“𝑺𝒆𝒃𝒂𝒊𝒌-𝒃𝒂𝒊𝒌 𝒎𝒂𝒏𝒖𝒔𝒊𝒂 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒂𝒍𝒊𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒎𝒂𝒏𝒇𝒂𝒂𝒕 𝒃𝒂𝒈𝒊 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒊𝒏.”
(Hadits Riwayat ath-Thabrani, Al-Mu’jam al-Ausath, juz VII, hal. 58)
Begitu takutnya akan makanan yang tercampur dengan bahan yang tidak patut, guru itu menanam sendiri bahan makanannya, memancing ikan untuk lauk. Waktunya sepenuhnya digunakan untuk berdoa dan beribadah.
Perilaku tersebut membuat kagum seorang muridnya. Segera murid itu menghampiri dan mengatakan ingin mengikuti jejaknya jadi orang yang saleh yang sepanjang hidupnya.
Namun gurunya menolak. "Ilmu ku tidak ada apa-apa dibandingkan dengan adikku yang ada dikota" kata gurunya.
"Cobalah temui dia"
Karena penasaran, ada yang lebih hebat dari gurunya, pergilah dia kekota.
Menjelang sampai dikota ia bertemu dengan seorang penjahit yang sedang bekerja di kedainya.
Saat murid itu menanyakan orang yang dia cari, dikatakan hampir semua orang mengenalnya, namun saat ini orang yang dia cari sedang diluar kota.
Penjahit itu menawarkan rumahnya untuk tinggal sambil menunggu kedatangannya.
Beberapa hari kemudian datang serombongan orang berkuda dari arah luar kota. Penjahit itu mengatakan orang yang dia cari sudah datang.
Rupanya adik gurunya itu adalah pimpinan rombongan tersebut. Namun melihat penampilannya, murid tadi keheranan. Pria itu mengenakan baju yang bagus, naik kuda yang gagah dan kesannya terlihat angkuh.
Makin penasaran, maka dia ikuti adik gurunya itu sampai ke rumahnya.
Turun dari kuda sudah ada pelayan yang menerima tali kekang kudanya dan membawa ke belakang.
Saat memasuki rumah beberapa pelayan menghormat dan menyilakan. Sama sekali tidak menunjukkan orang yang rendah hati.
Murid itu lalu diajak masuk dan makan bersama dengan para tamunya. Meja penuh dengan hidangan yang lezat.
Setelah bertegur sapa, adik gurunya itu menanyakan kabar kakaknya. Dia tanyakan apakah kakaknya masih menjalani kehidupan yang zuhud dan masih menyediakan makanannya sendiri? Jawab murid itu gurunya masih memancing ikannya sendiri dan menanam sayurannya sendiri, Beliau selalu menjalani kehidupan yang tenang.
Reaksi sang adik sungguh mengagetkan. Dia berkata merasa kasihan kepada kakaknya, Ternyata dia masih terlalu cinta kepada dunia.
Seketika hilang rasa hormat murid itu kepada adik gurunya dan memutuskan untuk tidak meneruskan niatnya semula berguru kepada adik gurunya dan pulang.
Gurunya terkejut karena kepulangan muridnya begitu cepat. Gurunya pun menanyakan apa sebabnya?. Murid itu berkata bahwa adik gurunya mungkin sudah berubah. Tidak tampak lagi ada tanda-tanda kehidupan seorang sufi pada diri adiknya.
Tiba-tiba guru itu menangis tersedu-sedu dan mengatakan bahwa apa yang dikatakan adiknya benar. Sang murid lebih bingung lagi karena dia tidak bisa memahami apa yang terjadi.
Setelah gurunya dapat mengendalikan kesedihannya, sang guru menceritakan bahwa kehidupan yang dilaluinya adalah kehidupan yang egois, tenang, dan mau enak sendiri. Dia sendiri tidak peduli kepada orang Iain. Dia terbuai untuk melalui kehidupan yang tenang dan merasa dirinya suci, dengan tidak bermanfaat bagi orang di sekitarnya sama sekali. Bahkan, dia mengharapkan untuk memperoleh kedudukan yang terhormat di surga. Orang Iain sama sekali tidak merasakan manfaat dari keberadaan dirinya. Menjadi orang baik dengan cara seperti ini sangatlah mudah.
Sedangkan adiknya, meskipun tampak gemerlap, tetapi dia adalah saudagar pengumpul dari pedagang kecil yang datang dari tempat jauh.
Pedagang yang mau membeli dagangannya cukup datang ke rumahnya saja dan tidak perlu berkeliling dan membuang-buang waktu.
Rumahnya besar, karena memang banyak tamu, yang selain singgah juga bermalam di sana. Makanannya beraneka ragam karena para tamu yang berkunjung juga mempunyai selera yang berbeda.
Pelayannya banyak, karena memang perlu untuk mengurus tamu yang banyak pula. Selain itu, pelayan tersebut banyak berasal dari orang miskin yang tidak mampu bekerja sendiri. Agar mereka tidak menjadi peminta-minta, mereka diberi pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya. Dengan demikian, orang orang yang tertolong tersebut dapat memberi nafkah kepada keluarga mereka secara terhormat. Dan nafkah yang diberikan oleh para pelayan kepada keluarganya dicari dengan menjadikan diri mereka bermanfaat bagi orang Iain.[]
"𝙷𝚒𝚍𝚞𝚙 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚓𝚊𝚞𝚑 𝚕𝚎𝚋𝚒𝚑 𝚋𝚎𝚛𝚖𝚊𝚗𝚏𝚊𝚊𝚝 𝚓𝚒𝚔𝚊 𝙰𝚗𝚍𝚊 𝚋𝚎𝚛𝚓𝚞𝚊𝚗𝚐 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚜𝚎𝚜𝚞𝚊𝚝𝚞, 𝚍𝚊𝚛𝚒𝚙𝚊𝚍𝚊 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚊𝚖𝚋𝚒𝚕 𝚊𝚙𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚍𝚒𝚋𝚎𝚛𝚒𝚔𝚊𝚗 𝚔𝚎𝚙𝚊𝚍𝚊 𝙰𝚗𝚍𝚊 𝚍𝚒 𝚊𝚝𝚊𝚜 𝚙𝚒𝚛𝚒𝚗𝚐."
(Amy Winehouse)
Dari buku
"NEGERI CITA-CITAKU"