"𝙺𝚎𝚖𝚊𝚛𝚊𝚑𝚊𝚗 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚊𝚜𝚊𝚖 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚍𝚊𝚙𝚊𝚝 𝚕𝚎𝚋𝚒𝚑 𝚖𝚎𝚛𝚞𝚜𝚊𝚔 𝚠𝚊𝚍𝚊𝚑 𝚙𝚎𝚗𝚢𝚒𝚖𝚙𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊 𝚍𝚊𝚛𝚒𝚙𝚊𝚍𝚊 𝚊𝚙𝚊𝚙𝚞𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚍𝚒𝚝𝚞𝚊𝚗𝚐𝚔𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊"
(Mark Twain)
Saat Mahatma Gandhi sedang belajar hukum di College University, London, ada seorang profesor bernama Peter yang kurang menyukai Gandhi. Suatu hari, saat Profesor Peter sedang makan siang di kantin kampus, Gandhi datang lalu duduk di sampingnya sambil membawa makan siang. Profesor Peter berkata, "Gandhi, apakah engkau tidak mengerti bahwa seekor babi dengan seekor burung tidak duduk berdampingan untuk makan?"
Gandhi-bagai orang tua yang menatap anak nakal-menjawab, "Jangan khawatir, Prof, saya akan segera terbang." Gandhi pun segera beranjak ke meja lain. Wajah Profesor Peter memerah penuh kemarahan. Dengan tidak langsung dia menyimpulkan sendiri ucapan Gandhi tersebut dan memutuskan untuk membalas dendam.
Hari berikutnya, dalam kelas, Profesor Peter sengaja mengajukan pertanyaan kepada Gandhi di depan mahasiswa yang lain, "Gandhi, andai engkau sedang berjalan lalu tiba-tiba menemukan paket berisi satu tas penuh uang dan satu tas penuh dengan kebijaksanaan, tas manakah yang ingin engkau ambil?"
Gandhi menjawab dengan mantap, "Saya memilih tas uang."
Profesor Peter tersenyum sinis, tertawa, dan berkata dengan bangga, "Andai itu adalah saya, saya akan mengambil tas kebijaksanaan."
"Seseorang biasanya mengambil hal yang tidak dimilikinya," jawab Gandhi dengan santai.
Profesor Peter tidak bisa berkata apa-apa begitu mendengar pernyataan Gandhi. Dengan penuh kemarahan, Profesor Peter menulis kata idiot pada lembar jawaban ujian Gandhi lalu memberikannya kepada Gandhi. Gandhi pun mengambilnya lalu duduk sambil berusaha keras untuk tetap bersikap tenang. Beberapa menit kemudian, Gandhi berdiri dan menghampiri sang profesor seraya berkata dengan sangat sopan, "Prof, Anda baru menandatangani lembar jawaban ini, tetapi belum memberi nilai."
Dengan bersikap tenang dan bijak, akan nampak kebodohan yang dibuat orang yang membenci kita. Jangan mudah tersulut emosi agar kita pun tidak bertindak bodoh. Jika hati baik dan pikiran baik, kata-kata yang terucap pun adalah hal yang baik dan bijaksana.
Perkataan yang diucapkan mencerminkan kepribadian dari yang mengucapkan. Tetaplah tenang. Kekurangan kita saja menjadi perhatian, apalagi kelebihan kita.
Orang bodoh sibuk mencari kelemahan dan kekurangan orang lain, sedangkan orang pandai sibuk memperbaiki kelemahan dan kekurangan sendiri.[]
Dari buku
"DARI KUNTUM MENJADI BUNGA" Seri Kumpulan Kisah Inspiratif jilid 3