Tidak seperti yang sudah-sudah, pulang kampung Zainal kali ini membawa uang buat sedekah lebih banyak. Biasanya pengusaha yang bergerak di bidang forwarding (pengiriman barang) tiap mudik ke kampung halamannya di Maninjau Bukittinggi membawa uang 10-15 juta untuk para kerabatnya.
"Kok seperti orang yang kebanyakan duit saja Pak" kata Ima, istrinya
"Apa salahnya berbagi dengan saudara Bu, mumpung kita diberi kelapangan" kata sang suami.
Zainal Kembali ke ibukota masih dalam suasana idul Fitri dan sempat bersilaturahmi dengan para karyawannya. Saat masuk ke ruang kerjanya, terdengar nada panggil dari ponselnya.
"Assalamualaikum pak Zainal, selamat Idul Fitri dan mohon maaf lahir batin! Ini Joko rekanan kerja Bapak," Terdengar suara di seberang telepon Zainal.
"Oh, sama-sama Pak Joko. Mohon maaf lahir batin juga ya! Sahut Zainal.
"begini Pak Haji, saya minta tolong, tapi sedikit mendesak. Barangkali pak haji bisa mencarikan saya barang, tapi ini bukan bidang Pak Haji" Jelas Joko.
"Barangnya apa ya Pak ?!" Tanya Zainal.
"Low Bed Trailer" Kata Pak Joko "Kira-kira bisa mencarikan tidak, Pak. Yang seken saja." Kendaraan jenis truk berroda banyak dengan bagian belakang rendah itu biasa digunakan untuk mengangkut alat-alat berat.
"Kalau bisa dalam waktu tiga hari ini ya pak Haji"
Zainal menyanggupi dan pembicaraan ditutup.
Namun menjelang tenggat waktu yang diberikan Zainal belum mendapatkan truk dengan sebutan 'pantat low Bed' tersebut.
"Subhanallah!!!" Zainal terhenyak dari duduknya di dalam mobil. Seolah ia baru saja mendapatkan ilham dari Allah atas keberadaan sebuah pantat low-bed yang pernah ia lihat. "Kita ke Padalarang Pak...!" Seru Zainal kepada sopirnya.
Hati Zainal harap-harap cemas. la teringat, bahwa ia pernah melihat sebuah pantat low-bed ditaruh di pinggir jalan Padalarang dengan sebuah papan bertuliskan DIJUAL. Padahal saat itu kondisi jalan gelap karena malam dan hujan pun mengguyur sepanjang perjalanan. Tiga tahun yang lalu itu, Zainal melihat barang itu tanpa sedikit pun perhatian. Namun kini, ia berharap kepada Allah, semoga pantat low-bed itu masih teronggok di sana.
Allah mengabulkan doa Zainal. Setibanya di sana, ia dapati pantat low-bed berwarna kuning itu sudah banyak berkarat. Segera saja ia mengontak pemiliknya, dan pemiliknya mau menjual murah barang tersebut. Maka disepakatilah antara Zainal dan pemilik pantat low-bed itu senilai Rp. 50 juta.
Malam itu juga Zainal menelepon Joko, ia memberitahukan bahwa sudah menemukan barang yang dimaksud. Joko senang mendengar kabar ini, dan ia berjanji esok pagi akan membawa serta bosnya, seorang expatriat bernama Phillip. Keesokan paginya, mereka semua datang ke lokasi pantat low-bed untuk check fisik.
Sebelumnya Zainal agak khawatir dengan barang yang ditawarkan tersebut, mengingat orang bule biasanya rewel dengan barang bekas
Namun jauh di luar dugaan Zainal, Phillip merasa puas dan ia merekomendasikan agar barang tersebut langsung dibeli.
Usai melihat barang tersebut, maka masing-masing mereka pulang dengan kendaraannya.
"Pak Haji, bos saya setuju dengan barang yang kita lihat tadi" begitu telepon Joko saat Zainal meninggalkan Padalarang. "Segera buat saja penawaran harganya dan dikirim lewat Faks saja" lanjutnya.
"Baik Pak Joko"
Keesokan harinya Zainal segera membuat surat penawaran lengkap dengan spesifikasi pantat low-bed yang telah dilihat sebelumnya.
Saat akan mencantumkan harga, Zainal sempat ragu, karena memang bekum pernah melakukan jual beli kendaraan seperti ini. Maka dengan mengucap "Bismillah" dia tuliskan harga dengan nominal 175 juta, dan fakspun segera dikirim.
Tak lama kemudian, ada telpon dari Joko
"Pak Haji, terimakasih faks sudah saya terima. Tapi boleh saya tawarkan kan harganya?"
"Silakan" kata Zainal
"Kurangi 10 juta ya, jadinya 165 juta, sekalian minta nomor rekeningnya"
"Baik, jadi" kata Zainal
Pembicaraan pun selesai, dan setelah mendapatkan surat pembelian barang dari perusahaan Joko, maka Zainal mengirimkan pantat low-bed itu ke gudang perusahaan Joko Dalam beberapa hari, dana Rp. 165 juta sudah terkirim rekening Zainal.
Melihat suaminya pulang kerumah dengan gembira, Ima menghampiri Zainal "Gembira amat Pak, ada apa ini?"
"Rupanya Allah mengganti sedekah kita saat pulang kampung kemarin" kata Zainal "Alhamdulillah, kita dapat rezeki dari penjualan barang yang asal kusebutkan harganya"
"Dapat berapa Pak?" Penasaran istrinya bertanya
"165 juta"
إِنَّ ٱلْمُصَّدِّقِينَ وَٱلْمُصَّدِّقَٰتِ وَأَقْرَضُوا۟ ٱللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا يُضَٰعَفُ لَهُمْ وَلَهُمْ أَجْرٌ كَرِيمٌ
"𝑺𝒆𝒔𝒖𝒏𝒈𝒈𝒖𝒉𝒏𝒚𝒂 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈-𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒆𝒏𝒂𝒓𝒌𝒂𝒏 (𝑨𝒍𝒍𝒂𝒉 𝒅𝒂𝒏 𝑹𝒂𝒔𝒖𝒍-𝑵𝒚𝒂) 𝒃𝒂𝒊𝒌 𝒍𝒂𝒌𝒊-𝒍𝒂𝒌𝒊 𝒎𝒂𝒖𝒑𝒖𝒏 𝒑𝒆𝒓𝒆𝒎𝒑𝒖𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒎𝒊𝒏𝒋𝒂𝒎𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒑𝒂𝒅𝒂 𝑨𝒍𝒍𝒂𝒉 𝒑𝒊𝒏𝒋𝒂𝒎𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒂𝒊𝒌, 𝒏𝒊𝒔𝒄𝒂𝒚𝒂 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒅𝒊𝒍𝒊𝒑𝒂𝒕𝒈𝒂𝒏𝒅𝒂𝒌𝒂𝒏 (𝒑𝒆𝒎𝒃𝒂𝒚𝒂𝒓𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂) 𝒌𝒆𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂; 𝒅𝒂𝒏 𝒃𝒂𝒈𝒊 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 𝒑𝒂𝒉𝒂𝒍𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒂𝒏𝒚𝒂𝒌".
(QS Al Hadid ayat 18)
Dari buku
"Cahaya Langit " Hidup tak selamanya Hitam