Minggu, 02 Januari 2022

KEPOMPONG DAN KUPU-KUPU

Seorang anak sedang mengamati kupu-kupu yang sedang berjuang keluar dari kepompongnya. Kupu-kupu itu kecil itu memaksa keluar dari lubang kecil kepompong dalam waktu yang lama.

Saat melihat usaha kupu-kupu yang semakin payah, anak itu memutuskan untuk menolongnya. Diambilnya sebuah pisau kecil, lalu memotong sisa kepompong yang menghalangi keluarnya kupu-kupu.

Dengan mudah kupu-kupu keluar dari kepompong, namun dengan tubuh yang menggembung dengan sayap yang mengkerut. Anak itu mengamati kembali dengan harapan, sayap kupu-kupu akan mekar dan melebar untuk selanjutnya akan terbang.

Kenyataannya adalah, kupu-kupu itu hanya bisa merangkak dengan tubuh gembung dan sayap yang mengkerut dan tak mampu terbang.

Ada yang tidak dimengerti oleh anak yang bermaksud menolong tadi. Kepompong yang terlihat seperti menghambat dan perjuangan kupu-kupu untuk bebas darinya tadi adalah cara Tuhan untuk memaksa cairan dari tubuh kupu-kupu mengisi sayap-sayap sehingga sehingga ia siap untuk terbang begitu lepas dari kepompong.[]

Kadang perjuanganlah yang kita perlukan dalam hidup, karena jika Tuhan membiarkan kita tanpa hambatan akan membuat kita lumpuh dan tidak mampu terbang


Dari buku

MENGASAH HATI

44 Mutiara Hidup yang Akan Membuat Hati Anda Sebening Kaca.

Sabtu, 01 Januari 2022

SEBERAPA LUASKAH TANAH YANG DIPERLUKAN SESEORANG?


Mendengar ada seorang perempuan akan menjual sawahnya, Pahom segera berkata kepada istrinya untuk menjual barang yang ada untuk membeli sawah tersebut. Ditambah dengan pinjaman dari ipar dan saudaranya maka sawah seluas empat hektar , yang jadi impiannya itu kini menjadi miliknya.
Berkat ketekunan dan semangat pantang menyerahnya utang yang banyak itu dapat dia lunasi dalam dua kali panen. Kini Pahom bukan sebagai petani penggarap lagi, tapi petani yang mempunyai sawah sendiri.
Suatu kali datang seorang musafir yang kebetulan singgah dan menginap di rumahnya. Musafir itu kagum akan kerajinan Pahom menggarap sawahnya. Dia pulang kerumah saat hari sudah senja, bahkan tak jarang dia pulang saat malam telah larut. Musafir itu berkata sayang Pahom hanya memiliki sebidang sawah yang kecil, padahal bila Pahom mau pergi ke seberang sungai Olga, di sana ada sawah yang subur dan luas dengan harga yang murah.
Mendengar itu Pahom jadi bernafsu ingin memilikinya dengan mempertaruhkan segala-galanya. Meski ditentang oleh keluarganya Pahom menjual semua yang dimilikinya untuk membeli sawah yang luas dan subur diseberang sungai Olga seluas 40 hektar.
Ditanah pertaniannya yang baru itu Pahom bekerja lebih rajin lagi sehingga akhirnya dia bisa membangun rumah yang bagus, membeli kereta beserta kuda-kudanya dan mengupah pekerja untuk mengerjakan sawahnya. Namun semangat dan nafsu Pahom menumpuk harta semakin menjadi-jadi.
Suatu hari datanglah seorang asing melintas di dusunnya yang memberitahu bahwa di daerah Bashkirs seseorang bisa membeli tanah seluas yang diinginkannya seharga 150.000 Rubel. Caranya cukup berpura-pura menjadi sahabat kepala sukunya dan memberikan beberapa hadiah.
Segera dia perintahkan pekerjanya untuk mengumpulkan apa yang dibutuhkan tersebut. Larangan keluarga tak dipedulikannya.Begitu terkumpul, berangkatlah dia ke Bashkirs.
Sesampainya di sana, seperti yang disuruhnya, ia mulai mendekati kepala suku dan memberikan hadiah-hadiah serta mengajaknya berpesta.Pada kesempatan itu diutarakanlah maksudnya kepada kepala suku. Segera rakyatnya berkumpul dan mengerumuni Pahom sambil tertawa terbahak-bahak. Pikirnya mereka gembira karena sudah diajak berpesta dan mendapat hadiah banyak.
Ditengah keriuhan itu kepala suku berkata "Dari dulu harga tanah disini tak pernah berubah,150.000 Rubel sehari!". Lalu dijelaskan seseorang yang ingin membeli tanah itu cukup meletakkan patok batas pertama , kemudian mengelilingi daerah yang diinginkan sambil menancapkan patok² untuk kembali ketempat semula sebelum matahari terbenam."Ah, mudah sekali untuk memperolehnya" kata Pahom.
Keesokan harinya dengan disaksikan kepala suku dan rakyatnya, Pahom menancapkan patok pertama dan mulai berjalan ke utara. Semakin maju tanah yang dilaluinya makin subur. Dia lalu berpikir agar memperoleh tanah yang luas ia harus berlari. Dan semakin ke utara ternyata tanamannya makin rapat, dan ia terus berlari."Tidak apa-apa mendapat tanah yang memanjang asal subur" begitu pikirnya. Dan ia terus berlari.
Kemudian dia sadar kalau terus keutara ia akan tersesat,maka ia segera berbelok ke timur dan berlari makin cepat karena setengah waktunya telah habis. Saat akan berbelok ke selatan,di kejauhan dia melihat sungai yg mengalir. Maka ia berbelok ke tenggara menuju sungai tersebut."Nanti akan mudah mengairi sawah dari sungai itu" pikirnya. Semua bekalnya dia buang agar memudahkan berlari. Saat itu matahari sudah condong ke barat, sehingga ia harus menuju tempat semula menancapkan patok pertamanya.
Hari menjelang sore dan matahari mendekati ufuk barat. Dikejauhan orang bersorak sorak memberikan semangat. Berkali-kali ia terjatuh, tetapi segera bangun kembali karena takut kehabisan waktu. Sekali lagi Pahom terjatuh, tetapi kali ini suara orang berteriak-teriak memberikan semangat terasa makin jauh dan jauh akhirnya tak terdengar sama sekali. Dia tak perduli dengan segala yang terjadi di sekelilingnya. Pikirannya bekerja tak terkendali. Jantungnya berdegup sangat kencang, tenggorokannya haus luar biasa, napasnya terengah-engah pendek akhirnya tak kuat menarik napas sama sekali dan tubuh Pahom ambruk diam tak bergerak.
Orang-orang berlari menuju tempatnya jatuh dan memeriksa, tetapi tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan kehidupan."Huh, semuanya berakhir sama, tidak ada yang mampu mengendalikan rasa serakahnya" kata kepala suku yang disambut gelak tawa yang lain."Meskipun demikian, yang satu ini jauh lebih kuat dari yang lain.Hampir saja dia berhasil" kata yang lainnya.
Akhirnya mereka menggali lubang 2x1 meter dan menguburkan Pahom disitu. Ya, memang seluas itu sajalah tanah yang diperlukan oleh Pahom. Kepala suku dan seluruh anggotanya kembali ke desa melanjutkan pestanya yang kemarin.Entah sudah yang keberapa kali mereka mendapatkan uang 150.000 Rubel, yang disusul dengan tontonan menarik berupa pengumbaran hawa nafsu serakah tanpa batas dan diakhiri dengan upacara penguburan. Susunan acara selalu berlangsung dari generasi ke generasi.
(Cerita Pendek dari Leo Tolstoy)

Ketamakan hanya menjadi pengejaran yang tanpa batas, seperti rasa haus yang berusaha dipuaskan dengan air laut, setiap teguknya hanya akan menjadikan kehausan semakin bertambah lagi

Dari buku
NEGERI CITA CITAKU
 

Rabu, 29 Desember 2021

MENGATASI KETAKUTAN









Selalu ada rasa takut. Masalahnya adalah bukan bagaimana menghilangkannya, melainkan bagaimana mengatasinya

(Peter Vidmar)


Kehadiran singa di hutan itu membuat penghuni lain merasa resah, karena singa itu sering memangsa binatang lain.

Ketika semua penghuni hutan berkumpul, muncullah singa itu. Seekor tikus segera melompat didepan singa itu sambil berkata "Hai singa!, beri aku waktu sebulan. Maka akhir bulan ini aku akan mengalahkanmu"

Mendengar itu, singa tertawa dengan keras sambil berkata "Apa aku tidak salah dengar?. Kau akan mengalahkanku? Baiklah aku tunggu. Kalau engkau tidak bisa melakukannya, kau akan kuhabisi didepan mereka"

Sepuluh hari berlalu,

Singa tidak berpikir banyak tentang ancaman tikus.

Menjelang hari ke-20, muncul dalam pikiran singa "Apa yang akan dilakukan tikus? Kenapa dia begitu yakin? Bagaimana kalau ancaman itu benar-benar terjadi? Apa dia merencanakan sesuatu yang buruk untuk mencelakai aku?. Ah, mana mungkin ia mengalahkanku. Meski ia membawa seluruh pasukannya, tak mungkin mengalahkanku. Tapi, bisa saja tikus itu mempunyai strategi yang mengerikan atau jebakan yang mematikan"

Hari demi hari pikiran singa dipenuhi dengan ketakutan sehingga selera makan dan minumnya hilang hingga badannya semakin lemah.

Makin lama kondisinya makin mengenaskan hingga akhirnya singa itu menemui ajalnya sebelum sampai hari penentuan.

Adalah hal yang wajar apabila orang mempunyai rasa takut, karena apa yang akan terjadi tidak diketahui. Justru mereka yang tidak memiliki rasa takut akan berbahaya, karena tidak berpikir panjang sebelum melakukan sesuatu, ceroboh, bahkan bisa melakukan kesalahan yang fatal.

Kita bersyukur masih mempunyai hal-hal yang kita takutkan. Namun demikian, janganlah kita hidup dibawah ketakutan yang berlebihan atau terkungkung oleh rasa takut, hingga tidak melakukan apa-apa dan akhirnya 'mati'.[]


Dari buku

THE WISDOM

150 Kisah Inspiratif yang Akan Mengubah Hidup Anda

Senin, 27 Desember 2021

KENAPA HARUS SAYA?


فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan

(QS Ar-Rahman : 13)


Arthur Ashe adalah seorang petenis legendaris Wimbledon.

Saat dia menjalani operasi jantung rupanya darah yang ditransfusikan terifeksi virus sehingga menyebabkan Arthur sekarat karena AIDS.

Seorang penggemar nya bertanya melalui surat yg ditulisnya

"Arthur, menurut Anda,mengapaTuhan memilih Anda untuk mendapatkan penyakit yg buruk seperti ini, padahal Anda tidak pernah melakukan hal yang terlarang?"

Untuk pertanyaan itu, Arthur Ashe menjawab dengan bijak


"Lima puluh juta anak mulai bermain tenis

Lima juta dari mereka belajar bagaimana bermain tenis,

Limaratus ribu belajar tenis secara profesional.

Limapuluh ribu bertanding dalam turnamen,

Limaribu mencapai Grand Slam,

Limapuluh mencapai Wimbledon,

Empat mencapai semifinal

Dua mencapai final dan ketika saya menggenggam pialanya,saya tak pernah bertanya kepada Tuhan,"Kenapa(harus) saya?"

Jadi, ketika sekarang saya sakit, bagaimana bisa  saya menanyakan kepada Tuhan ,"Kenapa saya yang dipilih mengalami sakit berat ini,Tuhan? Padahal nikmat yang diberikan Tuhan kepada saya sudah sangat banyak sebelumnya"


Ditulis kembali dari buku

BUKAN UNTUK DIBACA 3

Rabu, 22 Desember 2021

SUPER KOMPUTER DNA


DNA (Deoxyribonucleicacid) adalah  sebuah “molekul raksasa”yang tersembunyi dalam inti sel hidup. Semua informasi tentang tubuh, dari  mulai  warna rambut, bentuk hidung, bentuk mata ,warna kulit hingga bentuk dan fungsi sel terkodekan dalam bagian yang disebut dengan gen dalam DNA.

 DNA terdiri  atas milyaran pasang  basa yang tersusun  dalam bentuk rantai heliks

Setiap rantai selalu terdiri dari empat kode : A(adenine), T(timin), G(guanine), S(sitosin),dimana A berpasangan dengan T  dan G berpasangan dengan S.

Ternyata  molekul DNA  berhasil “diubah” dan “disesuaikan” oleh prof  Ehud Saphiro menjadi sebuah computer terkecil di dunia. Kalau komputer biasa menggunakan prosesor bahasa biner, maka empat kode nukleotida  dari sepotong DNA  mampu mengolah sekitar 70.000.000.000 operasi matematika. Sehingga komputer supermini  ini 100.000 kali lebih cepat dari komputer konvensional tercanggih yang ada pada saat ini.

 

Inilah penemuan spektakuler dan tercatat dalam Guiness Book World of Record  sebagai “The Smallest Biological Computing Device”.

Berat kode genetic dalam DNA adalah  5x10 pangkat minus 10 gram, sedangkan lebarnya adalah2x10 pangkat minus4 milimeter.Dengan ukuran  itu,jika direnggangkan  panjangnya mencapai  3 meter.

 Menyangkut ukuran DNA ini, Kazuo Murakami-seorang  pakar genetika-membuat ilustrasi:

“Jika kita dapat mengiris kawat yang diameternya 1 milimeter secara memanjang  menjadi seperseratus bagiannya,akan dihasilkan helaian, dimana tiap helaian tersebut  masih tetap limaribu kali lebih tebal dari sehelai  DNA”

Ilustrasi yang lain adalah :

“Jika seluruh DNA dari semua populasi penduduk dunia yang berjumlah 6 milyar dikumpulkan,beratnya hanya akan sama dengan satu butir beras”

Jadi, jika seorang manusia dapat membuat superkomputer dari setetes DNA, bagaimana sesungguhnya kedahsyatan tubuh kita yang memiliki jutaan untai nukleotida pembentuk  DNA

Tubuh kita adalah  giga komputer tercanggih buatan ALLAH


سَنُرِيْهِمْ اٰيٰتِنَا فِى الْاٰفَاقِ وَفِيْٓ اَنْفُسِهِمْ حَتّٰى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ اَنَّهُ الْحَقُّۗ اَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ اَنَّهٗ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيْدٌ

Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur'an itu adalah benar. Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?

(QS Fushshilat [41]:53)

 

Dari buku

"Ajaib bin Aneh"

Senin, 20 Desember 2021

Sebuah catatan menyambut Hari Ibu (3)


 SELEMBAR TIKET KERETA


Para polisi yang menemukanku di stasiun kereta api Xin Zhu sempat kebingungan, karena tangisanku. Beruntung ada seorang ibu yang bisa menyusuiku sehingga aku selamat. Tak lama kemudian aku dibawa ke De Lan Center, sebuah Panti Asuhan Katolik di Bao San, bagian dari Xin Zhu.

Sejak umur sebulan itulah aku jadi penghuni disana dan yang para biarawati itulah yang membesarkanku, tanpa mengenal siapa ibuku.

Banyak pekerja sukarela yang datang ke biara untuk mengajariku. Mereka adalah lulusan dan dosen dari Universitas Jiao dan Universitas Qing, Lembaga Penelitian, serta insinyur. Tentu saja itu banyak membantuku. Seorang mahasiswa yang sebelumnya mengajariku IPA, lalu menjadi asisten dosen. Karena yang mengajar bahasa Inggris seorang yang jenius, maka sejak kecil kemampuan bahasa Inggrisku bagus sekali.

Pelajaran piano yang diajarkan para biarawati menjadikan aku sebagai pianis gereja yang mengiringi misa.

Kemampuanku berbicara yang bagus pun membuat aku sering mengikuti lomba pidato dan debat.

Dengan prestasi yang banyak itu memudahkan aku diterima di jurusan Arsitektur Universitas Xin Zhu yang bisa kuselesiakan sambil bekerja sambilan.

Saat wisuda, biarawati Sun yang membesarkanku, hadir mewakili orang tua yang oleh kepala jurusanku memintanya untuk berfoto denganku.

Pada saat wajib militer, aku kembali berkunjung ke De Lan Center. Tiba-tiba, biarawati Sun ingin berbicara serius denganku. Ia mengambil amplop surat dari raknya dan memintaku untuk melihat isinya.

Terdapat dua lembar tiket dalam amplop tersebut. Biarawati Sun berkata, saat polisi mengantarku ke Panti dalam bajuku terselip dua tiket perjalanan dari tempat asal ibuku ke Stasiun Xin Zhu.

Tiket pertama adalah tiket bus dari suatu tempat di selatan menuju Ping Dong. Sedangkan tiket yang lain adalah tiket kereta api murahan dari Ping Dong ke Xin Zhu. Dari ini aku menduga bagaimana keadaan ekonomi ibuku.

Biasanya biarawati tidak senang menyelidiki latar belakang dari bayi-bayi yang ditinggalkan orang tuanya. Tapi melihat aku cukup dewasa untuk menerima kenyataan, mereka memutuskan untuk memberikan kepadaku saat aku dewasa.

Biarawati Sun memberikan dukungan kepadaku untuk mencari keberadaan orang tuaku, juga jika ada kemungkinan terburuk yang harus kuhadapi.

Maka, berangkatlah aku ke kota yang berada di pegunungan, yang tak pernah kudengar sebelumnya.

Dikota itu aku ke kantor polisi untuk mencari data tentang diriku. Akhirnya kuperoleh dua buah dokumen yang berhubungan denganku. Yang pertama adalah data kelahiran seorang laki-laki dan yang kedua data laporan anak hilang.

Hilangnya anak itu adalah saat dua hari setelah aku ditemukan di stasiun Xin Zhu. Aku mendapat titik terang tentang data kelahiranku.

Sayang, saat ku pastikan kebenaran itu, kedua orang tuaku sudah meninggal. Ada seorang kakak laki-lakiku, tapi dia telah meninggalkan kota itu dan tidak diketahui kemana perginya.

Seorang polisi tua memberitahuku bahwa ibuku bekerja di sebuah SMP dan dia mengantarkanku untuk menemui kepala SMP tersebut.

Kepala sekolah itu adalah seorang ibu yang ramah, mengatakan ibuku sangat baik hati. Bertolak belakang dengan ibuku, ayah adalah pria pemalas yang mengandalkan hidupnya dari ibuku yang bekerja sebagai pekerja kasar.

Saat kakakku SMP, ayahku pergi dari rumah dan tidak pernah kembali.

Ibu kepala sekolah itu juga bercerita, ibuku mempunyai dua anak. Namun, setelah berumur sebulan, anak kedua itu menghilang secara misterius. Aku lalu menjelaskan semua yang kuketahui kepadanya.

Kepala sekolah itu tergerak hatinya, kemudian mengeluarkan selembar amplop surat. Amplop itu ditinggalkan  ibuku sebelum ia meninggal di samping bantalnya. Kepala sekolah berpikir mungkin didalamnya ada barang berharga. Oleh karena itu ia menyimpan dan menunggu sampai ada pihak keluarga yang datang.

Saat kubuka, amplop itu berisi tiket kereta api dari kota kecil di bagian selatan ke Xin Zhu. Kepala sekolah itu bercerita, setiap setengah tahun, ibuku pergi ke daerah utara untuk menemui salah seorang saudaranya. Dan sepulang dari sana wajahnya nampak ceria.

Ibuku juga bangga akan usahanya menggalang dana untuk disumbangkan ke panti asuhan katolik dimana ia hadir pada penyerahan tersebut.

Aku merinding seketika. Suatu saat sebuah bus pariwisata dari daerah selatan datang ke panti dan menyerahkan sumbangan ke De Lan Center.

Sebagai ucapan terimakasih, mereka membuat foto bersama para penyumbang. Aku yang sedang bermain basket saat itu dipanggil untuk foto bersama. Kepala sekolah itu lalu menunjuk ibuku dalam foto tersebut. Aku tersentak saat melihat ternyata ada juga fotokopi foto wisudaku dalam amplop tersebut. Meski membuang ku, rupanya ibuku tetap datang mengunjungiku. Boleh jadi dia datang saat aku diwisuda.

Dengan suara tenang, kepala sekolah itu berkata "kamu harus berterima kasih kepada ibumu. Ia telah membuangmu untuk mendapatkan lingkungan yang lebih baik. Jika kau tetap disini, paling hanya akan sekolah sampai SMP, lalu ke kota untuk bekerja. Apalagi dengan kekasaran ayahmu, mungkin nasibmu akan sama seperti kakakmu"

Tiba-tiba aku bertanya kepada kepala sekolah apakah ada piano disini. Setelah ditunjukkan, aku membuka tutup piano dan menghadap matahari di luar jendela. Lalu kumainkan satu-persatu lagu-lagu tentang ibu.

Para biarawati bagaikan ibu yang membesarkanku. Mengapa aku tidak bisa menganggap mereka selayaknya ibu sendiri? Ibuku pun selalu memperhatikanku. Ketegasan dan pengorbanannyalah yang membuatku memiliki lingkungan hidup yang baik dan masa depan yang cerah.

Suara piano juga bergaung ke seluruh sekolah sampai ke lembah. Pada senja hari ini, penduduk-penduduk di kota kecil akan bertanya "kenapa ada orang yang memainkan lagu tentang ibu?"

Bagiku, hari itu adalah hari Ibu.

Sebuah amplop yang penuh dengan tiket membuatku tidak takut memperingati Hari Ibu untuk selamanya.


(sebuah kisah nyata dari Li Jia Tong, Rektor Universitas Ji Nan)


Dari buku

IBU YANG HEBAT

Kisah-kisah Inspirasional tentang Keajaiban dan Kehebatan Para Ibu

KEBAIKAN TIDAK PERNAH HILANG


Kebaikan akan memantulkan kembali apa yang kita berikan, bukan apa yang kita dapatkan

Guru bijak yang tinggal di gunung itu setiap tahun turun untuk menemui warga sebuah desa yang asri. Itu adalah saat yang ditunggu-tunggu oleh warga desa, karena dia akan memilih seorang warga untuk belajar kebijaksanaan dan boleh bertanya apa saja kepada sang Guru.

Kali ini terpilih seorang pemuda untuk menemani Guru bijak berjalan sambil berbincang-bincang tentang segala hal. Gembira sekali pemuda itu mendapat kesempatan, maka ia lalu bertanya "Guru, saya ingin bertanya mengenai hal yang kadang membuat saya bingung"

"Apa itu, anak muda?" tanya sang guru.

"Saya mengenal seseorang yang selalu bertanya 'apa yang bisa saya bantu?' kepada saya setiap berjumpa", tanya pemuda itu.

"Yang menjadikan kamu bingung?" tanya Guru

"Saya tidak mengerti guru, mengapa orang itu selalu baik menawarkan dirinya untuk membantu orang lain" kata pemuda itu.

Sambil menuangkan teh, Guru itu lalu bercerita:

"Ketahuilah, jika kau melakukan kebaikan kepada orang lain, sebenarnya kau telah melakukannya kepada dirimu sendiri. Sebab diri kita sendiri adalah baik adanya. Renungkan, saat kau berhitung tentang kebaikan yang akan kau lakukan, maka sebaiknya kau bertanya kepada dirimu: mengapa begitu banyak hal baik terjadi dalam kehidupanmu yang sama sekali tidak bisa dihitung, misalnya hadirnya sahabat, keluarga, adanya udara, makanan, minuman dan lain-lain. Bukankah semuanya merupakan kebaikan itu sendiri? Kebaikan tidak akan pernah hilang, kebaikan hanya berubah wujud".


Sebuah pohon menjadi berarti saat ia menghasilkan buah; seorang akan dikenang melalui perbuatannya. Perbuatan baik tidak akan pernah hilang; ia yang menaburkan kebaikan akan menuai persahabatan dan ia yang menanam kebaikan akan menuai kasih sayang

(Saint Basil)


Dari buku

I Believe I Can Fly

ADA YANG LEBIH HEBAT

 “𝑺𝒆𝒃𝒂𝒊𝒌-𝒃𝒂𝒊𝒌 𝒎𝒂𝒏𝒖𝒔𝒊𝒂 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒂𝒍𝒊𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒎𝒂𝒏𝒇𝒂𝒂𝒕 𝒃𝒂𝒈𝒊 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒊𝒏.”  (Hadits Riway...