Senin, 17 Februari 2025

UMAT ISLAM YANG KAYA

 وَ اللهُ فىِ عَوْنِ اْلعَبْدِ مَا كَان اْلعَبْدُ فىِ عَوْنِ أَخِيْهِ

"𝑨𝒍𝒍𝒂𝒉 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒏𝒂𝒏𝒕𝒊𝒂𝒔𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒐𝒍𝒐𝒏𝒈 𝒉𝒂𝒎𝒃𝒂-𝑵𝒚𝒂, 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒎𝒂 𝒉𝒂𝒎𝒃𝒂 𝒕𝒆𝒓𝒔𝒆𝒃𝒖𝒕 𝒎𝒆𝒏𝒐𝒍𝒐𝒏𝒈 𝒔𝒂𝒖𝒅𝒂𝒓𝒂𝒏𝒚𝒂.”

(HR. Muslim)


Aris (panggil saja demikian) barangkali boleh dikatakan orang yang kaya. Diusianya yang belum menginjak 40 tahun dan bekerja di sebuah perusahaan asing, lebih dari 200 negara telah dia kunjungi. Semua itu karena dia hanya memburu materi. Dia katakan satu sen pun harus dikejar, apalagi pada saat terjadi krisis global seperti ini.


Namun hal itu berubah saat dia sedang bertugas di pedalaman Maroko, Afrika Utara 

Aris singgah di sebuah perkampungan muslim yang sederhana. Sebagai seorang muslim, kehadirannya di kampung itu disambut dengan baik oleh muslim di sana.

Aris dijamu makan dan makanan untuk disantap pun sudah tersaji dihadapan. Namun tidak ada seorang pun yang menyilakan menyantap makanan, termasuk Aris. Tak lama kemudian seseorang datang ke dalam ruang makan lalu menyampaikan berita kepada tuan rumah dalam bahasa Arab. Usai itu, Aris pun dipersilakan untuk makan.

Saat menyantap hidangan itu, Andi diberitahu oleh tuan rumah bahwa warga kampung muslim tersebut tidak akan pernah menyantap makanan, selagi mereka belum merasa yakin bahwa di luar sana tidak ada seorang pun yang kelaparan. Warga di dusun tersebut saling berbagi makanan antara satu rumah dengan yang lain. Dan orang yang datang terakhir tadi menyampaikan kabar bahwa ia sudah membagi makanan bagi penduduk kampung yang belum mendapat makanan.


Malam itu Aris mendapat pelajaran berharga bahwa berbagi kepada sesama akan membawa ketentraman dan kebahagiaan. Penduduk desa ini mayoritas adalah penduduk miskin, namun mereka bahagia dengan cara berbagi kepada sesama. Inilah pelajaran yang jauh berbeda dari apa yang ia dapatkan di perusahaan tempat ia bekerja.


Usai dari Maroko, ia ditugaskan untuk terbang ke Cairo, Mesir. Perjalanan bisnis malam itu membawa dirinya untuk menyewa sebuah taksi di sana. Umumnya Taksi disana itu milik perorangan, dan kondisinya sudah tua.

"Berapa uang yang kau hasilkan dalam sehari dengan membawa taksi seperti ini?" Aris membuka percakapan dengan sang pengemudi. Dalam kepalanya Aris membayangkan betapa kecilnya penghasilan sebagai pengemudi taksi.

"Pekerjaan mengemudi ini adalah paruh waktu" kata pengemudi itu dalam bahasa Inggris yang patah-patah.

"Jadi, kamu punya pekerjaan lain selain mengemudi?" Kejar Aris.

"Alhamdulillah, aku punya dua pekerjaan yang diberi Allah untukku. Dari pagi hari sampai sore aku bekerja di restoran, malam harinya aku menjadi sopir taksi!"

"Begitu sulitkah hidup disini, sehingga kalian harus bekerja rangkap  mencari nafkah sampai malam?" Tanya Aris lagi.

"Tidak, hidup di negeri ini amat nikmat sekali! Dari pagi hingga sore aku mencari nafkah untuk diriku dan keluarga dan itu cukup untuk kami". Jelas sang sopir.

"Lalu mengapa engkau menjadi pengemudi ?" tanya Aris penasaran.

"Saudaraku, hidup ini hanya sekali. Dan aku ingin hidup yang cuma sekali ini berarti untuk bekalku setelah mati. Maka sudah beberapa lama ini aku membawa taksi agar aku bisa mencari tambahan penghasilan dan kemudian aku sedekahkan kepada mereka yang membutuhkan," jelas sang sopir.


Degg...! Kalimat itu terasa bagai kilat menyambar di hati Aris. Betapa hebat dan suci niat sopir taksi itu gumamnya. Tak pernah dengan kekayaan yang dimiliki, Aris bercita-cita mulia seperti itu. Tak berani ia meneruskan pembicaraan dengan sopir taksi. Dalam hati Andi bergumam bahwa seluruh harta yang ia cari rupanya belum apa-apa, dibandingkan kekayaan hati yang dimiliki penduduk muslim miskin di Maroko dan supir taksi shalih yang ia temui di Cairo, Mesir ini.[]


Dari buku 

"Cahaya Langit" Hidup Tidak Selamanya Hitam



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DOMPET YANG JATUH

  "𝙿𝚊𝚝𝚞𝚑𝚒 𝚓𝚊𝚗𝚓𝚒𝚖𝚞 𝚍𝚊𝚗 𝚔𝚘𝚗𝚜𝚒𝚜𝚝𝚎𝚗. 𝙹𝚊𝚍𝚒𝚕𝚊𝚑 𝚝𝚒𝚙𝚎 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚒𝚜𝚊 𝚍𝚒𝚙𝚎𝚛𝚌𝚊𝚢𝚊 𝚘𝚛...