"𝐒𝐞𝐧𝐢 𝐭𝐞𝐫𝐭𝐢𝐧𝐠𝐠𝐢 𝐠𝐮𝐫𝐮 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐧𝐠𝐤𝐢𝐭𝐤𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐠𝐞𝐦𝐛𝐢𝐫𝐚𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐞𝐤𝐬𝐩𝐫𝐞𝐬𝐢 𝐤𝐫𝐞𝐚𝐭𝐢𝐟 𝐝𝐚𝐧 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐞𝐭𝐚𝐡𝐮𝐚𝐧."
(𝐀𝐥𝐛𝐞𝐫𝐭 𝐄𝐢𝐧𝐬𝐭𝐞𝐢𝐧)
Berprofesi sebagai seorang guru, apalagi guru Taman Kanak-kanak?
Tidak pernah terbayangkan dalam hidup saya.
Guru adalah sebuah cita-cita yang mungkin sudah jarang diminati anak-anak zaman sekarang.
Besarnya gaji yang diterima seorang guru menjadi pikiran saat saya masih kecil. Capek fisik dan perasaan dengan murid-murid yang nakal, gajinya juga kecil. Maka dari itu cita-cita saya waktu kecil adalah bukan ingin jadi guru, tetapi jadi dokter.
Dengan jurusan di SMA yang mengarah ke cita-cita tersebut, saya yakin bisa lolos Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri.
Nyatanya cita-cita saya itu harus kandas. Saya tidak lulus ujian masuk.
Ditengah perasaan frustrasi dan tidak mau kuliah, keluarga cukup meyakinkan saya untuk mengisi waktu dengan berkuliah di jurusan lain sambil menunggu ujian tahun berikutnya.
Begitu ada pilihan jurusan bahasa Inggris yang memang saya menyukainya, saya langsung ambil.
Rupanya saya tidak paham jurusan bahasa inggris itu adalah dibawah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Saya pun menikmati proses belajar di kampus dan bertekad setelah lulus saya akan lanjut belajar kedokteran.
Rasa kaget campur takut menghantui saat saya tahu bahwa saya harus praktek mengajar untuk anak-anak SMP dan SMA Untuk hal ini, saya sampai tidak bisa tidur nyenyak selama berbulan-bulan.
Barangkali saya terkena hukum karma, karena saya biasa ikut-ikutan teman ngerjain guru saat sekolah... Tapi Tuhan memang memiliki cara yang misterius. Saya menikmati setiap prosesnya dan seusai praktek mengajar, saya langsung menerima tawaran mengajar meskipun saat itu belum lulus kuliah. Dan yang luar biasa, saya begitu menikmati profesi ini.
Kini, enam belas tahun sudah saya menjalani profesi sebagai seorang guru. Saya sudah memiliki pengalaman mengajar tingkat TK sampai Universitas. Sekarang saya tahu, kenapa para guru begitu mencintai pekerjaan ini, mengapa mereka begitu setia dan sabar membimbing anak-anak meskipun mereka super nakal. Itu semua karena mereka mengerjakannya dengan hati yang tulus, karena itu adalah panggilan jiwa mereka. Sulit untuk menjelaskan dengan kata-kata, tapi saya merasakan dan mengalaminya.
Sesulit apa pun rintangan yang kita hadapi, sekecil apa pun upah yang kita terima jika mengerjakannya dengan hati yang tulus semua terasa ringan dan berharga. Melihat murid-murid dari tidak bisa menjadi bisa, melihat mereka bertumbuh kembang menjadi manusia berguna adalah kepuasan yang tidak bisa saya ungkapkan dengan kata-kata. Kelucuan, keluguan dan kenaifan anak-anak kadang menjadi pecutan bagi saya untuk selalu merefleksi diri. Mereka bukan hanya belajar dari saya tapi saya juga banyak belajar dari tingkah laku mereka.
Intinya, kita tidak pernah tahu apa yang Tuhan rencanakan untuk kita. Jika rencana tidak sesuai dengan yang kita inginkan artinya Tuhan memiliki rencana lain yang lebih indah. Dan jika kita melakukan suatu pekerjaan apa pun itu, lakukanlah dengan hati yang tulus karena dengan begitu kita bisa menjalankannya dengan semangat, dan rintangan apa pun bisa kita hadapi dengan bijak. Dalam soal materi saya percaya bahwa kebaikan orang-orang kepada saya adalah upah dan bayaran Tuhan kepada saya.[]
"𝙶𝚞𝚛𝚞 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚜𝚊𝚝𝚞-𝚜𝚊𝚝𝚞𝚗𝚢𝚊 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚔𝚎𝚑𝚒𝚕𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚝𝚒𝚍𝚞𝚛 𝚔𝚊𝚛𝚎𝚗𝚊 𝚊𝚗𝚊𝚔 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚕𝚊𝚒𝚗."
(Nicholas A.Ferroni)
(𝑫𝒊𝒌𝒊𝒔𝒂𝒉𝒌𝒂𝒏 𝒐𝒍𝒆𝒉 𝑺𝒖𝒔𝒂𝒏 𝑩𝒂𝒄𝒉𝒕𝒊𝒂𝒓 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒃𝒖𝒌𝒖 "𝑲𝒆𝒏𝒂𝒓𝒊 𝑲𝒆𝒄𝒊𝒍 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝑲𝒂𝒍𝒂𝒃𝒂𝒉𝒊 𝒅𝒂𝒏 𝟐𝟗 𝑲𝒊𝒔𝒂𝒉 𝑰𝒏𝒔𝒑𝒊𝒓𝒂𝒕𝒊𝒇 𝑨𝒏𝒂𝒌 𝑰𝒏𝒅𝒐𝒏𝒆𝒔𝒊𝒂")

Tidak ada komentar:
Posting Komentar