Jumat, 03 Februari 2023

GAJAH SIRKUS


"𝚃𝚒𝚖 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚝𝚎𝚖𝚙𝚊𝚝 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚎𝚙𝚊𝚝 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚋𝚎𝚛𝚋𝚊𝚐𝚒 𝚋𝚎𝚋𝚊𝚗 𝚍𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚊𝚐𝚒 𝚔𝚎𝚜𝚎𝚍𝚒𝚑𝚊𝚗 𝚋𝚎𝚛𝚜𝚊𝚖𝚊."

(Doug Smith)


Salah satu pertunjukan yang menarik dari sebuah sirkus adalah akrobat gajah.

Dengan empat kakinya gajah dapat berdiri pada sebuah meja tumpuan yang kecil dengan mantap.

Bila gajah itu berdiri pada meja yang sama dengan tumpuan satu kakinya maka kemungkinannya adalah meja itu akan patah atau gajah akan jatuh.

Beban tubuh gajah yang besar akan didistribusikan dengan merata ke empat bidang permukaan alas kakinya. Semakin banyak kakinya, semakin kecil beban yang diterima di setiap kakinya. Sebaliknya, semakin sedikit kakinya, maka semakin besar beban yang ditanggung oleh setiap kaki tersebut. Jadi banyaknya kaki sangat berpengaruh dalam menjaga keseimbangan.

Pada fisika (mekanika)

Jika  𝑷 : 𝒕𝒆𝒌𝒂𝒏𝒂𝒏

         𝑭  : 𝒈𝒂𝒚𝒂, dan

         𝒂  : 𝒍𝒖𝒂𝒔 𝒑𝒆𝒓𝒎𝒖𝒌𝒂𝒂𝒏

maka akan berlaku:

         𝑷 = 𝑭/𝒂

Artinya Tekanan berbanding terbalik dengan luas permukaan. Jadi makin besar luas permukaan, tekanan yang bekerja akan lebih kecil. Sebaliknya tekanan yang bekerja menjadi kecil, pada permukaan yang luas.

Prinsip beban yang terdistribusi itulah yang digunakan pada sebuah organisasi, kelompok pekerja, perusahaan atau kumpulan apa pun bentuknya. Untuk menjalankan sebuah organisasi diperlukan "kaki-kaki" yang dapat meringankan beban sehingga sistem dapat berjalan sesuai rencana.

Jadi fungsi kaki-kaki tersebut hanyalah untuk menanggung beban yang ada di atasnya kemudian dipindahkan ke bagian bawahnya secara merata.

Cukup sederhana.

Kaki yang baik adalah kaki yang bisa diajak bekerja sama untuk membagi beban agar lebih ringan untuk disangga bersama.[]

"𝑶𝒓𝒂𝒏𝒈-𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒌𝒆𝒓𝒋𝒂 𝒔𝒂𝒎𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒈𝒂𝒃𝒖𝒏𝒈𝒌𝒂𝒏 𝒖𝒔𝒂𝒉𝒂 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 𝒔𝒆𝒏𝒅𝒊𝒓𝒊 𝒃𝒆𝒓𝒔𝒂𝒎𝒂 𝒖𝒔𝒂𝒉𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒊𝒏 𝒅𝒆𝒎𝒊 𝒎𝒆𝒏𝒄𝒂𝒑𝒂𝒊 𝒌𝒆𝒃𝒆𝒓𝒉𝒂𝒔𝒊𝒍𝒂𝒏 𝒕𝒆𝒓𝒃𝒆𝒔𝒂𝒓 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂."

(Stephen Covey) 


Dari buku

"MOBIL MOGOK ANGGOTA DEWAN" Sebuah Sainspirasi

Rabu, 01 Februari 2023

PAK TUA BODOH YANG MEMINDAHKAN GUNUNG

Pak Tua bodoh dari Gunung Utara berusia lebih dari sembilan puluh tahun. Dia tinggal di antara dua gunung yang ketinggiannya seribu kaki di daerah seluas hampir tujuh puluh mil persegi.

Selain menghalangi pemandangan, kedua gunung itu memperpanjang jarak kalau bepergian, karena harus memutar.

Akhirnya Pak Tua bodoh mengumpulkan keluarganya untuk bermusyawarah guna memindahkan kedua gunung tersebut.

"Mari kita pindahkan gunung itu, kita gali batunya untuk meratakan tanah" kata Pak Tua Bodoh.

"Tidak mungkin!" kata seorang anggota keluarganya. "Bagaimana cara memindahkan dan onggokannya dibawa kemana?"

"Kita bawa ke Laut China Timur" jawab anggota keluarga yang lain dengan serempak. Maka bersama keluarganya, Pak Tua Bodoh mulai bekerja memindahkan gunung tersebut. Semua anak dan cucunya dikerahkan untuk memecah batu, menggali tanah dengan sekop dan pahat. Lumpur dan pecahan batu diletakkan dalam keranjang dan diangkut ke tepi laut setiap hari. Tak lama kemudian, anak tetangganya yang berusia tujuh tahun ikut membantu.

Suatu saat, dalam perjalanan ke tempat kerjanya, Pak Tua Bodoh berjumpa dengan Pak  Tua Bijak dari tikungan sungai.

"Berbuatlah sesuai dengan akal sehatmu, kawan" kata Pak Tua Bijak sambil mencibir. "Usiamu sudah cukup tua. Sebuah batu dari gunung cukup berat buatmu, apalagi lumpur dan tanah yang harus kau angkut".

" Saya khawatir, kamu terlalu picik" kata Pak Tua Bodoh sambil menghela nafas. "Tidakkah kau lihat kalau aku mati pekerjaan ini akan dilanjutkan oleh anakku? Dan kalau anakku nanti mati, cucuku akan meneruskan pekerjaan ini? Keluargaku akan melanjutkan pekerjaan ini terus-menerus, sementara gunung ini tidak akan tumbuh besar. Bagaimana kami tidak dapat melakukannya?"

Pak Tua Bijak menaikkan alis matanya. Dia tidak tahu harus berkata apa.

Rupanya percakapan mereka didengar oleh Dewa yang tergerak untuk membantu Pak Tua Bodoh. Dewa lalu menyuruh pembantunya untuk memindahkan gunung itu ke tempat lain.

HIKMAH:

𝐈𝐦𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐩𝐚𝐭 𝐦𝐞𝐦𝐢𝐧𝐝𝐚𝐡𝐤𝐚𝐧 𝐠𝐮𝐧𝐮𝐧𝐠. 𝐌𝐚𝐤𝐚 𝐓𝐮𝐡𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐫𝐞𝐧𝐝𝐚𝐡𝐤𝐚𝐧 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐢𝐣𝐚𝐤 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐮𝐥𝐢𝐚 𝐝𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐧𝐢𝐧𝐠𝐠𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐨𝐝𝐨𝐡 𝐢𝐭𝐮. 𝐇𝐢𝐝𝐮𝐩 𝐏𝐚𝐤 𝐓𝐮𝐚 𝐁𝐨𝐝𝐨𝐡 𝐬𝐚𝐧𝐠𝐚𝐭 𝐭𝐞𝐫𝐛𝐚𝐭𝐚𝐬, 𝐭𝐞𝐭𝐚𝐩𝐢 𝐤𝐞𝐲𝐚𝐤𝐢𝐧𝐚𝐧 𝐚𝐭𝐚𝐬 𝐤𝐞𝐛𝐞𝐫𝐡𝐚𝐬𝐢𝐥𝐚𝐧𝐧𝐲𝐚 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐚𝐝𝐚 𝐛𝐚𝐭𝐚𝐬𝐧𝐲𝐚.

𝐊𝐞𝐩𝐞𝐫𝐜𝐚𝐲𝐚𝐚𝐧 𝐝𝐢𝐫𝐢, 𝐤𝐞𝐭𝐞𝐭𝐚𝐩𝐚𝐧 𝐡𝐚𝐭𝐢 𝐝𝐚𝐧 𝐡𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐦𝐞𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤𝐢 𝐬𝐚𝐭𝐮 𝐭𝐮𝐣𝐮𝐚𝐧 𝐮𝐭𝐚𝐦𝐚 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐚𝐧𝐠𝐚𝐭 𝐩𝐞𝐧𝐭𝐢𝐧𝐠 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐤𝐞𝐬𝐮𝐤𝐬𝐞𝐬𝐚𝐧 𝐬𝐮𝐚𝐭𝐮 𝐮𝐬𝐚𝐡𝐚


Dari buku

"Kisah-kisah Kebijaksanaan China Klasik" Refleksi Bagi Para Pemimpin

Selasa, 31 Januari 2023

 TIDAK MENJADI DOKTER

"Teringat pembicaraanku dengan anakku yang kedua (lan) saat ia hendak naik ke kelas 2 SMA, enam tahun yang lalu, yakni ketika momen makan malam bersama di rumah. lan berkata, 'Bapak, maaf, lan izin. Kalau boleh, lan mau keluar dari SMA 5 setelah kenaikan kelas.' Makanan di mulutku seketika terasa hambar, dan kerongkongan pun terasa kelu untuk menelan.

'Maksudmu apa?'

'lan ingin sekolah di Madinah. lan ingin menjadi ustadz,' jawab lan tanpa ragu. Refleks, buru-buru kutelan makanan di mulut dan meminum banyak air.

'Kamu mau jadi ustadz, siapa yang mengajak?' tanyaku dengan nada menginterogasi.

'Enggak ada, lan sendiri yang ingin,' jawab lan.

'Apa kamu enggak ingin menjadi dokter? Kan, kamu anak pintar, lembut, budi bahasamu baik, ramah dengan orang lain, dan bisa melayani orang lain seperti Mas kamu,' ucapku heran.

Seraya tersenyum, lan menjawab, 'Kan, lan dan Mas enggak sama, Pak. Seperti kata Bapak, semua manusia itu unik dan istimewa.'

𝑾𝒖𝒊𝒉, 𝒎𝒂𝒌 𝒋𝒍𝒆𝒃, tak kusangka omonganku dipakai untuk mematahkan diriku sendiri. Cerdas tetapi membuat hati 𝒎𝒂𝒏𝒈𝒌𝒆𝒍.

'Kalau kamu jadi dokter, pasti akan sangat berguna dan bermanfaat untuk menyembuhkan banyak orang,' bujukku.

'Dokter menyembuhkan badan, tetapi ustadz menyembuhkan hati. Jadi, insya Allah, bermanfaat,' jawab lan.

𝑷𝒓𝒂𝒂𝒂𝒏𝒈! Hatiku pecah hingga berkeping-keping. Air mata pun mulai menetes. 𝑵𝒆𝒍𝒐𝒏𝒈𝒔𝒐, anakku tidak berhasrat menjadi dokter, mengikuti jejakku. Aku kembali menjelaskan kepada lan, "Sulit, lho, sekolah di Arab. Bahasa dan budaya kita berbeda. Panasnya pun luar biasa.'

'Bapak, kan, yang mengajarkan bahwa tidak ada yang tidak bisa kalau niat sudah menggelora,' tepis lan dengan lembut. 𝑴𝒃𝒓𝒆𝒃𝒆𝒔 𝒎𝒊𝒍𝒊 𝒃𝒖𝒂𝒏𝒕𝒆𝒓.

'Nanti, kalau jadi ustadz, penghasilanmu berapa? Sedikit sekali," ucapku dengan nada meninggi, "bagaimana kamu bisa membiayai kehidupan istri dan anakmu nanti?" 

lan pun balik bertanya, 'Bukankah Bapak yang mengajari kami untuk hidup mandiri, secukupnya, sebutuhnya, dan bahagia tidak ada korelasi dengan harta?'

Aku menangis pelan seraya bertanya, 'Kalau begitu,apalagi alasanku agar kamu menjadi dokter, ya, lan?

Dengan sabar, lan menjawab, 'Ikhlaskan lan menjadi diri lan sendiri, ya, Pak. Ini pilihan hidup lan." Aku tak tahan, aku 𝒏𝒂𝒏𝒈𝒊𝒔 𝒃𝒂𝒏𝒕𝒆𝒓. 

Aku mau kamu tetap di SMALA (SMA 5) sampai lulus. Begini saja, kita buat perjanjian. Kalau kamu sudah lulus SMA dengan nilai baik, kamu berhak menentukan ke mana pun kamu mau' ujarku.

𝑾𝒊𝒔 𝒆𝒏𝒈𝒈𝒂𝒌 𝒅𝒖𝒘𝒆 𝒑𝒊𝒍𝒊𝒉𝒂𝒏 𝒍𝒊𝒚𝒐, tetapi berharap bisa mengubah niat anakku. lan perlahan memeluk dan mencium pipiku sambil ikut menangis. Kemudian, ia berkata, 'Asalkan Bapak ikhlas dengan pilihan lan, lan tetap di SMALA hingga lulus dengan baik. 𝑴𝒂𝒕𝒖𝒓𝒏𝒖𝒘𝒖𝒏 𝒑𝒂𝒏𝒈𝒆𝒔𝒕𝒖𝒏𝒚𝒂, Pak.'

Waktu pun berlalu. Saat ini, lan baru pulang dari Madinah. la telah menjadi lelaki besar, tegap, gagah, dan telah menghafal Al-Qur'an 27 juz. la sudah beberapa kali menjadi imam pada banyak masjid, mengisi khutbah Jum at, mengimami shalat Tarawih, memberi tausiyah saat buka puasa bersama, dan lain-lain.

Setiap kali, aku melihat lan menjadi imam, air mataku selalu tak terbendung. lan telah menyadarkanku akan pengetahuan dan amalan agamaku yang masih kurang. Allah SWT telah mengutus lan untuk mengingatkanku tentang hal ini."

( 𝑲𝒊𝒔𝒂𝒉 𝒅𝒊𝒂𝒕𝒂𝒔 𝒅𝒊𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒐𝒍𝒆𝒉 𝒅𝒓.𝑨𝒓𝒎𝒂𝒏𝒕𝒐 𝑺𝒊𝒅𝒐𝒉𝒖𝒕𝒐𝒎𝒐, 𝒂𝒚𝒂𝒉𝒏𝒅𝒂 𝑰𝒂𝒏. 𝒅𝒓.𝑨𝒓𝒎𝒂𝒏𝒕𝒐 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒑𝒖𝒕𝒓𝒂 𝒔𝒖𝒍𝒖𝒏𝒈 𝒅𝒓.𝑺𝒐𝒆𝒅𝒐𝒌𝒐 𝑺𝒊𝒅𝒐𝒉𝒖𝒕𝒐𝒎𝒐 𝑺𝒑.𝑷.𝑨 𝒅𝒂𝒏 𝑷𝒓𝒐𝒇.𝒅𝒓. 𝑹𝒐𝒆𝒎𝒘𝒆𝒓𝒅𝒊𝒏𝒊𝒂𝒅𝒊. 𝑺𝒆𝒍𝒂𝒊𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒑𝒓𝒂𝒌𝒕𝒆𝒌 𝒔𝒆𝒃𝒂𝒈𝒂𝒊 𝒅𝒐𝒌𝒕𝒆𝒓, 𝒅𝒓.𝑺𝒐𝒆𝒅𝒐𝒌𝒐 𝒑𝒆𝒓𝒏𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒏𝒋𝒂𝒃𝒂𝒕 𝒔𝒆𝒃𝒂𝒈𝒂𝒊 𝑷𝒆𝒎𝒃𝒂𝒏𝒕𝒖 𝑹𝒆𝒌𝒕𝒐𝒓 𝑰𝑰 𝑼𝒏𝒊𝒗𝒆𝒓𝒔𝒊𝒕𝒂𝒔 𝑨𝒊𝒓𝒍𝒂𝒏𝒈𝒈𝒂, 𝑺𝒖𝒓𝒂𝒃𝒂𝒚𝒂 )


Dari buku

"DARI KUNTUM MENJADI BUNGA"

Keterangan foto: dr.Armanto Sidohutomo dan putranya Ardantyo Sidohutomo (Ian)

Rabu, 25 Januari 2023

HAKIM AGUNG CALON TERDAKWA


Pria ini membuktikan bahwa hukum juga bisa tajam keatas dengan menghukum Angelina Sondakh 12th penjara. Padahal di tingkat Pengadilan tinggi mantan Putri Indonesia dan anggota Dewan itu hanya divonis 4,5 th penjara.

Hal yang sama juga ditimpakan kepada Bendahara Partai Demokrat M.Nazaruddin, mantan jaksa Urip Tri Gunawan.

"Korban korupsi itu negara dan negara itu ya rakyat" ujarnya. Kekayaan negara yang seharusnya untuk kemakmuran rakyat dibajak koruptor dengan sewenang-wenang.

Keteguhan Hakim Agung Artidjo Alkostar membuat kerap mendapat ancaman pembunuhan, beberapa kali menerima surat kaleng.

"Menjadi hakim tidak boleh takut mati. Membela keadilan itu amanah. Kalau kita benar, malaikat sudah mengawal kita" katanya.

Jauh sebelum menjadi hakim agung, saat bekerja di LBH dan Human Right Watch, dia sudah terlalu sering mendapat ancaman pembunuhan.

Saat membela tragedi santa Cruz Timtim th 1990 beberapa rekannya memutuskan pulang karena adanya teror orang-orang berseragam ninja.

Bahkan sebelum berangkat dia berpesan kepada asistennya agar memberi tahu keluarga, karena bisa saja tidak akan pulang.

Sebagai tim pembela mereka yang anti integrasi, ancaman itu terbukti dengan kamar hotel asistennya yang digergaji orang berseragam ninja. Beruntung teror dan ancaman fisik itu dapat dilalui Artidjo dan rekan-rekannya.

Karena mempunyai pendapat berbeda (dissenting opinion) dlm memutus perkara, ancaman santet pernah diterimanya. Konon foto dirinya sudah dibawa ke seorang paranormal di Banten untuk disantet. Dasarnya cuek, dia tak takut. Bahkan menganggap itu permainan level taman kanak-kanak.

Tawaran uang suap mulai membanjir saat dia diangkat menjadi hakim agung, sampai-sampai dia tempel tulisan di pintu ruang kerjanya yang bunyinya " Tidak menerima tamu yang ingin membicarakan perkara"

Penghargaan dari UII, almamaternya pun dia tolak, karena baginya seorang hakim tidak boleh ada beban pemberian dan ucapan terimakasih."Untuk bermimpi seorang hakim mendapatkan penghargaan dalam karya yudisialnya saja tidak boleh. Saya ini di dunia jadi hakim Agung. Tapi nanti di akhirat menjadi calon terdakwa" ucapnya dengan lantang.

Saat dicalonkan sebagai hakim agung, Artidjo adalah calon paling miskin. Dan saat menjadi hakim agung pun dia tidak mau menggunakan berbagai fasilitas yang diberikan. Tak jarang dia menggunakan bajaj untuk menuju gedung Mahkamah Agung.

"Saya di MA bukan mencari fasilitas, melainkan berkhidmat untuk menegakkan keadilan" tegas Artidjo.


Dari buku

"Semangat dan Totalitas membangun Negeri"

KETELADANAN DAENG BARLOP


Sampai acara akan dimulai, mobil berplat nomor DD-3 yang ditunggu tidak muncul di tempat pernikahan. Penerima tamu dan tuan rumah mulai gelisah. Tak lama kemudian terdengar suara Baharuddin Lopa dari dalam rumah. Rupanya pemilik mobil dinas Kepala Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan itu masuk dari pintu samping rumah. Pria kurus itu datang bersama sang isteri naik pete-pete (angkutan umum). "Sekarang hari Minggu dan bukan acara dinas, jadi saya tak boleh datang dengan mobil kantor" demikian katanya.


Lain waktu mobil dinas tersebut dibawa oleh sopirnya ke SPBU untuk mengisi bahan bakar. Tiba-tiba ada seseorang yang mengaku kenal dengan pemilik mobil dinas itu dan memerintahkan mengisi penuh tangkinya. Saat hal itu dilaporkan sopir kepada Lopa, spontan ia memerintahkan untuk menyedot keluar bensin pemberian tadi dan mengembalikan kepada pemberinya dengan ucapan terimakasih dan meminta maaf.


Tahun 1984, Aisyah, salah satu putri Baharuddin Lopa menjadi panitia seminar di kampusnya, FH Universitas Hasanuddin. Rupanya panitia kekurangan kursi untuk acara tersebut. Segera Aisyah mendatangi kantor sang Ayah untuk meminjam kursi di Aula Kejati. Sebagai jawaban, Lopa menarik kursi lipat didekatnya dan memperlihatkan tulisan di baliknya "Ini, baca. Barang Inventaris Kejaksaan Tinggi Sulsel, bukan Inventaris FH Unhas. Jelas toh, ini milik kejaksaan dan tidak bisa dipinjamkan".


Kepada anak buahnya saat menjelang Lebaran berpesan untuk tidak menerima parsel dari siapapun. Namun, saat tiba dirumah terdapat dua parsel, dan satunya sudah dibuka. Dengan takut, putrinya mengaku telah mengambil sebuah cokelat. Lopa lalu membeli cokelat yang sama persis, dimasukkan kedalam parsel dan mengembalikan kepada pengirimnya.

Sayang, kiprah Lopa di 'tanah air' nya harus berhenti dan ia harus ke Jakarta untuk dijadikan Staf Ahli Menteri Kehakiman Bidang Perundang-undangan.[]


Sumber 

Buku "Untuk Republik"

Kisah-kisah Teladan Kesederhanaan Tokoh Bangsa.

"𝑻𝑨𝑳𝑨𝑵𝑮 𝑲𝑶𝑲 𝑶𝑹𝑨 𝑻𝑬𝑳𝑬𝑺"


Pak AR memang sering mendapat undangan berceramah, namun enggan menerima amplop. Kalaupun terpaksa, setelah pulang isi amplop itu dia bagikan ke karyawan kantor PP Muhammadiyah. Ia cukup senang bisa berceramah di kampung-kampung pinggiran Yogyakarta yang dihuni para kalangan tidak mampu. Anak-anak Asrama Yasma Putra, Mesjid Syuhada, Yogya pernah mendapat amplop dan bingkisan dari pak AR usai berceramah di TVRI Yogya. 

Penghasilan pak AR adalah pensiunan pegawai Departemen Agama yang tidak cukup besar.

Kadang pak AR diundang berceramah sampai ke Purworejo, Kebumen bahkan Purwokerto. Namun jarak tak menyurutkan pak AR, panggilan akrab KH. Abdur Rozak Fachruddin, untuk menghadirinya. Seorang kawan yang bersimpati bernama Prawiro Yuwono lalu  membelikan sepeda motor Yamaha 70cc yang diterima dengan penuh syukur.

Dengan penampilan yang sederhana, membawa Tas kulit seukuran map berwarna hitam tidak menampakkan bahwa beliau adalah ketua pimpinan organisasi dengan anggota puluhan juta orang. Dengan kedudukannya itu ia sering diberi uang jutaan oleh para pejabat dan pengusaha. Sampai dirumah uang itu segera disampaikan kepada Muhammadiyah dan fakir miskin di sekitarnya tanpa ada sisa.

Awal tahun 1980 an, perwakilan PT Astra datang menawarkan mobil Toyota Corolla DX keluaran terbaru secara cuma-cuma untuk mengganti sepeda motornya. Namun Pak AR menolak dengan alasan tidak bisa mengemudikan dan enggan direpotkan dengan urusan perawatan.

Putranya, Fauzi, pernah nyeletuk  "𝑻𝒂𝒍𝒂𝒏𝒈 𝒌𝒐𝒌 𝒐𝒓𝒂 𝒕𝒆𝒍𝒆𝒔" (Talang kok tidak basah).   "𝒀𝒐𝒃𝒆𝒏, 𝒘𝒐𝒏𝒈 𝒊𝒌𝒊 𝒕𝒂𝒍𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒍𝒂𝒔𝒕𝒊𝒌" (biar saja, ini talang plastik). Pak AR memang talang "air rezeki" dari plastik kualitas nomor satu yang tidak basah, kuat dan anti bocor. Talang itu berfungsi mengalirkan air untuk orang-orang yang membutuhkannya.

Dengan uang pensiun yang tidak seberapa itu, pak AR mencari tambahan penghasilan dengan berjualan bensin dirumah yang modalnya dari pinjaman. Untuk keperluan pribadi, beliau tak pernah meminta dari teman-temannya yang cukup banyak. Tapi untuk kepentingan Muhammadiyah, dia mau minta sumbangan. Jarang sekali permintaan sumbangan ini ditolak. Saat Muhammadiyah hendak membangun gedung Universitas di Yogya, pak AR menulis surat kepada Presiden Soeharto dalam bahasa Jawa halus. Tak lama kemudian datang cek dari Bina Graha senilai ratusan juta rupiah.

Setelah menjabat ketua Umum Muhammadiyah selama 22 tahun, padatahun 1990 mengundurkan diri. Sebenarnya beliau masih diharapkan untuk terus memimpin, namun dengan alasan usia yang lanjut dan perlunya alih generasi permintaan itu ditolaknya.[]


Sumber

Buku "Untuk Republik" Kisah-kisah Teladan Kesederhanaan Tokoh Bangsa

JANGAN MENCARI KETENARAN


"𝙱𝚎𝚛𝚋𝚊𝚗𝚐𝚐𝚊 𝚍𝚒𝚛𝚒 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚞𝚊𝚝 𝚍𝚒𝚛𝚒 𝚔𝚒𝚝𝚊 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚗𝚊𝚝𝚞𝚛𝚊𝚕, 𝚛𝚎𝚗𝚍𝚊𝚑 𝚑𝚊𝚝𝚒 𝚖𝚎𝚗𝚓𝚊𝚍𝚒𝚔𝚊𝚗 𝚔𝚒𝚝𝚊 𝚖𝚊𝚗𝚞𝚜𝚒𝚊 𝚝𝚞𝚕𝚎𝚗." 

(Thomas Merton)


Amitabh Bachchan, bintang film terkenal India pernah bercerita, "Pada puncak karier saya, suatu kali, saya melakukan perjalanan dengan pesawat. Di samping saya, duduk seorang lelaki tua berpakaian kaos dan celana sederhana. Namun, ia tetap tampak berpendidikan. Saat penumpang lain berusaha mengenali keberadaan saya, justru ia tampak tidak terpengaruh oleh kehadiran saya. la asyik membaca koran dan melihat jendela. Saat disuguhkan teh, ia meyeruput dengan perlahan tanpa mengindahkan saya.

Saya mencoba memulai percakapan dengan tersenyum kepadanya. la membalas senyuman saya dan berkata, 'Halo.' Saya mulai pembicaraan tentang dunia perfilman dan bertanya, 'Apakah Anda suka menonton film?'

'Oh, ya, beberapa kali. Terakhir, saya melihat satu film beberapa tahun lalu,' jawab lelaki tua tersebut. Saya menjelaskan bahwa saya bekerja di industri film. Lelaki tua tersebut berkata, 'Oh, itu bagus. Apa yang Anda kerjakan?'

Saya menjawab, 'Saya seorang aktor.'

Lelaki tua tersebut mengangguk, 'Oh, bagus.' Hanya itu saja komentarnya.

Saat pesawat kami mendarat, saya menyalami tangan lelaki tua tersebut, dan berkata, 'Sungguh sebuah perjalanan yang menyenangkan bersama Anda. Omong-omong, nama saya adalah Amitabh Bachchan.' la menjabat tangan saya dan berkata, 'Terima kasih. Senang berjumpa dengan Anda. Nama saya J.R.D. Tata.' (J.R.D. Tata adalah konglomerat India kelahiran Prancis, pemilik penerbangan India Airlines, pengusaha, Ketua Tata Group, pemegang saham Tata Sons, dan lain-lain).

Sejak kejadian itu, saya memahami benar bahwa betapa pun besar dan terkenal nama Anda, akan ada seseorang yang melebihi Anda. Tetaplah merendah dan jangan mencari ketenaran."[]

"𝐎𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐬𝐚𝐫 𝐝𝐚𝐧 𝐦𝐮𝐥𝐢𝐚 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐦𝐞𝐫𝐞𝐧𝐝𝐚𝐡𝐤𝐚𝐧 𝐡𝐚𝐭𝐢𝐧𝐲𝐚 𝐭𝐞𝐫𝐡𝐚𝐝𝐚𝐩 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐥𝐚𝐢𝐧. 𝐈𝐚 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐩𝐞𝐫𝐧𝐚𝐡 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐧𝐠𝐠𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐚𝐩𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤𝐢𝐧𝐲𝐚. 𝐈𝐚 𝐦𝐞𝐦𝐮𝐥𝐢𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐡𝐨𝐫𝐦𝐚𝐭𝐢 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐥𝐚𝐢𝐧 𝐭𝐚𝐧𝐩𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐢𝐧𝐝𝐚𝐡𝐤𝐚𝐧 𝐚𝐩𝐚𝐤𝐚𝐡 𝐤𝐞𝐝𝐮𝐝𝐮𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐬𝐭𝐚𝐭𝐮𝐬 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐞𝐫𝐬𝐞𝐛𝐮𝐭 𝐥𝐞𝐛𝐢𝐡 𝐭𝐢𝐧𝐠𝐠𝐢 𝐚𝐭𝐚𝐮 𝐥𝐞𝐛𝐢𝐡 𝐫𝐞𝐧𝐝𝐚𝐡 𝐝𝐚𝐫𝐢𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐝𝐢𝐫𝐢𝐧𝐲𝐚."


Dari buku

"DARI KUNTUM MENJADI BUNGA"

ADA YANG LEBIH HEBAT

 “𝑺𝒆𝒃𝒂𝒊𝒌-𝒃𝒂𝒊𝒌 𝒎𝒂𝒏𝒖𝒔𝒊𝒂 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒂𝒍𝒊𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒎𝒂𝒏𝒇𝒂𝒂𝒕 𝒃𝒂𝒈𝒊 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒊𝒏.”  (Hadits Riway...