Pak AR memang sering mendapat undangan berceramah, namun enggan menerima amplop. Kalaupun terpaksa, setelah pulang isi amplop itu dia bagikan ke karyawan kantor PP Muhammadiyah. Ia cukup senang bisa berceramah di kampung-kampung pinggiran Yogyakarta yang dihuni para kalangan tidak mampu. Anak-anak Asrama Yasma Putra, Mesjid Syuhada, Yogya pernah mendapat amplop dan bingkisan dari pak AR usai berceramah di TVRI Yogya.
Penghasilan pak AR adalah pensiunan pegawai Departemen Agama yang tidak cukup besar.
Kadang pak AR diundang berceramah sampai ke Purworejo, Kebumen bahkan Purwokerto. Namun jarak tak menyurutkan pak AR, panggilan akrab KH. Abdur Rozak Fachruddin, untuk menghadirinya. Seorang kawan yang bersimpati bernama Prawiro Yuwono lalu membelikan sepeda motor Yamaha 70cc yang diterima dengan penuh syukur.
Dengan penampilan yang sederhana, membawa Tas kulit seukuran map berwarna hitam tidak menampakkan bahwa beliau adalah ketua pimpinan organisasi dengan anggota puluhan juta orang. Dengan kedudukannya itu ia sering diberi uang jutaan oleh para pejabat dan pengusaha. Sampai dirumah uang itu segera disampaikan kepada Muhammadiyah dan fakir miskin di sekitarnya tanpa ada sisa.
Awal tahun 1980 an, perwakilan PT Astra datang menawarkan mobil Toyota Corolla DX keluaran terbaru secara cuma-cuma untuk mengganti sepeda motornya. Namun Pak AR menolak dengan alasan tidak bisa mengemudikan dan enggan direpotkan dengan urusan perawatan.
Putranya, Fauzi, pernah nyeletuk "𝑻𝒂𝒍𝒂𝒏𝒈 𝒌𝒐𝒌 𝒐𝒓𝒂 𝒕𝒆𝒍𝒆𝒔" (Talang kok tidak basah). "𝒀𝒐𝒃𝒆𝒏, 𝒘𝒐𝒏𝒈 𝒊𝒌𝒊 𝒕𝒂𝒍𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒍𝒂𝒔𝒕𝒊𝒌" (biar saja, ini talang plastik). Pak AR memang talang "air rezeki" dari plastik kualitas nomor satu yang tidak basah, kuat dan anti bocor. Talang itu berfungsi mengalirkan air untuk orang-orang yang membutuhkannya.
Dengan uang pensiun yang tidak seberapa itu, pak AR mencari tambahan penghasilan dengan berjualan bensin dirumah yang modalnya dari pinjaman. Untuk keperluan pribadi, beliau tak pernah meminta dari teman-temannya yang cukup banyak. Tapi untuk kepentingan Muhammadiyah, dia mau minta sumbangan. Jarang sekali permintaan sumbangan ini ditolak. Saat Muhammadiyah hendak membangun gedung Universitas di Yogya, pak AR menulis surat kepada Presiden Soeharto dalam bahasa Jawa halus. Tak lama kemudian datang cek dari Bina Graha senilai ratusan juta rupiah.
Setelah menjabat ketua Umum Muhammadiyah selama 22 tahun, padatahun 1990 mengundurkan diri. Sebenarnya beliau masih diharapkan untuk terus memimpin, namun dengan alasan usia yang lanjut dan perlunya alih generasi permintaan itu ditolaknya.[]
Sumber
Buku "Untuk Republik" Kisah-kisah Teladan Kesederhanaan Tokoh Bangsa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar