"𝑲𝒆𝒔𝒆𝒓𝒂𝒌𝒂𝒉𝒂𝒏 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒕𝒖 𝒉𝒂𝒍 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒖𝒂𝒕𝒎𝒖 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒉𝒂𝒏𝒄𝒖𝒓𝒌𝒂𝒏 𝒉𝒂𝒍-𝒉𝒂𝒍 𝒊𝒏𝒅𝒂𝒉 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒆𝒓𝒏𝒂𝒉 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒑𝒆𝒈𝒂𝒏𝒈."
Seorang petani sedang berjalan di bawah sebatang pohon yang angker, ketika ia mendengar suara yang berkata: 'Inginkah engkau mempunyai emas sebanyak tujuh tempayan?' Petani itu melihat kiri kanan dan tidak tampak seorang pun. Tetapi nafsu serakahnya timbul, dan segera ia menjawab lantang: 'Ya, aku ingin!' Kembali terdengar suara 'Kalau begitu, pulanglah. 'Engkau akan menemukannya di sana.'
Bergegas petani itu berlari pulang. Sungguh, ada tujuh tempayan penuh emas, kecuali satu yang hanya berisi setengah saja. Didorong rasa serakahnya, petani tak bisa melepaskan pikiran, bahwa satu tempayan hanya berisi setengah saja. Ia ingin sekali untuk segera mengisinya sampai penuh. Sebab jika tidak, ia tidak akan bahagia.
Seluruh perhiasan milik anggota keluarganya disuruhnya dilebur menjadi uang emas dan dimasukkannya dalam tempayan yang berisi setengah itu. Tetapi tempayan itu tetap berisi setengah seperti semula.
Gemas, ia lalu menabung, menghemat dan berpuasa sampai ia sendiri dan seluruh keluarganya kelaparan. Namun demikian, sia-sia belaka. Biarpun begitu banyak emas telah dimasukkannnya ke dalamnya, tempayan itu tetap berisi setengah saja.
Pada suatu hari ia minta kenaikan gaji kepada raja. Upahnya dilipatduakan. Sekali lagi ia berjuang untuk mengisi tempayan itu. Bahkan ia sampai mengemis. Namun tempayan itu tetap menelan setiap mata uang emas yang dimasukkan dan tetap berisi setengah.
Raja mulai memperhatikan, betapa petani itu tampak kurus dan menderita. 'Apa yang kau keluhkan?' tanya sang raja. 'Kau dulu begitu puas dan bahagia waktu gajimu kecil saja. Sekarang gajimu sudah lipat dua, namun kau begitu muram dan lesu. Barangkali kau menyimpan tujuh tempayan emas itu?'
Petani itu terheran-heran. 'Siapakah yang menceritakan hal itu kepada Paduka, ya Tuanku Raja?'
Raja tertawa seraya berkata:
'Tindak-tandukmu jelas menampakkan gejala-gejala yang terdapat pada semua orang yang ditawari tujuh tempayan emas oleh setan. Ia pernah menawarkannya juga kepadaku. Aku bertanya, apakah uang itu boleh dipergunakan atau semata-mata untuk disimpan. Namun ia terus menghilang tanpa berkata apa-apa. Uang itu tidak bisa digunakan, tetapi hanya memaksa orang supaya mau menyimpannya. Lekas kembalikanlah uang itu pada setan. Pastilah engkau akan bahagia kembali!'[]
"𝚃𝚒𝚐𝚊 𝚔𝚞𝚗𝚌𝚒 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚑𝚒𝚍𝚞𝚙 𝚕𝚎𝚋𝚒𝚑 𝚋𝚎𝚛𝚔𝚎𝚕𝚒𝚖𝚙𝚊𝚑𝚊𝚗: 𝙿𝚎𝚍𝚞𝚕𝚒 𝚙𝚊𝚍𝚊 𝚜𝚎𝚜𝚊𝚖𝚊, 𝚋𝚎𝚛𝚊𝚗𝚒 𝚙𝚊𝚍𝚊 𝚜𝚎𝚜𝚊𝚖𝚊, 𝚋𝚎𝚛𝚋𝚊𝚐𝚒 𝚍𝚎𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚜𝚊𝚖𝚊."
(William Arthur Wardo)
Dari buku "Burung Berkicau", Anthony de Mello SJ