Senin, 04 Desember 2023

KONSEP BUMERANG KELAS 'MERAH'

"𝑺𝒆𝒕𝒊𝒂𝒑 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒆𝒓𝒍𝒂𝒉𝒊𝒓 𝒈𝒆𝒏𝒊𝒖𝒔, 𝒕𝒆𝒕𝒂𝒑𝒊 𝒑𝒓𝒐𝒔𝒆𝒔 𝒉𝒊𝒅𝒖𝒑 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒖𝒂𝒕 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒈𝒆𝒏𝒊𝒖𝒔."

(Richard Buckminster Fuller)


Beberapa waktu menjelang tahun ajaran baru, para peneliti mendatangi sebuah sekolah dan menemui kepala sekolahnya.

Kepada kepala sekolah ditanyakan kelas manakah yang mendapat predikat 'merah'. Sang Kepala Sekolah mengantarkan mereka pada kelas di mana para siswanya adalah anak-anak yang tidak berprestasi serta dianggap sebagai 'anak sial'. 

Pada tahun ajaran baru, telah direncanakan bahwa ada seorang guru baru yang akan mulai mengajar. Kepala Sekolah dan para peneliti telah sepakat untuk tidak memberitahukan pada guru baru tersebut, bahwa kelas yang diwariskan padanya adalah kelas terdungu di sekolah. Hal ini dilakukan agar para peneliti dapat menunjukkan ide di mana orang mampu mencapai apa pun juga - bila mereka mendapat dukungan yang baik.


Sang guru baru belum mengenal keadaan kelas yang akan diajarnya. Ketika pihak peneliti bertanya tentang cara pengajaran dan penyampaian materi, ia menjawab bahwa ia akan mengajar siswa-siswi barunya dengan sebaik-baiknya, tetapi tentunya untuk mencapai prestasi yang terbaik, semua bergantung pada siswa itu sendiri. Pihak peneliti kemudian meminta izin agar mereka dapat mengunjungi kelas tersebut sebanyak dua kali dalam setahun:  enam bulan pertama dan pada akhir tahun pelajaran - untuk melihat perkembangan belajar para siswanya.


Setelah enam bulan, para peneliti kembali ke sekolah untuk melihat perkembangan kelas 'merah' tersebut. Hasilnya sungguh mengejutkan: mereka mendapat prestasi diatas atas rata-rata! Dan pada akhir tahun, para siswa tersebut meraih prestasi tertinggi di sekolah. Tidak hanya itu, para peneliti juga melihat terjadi perubahan besar dalam diri para siswanya, yang dibuktikan dengan cara mereka membawa diri, berbicara dengan sopan, menghormati guru


Kepala Sekolah juga merasa heran dan bertanya pada guru kelas apakah yang telah dilakukannya sehingga dapat meraih prestasi yang luar biasa. Guru itu berkata bahwa ini merupakan hal yang biasa bagi dirinya, sehingga ia tidak dapat melihat di mana letak keistimewaannya. la hanya melemparkan 'bumerang' tentang cara pengajaran, pendekatan kepada siswa, dan ternyata lemparan itu 'kembali' kepadanya dalam bentuk prestasi siswanya.


Kepala Sekolah bertanya apakah ia (guru tersebut) membaca tanda-tanda yang kurang baik dalam kelasnya, bahwa siswa-siswinya lebih lamban dari yang lain, kurang konsentrasi  atau tanda-tanda yang biasanya tampak pada siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Guru tersebut menjawab dengan mengatakan bahwa ia melihat tanda-tanda yang dimaksud, tetapi ia menganggap bahwa para siswanya adalah yang terbaik di sekolah dan ia mengabaikan perbedaan yang ada sebagai suatu 'kreativitas'. Salah satu alasan untuk mempercayai bahwa kelas yang ia tangani akan berprestasi dengan baik adalah berdasarkan dari perolehan nilai IQ yang pernah diberikan oleh kepala sekolah pada awal tahun ajaran.

"Nilai IQ yang mana?" tanya kepada sekolah keheranan

"Nilai yang dicetak pada kertas hijau yang pernah bapak berikan" jawab guru tersebut.

Dengan sangat terkejut, Kepala Sekolah itu menjawab, "Itu bukanlah nilai IQ mereka- itu adalah nomor loker mereka!"[]


"𝐊𝐢𝐭𝐚 𝐬𝐞𝐦𝐮𝐚 𝐠𝐞𝐧𝐢𝐮𝐬, 𝐭𝐞𝐭𝐚𝐩𝐢 𝐣𝐢𝐤𝐚 𝐤𝐚𝐦𝐮 𝐦𝐞𝐧𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐬𝐞𝐞𝐤𝐨𝐫 𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐤𝐞𝐦𝐚𝐦𝐩𝐮𝐚𝐧𝐧𝐲𝐚 𝐦𝐞𝐦𝐚𝐧𝐣𝐚𝐭 𝐩𝐨𝐡𝐨𝐧, 𝐢𝐚 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐮𝐦𝐮𝐫 𝐡𝐢𝐝𝐮𝐩𝐧𝐲𝐚 𝐩𝐞𝐫𝐜𝐚𝐲𝐚 𝐛𝐚𝐡𝐰𝐚 𝐢𝐚 𝐛𝐨𝐝𝐨𝐡."

(Albert Einstein)


Dari buku

"YOU CAN DO IT!"



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ADA YANG LEBIH HEBAT

 “𝑺𝒆𝒃𝒂𝒊𝒌-𝒃𝒂𝒊𝒌 𝒎𝒂𝒏𝒖𝒔𝒊𝒂 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒂𝒍𝒊𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒎𝒂𝒏𝒇𝒂𝒂𝒕 𝒃𝒂𝒈𝒊 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒊𝒏.”  (Hadits Riway...