Selasa, 07 Februari 2023

MENGALAHKAN DENGAN KETENANGAN


"𝙺𝚎𝚖𝚊𝚛𝚊𝚑𝚊𝚗 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚊𝚜𝚊𝚖 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚍𝚊𝚙𝚊𝚝 𝚕𝚎𝚋𝚒𝚑 𝚖𝚎𝚛𝚞𝚜𝚊𝚔 𝚠𝚊𝚍𝚊𝚑 𝚙𝚎𝚗𝚢𝚒𝚖𝚙𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊 𝚍𝚊𝚛𝚒𝚙𝚊𝚍𝚊 𝚊𝚙𝚊𝚙𝚞𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚍𝚒𝚝𝚞𝚊𝚗𝚐𝚔𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊"

(Mark Twain)


Saat Mahatma Gandhi sedang belajar hukum di College University, London, ada seorang profesor bernama Peter yang kurang menyukai Gandhi. Suatu hari, saat Profesor Peter sedang makan siang di kantin kampus, Gandhi datang lalu duduk di sampingnya sambil membawa makan siang. Profesor Peter berkata, "Gandhi, apakah engkau tidak mengerti bahwa seekor babi dengan seekor burung tidak duduk berdampingan untuk makan?"


Gandhi-bagai orang tua yang menatap anak nakal-menjawab, "Jangan khawatir, Prof, saya akan segera terbang." Gandhi pun segera beranjak ke meja lain. Wajah Profesor Peter memerah penuh kemarahan. Dengan tidak langsung dia menyimpulkan sendiri ucapan Gandhi tersebut dan memutuskan untuk membalas dendam.


Hari berikutnya, dalam kelas, Profesor Peter sengaja mengajukan pertanyaan kepada Gandhi di depan mahasiswa yang lain, "Gandhi, andai engkau sedang berjalan lalu tiba-tiba menemukan paket berisi satu tas penuh uang dan satu tas penuh dengan kebijaksanaan, tas manakah yang ingin engkau ambil?"


Gandhi menjawab dengan mantap, "Saya memilih tas uang."


Profesor Peter tersenyum sinis, tertawa, dan berkata dengan bangga, "Andai itu adalah saya, saya akan mengambil tas kebijaksanaan."


"Seseorang biasanya mengambil hal yang tidak dimilikinya," jawab Gandhi dengan santai.


Profesor Peter tidak bisa berkata apa-apa begitu mendengar pernyataan Gandhi. Dengan penuh kemarahan, Profesor Peter menulis kata idiot pada lembar jawaban ujian Gandhi lalu memberikannya kepada Gandhi. Gandhi pun mengambilnya lalu duduk sambil berusaha keras untuk tetap bersikap tenang. Beberapa menit kemudian, Gandhi berdiri dan menghampiri sang profesor seraya berkata dengan sangat sopan, "Prof, Anda baru menandatangani lembar jawaban ini, tetapi belum memberi nilai."


Dengan bersikap tenang dan bijak, akan nampak kebodohan yang dibuat orang yang membenci kita. Jangan mudah tersulut emosi agar kita pun tidak bertindak bodoh. Jika hati baik dan pikiran baik, kata-kata yang terucap pun adalah hal yang baik dan bijaksana.


Perkataan yang diucapkan mencerminkan kepribadian dari yang mengucapkan. Tetaplah tenang. Kekurangan kita saja menjadi perhatian, apalagi kelebihan kita. 

Orang bodoh  sibuk mencari kelemahan dan kekurangan orang lain, sedangkan orang pandai sibuk memperbaiki kelemahan dan kekurangan sendiri.[]


Dari buku

"DARI KUNTUM MENJADI BUNGA" Seri Kumpulan Kisah Inspiratif jilid 3

Senin, 06 Februari 2023

PEKERJAAN DATANG BEGITU MUDAH


"𝙱𝚎𝚛𝚋𝚊𝚐𝚒 𝚜𝚎𝚍𝚒𝚔𝚒𝚝 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝙰𝚗𝚍𝚊 𝚖𝚒𝚕𝚒𝚔𝚒 𝚍𝚎𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚛𝚎𝚔𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚞𝚝𝚞𝚑𝚔𝚊𝚗 𝚍𝚊𝚙𝚊𝚝 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚞𝚋𝚊𝚑 𝚔𝚎𝚑𝚒𝚍𝚞𝚙𝚊𝚗 𝚝𝚊𝚗𝚙𝚊 𝙰𝚗𝚍𝚊 𝚜𝚊𝚍𝚊𝚛𝚒." (Hermann J Steinherr)

Ramadhan Agustus 2011 

Saat mau tarawih aku kepikiran dan ingin sekali menyisihkan sedikit uang jajanku untuk sedekah di masjid nanti. Harapanku sedekah itu berlangsung selama Ramadhan, juga di 10 malam terakhir dimana berkah Allah akan melimpah.

Tanpa pikir panjang begitu sampai di masjid aku langsung kasih sedikit uang jajanku kepada seorang anak yatim yang sudah aku kenal sebelumnya di masjid, kebetulan dia lagi sakit demam dan akhirnya aku sampaikan lewat ibunya.

Aku juga berharap urusan lamaran kerjaku akan dipermudah lewat sedekah tersebut.

Misi selesai!!

 Aku udah keluarkan sedikit sedekahku tadi dan uang di dompet tinggal 20 ribu sedangkan besoknya ada rencana mau pergi. Ketika uang sudah tinggal lembar-lembar terakhir, saat aku selesai ambil wudhu dan mau bersiap-siap sholat Tarawih aku melewati seorang nenek mendadak dalam hati rasanya ingin bersedekah lagi


Tanpa pikir panjang aku langsung berikan lagi ke wanita sepuh itu. Dan setiap bersedekah aku dalam hati berdoa semoga uang yang kuberikan membawa berkah dan doa-doaku bisa terkabul.  Selesai sholat Tarawih tiba-tiba ada BBM masuk dari teman kampus dulu yang isinya "Tan, udah kerja blm? mau kerja di Lawfirm ngga .. kakak gue butuh asisten nih buat jd Junior Associate, kakak gue add pin lo yaa".


Subhanallah..., rasanya hampir tak percaya usai membaca pesan tadi. Meskipun belum pasti kerja disana dan harus interview juga tapi setidaknya Allah sudah memberikan titik terang dan bikin tambah yakin kalau Janji Allah tidak pernah meleset, dan menunggu, langsung dibayar kontan ..


Dan tak lama kemudian kejutan lain menyusul... Datang telepon dari HRD suatu perusahaan yang beberapa waktu yang lalu sempat aku kirim CV ke sana .. tanpa basa basi langst mengatakan "Intan lagi sibuk apa sekarang? Nanti hari rabu langsung datang aja yaa ke Gedung Artha Graha lantai 18."


Allahuakbar, Subhanallah Alhamdulilah...  Ternyata kalau kita selalu mendahulukan Allah, ikhtiar dan selalu berdoa dan bersujud kepadaNya, maka Allah makin dekat dan semakin mendahulukan kita. Beberapa saat setelah bersedekah langsung panggilan kerja berdatangan tanpa ditanya, langsung menghampiri sendiri ..


Dari buku

"SEDEKAH SUPER STORIES 1"

Minggu, 05 Februari 2023

MANTAN MENTERI DAGANG BERAS


 

"𝐌𝐮𝐝𝐚𝐡 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐡𝐢𝐧𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐭𝐚𝐧𝐠𝐠𝐮𝐧𝐠 𝐣𝐚𝐰𝐚𝐛 𝐤𝐢𝐭𝐚, 𝐭𝐞𝐭𝐚𝐩𝐢 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐛𝐢𝐬𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐡𝐢𝐧𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐤𝐨𝐧𝐬𝐞𝐤𝐮𝐞𝐧𝐬𝐢 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐡𝐢𝐧𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐭𝐚𝐧𝐠𝐠𝐮𝐧𝐠 𝐣𝐚𝐰𝐚𝐛 𝐤𝐢𝐭𝐚."

(Josiah Charles Stamp)


Bersama tiga orang temannya, Saifuddin Zuhri berkeliling Jawa Tengah, berjalan kaki guna mengumpulkan uang biaya NTR (Nikah, Talak, Rujuk) untuk disetorkan kepada kantor pusat Kementerian Agama yang pada saat itu berada di Yogyakarta. Karena sudah lama tidak diambil, uang setoran itu menumpuk sampai tiga karung besar banyaknya. Mereka memanggul sendiri karung beras berisi uang tunai tersebut naik turun gunung dan keluar masuk hutan.

Ketika bertemu dengan atasannya di Desa Brosot, pinggiran Yogya, Saifuddin menyerahkan uang tersebut. Setelah dihitung-hitung, ternyata jumlahnya sama persis dengan catatan NTR. "Kenapa sampeyan tak mengambil sedikit untuk biaya makan di perjalanan? Sebagai pejabat berwenang, sampeyan berhak, asal ada catatannya," kata atasannya. Saifuddin menjawab, "Wah, saya enggak berani. Ini uang negara, saya bisa kualat kalau memakannya."

Pada 17 Februari 1962 dalam usia 43 tahun Saifuddin diminta menjadi menteri agama oleh Bung Karno. Awalnya sempat menolak, tapi akhirnya Saifuddin terbujuk dan menerima.

Saat itu ada ketentuan yang membolehkan Departemen Agama membiayai tokoh masyarakat yang memang tidak mampu untuk naik haji, apalagi kalau ia pernah menjadi pejuang kemerdekaan. Untuk itu adik iparnya, Mohammad Zainuddin Dahlan, menghadap dan memohon untuk dihajikan dengan fasilitas tersebut 

Saifuddin justru menolak. "Sebagai orang yang berjasa dan mengingat kondisi perekonomianmu belum memungkinkan, sudah layak jika Departemen Agama menghajikan. Apalagi kamu pernah berjuang dalam perang kemerdekaan. Tapi ada satu hal yang menyebabkan aku tidak mungkin membantu melalui haji departemen. Itu karena kamu adikku. Coba kamu orang lain, sudah lama aku hajikan," ujar Saifuddin. Sang adik meskipun kecewa bisa menghargai kejujuran abang iparnya, sehingga menerima keputusan itu dengan ikhlas.

Catatan kerja Saifuddin Zuhri sebagai menteri agama sangat bersih. Ketika mendapat anggaran renovasi, kantor Kementerian Agama di Jalan MH Thamrin no 6 (samping Bank Indonesia) menjadi yang termegah di banding kantor-kantor lembaga pemerintahan lainnya. Saifuddin memastikan tidak ada kebocoran anggaran sedikit pun sehingga ketika diresmikan olehnya di tahun 1963 kompleks perkantorannya lebih indah ketimbang instansi lain yang mendapat anggaran renovasi lebih banyak.

Setelah pensiun dari berbagai jabatan tahun 1980 (kiprah politik terakhirnya adalah sebagai ketua DPP Partai Persatuan Pembangunan), Saifuddin memutuskan berdagang beras kecil-kecilan di Jakarta. Kegiatan lain adalah tetap menulis. Setiap pagi lepas shalat Dhuha, ia meninggalkan rumahnya dan baru kembali setiap usai Dzuhur. Salah satu anaknya curiga, menguntit ayahnya. la kaget ketika menyaksikan ayahnya bercucur keringat melayani sendiri pembeli beras di kiosnya.

Saifuddin tidak kenal gengsi. la melayani pembeli dengan ramah, termasuk dengan sesekali membawakan bungkusan beras yang berat itu. Di usianya yang kian lanjut Saifuddin tetap berusaha mencari nafkah halal. Ia tidak mau merepotkan apalagi meminta-minta anak-anaknya yang sudah berkecukupan untuk membantunya menyekolahkan adik-adiknya. Saifuddin menganggap itu tetap menjadi tanggung jawabnya. Tidak hanya itu, Saifuddin ternyata juga tidak pernah mau mengambil uang pensiun. la berprinsip selama ia masih bisa mencari uang sendiri, ia takkan membebani negara.[]

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَخُوْنُوا اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ وَتَخُوْنُوْٓا اَمٰنٰتِكُمْ وَاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ

"𝑾𝒂𝒉𝒂𝒊 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈-𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒊𝒎𝒂𝒏! 𝑱𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏𝒍𝒂𝒉 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒌𝒉𝒊𝒂𝒏𝒂𝒕𝒊 𝑨𝒍𝒍𝒂𝒉 𝒅𝒂𝒏 𝑹𝒂𝒔𝒖𝒍 𝒅𝒂𝒏 (𝒋𝒖𝒈𝒂) 𝒋𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏𝒍𝒂𝒉 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒌𝒉𝒊𝒂𝒏𝒂𝒕𝒊 𝒂𝒎𝒂𝒏𝒂𝒕 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒑𝒆𝒓𝒄𝒂𝒚𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒑𝒂𝒅𝒂𝒎𝒖, 𝒔𝒆𝒅𝒂𝒏𝒈 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒆𝒕𝒂𝒉𝒖𝒊."

(QS. Al-Anfal [8]:27)


Dari buku

"UNTUK REPUBLIK" Kisah-kisah Teladan Kesederhanaan Tokoh Bangsa

ULAR DAN GERGAJI


"𝗝𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗺𝗲𝗻𝗴𝗮𝗺𝗯𝗶𝗹 𝗸𝗲𝗽𝘂𝘁𝘂𝘀𝗮𝗻 𝘀𝗮𝗮𝘁 𝘀𝗲𝗱𝗮𝗻𝗴 𝗺𝗮𝗿𝗮𝗵 𝗸𝗮𝗿𝗲𝗻𝗮 𝗸𝗲𝗽𝘂𝘁𝘂𝘀𝗮𝗻 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗱𝗶𝗮𝗺𝗯𝗶𝗹 𝘀𝗮𝗮𝘁 𝗺𝗮𝗿𝗮𝗵 𝗶𝘁𝘂 𝘁𝗶𝗱𝗮𝗸 𝗽𝗲𝗿𝗻𝗮𝗵 𝗯𝗲𝗿𝗮𝗸𝗵𝗶𝗿 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗯𝗮𝗶𝗸。"

 

Seekor ular memasuki gudang tempat bekerja seorang tukang kayu pada malam hari. 

Tukang kayu itu mempunyai kebiasaan membiarkan sebagian peralatan kerjanya berserakan dan tidak merapikannya, karena besok akan melanjutkan pekerjaannya.

Ketika seekor ular masuk ke sana, secara kebetulan ia merayap di atas gergaji. Tajam mata gergaji menyebabkan perut ular terluka. Ular beranggapan bahwa gergaji itu menyerangnya. la pun membalas dengan mematuk gergaji itu berkali-kali.

Tentu saja serangan yang bertubi-tubi menyebabkan adanya luka parah pada bagian mulut ular. Karena marah dan putus asa, ular pun berusaha mengerahkan kemampuan terakhir untuk mengalahkan musuhnya itu, yakni dengan membelit kuat gergaji tersebut. Belitan tersebut menyebabkan tubuh luar ular terluka sangat parah hingga ia pun mati binasa. Saat pagi hari, si tukang kayu terkejut karena menemukan bangkai ular di sebelah gergaji kesayangannya.


Kadang kala pada saat marah, kita ingin melukai orang lain. Setelah semua berlalu, kita baru menyadari bahwa yang terluka lebih parah adalah diri kita sendiri. Seberapa banyak perkataan yang terucap dan tindakan yang dilakukan saat amarah menguasai maka sebanyak itu pula kita melukai diri kita sendiri.

Dendam, benci, curiga, atau pikiran negatif apa pun itu sebenarnya bagaikan ular yang membelit gergaji, yang bisa terus-menerus muncul dalam pikiran kita, serta menusuk dan membakar batin kita sendiri. Latihlah diri kita setiap saat untuk memaafkan, serta mampu dengan cepat melepaskan dan membuang "sampah" pengotor batin dan pikiran kita.[]

"𝐊𝐢𝐭𝐚 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐛𝐢𝐬𝐚 𝐦𝐞𝐦𝐩𝐞𝐫𝐨𝐥𝐞𝐡 𝐤𝐞𝐝𝐚𝐦𝐚𝐢𝐚𝐧 𝐝𝐢 𝐝𝐮𝐧𝐢𝐚 𝐥𝐮𝐚𝐫 𝐡𝐢𝐧𝐠𝐠𝐚 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐝𝐚𝐦𝐚𝐢 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐝𝐢𝐫𝐢 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐬𝐞𝐧𝐝𝐢𝐫𝐢."

(Dalai Lama XIV)


Dari buku

"DARI KUNTUM MENJADI BUNGA"

Seri Kumpulan Kisah Inspiratif jilid 3

Jumat, 03 Februari 2023

GAJAH SIRKUS


"𝚃𝚒𝚖 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚝𝚎𝚖𝚙𝚊𝚝 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚎𝚙𝚊𝚝 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚋𝚎𝚛𝚋𝚊𝚐𝚒 𝚋𝚎𝚋𝚊𝚗 𝚍𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚊𝚐𝚒 𝚔𝚎𝚜𝚎𝚍𝚒𝚑𝚊𝚗 𝚋𝚎𝚛𝚜𝚊𝚖𝚊."

(Doug Smith)


Salah satu pertunjukan yang menarik dari sebuah sirkus adalah akrobat gajah.

Dengan empat kakinya gajah dapat berdiri pada sebuah meja tumpuan yang kecil dengan mantap.

Bila gajah itu berdiri pada meja yang sama dengan tumpuan satu kakinya maka kemungkinannya adalah meja itu akan patah atau gajah akan jatuh.

Beban tubuh gajah yang besar akan didistribusikan dengan merata ke empat bidang permukaan alas kakinya. Semakin banyak kakinya, semakin kecil beban yang diterima di setiap kakinya. Sebaliknya, semakin sedikit kakinya, maka semakin besar beban yang ditanggung oleh setiap kaki tersebut. Jadi banyaknya kaki sangat berpengaruh dalam menjaga keseimbangan.

Pada fisika (mekanika)

Jika  𝑷 : 𝒕𝒆𝒌𝒂𝒏𝒂𝒏

         𝑭  : 𝒈𝒂𝒚𝒂, dan

         𝒂  : 𝒍𝒖𝒂𝒔 𝒑𝒆𝒓𝒎𝒖𝒌𝒂𝒂𝒏

maka akan berlaku:

         𝑷 = 𝑭/𝒂

Artinya Tekanan berbanding terbalik dengan luas permukaan. Jadi makin besar luas permukaan, tekanan yang bekerja akan lebih kecil. Sebaliknya tekanan yang bekerja menjadi kecil, pada permukaan yang luas.

Prinsip beban yang terdistribusi itulah yang digunakan pada sebuah organisasi, kelompok pekerja, perusahaan atau kumpulan apa pun bentuknya. Untuk menjalankan sebuah organisasi diperlukan "kaki-kaki" yang dapat meringankan beban sehingga sistem dapat berjalan sesuai rencana.

Jadi fungsi kaki-kaki tersebut hanyalah untuk menanggung beban yang ada di atasnya kemudian dipindahkan ke bagian bawahnya secara merata.

Cukup sederhana.

Kaki yang baik adalah kaki yang bisa diajak bekerja sama untuk membagi beban agar lebih ringan untuk disangga bersama.[]

"𝑶𝒓𝒂𝒏𝒈-𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒌𝒆𝒓𝒋𝒂 𝒔𝒂𝒎𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒈𝒂𝒃𝒖𝒏𝒈𝒌𝒂𝒏 𝒖𝒔𝒂𝒉𝒂 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 𝒔𝒆𝒏𝒅𝒊𝒓𝒊 𝒃𝒆𝒓𝒔𝒂𝒎𝒂 𝒖𝒔𝒂𝒉𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒊𝒏 𝒅𝒆𝒎𝒊 𝒎𝒆𝒏𝒄𝒂𝒑𝒂𝒊 𝒌𝒆𝒃𝒆𝒓𝒉𝒂𝒔𝒊𝒍𝒂𝒏 𝒕𝒆𝒓𝒃𝒆𝒔𝒂𝒓 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂."

(Stephen Covey) 


Dari buku

"MOBIL MOGOK ANGGOTA DEWAN" Sebuah Sainspirasi

Rabu, 01 Februari 2023

PAK TUA BODOH YANG MEMINDAHKAN GUNUNG

Pak Tua bodoh dari Gunung Utara berusia lebih dari sembilan puluh tahun. Dia tinggal di antara dua gunung yang ketinggiannya seribu kaki di daerah seluas hampir tujuh puluh mil persegi.

Selain menghalangi pemandangan, kedua gunung itu memperpanjang jarak kalau bepergian, karena harus memutar.

Akhirnya Pak Tua bodoh mengumpulkan keluarganya untuk bermusyawarah guna memindahkan kedua gunung tersebut.

"Mari kita pindahkan gunung itu, kita gali batunya untuk meratakan tanah" kata Pak Tua Bodoh.

"Tidak mungkin!" kata seorang anggota keluarganya. "Bagaimana cara memindahkan dan onggokannya dibawa kemana?"

"Kita bawa ke Laut China Timur" jawab anggota keluarga yang lain dengan serempak. Maka bersama keluarganya, Pak Tua Bodoh mulai bekerja memindahkan gunung tersebut. Semua anak dan cucunya dikerahkan untuk memecah batu, menggali tanah dengan sekop dan pahat. Lumpur dan pecahan batu diletakkan dalam keranjang dan diangkut ke tepi laut setiap hari. Tak lama kemudian, anak tetangganya yang berusia tujuh tahun ikut membantu.

Suatu saat, dalam perjalanan ke tempat kerjanya, Pak Tua Bodoh berjumpa dengan Pak  Tua Bijak dari tikungan sungai.

"Berbuatlah sesuai dengan akal sehatmu, kawan" kata Pak Tua Bijak sambil mencibir. "Usiamu sudah cukup tua. Sebuah batu dari gunung cukup berat buatmu, apalagi lumpur dan tanah yang harus kau angkut".

" Saya khawatir, kamu terlalu picik" kata Pak Tua Bodoh sambil menghela nafas. "Tidakkah kau lihat kalau aku mati pekerjaan ini akan dilanjutkan oleh anakku? Dan kalau anakku nanti mati, cucuku akan meneruskan pekerjaan ini? Keluargaku akan melanjutkan pekerjaan ini terus-menerus, sementara gunung ini tidak akan tumbuh besar. Bagaimana kami tidak dapat melakukannya?"

Pak Tua Bijak menaikkan alis matanya. Dia tidak tahu harus berkata apa.

Rupanya percakapan mereka didengar oleh Dewa yang tergerak untuk membantu Pak Tua Bodoh. Dewa lalu menyuruh pembantunya untuk memindahkan gunung itu ke tempat lain.

HIKMAH:

𝐈𝐦𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐩𝐚𝐭 𝐦𝐞𝐦𝐢𝐧𝐝𝐚𝐡𝐤𝐚𝐧 𝐠𝐮𝐧𝐮𝐧𝐠. 𝐌𝐚𝐤𝐚 𝐓𝐮𝐡𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐫𝐞𝐧𝐝𝐚𝐡𝐤𝐚𝐧 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐢𝐣𝐚𝐤 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐮𝐥𝐢𝐚 𝐝𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐧𝐢𝐧𝐠𝐠𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐨𝐝𝐨𝐡 𝐢𝐭𝐮. 𝐇𝐢𝐝𝐮𝐩 𝐏𝐚𝐤 𝐓𝐮𝐚 𝐁𝐨𝐝𝐨𝐡 𝐬𝐚𝐧𝐠𝐚𝐭 𝐭𝐞𝐫𝐛𝐚𝐭𝐚𝐬, 𝐭𝐞𝐭𝐚𝐩𝐢 𝐤𝐞𝐲𝐚𝐤𝐢𝐧𝐚𝐧 𝐚𝐭𝐚𝐬 𝐤𝐞𝐛𝐞𝐫𝐡𝐚𝐬𝐢𝐥𝐚𝐧𝐧𝐲𝐚 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐚𝐝𝐚 𝐛𝐚𝐭𝐚𝐬𝐧𝐲𝐚.

𝐊𝐞𝐩𝐞𝐫𝐜𝐚𝐲𝐚𝐚𝐧 𝐝𝐢𝐫𝐢, 𝐤𝐞𝐭𝐞𝐭𝐚𝐩𝐚𝐧 𝐡𝐚𝐭𝐢 𝐝𝐚𝐧 𝐡𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐦𝐞𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤𝐢 𝐬𝐚𝐭𝐮 𝐭𝐮𝐣𝐮𝐚𝐧 𝐮𝐭𝐚𝐦𝐚 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐚𝐧𝐠𝐚𝐭 𝐩𝐞𝐧𝐭𝐢𝐧𝐠 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐤𝐞𝐬𝐮𝐤𝐬𝐞𝐬𝐚𝐧 𝐬𝐮𝐚𝐭𝐮 𝐮𝐬𝐚𝐡𝐚


Dari buku

"Kisah-kisah Kebijaksanaan China Klasik" Refleksi Bagi Para Pemimpin

Selasa, 31 Januari 2023

 TIDAK MENJADI DOKTER

"Teringat pembicaraanku dengan anakku yang kedua (lan) saat ia hendak naik ke kelas 2 SMA, enam tahun yang lalu, yakni ketika momen makan malam bersama di rumah. lan berkata, 'Bapak, maaf, lan izin. Kalau boleh, lan mau keluar dari SMA 5 setelah kenaikan kelas.' Makanan di mulutku seketika terasa hambar, dan kerongkongan pun terasa kelu untuk menelan.

'Maksudmu apa?'

'lan ingin sekolah di Madinah. lan ingin menjadi ustadz,' jawab lan tanpa ragu. Refleks, buru-buru kutelan makanan di mulut dan meminum banyak air.

'Kamu mau jadi ustadz, siapa yang mengajak?' tanyaku dengan nada menginterogasi.

'Enggak ada, lan sendiri yang ingin,' jawab lan.

'Apa kamu enggak ingin menjadi dokter? Kan, kamu anak pintar, lembut, budi bahasamu baik, ramah dengan orang lain, dan bisa melayani orang lain seperti Mas kamu,' ucapku heran.

Seraya tersenyum, lan menjawab, 'Kan, lan dan Mas enggak sama, Pak. Seperti kata Bapak, semua manusia itu unik dan istimewa.'

𝑾𝒖𝒊𝒉, 𝒎𝒂𝒌 𝒋𝒍𝒆𝒃, tak kusangka omonganku dipakai untuk mematahkan diriku sendiri. Cerdas tetapi membuat hati 𝒎𝒂𝒏𝒈𝒌𝒆𝒍.

'Kalau kamu jadi dokter, pasti akan sangat berguna dan bermanfaat untuk menyembuhkan banyak orang,' bujukku.

'Dokter menyembuhkan badan, tetapi ustadz menyembuhkan hati. Jadi, insya Allah, bermanfaat,' jawab lan.

𝑷𝒓𝒂𝒂𝒂𝒏𝒈! Hatiku pecah hingga berkeping-keping. Air mata pun mulai menetes. 𝑵𝒆𝒍𝒐𝒏𝒈𝒔𝒐, anakku tidak berhasrat menjadi dokter, mengikuti jejakku. Aku kembali menjelaskan kepada lan, "Sulit, lho, sekolah di Arab. Bahasa dan budaya kita berbeda. Panasnya pun luar biasa.'

'Bapak, kan, yang mengajarkan bahwa tidak ada yang tidak bisa kalau niat sudah menggelora,' tepis lan dengan lembut. 𝑴𝒃𝒓𝒆𝒃𝒆𝒔 𝒎𝒊𝒍𝒊 𝒃𝒖𝒂𝒏𝒕𝒆𝒓.

'Nanti, kalau jadi ustadz, penghasilanmu berapa? Sedikit sekali," ucapku dengan nada meninggi, "bagaimana kamu bisa membiayai kehidupan istri dan anakmu nanti?" 

lan pun balik bertanya, 'Bukankah Bapak yang mengajari kami untuk hidup mandiri, secukupnya, sebutuhnya, dan bahagia tidak ada korelasi dengan harta?'

Aku menangis pelan seraya bertanya, 'Kalau begitu,apalagi alasanku agar kamu menjadi dokter, ya, lan?

Dengan sabar, lan menjawab, 'Ikhlaskan lan menjadi diri lan sendiri, ya, Pak. Ini pilihan hidup lan." Aku tak tahan, aku 𝒏𝒂𝒏𝒈𝒊𝒔 𝒃𝒂𝒏𝒕𝒆𝒓. 

Aku mau kamu tetap di SMALA (SMA 5) sampai lulus. Begini saja, kita buat perjanjian. Kalau kamu sudah lulus SMA dengan nilai baik, kamu berhak menentukan ke mana pun kamu mau' ujarku.

𝑾𝒊𝒔 𝒆𝒏𝒈𝒈𝒂𝒌 𝒅𝒖𝒘𝒆 𝒑𝒊𝒍𝒊𝒉𝒂𝒏 𝒍𝒊𝒚𝒐, tetapi berharap bisa mengubah niat anakku. lan perlahan memeluk dan mencium pipiku sambil ikut menangis. Kemudian, ia berkata, 'Asalkan Bapak ikhlas dengan pilihan lan, lan tetap di SMALA hingga lulus dengan baik. 𝑴𝒂𝒕𝒖𝒓𝒏𝒖𝒘𝒖𝒏 𝒑𝒂𝒏𝒈𝒆𝒔𝒕𝒖𝒏𝒚𝒂, Pak.'

Waktu pun berlalu. Saat ini, lan baru pulang dari Madinah. la telah menjadi lelaki besar, tegap, gagah, dan telah menghafal Al-Qur'an 27 juz. la sudah beberapa kali menjadi imam pada banyak masjid, mengisi khutbah Jum at, mengimami shalat Tarawih, memberi tausiyah saat buka puasa bersama, dan lain-lain.

Setiap kali, aku melihat lan menjadi imam, air mataku selalu tak terbendung. lan telah menyadarkanku akan pengetahuan dan amalan agamaku yang masih kurang. Allah SWT telah mengutus lan untuk mengingatkanku tentang hal ini."

( 𝑲𝒊𝒔𝒂𝒉 𝒅𝒊𝒂𝒕𝒂𝒔 𝒅𝒊𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒐𝒍𝒆𝒉 𝒅𝒓.𝑨𝒓𝒎𝒂𝒏𝒕𝒐 𝑺𝒊𝒅𝒐𝒉𝒖𝒕𝒐𝒎𝒐, 𝒂𝒚𝒂𝒉𝒏𝒅𝒂 𝑰𝒂𝒏. 𝒅𝒓.𝑨𝒓𝒎𝒂𝒏𝒕𝒐 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒑𝒖𝒕𝒓𝒂 𝒔𝒖𝒍𝒖𝒏𝒈 𝒅𝒓.𝑺𝒐𝒆𝒅𝒐𝒌𝒐 𝑺𝒊𝒅𝒐𝒉𝒖𝒕𝒐𝒎𝒐 𝑺𝒑.𝑷.𝑨 𝒅𝒂𝒏 𝑷𝒓𝒐𝒇.𝒅𝒓. 𝑹𝒐𝒆𝒎𝒘𝒆𝒓𝒅𝒊𝒏𝒊𝒂𝒅𝒊. 𝑺𝒆𝒍𝒂𝒊𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒑𝒓𝒂𝒌𝒕𝒆𝒌 𝒔𝒆𝒃𝒂𝒈𝒂𝒊 𝒅𝒐𝒌𝒕𝒆𝒓, 𝒅𝒓.𝑺𝒐𝒆𝒅𝒐𝒌𝒐 𝒑𝒆𝒓𝒏𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒏𝒋𝒂𝒃𝒂𝒕 𝒔𝒆𝒃𝒂𝒈𝒂𝒊 𝑷𝒆𝒎𝒃𝒂𝒏𝒕𝒖 𝑹𝒆𝒌𝒕𝒐𝒓 𝑰𝑰 𝑼𝒏𝒊𝒗𝒆𝒓𝒔𝒊𝒕𝒂𝒔 𝑨𝒊𝒓𝒍𝒂𝒏𝒈𝒈𝒂, 𝑺𝒖𝒓𝒂𝒃𝒂𝒚𝒂 )


Dari buku

"DARI KUNTUM MENJADI BUNGA"

Keterangan foto: dr.Armanto Sidohutomo dan putranya Ardantyo Sidohutomo (Ian)

ADA YANG LEBIH HEBAT

 “𝑺𝒆𝒃𝒂𝒊𝒌-𝒃𝒂𝒊𝒌 𝒎𝒂𝒏𝒖𝒔𝒊𝒂 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒂𝒍𝒊𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒎𝒂𝒏𝒇𝒂𝒂𝒕 𝒃𝒂𝒈𝒊 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒊𝒏.”  (Hadits Riway...