudah terkirim  rekening Zainal.

Melihat suaminya pulang kerumah dengan gembira, Ima menghampiri Zainal "Gembira amat Pak, ada apa ini?"

"Rupanya Allah mengganti sedekah kita saat pulang kampung kemarin" kata Zainal "Alhamdulillah, kita dapat rezeki dari penjualan barang yang asal kusebutkan harganya"

"Dapat berapa Pak?" Penasaran istrinya bertanya

 "165 juta"


إِنَّ ٱلْمُصَّدِّقِينَ وَٱلْمُصَّدِّقَٰتِ وَأَقْرَضُوا۟ ٱللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا يُضَٰعَفُ لَهُمْ وَلَهُمْ أَجْرٌ كَرِيمٌ

"𝑺𝒆𝒔𝒖𝒏𝒈𝒈𝒖𝒉𝒏𝒚𝒂 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈-𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒆𝒏𝒂𝒓𝒌𝒂𝒏 (𝑨𝒍𝒍𝒂𝒉 𝒅𝒂𝒏 𝑹𝒂𝒔𝒖𝒍-𝑵𝒚𝒂) 𝒃𝒂𝒊𝒌 𝒍𝒂𝒌𝒊-𝒍𝒂𝒌𝒊 𝒎𝒂𝒖𝒑𝒖𝒏 𝒑𝒆𝒓𝒆𝒎𝒑𝒖𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒎𝒊𝒏𝒋𝒂𝒎𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒑𝒂𝒅𝒂 𝑨𝒍𝒍𝒂𝒉 𝒑𝒊𝒏𝒋𝒂𝒎𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒂𝒊𝒌, 𝒏𝒊𝒔𝒄𝒂𝒚𝒂 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒅𝒊𝒍𝒊𝒑𝒂𝒕𝒈𝒂𝒏𝒅𝒂𝒌𝒂𝒏 (𝒑𝒆𝒎𝒃𝒂𝒚𝒂𝒓𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂) 𝒌𝒆𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂; 𝒅𝒂𝒏 𝒃𝒂𝒈𝒊 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 𝒑𝒂𝒉𝒂𝒍𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒂𝒏𝒚𝒂𝒌".

(QS Al Hadid ayat 18)


Dari buku 

"Cahaya Langit " Hidup tak selamanya Hitam

DOMPET YANG JATUH

  "𝙿𝚊𝚝𝚞𝚑𝚒 𝚓𝚊𝚗𝚓𝚒𝚖𝚞 𝚍𝚊𝚗 𝚔𝚘𝚗𝚜𝚒𝚜𝚝𝚎𝚗. 𝙹𝚊𝚍𝚒𝚕𝚊𝚑 𝚝𝚒𝚙𝚎 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚒𝚜𝚊 𝚍𝚒𝚙𝚎𝚛𝚌𝚊𝚢𝚊 𝚘𝚛...