"𝘈𝘫𝘢𝘳𝘪 𝘢𝘯𝘢𝘬𝘮𝘶 𝘣𝘢𝘩𝘸𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘱𝘳𝘪𝘣𝘢𝘥𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘶𝘯𝘪𝘬. 𝘋𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘨𝘪𝘵𝘶, 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘵𝘢𝘬 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘴𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘣𝘦𝘣𝘢𝘯𝘪 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘭𝘢𝘪𝘯."
Tomoe Gakuen, sekolah Totto Chan memang unik. Kelasnya berupa gerbong kereta api, jadwal pelajarannya bisa berubah kapan saja dan seragamnya tidak ada. Kalau sekolah lain murid perempuannya memakai seragam kelasi, murid laki-lakinya mengenakan jas berkerah tinggi dan bercelana pendek, maka murid-murid Tomoe mengenakan pakaian sehari-hari ke sekolah. Bahkan Kepala sekolah selalu meminta para orangtua agar menyuruh anaknya mengenakan pakaian paling usang untuk bersekolah. Guru-guru mengizinkan mereka bermain sepuasnya tanpa perlu memikirkan kebersihan dan keutuhan pakaian mereka.
Suatu saat Totto-chan merangkak dibawah pagar kawat berduri dan pakaian itu robek dari atas kebawah karena tersangkut. Ia tahu pakaian itu sangat disukai mamanya. Maka ia mengarang cerita.
"Aku sedang menyusuri jalan", cerita karangannya dimulai "Tiba-tiba segerombolan anak nakal melempari punggungku sehingga pakaianku robek seperti ini".
Tentu saja mama tidak akan percaya pada ceritanya tentang pisau yang dilemparkan.
"Wah, pasti mengerikan sekali" kata mamanya. Mama menyadari bahwa Totto-chan merasa tidak enak karena membuat pakaiannya robek. Dan itu cukup membuatnya lega. Tapi ada rasa penasaran bagaimana celana dalam Totto-chan yang dihiasi renda setiap hari bisa robek di sekeliling pantat. Kalau celana dalamnya kotor dan makin menipis itu bisa dipahami karena pemakainya sering main perosotan atau jatuh terduduk.
"Mama bisa melihat pakaianmu robek gara-gara pisau atau semacamnya" katanya "tapi bagaimana mungkin setiap hari celana dalammu juga robek?"
Totto-chan memikirkan hal itu beberapa saat, lalu berkata "Ada permainan bernama: 'bolehkah aku masuk?' dan 'Sampai jumpa'. Pada tanah kosong yang luas dan dikelilingi pagar kawat berduri mengucapkan 'Bolehkah aku masuk?' sambil mengangkat kawat dan menggali lubang dibawahnya dan menyusup masuk lewat bawah pagar. Kemudian disamping galian tadi membuat galian baru lalu keluar dengan mundur sambil berkata 'sampai jumpa'.
Jadi pada saat masuk atau keluar lubang tanpa sengaja pakaian atau celana dalamku akan robek"
Mama tidak sepenuhnya mengerti cerita Totto-chan, walaupun kedengarannya kejadian itu agak mengesankan
"Asyik, ya?" tanya Mama
"Kenapa mama tidak mencobanya?" kata Totto-chan heran karena pertanyaan itu. "Asyik sekali! Aku jamin, celana dalam Mama pasti juga akan robek!".
Bayangkan, bagi orang dewasa, permainan seperti itu mungkin hanya melelahkan dan bahkan menjengkelkan, tapi bagi anak-anak sangat mengasyikkan! Mengamati Totto-chan, dengan rambut, kuku, dan telinga kotor kena tanah, mau tak mau Mama merasa agak iri. Dan mama makin mengagumi kepala sekolah. Sarannya agar anak-anak mengenakan pakaian usang yang boleh kotor, sekotor apapun yang mereka inginkan, membuktikan betapa Kepala Sekolah sangat memahami anak-anak.[]
“𝚂𝚎𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚊𝚗𝚊𝚔 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚍𝚒𝚍𝚒𝚍𝚒𝚔 𝚑𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚍𝚒 𝚜𝚎𝚔𝚘𝚕𝚊𝚑 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚊𝚗𝚊𝚔 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚝𝚎𝚛𝚍𝚒𝚍𝚒𝚔.”
(George Santayana)
Dari buku
"Totto-chan" Gadis Cilik di Jendela
Tidak ada komentar:
Posting Komentar