Rabu, 27 Juli 2022

𝗧𝗜𝗚𝗔 đ—Ļ𝗔đ—Ĩ𝗜𝗡𝗚𝗔𝗡 đ—Ļđ—ĸ𝗖đ—Ĩ𝗔𝗧𝗘đ—Ļ

Suatu saat seseorang datang menemui Socrates dan berkata, "𝑨𝒑𝒂𝒌𝒂𝒉 𝑨𝒏𝒅𝒂 𝒕𝒂𝒉𝒖 𝒂𝒑𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒂𝒓𝒖 𝒔𝒂𝒋𝒂 𝒂𝒌𝒖 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒓 𝒕𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒆𝒎𝒂𝒏 𝑨𝒏𝒅𝒂?"

"đ‘ģ𝒖𝒏𝒈𝒈𝒖 𝒔𝒆𝒃𝒆𝒏𝒕𝒂𝒓," Socrates menyela ."đ‘ē𝒆𝒃𝒆𝒍𝒖𝒎 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒂𝒕𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒔𝒖𝒂𝒕𝒖 𝒑𝒂𝒅𝒂𝒌𝒖, 𝒂𝒌𝒖 𝒊𝒏𝒈𝒊𝒏 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒎𝒆𝒍𝒆𝒘𝒂𝒕𝒊 𝒔𝒖𝒂𝒕𝒖 𝒉𝒂𝒍 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒔𝒆𝒃𝒖𝒕 đ‘ģ𝒊𝒈𝒂 𝒔𝒂𝒓𝒊𝒏𝒈𝒂𝒏"

"đ‘ģ𝒊𝒈𝒂 𝒔𝒂𝒓𝒊𝒏𝒈𝒂𝒏?"

"𝑩𝒆𝒏𝒂𝒓," lanjut Socrates "đ‘ē𝒆𝒃𝒆𝒍𝒖𝒎 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒃𝒆𝒓𝒃𝒊𝒄𝒂𝒓𝒂 𝒑𝒂𝒅𝒂𝒌𝒖 𝒕𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒆𝒎𝒂𝒏𝒌𝒖, 𝒎𝒖𝒏𝒈𝒌𝒊𝒏 𝒊𝒏𝒊 𝒊𝒅𝒆 𝒃𝒂𝒊𝒌 𝒌𝒂𝒍𝒂𝒖 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒎𝒆𝒍𝒖𝒂𝒏𝒈𝒌𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒅𝒊𝒌𝒊𝒕 𝒘𝒂𝒌𝒕𝒖 𝒅𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒚𝒂𝒓𝒊𝒏𝒈 𝒂𝒑𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒌𝒂𝒕𝒂𝒌𝒂𝒏. 𝑰𝒕𝒖𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒆𝒃𝒂𝒃𝒏𝒚𝒂 𝒅𝒊𝒔𝒆𝒃𝒖𝒕 𝒕𝒊𝒈𝒂 𝒔𝒂𝒓𝒊𝒏𝒈𝒂𝒏. 

đ‘ē𝒂𝒓𝒊𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒑𝒆𝒓𝒕𝒂𝒎𝒂 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝐊𝐞𝐛𝐞𝐧𝐚đĢ𝐚𝐧. 𝑨𝒑𝒂𝒌𝒂𝒉 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒚𝒂𝒌𝒊𝒏 𝒃𝒂𝒉𝒘𝒂 𝒂𝒑𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒌𝒂𝒕𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒊𝒕𝒖 𝒃𝒆𝒏𝒂𝒓?"

"đ‘ģ𝒊𝒅𝒂𝒌," jawab laki-laki itu "đ‘ē𝒆𝒃𝒆𝒏𝒂𝒓𝒏𝒚𝒂 𝒂𝒌𝒖 𝒉𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒓 𝒉𝒂𝒍 𝒊𝒕𝒖..."

𝑩𝒂𝒊𝒌𝒍𝒂𝒉," kata Socrates ."𝑱𝒂𝒅𝒊 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒔𝒖𝒏𝒈𝒈𝒖𝒉 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒕𝒂𝒉𝒖 𝒂𝒑𝒂𝒌𝒂𝒉 𝒊𝒕𝒖 𝒃𝒆𝒏𝒂𝒓 𝒂𝒕𝒂𝒖 𝒔𝒂𝒍𝒂𝒉. đ‘ē𝒆𝒌𝒂𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒄𝒐𝒃𝒂 𝒔𝒂𝒓𝒊𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒅𝒖𝒂, 𝒔𝒂𝒓𝒊𝒏𝒈𝒂𝒏 𝐊𝐞𝐛𝐚đĸ𝐤𝐚𝐧 . 𝑨𝒑𝒂𝒌𝒂𝒉 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒌𝒂𝒕𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒑𝒂𝒅𝒂𝒌𝒖 𝒕𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒆𝒎𝒂𝒏𝒌𝒖 𝒊𝒕𝒖 𝒔𝒆𝒔𝒖𝒂𝒕𝒖 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒂𝒊𝒌?"

"đ‘ģ𝒊𝒅𝒂𝒌,𝒎𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒆𝒃𝒂𝒍𝒊𝒌𝒏𝒚𝒂"

"𝑱𝒂𝒅𝒊," lanjut Socrates, "𝑲𝒂𝒎𝒖 𝒊𝒏𝒈𝒊𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒂𝒕𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒑𝒂𝒅𝒂𝒌𝒖 𝒔𝒆𝒔𝒖𝒂𝒕𝒖 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒖𝒓𝒖𝒌 𝒕𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒆𝒎𝒂𝒏𝒌𝒖, 𝒕𝒆𝒕𝒂𝒑𝒊 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒚𝒂𝒌𝒊𝒏 𝒉𝒂𝒍 𝒊𝒕𝒖 𝒃𝒆𝒏𝒂𝒓. đ‘ē𝒆𝒌𝒂𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒉𝒂𝒓𝒖𝒔 𝒎𝒆𝒍𝒆𝒘𝒂𝒕𝒊 𝒔𝒂𝒓𝒊𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒕𝒊𝒈𝒂 𝒔𝒂𝒓𝒊𝒏𝒈𝒂𝒏 𝐌𝐚𝐧𝐟𝐚𝐚𝐭 . 𝑨𝒑𝒂𝒌𝒂𝒉 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒌𝒂𝒕𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒆𝒎𝒂𝒏𝒌𝒖 𝒊𝒕𝒖 𝒃𝒆𝒓𝒎𝒂𝒏𝒇𝒂𝒂𝒕 𝒃𝒂𝒈𝒊𝒌𝒖?"

đ‘ģ𝒊𝒅𝒂𝒌... 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒋𝒖𝒈𝒂..."

"𝑩𝒂𝒊𝒌𝒍𝒂𝒉," Socrates menyimpulkan, "𝑱𝒊𝒌𝒂 𝒂𝒑𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒊𝒏𝒈𝒊𝒏 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒌𝒂𝒕𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒑𝒂𝒅𝒂𝒌𝒖 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒃𝒆𝒏𝒂𝒓, 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒋𝒖𝒈𝒂 𝒃𝒂𝒊𝒌, 𝒅𝒂𝒏 𝒃𝒂𝒉𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒃𝒆𝒓𝒎𝒂𝒏𝒇𝒂𝒂𝒕, 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒂𝒑𝒂 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒂𝒕𝒂𝒌𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂 𝒑𝒂𝒅𝒂𝒌𝒖?"

Inilah mengapa Socrates dianggap sebagai filsuf agung dari Yunani.[]


Dari buku

KOIN EMAS DI TEPI JALAN



Senin, 25 Juli 2022

𝗘𝗙𝗘𝗞 𝗞𝗨đ—Ŗ𝗨-𝗞𝗨đ—Ŗ𝗨 𝗟đ—ĸđ—Ĩ𝗘𝗡𝗧𝗭


 Edward Lorentz, seorang ahli Geofisika cuaca mengembangkan hipotesis yang menyatakan, bahwa sekecil apapun perubahan yang terjadi, dampak yang ditimbulkan akan semakin meningkat magnitudenya.

Suatu saat Lorentz melakukan peramalan cuaca dengan menyelesaikan 12 persamaan diferensial non-linier dengan komputer. Hasil perhitungannya kemudian digambarkan dalam bentuk kurva yang dicetak pada sehelai kertas. Awalnya, Lorentz mencetak kurva dalam format enam angka dibelakang koma (...,506127). Kemudian, karena ingin menghemat waktu dan kertas, ia memasukkan tiga angka dibelakang koma (...,506) dan cetakan berikutnya diulangi pada kertas sama sama yang sudah berisi hasil cetakan tadi. Satu jam kemudian, Lorentz dikagetkan dengan hasil yang sangat berbeda dengan yang diharapkan. Pada awalnya kedua kurva tersebut memang berimpitan, tetapi sedikit demi sedikit bergeser sampai membentuk corak yang sama sekali berbeda. Inilah yang kemudian dikenal dengan nama "Efek Kupu-kupu" (Butterfly Effect). Hal ini bisa dianalog kan kepakan sayap kupu-kupu di Jakarta (setara dengan pengabaian angka..,000127) akan mampu memicu terjadinya badai Tsunami di Jayapura beberapa bulan kemudian.

Konsep ini memberi pelajaran kepada kita bahwa untuk berhati-hati dalam berpikir, berkata dan bertindak. đ‘°đ’…đ’† 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒂𝒊𝒌, 𝒑𝒆𝒓𝒃𝒖𝒂𝒕𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒂𝒊𝒌, 𝒑𝒂𝒔𝒕𝒊 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒉𝒂𝒔𝒊𝒍𝒌𝒂𝒏 𝒉𝒂𝒍-𝒉𝒂𝒍 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒂𝒊𝒌. đ‘ē𝒆𝒃𝒂𝒍𝒊𝒌𝒏𝒚𝒂, 𝒔𝒆𝒎𝒖𝒂 𝒑𝒆𝒓𝒃𝒖𝒂𝒕𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒖𝒓𝒖𝒌 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒂𝒘𝒂 𝒌𝒆𝒃𝒖𝒓𝒖𝒌𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒂𝒉𝒔𝒚𝒂𝒕 𝒅𝒊𝒎𝒂𝒔𝒂 𝒅𝒆𝒑𝒂𝒏. 

Hal yang sama juga diturunkan oleh Newton dalam hukum aksi dan reaksinya, dimana setiap aksi yang dilakukan akan menimbulkan reaksi dan kita tinggal mengakumulasikan saja.[]


𝐋đĸ𝐝𝐚𝐡 𝐨đĢ𝐚𝐧𝐠 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐜𝐞đĢ𝐝𝐚đŦ 𝐛𝐞đĢ𝐚𝐝𝐚 𝐝đĸ 𝐛𝐞đĨ𝐚𝐤𝐚𝐧𝐠 𝐡𝐚𝐭đĸ𝐧𝐲𝐚: 𝐤𝐞𝐭đĸ𝐤𝐚 𝐝đĸ𝐚 đĸ𝐧𝐠đĸ𝐧 𝐛𝐞đĢ𝐛đĸ𝐜𝐚đĢ𝐚, 𝐝đĸ𝐚 𝐛𝐞đĢ𝐩đĸ𝐤đĸđĢ 𝐭𝐞đĢđĨ𝐞𝐛đĸ𝐡 𝐝𝐚𝐡𝐮đĨ𝐮. 𝐉đĸ𝐤𝐚 𝐤𝐚𝐭𝐚-𝐤𝐚𝐭𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐛𝐞đĢđĻ𝐚𝐧𝐟𝐚𝐚𝐭 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐤𝐞𝐛𝐚đĸ𝐤𝐚𝐧𝐧𝐲𝐚, 𝐝đĸ𝐚 đĻ𝐞𝐧𝐠𝐚𝐭𝐚𝐤𝐚𝐧𝐧𝐲𝐚, 𝐝𝐚𝐧 đŖđĸ𝐤𝐚 đĻ𝐞đĢ𝐮𝐠đĸ𝐤𝐚𝐧𝐧𝐲𝐚, 𝐝đĸ𝐚 𝐭đĸ𝐝𝐚𝐤 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐛𝐞đĢ𝐛đĸ𝐜𝐚đĢ𝐚. 

𝐒𝐞đĻ𝐞𝐧𝐭𝐚đĢ𝐚 𝐡𝐚𝐭đĸ 𝐨đĢ𝐚𝐧𝐠 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐨𝐝𝐨𝐡 𝐛𝐞đĢ𝐚𝐝𝐚 𝐝đĸ 𝐛𝐞đĨ𝐚𝐤𝐚𝐧𝐠 đĨđĸ𝐝𝐚𝐡𝐧𝐲𝐚: 𝐤𝐞𝐭đĸ𝐤𝐚 𝐝đĸ𝐚 𝐡𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐛𝐞đĢ𝐩đĸ𝐤đĸđĢ 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 đĻ𝐞𝐧𝐠𝐚𝐭𝐚𝐤𝐚𝐧 đŦ𝐞đŦ𝐮𝐚𝐭𝐮, 𝐝đĸ𝐚 đĻ𝐞𝐧𝐠𝐚𝐭𝐚𝐤𝐚𝐧𝐧𝐲𝐚 𝐛𝐞𝐠đĸ𝐭𝐮 đŦ𝐚đŖ𝐚, 𝐭𝐚𝐧𝐩𝐚 𝐩𝐞𝐝𝐮đĨđĸ 𝐚𝐩𝐚𝐤𝐚𝐡 đĸ𝐭𝐮 𝐛𝐞đĢđĻ𝐚𝐧𝐟𝐚𝐚𝐭 𝐚𝐭𝐚𝐮𝐤𝐚𝐡 𝐭đĸ𝐝𝐚𝐤.

(Hasan Al-Bashri)


Dari buku

AJAIB bin ANEH

𝗙𝗜đ—Ļ𝗜𝗞𝗔 𝗠𝗔𝗜𝗡-𝗠𝗔𝗜𝗡

"𝙎𝙖𝙩đ™Ē-𝙨𝙖𝙩đ™Ēđ™Ŗ𝙮𝙖 𝙝𝙖𝙡 𝙙𝙞 𝙙đ™Ēđ™Ŗ𝙞𝙖 𝙮𝙖đ™Ŗ𝙜 đ™Ĩ𝙖𝙩đ™Ē𝙩 𝙙𝙞𝙨𝙚𝙧𝙞đ™Ē𝙨𝙞 𝙖𝙙𝙖𝙡𝙖𝙝 "𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙨𝙚𝙧𝙞đ™Ē𝙨"

Dr. Richard Feynman merasa bosan. Dia mengajar fisika di Universitas Cornell, namun dia merasa tidak bisa lagi menghasilkan apapun yang berarti dalam soal teori fisika.

Dr.Feynman lalu memutuskan untuk melakukan kegiatan fisika untuk bersenang-senang. Dia akan bermain-main dengan fisika kapanpun ia mau tanpa merisaukan mendapatkan hasil yang berarti atau tidak.

Suatu saat, ia melihat seorang mahasiswa bertindak iseng di kantin, melemparkan piringnya ke udara. Dr.Feynman memperhatikan piring ini terhuyung-huyung dan logo Cornell yang berwarna merah pada piring bergerak lebih cepat dari piring itu.

Karena tidak ada tugas yang harus diselesaikan, dia mulai mengkalkulasi hubungan antara huyungan piring dan rotasinya. Hasilnya adalah suatu persamaan yang cukup rumit.

Lalu Dr.Feynman menunjukkan perhitungan tadi kepada koleganya yang menanyakan apa pentingnya perhitungan itu. Dengan enteng, Dr.Feynman menjawab kalau perhitungan itu memang tidak ada pentingnya. Dia melakukan untuk bersenang-senang.

"đ‘ē𝒂𝒚𝒂 𝒌𝒆𝒎𝒖𝒅𝒊𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒆𝒓𝒖𝒔𝒌𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒆𝒓𝒋𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒑𝒆𝒓𝒔𝒂𝒎𝒂𝒂𝒏 𝒉𝒖𝒚𝒖𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒕𝒂𝒅𝒊. đ‘ŗ𝒂𝒍𝒖 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒑𝒊𝒌𝒊𝒓 𝒕𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒂𝒈𝒂𝒊𝒎𝒂𝒏𝒂 𝒐𝒓𝒃𝒊𝒕 𝒆𝒍𝒆𝒌𝒕𝒓𝒐𝒏 𝒎𝒖𝒍𝒂𝒊 𝒃𝒆𝒓𝒈𝒆𝒓𝒂𝒌 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒓𝒆𝒍𝒂𝒕𝒊𝒗𝒊𝒕𝒂𝒔. đ‘ŗ𝒂𝒍𝒖 𝒍𝒂𝒉𝒊𝒓𝒍𝒂𝒉 𝑷𝒆𝒓𝒔𝒂𝒎𝒂𝒂𝒏 đ‘Ģ𝒊𝒓𝒂𝒄 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒕𝒆𝒐𝒓𝒊 đ‘Ŧ𝒍𝒆𝒌𝒕𝒓𝒐𝒅𝒊𝒏𝒂𝒎𝒊𝒌𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒏𝒋𝒖𝒕𝒏𝒚𝒂 𝒎𝒖𝒏𝒄𝒖𝒍 𝒆𝒍𝒆𝒌𝒕𝒓𝒐𝒅𝒊𝒏𝒂𝒎𝒊𝒌𝒂 𝒌𝒖𝒂𝒏𝒕𝒖𝒎. đ‘ē𝒆𝒎𝒖𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒅𝒖𝒍𝒖 𝒉𝒂𝒏𝒚𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒑𝒆𝒓𝒎𝒂𝒊𝒏𝒂𝒏..."

"𝑰𝒕𝒖 𝒕𝒆𝒓𝒋𝒂𝒅𝒊 𝒏𝒚𝒂𝒓𝒊𝒔 𝒕𝒂𝒏𝒑𝒂 𝒖𝒔𝒂𝒉𝒂. 𝑴𝒖𝒅𝒂𝒉 𝒔𝒆𝒌𝒂𝒍𝒊 𝒃𝒆𝒓𝒎𝒂𝒊𝒏-𝒎𝒂𝒊𝒏 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒎𝒖𝒂 𝒊𝒕𝒖. đ‘ē𝒆𝒑𝒆𝒓𝒕𝒊 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒖𝒌𝒂 𝒕𝒖𝒕𝒖𝒑 𝒃𝒐𝒕𝒐𝒍. đ‘ē𝒆𝒎𝒖𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒂𝒍𝒊𝒓 𝒃𝒆𝒈𝒊𝒕𝒖 𝒔𝒂𝒋𝒂 𝒕𝒂𝒏𝒑𝒂 𝒅𝒊𝒖𝒔𝒂𝒉𝒂𝒌𝒂𝒏. đ‘ē𝒂𝒚𝒂 𝒏𝒚𝒂𝒓𝒊𝒔 𝒎𝒆𝒏𝒄𝒐𝒃𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒉𝒆𝒏𝒕𝒊𝒌𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂! 𝑾𝒂𝒌𝒕𝒖 𝒊𝒕𝒖 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒂𝒅𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒆𝒏𝒕𝒊𝒏𝒈 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒂𝒑𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒍𝒂𝒌𝒖𝒌𝒂𝒏, 𝒕𝒂𝒑𝒊 𝒕𝒆𝒓𝒏𝒚𝒂𝒕𝒂 𝒂𝒅𝒂. đ‘Ģ𝒊𝒂𝒈𝒓𝒂𝒎 𝒅𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒍𝒖𝒓𝒖𝒉 𝒖𝒔𝒂𝒉𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒖𝒂𝒕 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒎𝒆𝒎𝒑𝒆𝒓𝒐𝒍𝒆𝒉 đ‘¯đ’‚đ’…đ’Šđ’‚đ’‰ đ‘ĩ𝒐𝒃𝒆𝒍 𝒅𝒂𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒊𝒔𝒆𝒏𝒈-𝒊𝒔𝒆𝒏𝒈 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒑𝒊𝒓𝒊𝒏𝒈 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒆𝒓𝒉𝒖𝒚𝒖𝒏𝒈-𝒉𝒖𝒚𝒖𝒏𝒈".[]

"𝚂𝚎𝚋𝚊𝚐𝚒𝚊𝚗 𝚙𝚎𝚗𝚎𝚖𝚞𝚊𝚗 𝚝𝚎𝚛𝚓𝚊𝚍𝚒 𝚋𝚞𝚔𝚊𝚗 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚖𝚎𝚖𝚎𝚗𝚞𝚑𝚒 𝚔𝚎𝚙𝚎𝚛𝚕𝚞𝚊𝚗 𝚝𝚎𝚛𝚝𝚎𝚗𝚝𝚞, 𝚝𝚊𝚙𝚒 𝚔𝚊𝚛𝚎𝚗𝚊 𝚝𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚜𝚒 𝚙𝚎𝚗𝚎𝚖𝚞 𝚝𝚊𝚔 𝚙𝚎𝚛𝚗𝚊𝚑 𝚖𝚊𝚞 𝚍𝚒𝚊𝚖 𝚊𝚝𝚊𝚞 𝚔𝚊𝚛𝚎𝚗𝚊 𝚔𝚎𝚜𝚎𝚗𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚗𝚌𝚊𝚛𝚒 𝚜𝚘𝚕𝚞𝚜𝚒"


Dari buku

MALAS TAPI SUKSES


Dr.Richard Feyman





đŸŗ 𝘅 𝟰 = 𝟮đŸĩ

 


"𝚂𝚒𝚊𝚙𝚊 đšĸ𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚎𝚛𝚞𝚜-𝚖𝚎𝚗𝚎𝚛𝚞𝚜 𝚍𝚊𝚗 𝚝𝚎𝚛𝚋𝚒𝚊𝚜𝚊 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚎𝚛𝚒, 𝚛𝚊𝚜𝚊𝚗đšĸ𝚊 𝚜𝚊𝚗𝚐𝚊𝚝 𝚜𝚞𝚗𝚐𝚔𝚊𝚗 𝚋𝚊𝚐𝚒 𝚍𝚒𝚛𝚒𝚗đšĸ𝚊 𝚓𝚒𝚔𝚊 𝚑𝚊𝚛𝚞𝚜 𝚖𝚎𝚗𝚎𝚛𝚒𝚖𝚊. đ™ŧ𝚎𝚛𝚎𝚔𝚊 đšĸ𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚎𝚛𝚋𝚒𝚊𝚜𝚊 𝚝𝚎𝚛𝚞𝚜-𝚖𝚎𝚗𝚎𝚛𝚞𝚜 𝚖𝚎𝚗𝚎𝚛𝚒𝚖𝚊, 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚜𝚞𝚕𝚒𝚝 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚎𝚛𝚒"

Yan Hui, seorang murid kesayangan Konfusius, suatu hari sedang berjalan disebuah pasar saat melihat dua orang sedang bertengkar. Rupanya mereka adalah seorang penjual jeruk dan pembelinya. Pembeli membayar 7 buah jeruk dengan harga 28 Yuan, karena harga sebutir jeruk adalah 4 Yuan. Tapi penjual bersikukuh harga 7 jeruk itu adalah 29 Yuan.

Yan Hui segera menghampiri mereka. "𝑲𝒂𝒓𝒆𝒏𝒂 𝒉𝒂𝒓𝒈𝒂 𝟏 𝒋𝒆𝒓𝒖𝒌 𝟒 𝒀𝒖𝒂𝒏 𝒎𝒂𝒌𝒂 𝟕 𝒋𝒆𝒓𝒖𝒌 𝒉𝒂𝒓𝒈𝒂𝒏𝒚𝒂 𝟐𝟖 𝒀𝒖𝒂𝒏, 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒂𝒑𝒂 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒌𝒂𝒕𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒉𝒂𝒓𝒈𝒂𝒏𝒚𝒂 𝟐𝟗 𝒀𝒖𝒂𝒏?"tanya Yan Hui kepada penjual jeruk.

"đ‘ģ𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒃𝒊𝒔𝒂, 𝒑𝒐𝒌𝒐𝒌𝒏𝒚𝒂 𝒉𝒂𝒓𝒈𝒂𝒏𝒚𝒂 𝟐𝟗 𝒀𝒖𝒂𝒏. 𝑲𝒂𝒖 𝒕𝒂𝒉𝒖 𝒂𝒑𝒂 𝒂𝒏𝒂𝒌 𝒎𝒖𝒅𝒂? 𝑰𝒏𝒊 𝒃𝒖𝒌𝒂𝒏 𝒖𝒓𝒖𝒔𝒂𝒏𝒎𝒖. 𝑲𝒂𝒍𝒂𝒖 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒑𝒆𝒓𝒄𝒂𝒚𝒂 𝒎𝒂𝒓𝒊 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒕𝒂𝒏𝒚𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒑𝒂𝒅𝒂 𝑮𝒖𝒓𝒖 𝑲𝒐𝒏𝒇𝒖𝒔𝒊𝒖𝒔, 𝒔𝒆𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒔𝒆𝒍𝒆𝒔𝒂𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒈𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒊𝒏𝒊" seru pedagang membela diri.

Dalam perjalanan ke rumah sang Guru, pedagang itu memasang taruhan  "𝑱𝒊𝒌𝒂 𝑮𝒖𝒓𝒖 𝑲𝒐𝒏𝒇𝒖𝒔𝒊𝒖𝒔 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒂𝒕𝒂𝒌𝒂𝒏 𝟕 𝒌𝒂𝒍𝒊 𝟒 𝒔𝒂𝒎𝒂 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝟐𝟗, 𝒎𝒂𝒌𝒂 𝒌𝒂𝒖 𝒉𝒂𝒓𝒖𝒔 𝒎𝒆𝒍𝒆𝒕𝒂𝒌𝒌𝒂𝒏 𝒋𝒂𝒃𝒂𝒕𝒂𝒏𝒎𝒖. đ‘ĩ𝒂𝒎𝒖𝒏 𝒌𝒂𝒍𝒂𝒖 𝑮𝒖𝒓𝒖 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒂𝒕𝒂𝒌𝒂𝒏 𝟐𝟖 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝟕 𝒌𝒂𝒍𝒊 𝟒 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒓𝒂𝒉𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒑𝒂𝒍𝒂𝒌𝒖 𝒌𝒆𝒑𝒂𝒅𝒂𝒎𝒖. Yan Hui menyanggupi.

Di rumah Guru Konfusius, mereka mengutarakan masalahnya termasuk soal taruhan tadi. Setelah mendengarkan ceritanya, Konfusius berkata kepada muridnya "𝒀𝒂𝒏 đ‘¯đ’–đ’Š, 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒌𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒅𝒂𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒋𝒂𝒃𝒂𝒕𝒂𝒏𝒎𝒖 𝒌𝒆𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒑𝒆𝒅𝒂𝒈𝒂𝒏𝒈 𝒊𝒏𝒊" Yan Hui mematuhi perintah gurunya.

Beberapa saat kemudian Yan Hui menghadap Gurunya untuk minta izin cuti guna menemui istri dan keluarganya di kampung. Gurunya mengizinkan sambil berpesan "đ‘Ģ𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒑𝒆𝒓𝒋𝒂𝒍𝒂𝒏𝒂𝒏𝒎𝒖 𝒏𝒂𝒏𝒕𝒊, 𝒋𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒕𝒆𝒅𝒖𝒉 𝒅𝒊𝒃𝒂𝒘𝒂𝒉 𝒑𝒐𝒉𝒐𝒏 𝒃𝒆𝒔𝒂𝒓 𝒅𝒂𝒏 𝒋𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒈𝒖𝒏𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒑𝒆𝒅𝒂𝒏𝒈𝒎𝒖 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒖𝒏𝒖𝒉" .Meski ragu dan tidak mengerti maksud Gurunya, Yan Hui mengangguk dan berangkat.

Dalam perjalanan turun hujan, saat melihat sebuah pohon besar Yan Hui berniat berteduh, tapi ingat pesan gurunya dia membatalkan niatnya. Tak lama kemudian dia melihat pohon tadi tumbang karena disambar petir.

Sampai dirumah, dilihatnya dari belakang isterinya sedang berbicara dengan seorang laki-laki. Segera ia mencabut pedangnya. Kembali ia ingat nasihat gurunya dan membatalkan niatnya. Ketika dua orang itu menengok nampak seorang yang bicara dengan isterinya adalah saudara perempuannya yang potongan tubuhnya seperti laki-laki.

Saat kembali dari cutinya, Yan Hui menghadap gurunya dan menceritakan yang dialaminya. Dengan bijak gurunya mengatakan setelah hari panas biasanya akan turun hujan dan badai, makanya ia melarang berteduh dibawah pohon besar.

Mengenai pedang, Konfusius berkata  "đ‘ē𝒂𝒚𝒂 𝒕𝒂𝒉𝒖, 𝒔𝒆𝒔𝒖𝒏𝒈𝒈𝒖𝒉𝒏𝒚𝒂 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒑𝒖𝒍𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒖𝒌𝒂𝒏 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒃𝒆𝒓𝒍𝒊𝒃𝒖𝒓, 𝒕𝒆𝒕𝒂𝒑𝒊 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒉𝒊𝒍𝒂𝒏𝒈𝒌𝒂𝒏 𝒓𝒂𝒔𝒂 𝒎𝒂𝒍𝒖 𝒅𝒂𝒏 𝒎𝒂𝒓𝒂𝒉 𝒂𝒌𝒊𝒃𝒂𝒕 𝒕𝒂𝒓𝒖𝒉𝒂𝒏. 𝑰𝒕𝒖 𝒔𝒆𝒃𝒂𝒃𝒏𝒚𝒂 𝒂𝒌𝒖 𝒎𝒆𝒍𝒂𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒈𝒖𝒏𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒑𝒆𝒅𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒎𝒃𝒂𝒓𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏"

Kemudian Guru Konfusius melanjutkan "𝑴𝒖𝒓𝒊𝒅𝒌𝒖, 𝒕𝒂𝒓𝒖𝒉𝒂𝒏𝒎𝒖 𝒕𝒆𝒎𝒑𝒐 𝒉𝒂𝒓𝒊 𝒔𝒂𝒏𝒈𝒂𝒕 𝒃𝒆𝒓𝒂𝒕. 𝑨𝒏𝒅𝒂𝒊 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒌𝒂𝒍𝒂𝒉, 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒉𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒌𝒆𝒉𝒊𝒍𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒋𝒂𝒃𝒂𝒕𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒎𝒖𝒅𝒂𝒉 𝒆𝒏𝒈𝒌𝒂𝒖 𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒎𝒃𝒂𝒍𝒊 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒃𝒆𝒍𝒂𝒋𝒂𝒓 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒓𝒂𝒋𝒊𝒏. đ‘ĩ𝒂𝒎𝒖𝒏 𝒌𝒂𝒍𝒂𝒖 𝒎𝒆𝒏𝒂𝒏𝒈, 𝒎𝒂𝒌𝒂 𝒑𝒆𝒅𝒂𝒈𝒂𝒏𝒈 𝒊𝒕𝒖 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒉𝒊𝒍𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒏𝒚𝒂𝒘𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒖𝒂𝒕 𝒌𝒆𝒍𝒖𝒂𝒓𝒈𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒌𝒆𝒉𝒊𝒍𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒑𝒂𝒍𝒂 𝒌𝒆𝒍𝒖𝒂𝒓𝒈𝒂𝒏𝒚𝒂!"

Mendengar penjelasan yang bijaksana dari gurunya tadi Yan Hui pun yakin bahwa semua itu membuat dirinya dan hubungan dengan orang lain semakin baik.[]


𝐒𝐚đĨ𝐚𝐡 đŦ𝐚𝐭𝐮 𝐜đĸđĢđĸ đŦ𝐞𝐨đĢ𝐚𝐧𝐠 𝐩𝐞đĻđĸđĻ𝐩đĸ𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛đĸđŖ𝐚𝐤 𝐚𝐝𝐚đĨ𝐚𝐡 đĻ𝐞𝐧𝐠𝐚đĻ𝐛đĸđĨ 𝐤𝐞𝐩𝐮𝐭𝐮đŦ𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐭đĸ𝐝𝐚𝐤 đĻ𝐞𝐧𝐠𝐨đĢ𝐛𝐚𝐧𝐤𝐚𝐧 𝐨đĢ𝐚𝐧𝐠 đĨ𝐚đĸ𝐧 (𝐚𝐩𝐚đĨ𝐚𝐠đĸ 𝐡đĸ𝐧𝐠𝐠𝐚 𝐧𝐲𝐚𝐰𝐚 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐞đĨ𝐮𝐚đĢ𝐠𝐚) 𝐝𝐚𝐧 đĨ𝐞𝐛đĸ𝐡 đĻ𝐞đĻ𝐞𝐧𝐭đĸ𝐧𝐠𝐤𝐚𝐧 𝐡𝐮𝐛𝐮𝐧𝐠𝐚𝐧 đŖ𝐚𝐧𝐠𝐤𝐚 𝐩𝐚𝐧đŖ𝐚𝐧𝐠 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞đĢđĻ𝐚𝐧𝐟𝐚𝐚𝐭 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐨đĢ𝐚𝐧𝐠 đĨ𝐚đĸ𝐧 𝐚𝐝𝐚đĨ𝐚𝐡 𝐭đĸ𝐧𝐝𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 đĨ𝐞𝐛đĸ𝐡 𝐛𝐚đĸ𝐤.


𝘋đ˜Ļđ˜¯đ˜¨đ˜ĸđ˜¯ 𝘮đ˜Ļđ˜¯đ˜¨đ˜ĸ𝘭đ˜ĸ𝘩 (đ˜Ŧđ˜ĸđ˜ŗđ˜Ļđ˜¯đ˜ĸ đ˜Ŗđ˜Ļđ˜¯đ˜ĸđ˜ŗ), đ˜Ĩđ˜ĸđ˜¯ đ˜Ĩđ˜Ļđ˜¯đ˜¨đ˜ĸđ˜¯ 𝘮đ˜Ļ𝘮đ˜Ŗđ˜Ļđ˜ŗđ˜Ē đ˜Ŧđ˜Ļ𝘴đ˜Ļ𝘮𝘱đ˜ĸđ˜ĩđ˜ĸđ˜¯ 𝘰đ˜ŗđ˜ĸđ˜¯đ˜¨ 𝘭đ˜ĸđ˜Ēđ˜¯ đ˜ļđ˜¯đ˜ĩđ˜ļđ˜Ŧ 𝘮đ˜Ļđ˜¯đ˜Ēđ˜Ŧ𝘮đ˜ĸđ˜ĩđ˜Ē đ˜Ŧđ˜Ļđ˜Ŗđ˜ĸ𝘩đ˜ĸ𝘨đ˜Ēđ˜ĸđ˜ĸđ˜¯, đ˜Ēđ˜ĩđ˜ļ đ˜Ŗđ˜Ļđ˜ŗđ˜ĸđ˜ŗđ˜ĩđ˜Ē đ˜Ŧđ˜Ēđ˜ĩđ˜ĸ 𝘴đ˜ļđ˜Ĩđ˜ĸ𝘩 𝘮đ˜Ļđ˜¯đ˜ĸ𝘮đ˜Ŗđ˜ĸ𝘩 đ˜ĩđ˜ĸđ˜Ŗđ˜ļđ˜¯đ˜¨đ˜ĸđ˜¯ 𝘩đ˜ĸđ˜ŗ𝘨đ˜ĸ đ˜Ĩđ˜Ēđ˜ŗđ˜Ē 𝘴đ˜Ļđ˜ĩđ˜Ēđ˜ĸ𝘱 𝘩đ˜ĸđ˜ŗđ˜Ē. 𝘚đ˜ĸ𝘭đ˜Ĩ𝘰 đ˜ĩđ˜ĸđ˜Ŗđ˜ļđ˜¯đ˜¨đ˜ĸđ˜¯ 𝘩đ˜ĸđ˜ŗ𝘨đ˜ĸ đ˜Ĩđ˜Ēđ˜ŗđ˜Ē đ˜ĸđ˜Ŧđ˜ĸđ˜¯ đ˜ĩđ˜Ļđ˜ŗđ˜ļ𝘴 𝘮đ˜Ļđ˜¯đ˜Ēđ˜¯đ˜¨đ˜Ŧđ˜ĸđ˜ĩ 𝘴đ˜Ļđ˜Ēđ˜ŗđ˜Ēđ˜¯đ˜¨ đ˜Ŧđ˜Ļ𝘱đ˜ļđ˜ĩđ˜ļ𝘴đ˜ĸđ˜¯-đ˜Ŧđ˜Ļ𝘱đ˜ļđ˜ĩđ˜ļ𝘴đ˜ĸđ˜¯ đ˜ēđ˜ĸđ˜¯đ˜¨ đ˜Ŧđ˜Ēđ˜ĩđ˜ĸ đ˜Ŗđ˜ļđ˜ĸđ˜ĩ đ˜ļđ˜¯đ˜ĩđ˜ļđ˜Ŧ 𝘮đ˜Ļ𝘮đ˜Ŗđ˜ĸ𝘩đ˜ĸ𝘨đ˜Ēđ˜ĸđ˜Ŧđ˜ĸđ˜¯ 𝘰đ˜ŗđ˜ĸđ˜¯đ˜¨ 𝘭đ˜ĸđ˜Ēđ˜¯


Ditulis kembali dengan beberapa perubahan dari buku "SETENGAH PECAH SETENGAH UTUH"

Minggu, 24 Juli 2022

𝐓𝐔𝐊𝐀𝐍𝐆 𝐍𝐆𝐀𝐌𝐄𝐍 𝐉𝐀𝐃𝐈 𝐃𝐈𝐑𝐄𝐊𝐓𝐔𝐑


Lahir dari keluarga sangat sederhana dipinggiran kota Cirebon, Subrata mempunyai 3 saudara, satu perempuan dan dua laki-laki.

Sampai lulus SD, Subrata kecil berangkat ke sekolah berjalan kaki sejauh 3km, sehingga ia harus berangkat sebelum ayam berkokok.

Saat SMP, dia harus menempuh jarak lebih jauh lagi ke Cirebon dan harus bersepeda atau naik omprengan. Bahkan tak jarang ia harus numpang menginap dirumah kawannya, karena kemalaman. Hal itu masih dijalani sampai kl 2 SMA.

Karena punya rencana akan kuliah di Yogyakarta, maka Subrata hijrah ke kota itu pada saat kl.2 SMA. Dengan uang yang pas-pasan, usai SMA dia akhirnya mendaftar untuk kuliah di UGM. Orang tuanya hanya bisa memberikan sumbangan semampunya untuk membiayai kuliahnya, selebihnya dia harus mencari sendiri kekurangannya. Untunglah,dia punya jiwa seni saat SD dengan menjadi pemain sandiwara.

Maka, sambil kuliah pun Subrata mencoba mencari uang dengan mengamen di Malioboro, dari rumah kerumah, dari kantor ke kantor dari toko ketoko untuk menyalurkan jiwa seni sekaligus membiayai hidup.

Hidup sederhana itu dijalani Subrata sampai lulus kuliah dari  fakultas ilmu politik, jurusan hubungan internasional UGM dan pulanglah ia kembali ke kampung.

Rencananya ia akan merantau ke Jakarta berbekal dengan ijazah itu. Tapi kekayaan orang tuanya yang hanya buruh tani sudah tak ada lagi. Namun dia tetap berangkat dengan tak ada tempat yang akan dituju.

Sampai di stasiun Gambir, dia kebingungan mesti harus kemana sampai akhirnya menemukan warung di pejambon dekat kantor departemen luar negeri.

Pemilik warung berbaik hati mau menampung sementara ia belum bekerja. Di warung itu, dia bertemu dengan pak Yanto, seorang sopir truk yang mengajak tinggal dirumahnya. Jadilah dia pindah kerumah bilik kecil tanpa nomor itu sambil diam-diam mengirim lamaran kerjanya. Kepada tuan rumah dia tidak mengaku sarjana, hanya bisa baca-tulis saja.

Tak lama kemudian lamaran kerjanya di TVRI mendapat balasan. Namun perlu waktu 9 tahun untuk diterima sebagai pegawai tetap TVRI.

Pada awal bekerja, Subrata menjalani semua pekerjaan mulai dari reporter, menulis berita, juru kamera. Kegigihannya berbuah manis. Ia terpilih 1 dari 27 peserta dari 27 negara yang mengikuti pelatihan di Glasgow, Skotlandia dengan spesialisasi "𝐓𝐞đĨđžđ¯đĸđŦđĸ𝐨𝐧 𝐍𝐞𝐰đŦ 𝐏đĢ𝐨𝐝𝐮𝐜𝐭đĸ𝐨𝐧&𝐛đĢ𝐨𝐚𝐝𝐜𝐚đŦ𝐭 𝐒𝐚𝐭𝐭𝐞đĨđĸ𝐭𝐞 𝐒𝐲đŦ𝐭𝐞đĻ".

Dan karir Subrata di TVRI makin maju mulai dari kepala subdirektorat pemberitaan TVRI, direktur TVRI, staf departemen penerangan, dirut perum percetakan RI dan jabatan di beberapa lembaga lain.

Tahun 2002, Subrata lulus  S3 jurusan hukum bisnis universitas Padjadjaran dan doktor ilmu hukum di universitas yang sama pada 2005.

Subrata mengikuti nasihat orang tuanya yang mengatakan warisan yang berharga adalah ilmu,bukan harta, sehingga dia tetap mengejarnya meski sudah punya jabatan tinggi...[]


Dari buku

ORANG MISKIN(BOLEH) SUKSES SEKOLAH

𝗞𝗜đ—Ļ𝗔𝗛 𝗚𝗨đ—Ĩ𝗨 𝗗𝗔𝗡 𝗠𝗨đ—Ĩ𝗜𝗗𝗡đ—Ŧ𝗔

Saat les berjalan 1jam, tiba-tiba datanglah seorang bapak mengantar anaknya yang menangis. Mereka datang dari laut dengan baju basah karena hujan dan tangan berkerut karena kedinginan.

Bapaknya menjelaskan bahwa anak sudah meronta ingin pulang karena kedinginan dan ingin ikut les. Guru itu tersenyum dan merangkulnya untuk kemudian berbaur dengan kawannya yang lain dan bapaknya pulang.

Saat les berakhir hujan belum reda, tapi mereka harus pulang sambil tersenyum dan mengucap salam.

Namun,anak yang terlambat tadi masih belum beranjak.

"𝑩𝒖,𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒊𝒏𝒈𝒊𝒏 𝒎𝒊𝒏𝒕𝒂 𝒎𝒂𝒂𝒇 𝒌𝒆𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒂𝒚𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒚𝒂", katanya 

𝑲𝒆𝒏𝒂𝒑𝒂 ,đ‘ĩ𝒂𝒌?"

"𝑰𝒌𝒖𝒕 𝒎𝒆𝒍𝒂𝒖𝒕 𝒕𝒂𝒅𝒊 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒌𝒆𝒊𝒏𝒈𝒊𝒏𝒂𝒏 𝒔𝒂𝒚𝒂, 𝒌𝒂𝒓𝒆𝒏𝒂 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒉𝒂𝒓𝒖𝒔 𝒃𝒂𝒏𝒕𝒖 𝒋𝒖𝒂𝒍 𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒃𝒆𝒍𝒊 𝒃𝒖𝒌𝒖 𝒕𝒖𝒍𝒊𝒔. 𝑩𝒖𝒌𝒖 𝒕𝒖𝒍𝒊𝒔 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒉𝒂𝒃𝒊𝒔, 𝑩𝒖"

Ibu Guru itu diam. Ia terenyuh. "đ‘ģ𝒂𝒑𝒊 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒚𝒂𝒍𝒂𝒉𝒌𝒂𝒏 𝒃𝒂𝒑𝒂𝒌" anak itu menunduk sedih.

"đ‘ģ𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒂𝒑𝒂-𝒂𝒑𝒂,𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒔𝒖𝒅𝒂𝒉 𝒃𝒆𝒏𝒂𝒓 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒂𝒌𝒖𝒊𝒏𝒚𝒂"

"𝑩𝒖, 𝒔𝒂𝒂𝒕 𝒕𝒆𝒎𝒂𝒏-𝒕𝒆𝒎𝒂𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒄𝒊𝒕𝒂-𝒄𝒊𝒕𝒂 𝒋𝒂𝒅𝒊 𝒅𝒐𝒌𝒕𝒆𝒓, 𝒕𝒆𝒏𝒕𝒂𝒓𝒂 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒕𝒂𝒌 𝒊𝒏𝒈𝒊𝒏 𝒋𝒂𝒅𝒊 𝒂𝒑𝒂-𝒂𝒑𝒂. đ‘ē𝒂𝒚𝒂 𝒉𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒊𝒏𝒈𝒊𝒏 𝒋𝒂𝒅𝒊 𝒏𝒆𝒍𝒂𝒚𝒂𝒏, 𝒔𝒆𝒑𝒆𝒓𝒕𝒊 𝒂𝒚𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒚𝒂. 𝑨𝒑𝒂 𝒂𝒅𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒂𝒍𝒂𝒉, 𝑩𝒖 𝒋𝒊𝒌𝒂 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒋𝒂𝒅𝒊 𝒏𝒆𝒍𝒂𝒚𝒂𝒏?"

Guru itu diam.Percakapan singkat itu membuat guru itu menarik nafas panjang,lalu berkata:

"đ‘ĩ𝒂𝒌,𝒋𝒂𝒅𝒊 𝒂𝒑𝒂𝒑𝒖𝒏 𝒏𝒂𝒏𝒕𝒊,𝒔𝒆𝒕𝒊𝒏𝒈𝒈𝒊 𝒂𝒑𝒂𝒑𝒖𝒏 𝒄𝒊𝒕𝒂-𝒄𝒊𝒕𝒂𝒎𝒖, 𝒋𝒂𝒅𝒊𝒍𝒂𝒉 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒂𝒊𝒌 𝒅𝒂𝒏 𝒑𝒊𝒏𝒕𝒂𝒓. 𝑲𝒂𝒍𝒂𝒖 𝒋𝒂𝒅𝒊 𝒅𝒐𝒌𝒕𝒆𝒓, 𝒋𝒂𝒅𝒊𝒍𝒂𝒉 𝒅𝒐𝒌𝒕𝒆𝒓 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒂𝒊𝒌 𝒅𝒂𝒏 𝒑𝒊𝒏𝒕𝒂𝒓, 𝒌𝒂𝒍𝒂𝒖 𝒋𝒂𝒅𝒊 𝒕𝒆𝒏𝒕𝒂𝒓𝒂, 𝒋𝒂𝒅𝒊𝒍𝒂𝒉 𝒕𝒆𝒏𝒕𝒂𝒓𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒂𝒊𝒌 𝒅𝒂𝒏 𝒑𝒊𝒏𝒕𝒂𝒓. đ‘Ģ𝒆𝒎𝒊𝒌𝒊𝒂𝒏 𝒑𝒖𝒍𝒂 𝒌𝒂𝒍𝒂𝒖 𝒋𝒂𝒅𝒊 𝒏𝒆𝒍𝒂𝒚𝒂𝒏. đ‘ē𝒆𝒌𝒐𝒍𝒂𝒉𝒍𝒂𝒉 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒂𝒊𝒌 𝒅𝒂𝒏 𝒑𝒊𝒏𝒕𝒂𝒓 𝒎𝒂𝒌𝒂 𝒌𝒆𝒍𝒂𝒌 𝒌𝒂𝒖 𝒋𝒂𝒅𝒊 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒂𝒊𝒌 𝒅𝒂𝒏 𝒑𝒊𝒏𝒕𝒂𝒓".

Murid itu diam

"đ‘ē𝒂𝒚𝒂 𝒕𝒂𝒌 𝒊𝒏𝒈𝒊𝒏 𝒋𝒂𝒖𝒉-𝒋𝒂𝒖𝒉 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒕𝒂𝒏𝒂𝒉 𝒊𝒏𝒊. 𝑨𝒌𝒂𝒏 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒋𝒂𝒅𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒅𝒊 𝒔𝒊𝒏𝒊 𝒔𝒆𝒑𝒆𝒓𝒕𝒊 𝒅𝒊𝒔𝒂𝒏𝒂" jawabnya sambil meringis dan tersenyum.

Guru itu hanya bisa mengusap kepalanya dan menyuruh pulang, karena hari sudah gelap. Guru itu menatap kepergian muridnya dengan langkah kaki yang sedikit berirama. Mungkin tanda ia senang.

Sore menjadi gelap.Hari ini sempurna bagi guru itu. Ia banyak belajar dari kegigihan, ketangguhan dan kejujuran muridnya.

Bahwa jadi apapun kita nanti dan sekarang, jadilah orang yang baik dan orang yang pintar...[]

       

 (Dikisahkan oleh Furiyani Nur Amalia, pengajar muda kab.kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara)

       

 Dari buku

INDONESIA MENGAJAR 2



Sabtu, 23 Juli 2022

īŧŗīŧŠīŧĢīŧĄīŧ°


"𝚂𝚊𝚝𝚞 𝚊𝚙𝚎𝚕 𝚋𝚞𝚜𝚞𝚔, 𝚓𝚒𝚔𝚊 𝚍𝚒𝚝𝚎𝚖𝚙𝚊𝚝𝚔𝚊𝚗 𝚍𝚒 𝚔𝚎𝚛𝚊𝚗𝚓𝚊𝚗𝚐 đšĸ𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚎𝚛𝚒𝚜𝚒 𝚊𝚙𝚎𝚕-𝚊𝚙𝚎𝚕 𝚋𝚊𝚐𝚞𝚜, 𝚖𝚊𝚔𝚊 𝚝𝚊𝚔 𝚕𝚊𝚖𝚊 𝚔𝚎𝚖𝚞𝚍𝚒𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚕𝚞𝚛𝚞𝚑 𝚊𝚙𝚎𝚕 𝚋𝚊𝚐𝚞𝚜 𝚝𝚎𝚛𝚜𝚎𝚋𝚞𝚝 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚝𝚞𝚛𝚞𝚝 𝚋𝚞𝚜𝚞𝚔"

Awal tahun ajaran baru, seorang kepala sekolah memanggil 3 orang guru yang termasuk guru terbaik.

"𝑨𝒏𝒅𝒂 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒊𝒍𝒊𝒉𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒎𝒑𝒖𝒏𝒚𝒂𝒊 𝒊𝒏𝒕𝒆𝒈𝒓𝒊𝒕𝒂𝒔 𝒕𝒊𝒏𝒈𝒈𝒊. đ‘ļ𝒍𝒆𝒉 𝒌𝒂𝒓𝒆𝒏𝒂 𝒊𝒕𝒖 , đ‘ē𝒂𝒚𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒑𝒂𝒅𝒂 𝑨𝒏𝒅𝒂 𝟗𝟎 𝒔𝒊𝒔𝒘𝒂 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒕𝒊𝒏𝒈𝒌𝒂𝒕 𝒌𝒆𝒄𝒆𝒓𝒅𝒂𝒔𝒂𝒏 𝒅𝒊𝒂𝒕𝒂𝒔 𝒓𝒂𝒕𝒂-𝒓𝒂𝒕𝒂. đ‘ē𝒂𝒚𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒘𝒆𝒏𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒑𝒂𝒅𝒂 𝑨𝒏𝒅𝒂 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒈𝒆𝒓𝒂𝒌𝒌𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 𝒔𝒆𝒉𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂 𝒏𝒂𝒏𝒕𝒊 𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 𝒑𝒆𝒍𝒂𝒋𝒂𝒓𝒂𝒏 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕𝒌𝒂𝒏 𝒎𝒖𝒓𝒊𝒅-𝒎𝒖𝒓𝒊𝒅 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝑰𝑸 𝒅𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒎𝒂𝒏𝒈𝒂𝒕 𝒃𝒆𝒍𝒂𝒋𝒂𝒓 𝒕𝒊𝒏𝒈𝒈𝒊 𝒅𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒄𝒂𝒑𝒂𝒊 𝒑𝒓𝒆𝒔𝒕𝒂𝒔𝒊 𝟐𝟎 𝒉𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂 𝟑𝟎% 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒔𝒆𝒃𝒆𝒍𝒖𝒎𝒏𝒚𝒂"

Usai tahun ajaran, kembali kepala sekolah memanggil ketiga guru tersebut.

"đ‘ē𝒂𝒚𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒖𝒄𝒂𝒑𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒆𝒓𝒊𝒎𝒂𝒌𝒂𝒔𝒊𝒉 𝒂𝒕𝒂𝒔 𝒃𝒊𝒎𝒃𝒊𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒔𝒂𝒖𝒅𝒂𝒓𝒂 𝒔𝒆𝒉𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂 𝒔𝒊𝒔𝒘𝒂 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒃𝒆𝒏𝒂𝒓-𝒃𝒆𝒏𝒂𝒓 𝒎𝒆𝒏𝒄𝒂𝒑𝒂𝒊 𝒑𝒆𝒏𝒊𝒏𝒈𝒌𝒂𝒕𝒂𝒏 𝒑𝒓𝒆𝒔𝒕𝒂𝒔𝒊 𝟐𝟎-𝟑𝟎%. 𝑴𝒐𝒉𝒐𝒏 𝒎𝒂𝒂𝒇, 𝒔𝒆𝒃𝒆𝒕𝒖𝒍𝒏𝒚𝒂 𝒌𝒆 𝟗𝟎 𝒔𝒊𝒔𝒘𝒂 𝒕𝒂𝒅𝒊 𝒔𝒆𝒃𝒆𝒏𝒂𝒓𝒏𝒚𝒂 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒊𝒔𝒘𝒂 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒊𝒂𝒔𝒂 𝒔𝒂𝒋𝒂, 𝒃𝒖𝒌𝒂𝒏 𝒔𝒊𝒔𝒘𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒊𝒔𝒕𝒊𝒎𝒆𝒘𝒂"

Mendengar keterangan kepala sekolah tadi, ketiga guru tadi merasa senang dan bangga, karena telah berhasil merubah siswa yang 'biasa-biasa' menjadi siswa yang 'luar biasa'.

Lalu kepala sekolah berkata "𝑨𝒅𝒂𝒑𝒖𝒏 𝒑𝒆𝒎𝒊𝒍𝒊𝒉𝒂𝒏 𝒕𝒆𝒓𝒉𝒂𝒅𝒂𝒑 đ‘ē𝒂𝒖𝒅𝒂𝒓𝒂 𝒔𝒆𝒃𝒂𝒈𝒂𝒊 𝒈𝒖𝒓𝒖 𝒕𝒆𝒓𝒃𝒂𝒊𝒌 𝒑𝒖𝒏 𝒔𝒆𝒃𝒆𝒏𝒂𝒓𝒏𝒚𝒂 𝒅𝒊𝒍𝒂𝒌𝒖𝒌𝒂𝒏 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒂𝒄𝒂𝒌, 𝒃𝒖𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒂𝒓𝒆𝒏𝒂 𝒑𝒓𝒆𝒔𝒕𝒂𝒔𝒊 𝒅𝒂𝒏 𝒊𝒏𝒕𝒆𝒈𝒓𝒊𝒕𝒂𝒔 𝒔𝒂𝒖𝒅𝒂𝒓𝒂"

Para guru itupun terkejut, mengingat mereka mampu melakukan suatu perubahan besar, padahal mereka adalah 'biasa-biasa' saja.

Rupanya ,yang mampu membuat mereka melakukan hal itu adalah sikap dan cara pandang dalam memperlakukan orang lain...[]

"𝐏𝐞đĻđĸđĻ𝐩đĸ𝐧 đŦ𝐞đŖ𝐚𝐭đĸ 𝐚𝐤𝐚𝐧 đĻ𝐞đĻ𝐩𝐞đĢđĨđĸ𝐡𝐚𝐭𝐤𝐚𝐧 𝐩𝐞đĢ𝐛𝐞𝐝𝐚𝐚𝐧 𝐤𝐡𝐮đŦ𝐮đŦ 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐨đĢ𝐚𝐧𝐠 đĨ𝐚đĸ𝐧. 𝐁𝐮𝐤𝐚𝐧 đĻ𝐞𝐧𝐲𝐚𝐧𝐠𝐤𝐮𝐭 𝐩𝐞𝐧𝐝đĸ𝐝đĸ𝐤𝐚𝐧, 𝐠𝐞đĨ𝐚đĢ, 𝐤𝐞𝐤𝐚𝐲𝐚𝐚𝐧 𝐚𝐭𝐚𝐮 đŖ𝐚𝐛𝐚𝐭𝐚𝐧, đĻ𝐞đĨ𝐚đĸ𝐧𝐤𝐚𝐧 𝐤𝐚đĢ𝐞𝐧𝐚 đŦđĸ𝐤𝐚𝐩𝐧𝐲𝐚"

(Denis Waitley)


Disederhanakan dari buku

"Setengah pecah setengah utuh"



ADA YANG LEBIH HEBAT

 “đ‘ē𝒆𝒃𝒂𝒊𝒌-𝒃𝒂𝒊𝒌 𝒎𝒂𝒏𝒖𝒔𝒊𝒂 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒂𝒍𝒊𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒎𝒂𝒏𝒇𝒂𝒂𝒕 𝒃𝒂𝒈𝒊 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒊𝒏.”  (Hadits Riway...