"๐๐๐ฒ๐ ๐ญ๐๐ฅ๐๐ก ๐ฆ๐๐ง๐๐ฆ๐ฎ๐ค๐๐ง ๐ฌ๐ฎ๐๐ญ๐ฎ ๐ก๐๐ฅ ๐๐๐ก๐ฐ๐ ๐ค๐๐ญ๐ข๐ค๐ ๐ค๐ข๐ญ๐ ๐ฆ๐๐ง๐๐ข๐ง๐ญ๐๐ข ๐ก๐ข๐๐ฎ๐ฉ ๐ข๐ง๐ข, ๐ฆ๐๐ค๐ ๐ก๐ข๐๐ฎ๐ฉ ๐ข๐ง๐ข ๐๐ค๐๐ง ๐ฆ๐๐ฆ๐ฉ๐๐ซ๐ฅ๐๐ค๐ฎ๐ค๐๐ง ๐ค๐ข๐ญ๐ ๐๐๐ง๐ ๐๐ง ๐๐๐ซ๐ ๐ฒ๐๐ง๐ ๐ฌ๐๐ฆ๐.
(Arthur Rubinstein)
Pada sebuah taman, terdapat pohon bunga yang tumbuh tak jauhl dari pohon bambu.
Orang-orang yang datang ke taman itu sering menghampiri pohon bunga untuk mengagumi keindahannya. Sedangkan terhadap pohon bambu orang hanya selintas melihat sambil lalu.
Hal ini tentu membuat pohon bambu iri kepada pohon bunga.
"Hai Bunga," kata bambu pada suatu hari. "Tahukah kau, aku selalu ingin sepertimu. Berbunga dengan indah, memiliki aroma yang harum, berwarna cerah, dan menjadi bagian indah dalam kehidupan manusia," lanjut bambu dengan nada sedih.
Bunga yang mendengar hal itu tersenyum dan berkata, "Terima kasih bambu. Tapi, tahukah kamu bahwa sejujurnya aku sebenarnya iri kepadamu."
"Aneh sekali, mengapa kau iri denganku?" bambu keheranan, dia tidak tahu apa yang membuat bunga itu iri dengannya. Tidak ada satu pun bagian dari bambu yang lebih indah dari bunga itu.
"Tentu saja aku iri denganmu. Batangmu yang sangat kuat membuat bertahan,tidak goyah sedikit pun, pada saat datang badai. Sedangkan aku dan teman-temanku, kami sangat rapuh, kena angin sedikit saja, kelopak kami akan terlepas dan bunga-bunga berguguran, hidup kami sangat singkat. Teramat singkat," jawab bunga itu. Mendengar perkataan bunga yang begitu emosional, bambu baru menyadari bahwa dia punya sesuatu yang selama ini tidak disadarinya. Kekuatan yang dia anggap biasa saja ternyata bisa mengagumkan di mata bunga-bunga di taman itu.
"Tapi, kamu selalu dicari orang. Kamu selalu menjadi hiasan rumah yang cantik dan selalu menjadi idola bagi manusia," sanggah bambu.
Bunga kembali tersenyum dan berkata, "Kamu benar bambu, aku sering dipakai sebagai hiasan rumah dan dicari orang, tapi tahukah kamu, aku akan layu beberapa hari kemudian, tidak seperti kamu."
Bambu kembali bingung ungkapnya, "Aku tidak mengerti."
"Ah, bambu ..., " ujar bunga sambil menggeleng. "Kamu tahu, manusia sering menggunakan dirimu sebagai alat untuk mengalirkan air. Kamu sangat berguna bagi tumbuhan yang lain. Dengan air yang mengalir pada tubuhmu, kamu mengalirkan kehidupan bagi banyak tanaman," lanjut sang bunga. "Aku jadi heran, dengan manfaat sebesar itu, seharusnya kamu bahagia, bukannya malah iri padaku."
Bambu mengangguk, dia baru sadar bahwa selama ini hidupnya bermanfaat untuk tanaman lain.
Orang yang sibuk mencari kelebihan dirinya di luar dirinya tentu tidak akan pernah akan menemukannya.
Sejatinya setiap kita dilahirkan berdaya guna, mempunyai kemampuan dan tujuan, yakni kebaikan. Mari kita menjadi sebaik-baiknya manusia yang lebih sering untuk menengok ke dalam diri sendiri serta bersyukur akan apa yang ada, bukan mencari di luar diri dan kemudian mencederai diri sendiri dengan kurangnya rasa syukur. Syukurilah diri dan keadaan kita karena dari sinilah kesuksesan itu sendiri bermuara.[]
"๐ฒ๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐."
(Jackie Robinson)
Dari buku
'I BELIEVE I CAN FLY" 50 Kisah Inspirasional yang Membuat Kesuksesan Berlari Menuju Anda