Senin, 25 Juli 2022

𝟳 𝘅 𝟰 = 𝟮𝟵

 


"𝚂𝚒𝚊𝚙𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚎𝚛𝚞𝚜-𝚖𝚎𝚗𝚎𝚛𝚞𝚜 𝚍𝚊𝚗 𝚝𝚎𝚛𝚋𝚒𝚊𝚜𝚊 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚎𝚛𝚒, 𝚛𝚊𝚜𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚜𝚊𝚗𝚐𝚊𝚝 𝚜𝚞𝚗𝚐𝚔𝚊𝚗 𝚋𝚊𝚐𝚒 𝚍𝚒𝚛𝚒𝚗𝚢𝚊 𝚓𝚒𝚔𝚊 𝚑𝚊𝚛𝚞𝚜 𝚖𝚎𝚗𝚎𝚛𝚒𝚖𝚊. 𝙼𝚎𝚛𝚎𝚔𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚎𝚛𝚋𝚒𝚊𝚜𝚊 𝚝𝚎𝚛𝚞𝚜-𝚖𝚎𝚗𝚎𝚛𝚞𝚜 𝚖𝚎𝚗𝚎𝚛𝚒𝚖𝚊, 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚜𝚞𝚕𝚒𝚝 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚎𝚛𝚒"

Yan Hui, seorang murid kesayangan Konfusius, suatu hari sedang berjalan disebuah pasar saat melihat dua orang sedang bertengkar. Rupanya mereka adalah seorang penjual jeruk dan pembelinya. Pembeli membayar 7 buah jeruk dengan harga 28 Yuan, karena harga sebutir jeruk adalah 4 Yuan. Tapi penjual bersikukuh harga 7 jeruk itu adalah 29 Yuan.

Yan Hui segera menghampiri mereka. "𝑲𝒂𝒓𝒆𝒏𝒂 𝒉𝒂𝒓𝒈𝒂 𝟏 𝒋𝒆𝒓𝒖𝒌 𝟒 𝒀𝒖𝒂𝒏 𝒎𝒂𝒌𝒂 𝟕 𝒋𝒆𝒓𝒖𝒌 𝒉𝒂𝒓𝒈𝒂𝒏𝒚𝒂 𝟐𝟖 𝒀𝒖𝒂𝒏, 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒂𝒑𝒂 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒌𝒂𝒕𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒉𝒂𝒓𝒈𝒂𝒏𝒚𝒂 𝟐𝟗 𝒀𝒖𝒂𝒏?"tanya Yan Hui kepada penjual jeruk.

"𝑻𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒃𝒊𝒔𝒂, 𝒑𝒐𝒌𝒐𝒌𝒏𝒚𝒂 𝒉𝒂𝒓𝒈𝒂𝒏𝒚𝒂 𝟐𝟗 𝒀𝒖𝒂𝒏. 𝑲𝒂𝒖 𝒕𝒂𝒉𝒖 𝒂𝒑𝒂 𝒂𝒏𝒂𝒌 𝒎𝒖𝒅𝒂? 𝑰𝒏𝒊 𝒃𝒖𝒌𝒂𝒏 𝒖𝒓𝒖𝒔𝒂𝒏𝒎𝒖. 𝑲𝒂𝒍𝒂𝒖 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒑𝒆𝒓𝒄𝒂𝒚𝒂 𝒎𝒂𝒓𝒊 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒕𝒂𝒏𝒚𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒑𝒂𝒅𝒂 𝑮𝒖𝒓𝒖 𝑲𝒐𝒏𝒇𝒖𝒔𝒊𝒖𝒔, 𝒔𝒆𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒔𝒆𝒍𝒆𝒔𝒂𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒈𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒊𝒏𝒊" seru pedagang membela diri.

Dalam perjalanan ke rumah sang Guru, pedagang itu memasang taruhan  "𝑱𝒊𝒌𝒂 𝑮𝒖𝒓𝒖 𝑲𝒐𝒏𝒇𝒖𝒔𝒊𝒖𝒔 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒂𝒕𝒂𝒌𝒂𝒏 𝟕 𝒌𝒂𝒍𝒊 𝟒 𝒔𝒂𝒎𝒂 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝟐𝟗, 𝒎𝒂𝒌𝒂 𝒌𝒂𝒖 𝒉𝒂𝒓𝒖𝒔 𝒎𝒆𝒍𝒆𝒕𝒂𝒌𝒌𝒂𝒏 𝒋𝒂𝒃𝒂𝒕𝒂𝒏𝒎𝒖. 𝑵𝒂𝒎𝒖𝒏 𝒌𝒂𝒍𝒂𝒖 𝑮𝒖𝒓𝒖 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒂𝒕𝒂𝒌𝒂𝒏 𝟐𝟖 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝟕 𝒌𝒂𝒍𝒊 𝟒 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒓𝒂𝒉𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒑𝒂𝒍𝒂𝒌𝒖 𝒌𝒆𝒑𝒂𝒅𝒂𝒎𝒖. Yan Hui menyanggupi.

Di rumah Guru Konfusius, mereka mengutarakan masalahnya termasuk soal taruhan tadi. Setelah mendengarkan ceritanya, Konfusius berkata kepada muridnya "𝒀𝒂𝒏 𝑯𝒖𝒊, 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒌𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒅𝒂𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒋𝒂𝒃𝒂𝒕𝒂𝒏𝒎𝒖 𝒌𝒆𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒑𝒆𝒅𝒂𝒈𝒂𝒏𝒈 𝒊𝒏𝒊" Yan Hui mematuhi perintah gurunya.

Beberapa saat kemudian Yan Hui menghadap Gurunya untuk minta izin cuti guna menemui istri dan keluarganya di kampung. Gurunya mengizinkan sambil berpesan "𝑫𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒑𝒆𝒓𝒋𝒂𝒍𝒂𝒏𝒂𝒏𝒎𝒖 𝒏𝒂𝒏𝒕𝒊, 𝒋𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒕𝒆𝒅𝒖𝒉 𝒅𝒊𝒃𝒂𝒘𝒂𝒉 𝒑𝒐𝒉𝒐𝒏 𝒃𝒆𝒔𝒂𝒓 𝒅𝒂𝒏 𝒋𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒈𝒖𝒏𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒑𝒆𝒅𝒂𝒏𝒈𝒎𝒖 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒖𝒏𝒖𝒉" .Meski ragu dan tidak mengerti maksud Gurunya, Yan Hui mengangguk dan berangkat.

Dalam perjalanan turun hujan, saat melihat sebuah pohon besar Yan Hui berniat berteduh, tapi ingat pesan gurunya dia membatalkan niatnya. Tak lama kemudian dia melihat pohon tadi tumbang karena disambar petir.

Sampai dirumah, dilihatnya dari belakang isterinya sedang berbicara dengan seorang laki-laki. Segera ia mencabut pedangnya. Kembali ia ingat nasihat gurunya dan membatalkan niatnya. Ketika dua orang itu menengok nampak seorang yang bicara dengan isterinya adalah saudara perempuannya yang potongan tubuhnya seperti laki-laki.

Saat kembali dari cutinya, Yan Hui menghadap gurunya dan menceritakan yang dialaminya. Dengan bijak gurunya mengatakan setelah hari panas biasanya akan turun hujan dan badai, makanya ia melarang berteduh dibawah pohon besar.

Mengenai pedang, Konfusius berkata  "𝑺𝒂𝒚𝒂 𝒕𝒂𝒉𝒖, 𝒔𝒆𝒔𝒖𝒏𝒈𝒈𝒖𝒉𝒏𝒚𝒂 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒑𝒖𝒍𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒖𝒌𝒂𝒏 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒃𝒆𝒓𝒍𝒊𝒃𝒖𝒓, 𝒕𝒆𝒕𝒂𝒑𝒊 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒉𝒊𝒍𝒂𝒏𝒈𝒌𝒂𝒏 𝒓𝒂𝒔𝒂 𝒎𝒂𝒍𝒖 𝒅𝒂𝒏 𝒎𝒂𝒓𝒂𝒉 𝒂𝒌𝒊𝒃𝒂𝒕 𝒕𝒂𝒓𝒖𝒉𝒂𝒏. 𝑰𝒕𝒖 𝒔𝒆𝒃𝒂𝒃𝒏𝒚𝒂 𝒂𝒌𝒖 𝒎𝒆𝒍𝒂𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒈𝒖𝒏𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒑𝒆𝒅𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒎𝒃𝒂𝒓𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏"

Kemudian Guru Konfusius melanjutkan "𝑴𝒖𝒓𝒊𝒅𝒌𝒖, 𝒕𝒂𝒓𝒖𝒉𝒂𝒏𝒎𝒖 𝒕𝒆𝒎𝒑𝒐 𝒉𝒂𝒓𝒊 𝒔𝒂𝒏𝒈𝒂𝒕 𝒃𝒆𝒓𝒂𝒕. 𝑨𝒏𝒅𝒂𝒊 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒌𝒂𝒍𝒂𝒉, 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒉𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒌𝒆𝒉𝒊𝒍𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒋𝒂𝒃𝒂𝒕𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒎𝒖𝒅𝒂𝒉 𝒆𝒏𝒈𝒌𝒂𝒖 𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒎𝒃𝒂𝒍𝒊 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒃𝒆𝒍𝒂𝒋𝒂𝒓 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒓𝒂𝒋𝒊𝒏. 𝑵𝒂𝒎𝒖𝒏 𝒌𝒂𝒍𝒂𝒖 𝒎𝒆𝒏𝒂𝒏𝒈, 𝒎𝒂𝒌𝒂 𝒑𝒆𝒅𝒂𝒈𝒂𝒏𝒈 𝒊𝒕𝒖 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒉𝒊𝒍𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒏𝒚𝒂𝒘𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒖𝒂𝒕 𝒌𝒆𝒍𝒖𝒂𝒓𝒈𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒌𝒆𝒉𝒊𝒍𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒑𝒂𝒍𝒂 𝒌𝒆𝒍𝒖𝒂𝒓𝒈𝒂𝒏𝒚𝒂!"

Mendengar penjelasan yang bijaksana dari gurunya tadi Yan Hui pun yakin bahwa semua itu membuat dirinya dan hubungan dengan orang lain semakin baik.[]


𝐒𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐚𝐭𝐮 𝐜𝐢𝐫𝐢 𝐬𝐞𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐩𝐞𝐦𝐢𝐦𝐩𝐢𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐢𝐣𝐚𝐤 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐚𝐦𝐛𝐢𝐥 𝐤𝐞𝐩𝐮𝐭𝐮𝐬𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐨𝐫𝐛𝐚𝐧𝐤𝐚𝐧 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐥𝐚𝐢𝐧 (𝐚𝐩𝐚𝐥𝐚𝐠𝐢 𝐡𝐢𝐧𝐠𝐠𝐚 𝐧𝐲𝐚𝐰𝐚 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫𝐠𝐚) 𝐝𝐚𝐧 𝐥𝐞𝐛𝐢𝐡 𝐦𝐞𝐦𝐞𝐧𝐭𝐢𝐧𝐠𝐤𝐚𝐧 𝐡𝐮𝐛𝐮𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐣𝐚𝐧𝐠𝐤𝐚 𝐩𝐚𝐧𝐣𝐚𝐧𝐠 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐫𝐦𝐚𝐧𝐟𝐚𝐚𝐭 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐥𝐚𝐢𝐧 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐭𝐢𝐧𝐝𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐥𝐞𝐛𝐢𝐡 𝐛𝐚𝐢𝐤.


𝘋𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘭𝘢𝘩 (𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳), 𝘥𝘢𝘯 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘪 𝘬𝘦𝘴𝘦𝘮𝘱𝘢𝘵𝘢𝘯 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘭𝘢𝘪𝘯 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘪𝘬𝘮𝘢𝘵𝘪 𝘬𝘦𝘣𝘢𝘩𝘢𝘨𝘪𝘢𝘢𝘯, 𝘪𝘵𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘳𝘵𝘪 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘮𝘣𝘢𝘩 𝘵𝘢𝘣𝘶𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘩𝘢𝘳𝘨𝘢 𝘥𝘪𝘳𝘪 𝘴𝘦𝘵𝘪𝘢𝘱 𝘩𝘢𝘳𝘪. 𝘚𝘢𝘭𝘥𝘰 𝘵𝘢𝘣𝘶𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘩𝘢𝘳𝘨𝘢 𝘥𝘪𝘳𝘪 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘯𝘪𝘯𝘨𝘬𝘢𝘵 𝘴𝘦𝘪𝘳𝘪𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘱𝘶𝘵𝘶𝘴𝘢𝘯-𝘬𝘦𝘱𝘶𝘵𝘶𝘴𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘩𝘢𝘨𝘪𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘭𝘢𝘪𝘯


Ditulis kembali dengan beberapa perubahan dari buku "SETENGAH PECAH SETENGAH UTUH"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ADA YANG LEBIH HEBAT

 “𝑺𝒆𝒃𝒂𝒊𝒌-𝒃𝒂𝒊𝒌 𝒎𝒂𝒏𝒖𝒔𝒊𝒂 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒂𝒍𝒊𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒎𝒂𝒏𝒇𝒂𝒂𝒕 𝒃𝒂𝒈𝒊 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒊𝒏.”  (Hadits Riway...