Senin, 10 April 2023

TIGA BUAH CINCIN

 


"𝘏𝘢𝘳𝘨𝘢𝘪𝘭𝘢𝘩 𝘶𝘴𝘢𝘩𝘢𝘮𝘶, 𝘩𝘢𝘳𝘨𝘢𝘪𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘪𝘳𝘪𝘮𝘶. 𝘏𝘢𝘳𝘨𝘢 𝘥𝘪𝘳𝘪 𝘮𝘦𝘮𝘶𝘯𝘤𝘶𝘭𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘴𝘪𝘱𝘭𝘪𝘯 𝘥𝘪𝘳𝘪. 𝘒𝘦𝘵𝘪𝘬𝘢 𝘈𝘯𝘥𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘪𝘭𝘪𝘬𝘪 𝘬𝘦𝘥𝘶𝘢𝘯𝘺𝘢, 𝘪𝘵𝘶𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘦𝘬𝘶𝘢𝘵𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶𝘩𝘯𝘺𝘢."

(Clint Eastwood)


Seorang Bapak mempunyai sebuah cincin ajaib, dimana pemakainya akan menjadi orang yang menyenangkan dan banyak yang menyukainya.

Saat akan memberikan cincin itu kepada anaknya, ia menjadi bingung. Bapak itu mempunyai tiga orang anak yang semuanya ia sayangi.

Ia tidak bisa memutuskan kepada siapa akan diberikannya cincin ajaib itu. Satu satunya cara untuk sedikit menutupi rasa bersalahnya adalah dengan membuat dua cincin tiruan yang sama persis. Ia berharap bila tiba saatnya, ketiga cincin itu akan ia bagikan kepada anak anaknya. Dengan demikian tak ada kericuhan karena memperebutkan satu cincin.

Menjelang ajal menjemput dirinya, ia mengumpulkan anak-anaknya, menyampaikan pesan-pesan terakhir, dan membagikan cincin tersebut satu cincin untuk tiap anak.

Sepeninggal ayahnya mereka hidup dengan rukun sampai akhirnya terbongkarlah rahasia bahwa hanya ada satu cincin yang asli. Sayangnya karena cincin yang asli dan tiruan itu persis sama, tak seorang pun tahu siapa yang kebagian cincin asli warisan sang ayah.


Akhirnya ketiga anak itu datang menghadap kepada seorang hakim yang bijaksana.

"Apa masalah kalian?" tanya sang hakim.

"Begini Tuan. Kami mendapat warisan dari ayah kami, tiga buah cincin. Tetapi belakangan kami sadari hanya satu dari cincin ini yang asli, sedangkan dua sisanya adalah tiruan," kata salah seorang dari mereka.

"Apa yang membedakan cincin yang asli dan tiruan?" tanya hakim.

"Yang asli akan memberi kehormatan kepada pemakainya. la akan menjadi orang yang menyenangkan, baik budi, ramah, jujur dan penyayang sehingga semua orang akan mencintainya. Adapun yang tiruan tak mampu melakukan hal itu."

Hakim yang bijaksana itu berpikir cukup lama sambil menguji dan meneliti ketiga cincin itu. Lalu ia meminta ketiga orang yang datang padanya untuk mendengarnya dengan saksama. Sang hakim sudah tiba pada keputusannya.


"Begini. Saya tidak dapat mengatakan yang mana di antara cincin ini yang benar-benar asli, ajaib, dan membawa tuah kepada pemakainya," kata hakim. "Tapi ada satu cara untuk membuktikannya. Dan itu ada pada kalian semua. Masing-masing dari kalian yang harus membuktikannya. Jika kalian bersikap menyenangkan, baik, ramah, peduli, jujur dan pengasih, tentu Anda juga akan dicintai sekelilingmu. Dan itu berarti kalian pemilik cincin ajaib yang sesungguhnya. Sekarang kembalilah ke tempat kalian masing-masing. Bawalah kembali masing-masing cincin ini. Dan mulai sekarang, kalian harus membuktikan diri sebagai pemakai cincin pembawa kehormatan dan kebaikan."


Hakim menutup sidang. Ketiga orang itu pun pulang sambil bertekad untuk menjadi pemilik cincin yang asli.


Insan yang menghayati kerja sebagai sebuah kehormatan, tidak menggunakan pekerjaannya sebagai simbol, seperti cincin yang diperebutkan pada kisah diatas, melainkan malah bekerja dengan sebaik mungkin, seperti yang menjadi saran hakim yang bijaksana itu. Dengan begitu ia dapat menghasilkan berbagai prestasi yang pada gilirannya membuat pekerjaan yang dijalankan dan ditekuninya itu mencerminkan kualitas dirinya yang patut mendapat kehormatan.[]

“ 𝚂𝚎𝚕𝚊𝚒𝚗 𝚔𝚎𝚛𝚓𝚊 𝚔𝚎𝚛𝚊𝚜, 𝚑𝚊𝚕 𝚕𝚊𝚒𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚑𝚊𝚛𝚞𝚜 𝚍𝚒𝚒𝚗𝚐𝚊𝚝 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚔𝚎𝚛𝚓𝚊 𝚒𝚔𝚑𝚕𝚊𝚜. 𝚂𝚎𝚝𝚎𝚕𝚊𝚑 𝚒𝚝𝚞, 𝚋𝚊𝚛𝚞 𝚖𝚎𝚗𝚢𝚎𝚛𝚊𝚑𝚔𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚐𝚊𝚕𝚊 𝚑𝚊𝚜𝚒𝚕 𝚔𝚎𝚛𝚓𝚊 𝚔𝚎𝚛𝚊𝚜 𝚔𝚎𝚙𝚊𝚍𝚊 𝚃𝚞𝚑𝚊𝚗.”


Dari buku

"KAFE ETOS" 8x8 Kisah Inspirasional untuk Membangun 8 Etos Kerja Profesional 

Rabu, 05 April 2023

KEARIFAN EMAS


Seorang pemuda mendatangi Zun-Nun dan berkata

"Guru, saya tidak mengerti mengapa orang seperti Anda mesti berpakaian apa apa adanya, sangat sederhana. Bukankah di masa seperti ini berpakaian sebaik-baiknya amat perlu, bukan hanya untuk penampilan melainkan juga untuk tujuan lain".

Sang Sufi tersenyum, lalu melepaskan cincin dari salah satu jarinya dan berkata,"Anak muda, pertanyaanmu akan kujawab. Tapi sebelumnya ambil cincin ini dan tolong dan bawa ke pasar diseberang sana. Bisakah kamu menjualnya seharga sekeping emas?"

Pemuda itu menerima dengan ragu cincin yang terlihat kusam."Saya tidak yakin akan terjual dengan harga sekeping emas", katanya.

"Cobalah dulu"

Maka pergilah pemuda itu kepasar dan menawarkan cincin ke pedagang sayur, kain, perabot dan yang lain. Namun ternyata tak seorangpun mau membeli cincin seharga yang ditawarkan. Mereka hanya mau membeli dengan harga sekeping perak.

Akhirnya pemuda itu kembali ke sang Sufi dan melapor ,"Guru, orang-orang dipasar hanya mau membeli seharga sekeping perak"

"Baiklah" kata Zun-Nun"sekarang bawa cincin itu ke toko emas dibelakang jalan ini. Jangan berikan harga, tapi dengarkan saja apa penilaian mereka"

Pemuda itu pun pergi ke toko emas yang dimaksud.

Kembali dari sana ia melapor, "Guru, ternyata pedagang emas menawarnya dengan1000 keping emas. Rupanya nilai cincin ini seribu kali lebih tinggi daripada yang ditawar oleh pedagang di pasar".

Zun-Nun tersenyum dan berkata lirih,"itulah jawaban dari pertanyaanmu tadi pemuda. Seseorang tak bisa dinilai dari pakaiannya. Hanya para pedagang sayur, ikan, daging yang menilai demikian.Namun tidak bagi pedagang emas"

"Emas dan permata yang ada dalam diri seseorang, hanya bisa dilihat dan dinilai jika kita mampu melihat ke kedalaman jiwa"[]

"𝘒𝘪𝘵𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘪𝘭𝘢𝘪 𝘴𝘦𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘵𝘶𝘵𝘶𝘳 𝘬𝘢𝘵𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘪𝘬𝘢𝘱 𝘺𝘨 𝘥𝘪𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘳 𝘥𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘴𝘦𝘬𝘪𝘭𝘢𝘴.𝘚𝘦𝘳𝘪𝘯𝘨𝘬𝘢𝘭𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘴𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢 𝘦𝘮𝘢𝘴 𝘵𝘦𝘳𝘯𝘺𝘢𝘵𝘢 𝘭𝘰𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘭𝘰𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘯𝘺𝘢𝘵𝘢 𝘦𝘮𝘢𝘴..."


dari buku

INSPIRING STORIES

MENGGAPAI MIMPI

 


Pada tahun 1950an ada seorang pria setengah baya yang tak mempunyai tujuan yang jelas. Oleh karenanya ia mencoba berbagai pekerjaan. Mula-mula sebagai sopir ambulans, kemudian beralih menjadi penjual gelas kertas, lalu menjadi pemain piano, penjual perumahan, pemusik jazz dan penyiar radio. Terakhir dia bekerja sebagai penjual alat pembuat 'milkshake'.

Dia sempat berpikir bahwa dengan kemampuannya seharusnya ia harus memperoleh hasil yang lebih besar. Maka sambil bekerja ia tetap mencari peluang kesana-kemari.

Suatu saat waktu dia memasarkan dagangannya, pria itu melihat sebuah kedai kecil berukuran kurang dari 20m² yang dimiliki Maurice & Richard bersaudara.

Ia melihat makanan dikedai itu enak, pelayanannya memuaskan, namun tempatnya tidak nyaman dan dikelola tidak profesional. Ia berpikir andai warung itu dikelola dengan baik pasti dapat meraih banyak pelanggan, dan membuka lebih banyak cabang di Amerika.

Maka dibelilah kedai itu dan dikelola dengan baik sampai kemudian membuka cabang di beberapa tempat..

Kini warung itu sudah menjadi restoran burger besar dan bernama Mc.Donald  dengan lebih dari 31.000 cabang di 120 negara dan akan bertambah terus cabangnya.

Pria tadi bernama Ray Kroc adalah telah memberi contoh "bagaimana menggapai impian dengan mengambil peluang dalam hidupnya"[]

𝑱𝒊𝒌𝒂 𝒔𝒆𝒃𝒖𝒂𝒉 𝒑𝒆𝒍𝒖𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒆𝒘𝒂𝒕, 𝒂𝒅𝒂 𝒕𝒊𝒈𝒂 𝒑𝒊𝒍𝒊𝒉𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒂𝒎𝒃𝒊𝒍 :


Pertama:

𝒎𝒆𝒎𝒃𝒊𝒂𝒓𝒌𝒂𝒏 𝒑𝒆𝒍𝒖𝒂𝒏𝒈 𝒊𝒕𝒖 𝒍𝒆𝒘𝒂𝒕 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒅𝒊𝒂𝒎𝒃𝒊𝒍 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒊𝒏

Kedua;

𝑲𝒊𝒕𝒂 𝒉𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒎𝒆𝒍𝒊𝒉𝒂𝒕 𝒑𝒆𝒍𝒖𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒓𝒂𝒔𝒂 '𝒃𝒆𝒍𝒖𝒎 𝒘𝒂𝒌𝒕𝒖𝒏𝒚𝒂' 𝒅𝒊𝒂𝒎𝒃𝒊𝒍 𝒅𝒂𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒃𝒆𝒈𝒊𝒕𝒖 𝒔𝒂𝒋𝒂

Ketiga:

𝑲𝒊𝒕𝒂 𝒎𝒆𝒍𝒊𝒉𝒂𝒕,𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒆𝒓𝒋𝒂𝒌𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂, 𝒎𝒆𝒍𝒆𝒘𝒂𝒕𝒊 𝒌𝒆𝒔𝒖𝒍𝒊𝒕𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝒉𝒂𝒎𝒃𝒂𝒕𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓𝒏𝒚𝒂 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒂𝒘𝒂 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒋𝒂𝒅𝒊 𝒍𝒆𝒃𝒊𝒉 𝒃𝒂𝒊𝒌



Dari buku

SUCCESS JOURNEY

Selasa, 04 April 2023

KARENA TAKUT

 

"𝑹𝒂𝒔𝒂 𝒕𝒂𝒌𝒖𝒕 𝒕𝒆𝒓𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒌𝒆𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌𝒑𝒂𝒔𝒕𝒊𝒂𝒏 𝒎𝒂𝒔𝒂 𝒅𝒆𝒑𝒂𝒏. 𝑵𝒂𝒎𝒖𝒏 𝒋𝒊𝒌𝒂 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒎𝒆𝒎𝒂𝒌𝒂𝒊 𝒌𝒆𝒃𝒊𝒋𝒂𝒌𝒔𝒂𝒏𝒂𝒂𝒏 𝒌𝒊𝒕𝒂, 𝒌𝒊𝒕𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒅𝒊𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕𝒌𝒂𝒏 𝒐𝒍𝒆𝒉 𝒓𝒂𝒔𝒂 𝒕𝒂𝒌𝒖𝒕."


Ada seorang samanera (calon biksu) cilik yang hampir terlarut oleh rasa takut, namanya Si Belalang Kecil

Suatu hari, gurunya yang buta mengajak Si Belalang Kecil ke ruangan di belakang biara, yang biasanya terkunci. Di dalam ruangan itu terdapat kolam selebar enam meter, dengan sebuah papan sempit sebagai jembatan yang menghubungkan sisi yang satu dengan sisi seberangnya. Sang guru memperingatkan Si Belalang Kecil untuk tidak dekat-dekat dengan pinggir kolam, karena kolam itu bukan berisi air, melainkan berisi larutan asam yang sangat pekat.

"Tujuh hari lagi, kamu akan diuji untuk berjalan menyeberangi kolam asam ini dengan menjaga keseimbangan di atas papan kayu yang sempit itu. Tetapi hati-hati! Kamu lihat kan tulang-belulang di dasar kolam itu?" kata biksu tua

Si Belalang melongok was-was dari pinggir kolam, dan melihat banyak tulang-belulang di dasar kolam itu.

"Itu dulunya tulang samanera muda seperti kamu!"

Sang guru lantas mengajak Si Belalang keluar dari ruangan yang mengerikan itu, menuju halaman biara yang diterangi sinar mentari. Di sana, beberapa biksu senior telah memasang papan kayu dengan ukuran yang hampir sama dengan yang ada di kolam cairan asam, hanya saja, yang ini ditaruh di atas tanah dengan disangga oleh tumpukan dua batu bata. Selama tujuh hari berikutnya Si Belalang Kecil dibebaskan dari tugas-tugasnya untuk berlatih keseimbangan di atas papan itu.


Setelah beberapa kali berlatih dia dapat berjalan dengan keseimbangan sempurna, bahkan dengan mata tertutup sekalipun, menyeberangi papan di halaman biara.


Dan tibalah harinya ujian.

Si Belalang dibawa gurunya menuju ke ruangan dengan kolam asam. Tulang-belulang para samanera yang jatuh tampak putih berkilauan dari dasar kolam. Si Belalang naik ke ujung papan dan menoleh ke arah gurunya. "Jalan!" perintah sang guru.

Papan di atas kolam asam itu ternyata lebih sempit dari papan di halaman kuil. Si Belalang mulai melangkah, tetapi langkahnya goyah; dia mulai bergoyang-goyang. Bahkan belum setengah jalan, dia makin terhuyung-huyung. Kelihatannya dia akan segera jatuh ke kolam asam.

Tampak Si Belalang mulai kehilangan rasa percaya dirinya dan melangkah dengan gemetar, lalu limbung dan ...jatuh!


Guru tua yang buta tertawa terbahak-bahak ketika mendengar suara Si Belalang tercebur ke kolam. Itu bukan asam, itu cuma air. Tulang-belulang tua itu telah ditaruh di dalam kolam sebagai "tipuan khusus". Mereka telah mengakali Si Belalang Kecil.


"Apa yang membuatmu jatuh?" tanya sang guru dengan serius. "Rasa takutlah yang menjatuhkanmu, Belalang Kecil, hanya rasa takut...."[]


"𝐊𝐚𝐦𝐮 𝐝𝐚𝐩𝐚𝐭 𝐦𝐞𝐧𝐚𝐤𝐥𝐮𝐤𝐤𝐚𝐧 𝐡𝐚𝐦𝐩𝐢𝐫 𝐬𝐞𝐦𝐮𝐚 𝐤𝐞𝐭𝐚𝐤𝐮𝐭𝐚𝐧 𝐣𝐢𝐤𝐚 𝐤𝐚𝐦𝐮 𝐡𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐚𝐦𝐛𝐢𝐥 𝐤𝐞𝐩𝐮𝐭𝐮𝐬𝐚𝐧 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐦𝐞𝐥𝐚𝐤𝐮𝐤𝐚𝐧𝐧𝐲𝐚. 𝐔𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐝𝐢𝐢𝐧𝐠𝐚𝐭, 𝐤𝐞𝐭𝐚𝐤𝐮𝐭𝐚𝐧 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐚𝐝𝐚 𝐝𝐢 𝐦𝐚𝐧𝐚 𝐩𝐮𝐧 𝐤𝐞𝐜𝐮𝐚𝐥𝐢 𝐝𝐢 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐩𝐢𝐤𝐢𝐫𝐚𝐧."

(Dale Carnegie)


Dari buku 

"Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya"

Selasa, 28 Maret 2023

NAMA BAIK


Alkisah, angin, air dan nama baik berpergian bersama. Angin, seperti biasa, datang dengan terburu-buru seperti orang marah. Berputar kesana-kemari membawa debu dan kotoran. Sementara air berjalan bagai seorang putri dengan kendi di tangan, sambil meneteskan air nya ketanah. Nama baik? Dia berupa seorang pemuda tampan dengan sikap yang santun, namun sedikit pemalu.

Mereka saling menyukai, meski berbeda satu dengan lainnya. Ketika berpisah, mereka saling bertanya, "Kapan kita bisa bersama-sama lagi?"

Angin menjawab: "Engkau akan menemukanku di ketinggian gunung atau pada Savana yang luas"

Sedangkan air berjanji, "Aku juga akan selalu hadir. Kamu bisa mencariku di sungai, danau atau laut"

Apa jawaban nama baik?

"Kamu tidak akan menemukanku di gunung, padang rumput, sungai atau laut atau dimanapun. Siapa yang kehilangan aku tidak akan mendapatkan kembali".[]

"𝘔𝘦𝘴𝘬𝘪𝘱𝘶𝘯 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘮𝘦𝘮𝘱𝘶𝘯𝘺𝘢𝘪 𝘦𝘮𝘢𝘴 𝘣𝘦𝘳𝘨𝘶𝘯𝘶𝘯𝘨-𝘨𝘶𝘯𝘶𝘯𝘨, 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘥𝘢 𝘢𝘳𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘫𝘪𝘬𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨𝘱𝘶𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘶𝘬𝘢𝘪𝘮𝘶. 𝘋𝘢𝘯 𝘢𝘨𝘢𝘳 𝘥𝘪𝘴𝘶𝘬𝘢𝘪, 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘮𝘦𝘮𝘦𝘳𝘭𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘯𝘢𝘮𝘢 𝘣𝘢𝘪𝘬. 𝘋𝘢𝘯 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵𝘬𝘢𝘯 𝘯𝘢𝘮𝘢 𝘣𝘢𝘪𝘬 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘱𝘦𝘳𝘭𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘣𝘢𝘪𝘬"


Dari buku

WHEN I AM GETTING OLDER

Senin, 27 Maret 2023

DERAP LANGKAH ULAT BULU

 











Seorang ahli serangga asal Prancis yang bernama Jean Henri Fabre sering kali melakukan penelitian di mana hasilnya mendatangkan inspirasi bagi perbaikan kehidupan banyak orang. Salah satu penelitian Jean yaitu mengamati derap langkah ulat bulu. Jean mengambil beberapa ekor ulat bulu (pemakan daun), dan diletakkan saling membelakangi berbaris membentuk lingkaran. Selanjutnya ulat-ulat tersebut berjalan melingkar dengan derap langkah yang konstan. Oleh Jean, di tengah-tengah lingkaran mereka berjalan, diletakkan daun-daun yang menjadi makanan kesukaan mereka. Ulat-ulat tersebut terus berjalan mengikuti teman-temannya, dan akhirnya mati tanpa menyentuh sedikit pun makanan yang ada di tengah-tengah mereka.


"Kematian Kreativitas"

Itulah yang terjadi pada barisan ulat bulu tadi. Saat mengikuti irama kerja yang rutin, minim inovasi, tidak kreatif, bahkan 'takut keluar jalur' maka akhirnya tidak akan menemukan peluang yang sebenarnya ada didepan mata.

Peluang bukan berada diluar diri seseorang sebagaimana ulat yang berbaris mengelilingi dadaunan tadi, tapi berada dalam cara pandang tiap-tiap orang. Jika seseorang mampu menangkap peluang dan memanfaatkannya maka dia tidak akan mati sia-sia seperti ulat yang mati didekat tumpukan daun sebagai makanannya.

"Kematian Kreativitas" juga akan mengingatkan jika Tuhan mengizinkan, masih ada hari tua untuk dinikmati sebagai penutup sebelum Dia memanggil.[]


"𝑻𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒂𝒅𝒂 𝒌𝒆𝒈𝒂𝒊𝒓𝒂𝒉𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒑𝒆𝒍𝒂𝒚𝒂𝒓𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒖𝒅𝒂𝒉 𝒌𝒆𝒕𝒊𝒌𝒂 𝒍𝒂𝒏𝒈𝒊𝒕 𝒃𝒆𝒓𝒔𝒊𝒉 𝒅𝒂𝒏 𝒃𝒊𝒓𝒖. 𝑻𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒂𝒅𝒂 𝒌𝒆𝒔𝒆𝒏𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒌𝒂𝒅𝒂𝒓 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒆𝒓𝒋𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒉𝒂𝒍-𝒉𝒂𝒍 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒊𝒂𝒑𝒂 𝒑𝒖𝒏 𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕 𝒌𝒆𝒓𝒋𝒂𝒌𝒂𝒏. 𝑵𝒂𝒎𝒖𝒏, 𝒂𝒅𝒂 𝒌𝒆𝒑𝒖𝒂𝒔𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒂𝒏𝒈𝒂𝒕 𝒎𝒂𝒏𝒊𝒔 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒅𝒊𝒂𝒎𝒃𝒊𝒍, 𝒌𝒆𝒕𝒊𝒌𝒂 𝑨𝒏𝒅𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒄𝒂𝒑𝒂𝒊 𝒕𝒖𝒋𝒖𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝑨𝒏𝒅𝒂 𝒑𝒊𝒌𝒊𝒓 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒑𝒆𝒓𝒏𝒂𝒉 𝑨𝒏𝒅𝒂 𝒄𝒂𝒑𝒂𝒊"

(Spirella)


Dari buku

SETENGAH PECAH SETENGAH UTUH

PERANG BATIN

 

Dari tumpukan dagangannya, aku mengambil sebuah patung kodok dari gerabah.

"Yang ini berapa harganya?" tanyaku

"Sepuluh ribu ,Pak" jawab pedagang itu.

"Saya ambil satu" kataku sambil merogoh saku dan menyerahkan uang.

"Tolong dibungkus, ya"

Ibu penjual itu menerima dan melihat uang yang kuberikan sambil memperlihatkan wajah yang bingung, heran dan salah tingkah, lalu menyuruh anaknya membungkus pesananku. Segera aku melupakan keheranan ibu penjual yang baru saja terjadi.

Setelah menerima barang, aku segera berlalu.

Saat berjalan cukup jauh, kudengar ibu penjual mainan tadi memanggilku.

"Ini kembaliannya" katanya sambil terengah sambil menyerahkan beberapa lembaran uang. "Uang yang bapak berikan tadi seratus ribu"

Aku benar-benar tidak tahu kalau telah memberikan uang ratusan ribu, bukan sepuluh ribu.

Segera aku teringat saat ibu penjual itu heran dan bingung saat menerima uang pembelianku.

Ternyata batinnya sedang berperang untuk jujur atau dusta, untuk serakah atau mengembalikan yang bukan haknya.

Meski sedikit terlambat, hatinya berpihak pada yang baik.


𝗢𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗯𝗶𝘀𝗮 𝘀𝗮𝗷𝗮 𝘁𝗶𝗱𝗮𝗸 𝘁𝗮𝗵𝘂 𝗮𝘁𝗮𝘂 𝘁𝗶𝗱𝗮𝗸 𝗺𝗲𝗻𝗴𝗲𝗿𝘁𝗶 𝘀𝗮𝗮𝘁 𝗸𝗮𝘂 𝗽𝗲𝗿𝗹𝗮𝗸𝘂𝗸𝗮𝗻 𝗷𝗮𝗵𝗮𝘁 𝗮𝘁𝗮𝘂 𝗯𝘂𝗿𝘂𝗸❟ 𝗻𝗮𝗺𝘂𝗻 𝗵𝗮𝘁𝗶𝗺𝘂 𝘀𝗲𝗹𝗮𝗹𝘂 𝘁𝗮𝗵𝘂


Dari buku

MEMBUKA MATA

288 Percikan Motivasi & Renungan Inspiratif

ADA YANG LEBIH HEBAT

 “𝑺𝒆𝒃𝒂𝒊𝒌-𝒃𝒂𝒊𝒌 𝒎𝒂𝒏𝒖𝒔𝒊𝒂 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒂𝒍𝒊𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒎𝒂𝒏𝒇𝒂𝒂𝒕 𝒃𝒂𝒈𝒊 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒊𝒏.”  (Hadits Riway...