"𝐊𝐢𝐭𝐚 𝐦𝐮𝐧𝐠𝐤𝐢𝐧 𝐦𝐞𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤𝐢 𝐚𝐠𝐚𝐦𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐫𝐛𝐞𝐝𝐚, 𝐛𝐚𝐡𝐚𝐬𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐫𝐛𝐞𝐝𝐚, 𝐰𝐚𝐫𝐧𝐚 𝐤𝐮𝐥𝐢𝐭 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐫𝐛𝐞𝐝𝐚, 𝐭𝐞𝐭𝐚𝐩𝐢 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐬𝐞𝐦𝐮𝐚 𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤 𝐬𝐚𝐭𝐮 𝐫𝐚𝐬 𝐦𝐚𝐧𝐮𝐬𝐢𝐚."
(Kofi.Annan)
Tahun 1971 T.C. Williams High School diharuskan menerapkan desegregasi. Artinya sekolah tersebut dibuka tidak hanya untuk warga kulit putih saja, tetapi wajib menerima juga siswa kulit berwarna, terutama warga Afro-Amerika.
Alexandria, Virginia tempat sekolah itu berada, pada saat itu rentan terhadap konflik antarras.
Penembakan remaja kulit hitam oleh seorang penjaga toko hampir memicu kerusuhan massal kalau tidak segera dicegah. Tujuh tahun sebelumnya pembunuhan tiga orang aktivis yang salah satunya kulit hitam masih belum hilang dari ingatan warga Amerika.
Akibat dari kebijakan desegregasi di T.C. Williams ini adalah perubahan struktur kepengurusan sekolah. Demikian pula pada struktur kepelatihan tim football sekolah tersebut. Perubahan struktur kepelatihan ini mengusik kepengurusan lama yang semuanya berkulit putih.
Pelatih lama tim, Bill Yoast, yang telah meraih sejumlah gelar bersama The Titans, julukan tim football Alexandria, harus digantikan oleh pelatih dengan level reputasi lebih rendah bernama Herman Boone, seorang kulit hitam. Bill Yoast pun harus rela posisinya bergeser menjadi staf Boone. Keputusan ini membuat pemain lama cemas akan posisi mereka. Prasangka rasial menyeruak ketika itu. Teriakan boikot pun terdengar dari sudut-sudut kemarahan dan prasangka.
Herman Boone memiliki karakter yang keras. la dikenal sebagai aktivis yang mengagumi pemikiran Martin Luther King Jr. Kehadirannya di tim T.C. Williams memberikan harapan pada warga kulit hitam agar anak-anak mereka bisa bermain dalam olahraga bergengsi tersebut.
Untuk mengatasi kesulitan terhadap penyesuaian dan prasangka yang terus-menerus timbul dalam tim tersebut. Boone pun memutuskan untuk menggelar latihan pra-musim di sebuah kamp pelatihan di Gettysburg, Pennsylvania.
Gettysburg merupakan saksi bisu ketika kebencian serta prasangka ras membuat manusia saling membinasakan. Tempat itu adalah lokasi pertempuran besar dalam perang saudara Amerika Serikat. Tercatat hampir 50 ribu korban tewas, luka, dan hilang dalam pertempuran yang terjadi pada Juli 1863 tersebut.
Selama menjalani pelatihan pra-musim, Boone dan Yoast berusaha merekatkan anak didik mereka. Selama dua minggu, mereka "mencuci otak" anak didik mereka untuk melawan prasangka ras dan kebencian terhadap perbedaan. Dua ikon atlet terbaik tim itu, Gerry Bertier dan Julius Campbell, adalah inspirasi bagi kawan-kawan mereka. Alhasil, tim football itu menjadi inspirasi bagi desegregasi.
Kebersamaan itu pula yang dibawa tim ini hingga ke lapangan hijau. Tim besutan Boone dan Yoast berhasil meraih musim yang sempurna tanpa kekalahan. Pemandangan di arena stadion pun berubah. Tak ada lagi bangku pemisah antara penonton berkulit hitam dan kulit putih.[]
"𝑲𝒆𝒎𝒂𝒎𝒑𝒖𝒂𝒏 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒎𝒆𝒏𝒄𝒂𝒑𝒂𝒊 𝒌𝒆𝒔𝒂𝒕𝒖𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒌𝒆𝒃𝒆𝒓𝒂𝒈𝒂𝒎𝒂𝒏 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒋𝒂𝒅𝒊 𝒌𝒆𝒊𝒏𝒅𝒂𝒉𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝒖𝒋𝒊𝒂𝒏 𝒃𝒂𝒈𝒊 𝒑𝒆𝒓𝒂𝒅𝒂𝒃𝒂𝒏 𝒌𝒊𝒕𝒂."
(Mahatma Gandhi)
Dari buku
"Ayo Merawat Indonesia"