Senin, 06 Desember 2021

SAMPAI MAUT MEMISAHKAN KITA


1912

"Saat Titanic mulai tenggelam, wanita-wanita yang panik dan anak-anak adalah yang pertama harus diselamatkan ke sekoci.

Pak dan bu Strauss tampak tenang dan menghibur para penumpang, mereka bahkan menolong orang-orang naik ke sekoci.

"Kalau tidak karena mereka, aku pasti tenggelam. Aku adalah orang ke-4 yang naik sekoci kelima. Bu Strauss menyuruhku naik lalu menyelimutiku dengan selimut hangat"

Kemudian bu Strauss menyuruh pelayan dan penumpang lain menyusul naik sekoci.

Saat bu Strauss sudah melangkahkan kakinya ke sekoci, tiba-tiba dia berubah pikiran, dia kembali ke kapal yang sudah mulai tenggelam.

"Sayangku, naiklah ke sekoci" suaminya memohon.

Bu Strauss menatap lekat-lekat pada pria dengan siapa dia menghabiskan sebagian besar hidupnya, pria yang menjadi sahabat karibnya, belahan jiwanya yang sejati dan selalu memberi penghiburan baginya. Dia meraih tangan suaminya dan mendekapkan pak Strauss yang gemetar ke dadanya.

"Tidak" kata bu Strauss dengan gagah, seperti kemudian diceritakan orang "Aku tidak akan naik sekoci. Kita sudah bersama-sama selama bertahun-tahun. Kita sudah tua sekarang. Aku tidak akan meninggalkanmu. Kemanapun engkau pergi,aku ikut".

Dan begitulah mereka terlihat untuk terakhir kalinya, berdiri berpelukan di geladak: wanita yang penuh pengabdian itu dengan mantap berlindung dalam pelukan suaminya, sementara suaminya dengan penuh cinta memeluk dan melindunginya.

Perlahan-lahan kapal Titanic tenggelam semakin dalam. Selalu bersama.... untuk selamanya....

(Diceritakan oleh Mabel Bird, pelayan bu Strauss yang selamat dari musibah itu)


Dari buku

Chicken Soup for the Couple's Soul

PILIHAN TERBAIK


كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ ࣖ

Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.

(QS Al Baqarah [2]: 216)

Aku mempunyai cita-cita jadi seorang astronot yang bisa terbang keluar angkasa, walaupun aku adalah seorang guru.

Namun, kesempatan itu akhirnya datang, saat Gedung Putih mengumumkan mencari warga sipil untuk ikut dalam penerbangan 51-L pesawat ulang-alik Challanger. Yang mereka butuhkan adalah seorang guru biasa.

Hari itu juga aku mengirimkan surat lamaran ke Washington.Setiap hari aku selalu melihat kotak pos, apakah ada surat balasan atau tidak.

Akhirnya datanglah surat resmi berlogo NASA ke kotak pos kami. Aku lolos penyisihan pertama, rasanya seperti mimpi.

Selama beberapa minggu berikutnya, perwujudan mimpiku semakin dekat saat NASA mengadakan tes fisik dan mental. Begitu selesai tes, aku menunggu dan berdo'a lagi. Rasanya mimpi itu semakin dekat saja.

Beberapa waktu kemudian, aku menerima panggilan untuk mengikuti program latihan astronot khusus di Kennedy Space Center.

Dari 43.000 pelamar, kemudian 10.000 orang dan kini aku menjadi  100 orang yang berkumpul untuk penilaian akhir. Ada simulator, uji klaustrofobi, latihan ketangkasan, percobaan mabuk udara. Siapakah yang bisa diantara kami melewati ujian akhir ini. Tuhan, biarlah diriku yang terpilih, begitu aku berdoa.

Lalu tibalah berita yang menghancurkan itu. NASA memilih Christina Mc.Aufliffe. Aku kalah, impianku hancur. Aku mengalami depresi. Rasa percaya diri ku lenyap, dan amarah menggantikan kebahagiaanku.Aku mempertanyakan semuanya. Kenapa Tuhan? Mengapa bukan aku yang terpilih? bagian diriku yang mana yang kurang?mengapa sekejam itu?

Dengan tenang ayahku berkata,"Semua terjadi karena suatu alasan"

Selasa, 28 Januari 1986 aku berkumpul bersama teman-teman untuk melihat peluncuran Challanger. Saat pesawat itu melewati menara landasan pacu, aku menantang impianku untuk terakhir kali. Tuhan, aku bersedia melakukan apa saja agar bisa berada dalam pesawat itu. Kenapa bukan aku?.

Tujuh puluh tiga detik kemudian, Tuhan menjawab semua pertanyaanku dan menghapus semua keraguanku saat Challanger meledak dan menewaskan semua penumpang.

Aku teringat kata-kata ayahku "Semua terjadi karena suatu alasan". Aku tidak terpilih dalam penerbangan itu, walaupun aku sangat menginginkannya karena Tuhan memiliki alasan lain untuk kehadiran ku di bumi ini.

(Diceritakan oleh Frank Slazak, nominator astronot Pesawat ulang-alik Challanger NASA)


Adalah tidak bijak jika menggunakan sudut pandang kita dalam menilai sebuah masalah, karena kita tidak tahu akan apa sesungguhnya rahasia yang ada dibalik setiap masalah tersebut, mengingat kita adalah makhluk yang memiliki banyak kelemahan dan kekurangan

Dari buku

BELAJAR DENGAN HATI NURANI

SETIAP ANAK ADALAH 'BINTANG' (2)


"Dewi mau jadi badut, Bu"

Bagaimana reaksi awal seorang guru jika ada muridnya yang bercita-cita menjadi badut? Adalah hal yang diluar dugaan.

Disaat sebagian besar anak bercita-cita sebagai dokter, pilot, atau polisi, Dewi justru memilih menjadi badut.

Dewi memang anak yang spesial. Dia tidak seperti anak-anak yang lain. Di saat anak-anak seumurnya berlarian pada jam olahraga, Dewi hanya berjalan gontai karena keterlambatan perkembangan motoriknya. Di saat teman-teman sekelasnya sudah bisa mengeja rangkaian kata, Dewi sedang berjuang keras mengingat huruf a dan b karena disleksia yang ia derita. Ketika anak-anak seumurannya menangis saat jatuh atau dipukul kawannya, Dewi akan tetap diam, karena seringnya perlakuan tersebut membuatnya refleknya kurang responsif.

Dewi tetaplah Dewi, seorang anak bertubuh mungil berusia tujuh tahun dengan segala keistimewaannya. Seorang anak kecil berhati besar dan mampu mengajari  gurunya arti kasih sebenarnya. Karena keistimewaannya itulah, guru kelasnya, menitipkan Dewi untuk mendapat pelajaran tambahan.

Suatu saat aku memperlihatkan tiga buah gambar, yaitu gambar polisi, dokter dan badut. Kemudian aku jelaskan bahwa tugas polisi adalah menangkap penjahat sehingga semuanya aman. Dokter bertugas mengobati orang sakit, sehingga menjadi sehat. Saat akan menjelaskan tentang badut, aku agak bingung juga tugasnya. Akhirnya kukatakan tugas badut adalah membuat orang tertawa dan senang. 

Aku bertanya "Dewi, kalau besar ingin jadi apa?"

Dewi menjawab " Mau jadi badut, Bu. Buat orang senang"

Seketika itu aku menangis. Seorang Dewi dengan keistimewaannya. Dewi, seorang anak kecil yang sudah mengalami masa sangat sulit dengan kemiskinan yang dialami keluarganya yang membuatnya harus berjalan tiga kilometer melewati jalan rusak menuju sekolah. Kekerasan fisik yang hampir tiap hari dilakukan orangtuanya, kekerasan verbal yang sering dilontarkan orang-orang, perundungan oleh teman-temannya. Dalam kondisi demikian, dia masih bisa mengatakan ingin membuat orang lain bahagia. Aku belajar tentang kasih yang begitu besar, kasih yang mampu mengampuni tanpa syarat. 

Tidak ada dendam dalam diri Dewi.


Dikisahkan oleh Fidelis Permana Dari, Pengajar Muda di SD Negeri 6 Kadur, Bengkalis, Riau

Minggu, 05 Desember 2021

JEMBATAN ROEBLING



Seorang insinyur yang kreatif, John Roebling, pada tahun 1883 mempunyai ide untuk membangun jembatan yang menghubungkan New York dan Long Island.

Tapi rupanya ide tersebut jadi bahan tertawaan para ahli bangunan pada masanya. Alasannya adalah ide tersebut tidak mungkin dilakukan dan tidak praktis, karena selama ini belum ada yang mencobanya.

Roebling tidak dapat mengabaikan impian tersebut dan selalu memikirkannya.

Setelah berdiskusi dengan anaknya, Washington, seorang insinyur pula, maka mereka melaksanakan ide tersebut.

Bekerja sama anak dan bapak itu dimulai dengan mengembangkan konsep tentang bagaimana rencana ini dapat dilaksanakan dan mengatasi hambatan yang menghadangnya. Dengan semangat tinggi mereka merekrut para pekerja untuk membangun jembatan impian mereka.

Awalnya proyek berjalan dengan lancar. Tapi setelah beberapa bulan berjalan, sebuah kecelakaan terjadi sehingga merenggut nyawa John Roebling. Washington sendiri mengalami luka yang cukup parah dengan rusaknya jaringan otak sehingga dia tidak bisa berjalan, berbicara, bahkan bergerak.

"Kami sudah memberitahu mereka"

"Orang gila dengan impiannya"

"Adalah hal bodoh mengejar impian-impian yang mustahil"

Setiap orang berkomentar negatif dan merasa proyek ini akan berakhir, karena hanya Roebling lah yang tahu idenya.

Rupanya penderitaan yang parah itu tak menghalangi Washington untuk meneruskan impiannya.

Dia mencoba untuk menginspirasi dan membagi semangatnya kepada beberapa rekannya yang masih trauma dengan kejadian itu.

Dengan menggerakkan jarinya, dia membuat bahasa isyarat dengan isterinya untuk berkomunikasi.

Dia menyentuh lengan isterinya dengan jari itu, agar menelepon para insinyur sekali lagi. Lalu dia menggunakan metode komunikasi itu untuk memberi tahu apa yang harus dilakukan.

Tiga belas tahun hal itu dilakukan Washington sampai akhirnya jembatan itu selesai dibangun.

Sekarang Jembatan Brooklyn yang spektakuler itu berdiri megah sebagai penghargaan atas semangat seseorang yang tidak pernah mati dalam segala keadaan. Jembatan ini juga merupakan penghargaan bagi para insinyur dan timnya, dan keyakinan mereka kepada seseorang yang dianggap gila oleh banyak orang.

Jembatan ini juga berdiri sebagai monumen seorang isteri yang selama 13 tahun dengan sabar menerjemahkan pesan-pesan suaminya dan memberi tahu para insinyur tentang apa yang harus dilakukan.[] 


"Banyak kegagalan dalam hidup, mereka tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah."

(Thomas A. Edison)


Dari buku

The Power of Motivation for Soul

56 Kisah Motivasi dan Pengembangan Diri Penyejuk Jiwa

Kamis, 02 Desember 2021

CELAH PINTU HATI








Pada saat di Negeri Cina dikuasai  oleh Komunis, ucapan bebas seorang tentang suatu kritik dianggap sama berbahayanya dengan perbuatan jahat.

Ada seorang Aktivis sedang dipenjara oleh Rezim tersebut. Kebetulan selnya bersebelahan dengan sel seorang penjahat. Beruntung, sel yang ditempati oleh aktivis itu ada retakan di dindingnya sehingga terdapat celah sehingga dia bisa melihat keluar. Setiap aktivis itu melihat keluar melalui celah itu kemudian dia ceritakan dengan baik-karena ia seorang penulis juga- kepada tetangga selnya. Dia ceritakan dengan rinci tentang sawah yang menghijau, burung-burung yang terbang di angkasa. Juga tentara yang sedang berbaris.

Demikian kehidupan dua orang yang bertetangga dalam penjara itu berlangsung. Hari berganti tahun, mereka sudah tidak punya harapan lagi kapan bisa keluar. Jadi kehidupan mereka hanya diperoleh dengan cara tersebut, aktivis itu mengintip dunia lewat lubang kebahagiaannya, sementara penjahat tetangganya ikut berbahagia dengan mendengarkan ceritanya sambil membayangkan.

Namun sifat jahatnya tidak juga hilang, sehingga punya pikiran "mengapa selama ini hanya aktivis itu yang bisa melihat dunia luar, sedangkan ia hanya bisa membayangkan. Mengapa bukan aku saja yang mengintipnya?"

Maka muncullah niat jahatnya dengan melemparkan racun pada tempat minum,saat aktivis itu tidur.

Si Aktivis meninggal keesokan harinya dan mayatnya dibawa keluar oleh sipir penjara.Sebelum sel yang kosong itu diisi lagi dengan narapidana baru, penjahat itu minta dipindahkan ke sel tersebut dan sipir mengabulkannya.

Dengan girang ia memasuki sel itu dengan harapan bisa mengintip dunia luar seperti aktivis sebelumnya.

Namun, alangkah kagetnya dia,saat mengintip keluar yang dilihatnya adalah kuburan tempat memakamkan para narapidana yang meninggal karena lamanya dipenjara.

Setiap kali mencoba mengintip, selalu yang nampak adalah kuburan dan kuburan.Dia tidak melihat apa yang ada di kejauhan. Padahal saat aktivis mengintip, sebenarnya juga melihat kuburan yang sama pas didepan matanya, tapi fokus penglihatannya adalah pemandangan di kejauhan, dimana dia bisa melihat sawah, gunung, burung-burung yang terbang,juga tentara yang sedang berparade.

Karena setiap hari pikiran penjahat itu dihantui oleh kuburan yang berada didepan temboknya,dia tidak bisa bertahan dan akhirnya meninggal tidak seberapa lama justru setelah dipindahkan ke sel yang diidam-idamkannya.


HIKMAH

Peran yang dilakukan oleh orang lain nampak indah sehingga tergoda untuk memilikinya,namun setelah didapatkan kita tidak bisa melaksanakan dengan baik.


Kebahagiaan tidak datang melalui pintu rumah atau lubang untuk mengintip,tetapi dari celah pintu hati.Dengan pemandangan yang sama, karena fokusnya adalah hal yang baik maka akan menghasilkan kesan yang baik pula


Dari buku

INSPIRING ONE

MENEMBUS BATAS

 


Batasan segala kemungkinan hanya dapat didefinisikan ketika kita mampu menembus ketidakmungkinan.

(Arthur C. Clarke)

Pengetahuan lama mengatakan struktur tulang yang tidak menunjang, hambatan(drag) akibat angin yang terlalu besar, keterbatasan sistim jantung dan kekuatan paru-paru yang tidak memadai akan membuat seorang tidak akan mungkin berlari menempuh jarak satu mil dalam waktu kurang dari empat menit. Pendapat itu dipercaya sampai pertengahan abad ke 20 oleh ilmuwan, dokter, atlet, pelatih.

Namun, Roger Bannister, seorang pelari dari Inggris pada tanggal 6 Mei 1954 mampu berlari satu mil dalam waktu 3 menit 59.4 detik!

Ia menembus batas 4 menit itu karena ia percaya dan yakin bahwa ia bisa.

Pada tahun itu, setelah Bannister menembus batas satu mil dalam empat detik, 37 pelari lainnya menembus batas itu juga.Pada tahun berikutnya, 300 pelari menembus batas tersebut.

Apa yang menyebabkan hal itu terjadi?

Tidak ada latihan yang intensif. Tidak ada yang menemukan cara melawan hambatan angin. Struktur tulang dan fisiologis manusia tidak mengalami perubahan yang tiba-tiba.

Tetapi sikap dan persepsi manusia telah berubah drastis.

Yang dilakukan Roger Bannister adalah menepis keraguan dan menghancurkan ketidakpercayaan orang-orang yang lamban. Ia berjuang berbekal keyakinan, bahwa manusia bisa melakukan lebih dari apa yang didogmakan saat itu meskipun dalam pandangan orang lain hal itu 'mustahil' dilakukan...

Kemungkinan dan ketidakmungkinan itu ibarat dua sisi yang berbeda. Kita hanya perlu membalik ketidakmungkinan, untuk menemukan kemungkinan.

Dari buku

The Tsunami Effect

PERMINTAAN TERAKHIR


Ada dua keputusan penting dalam hidup: menerima kondisi sebagaimana adanya, atau menerima tanggung jawab untuk mengadakan perubahan

(Denis Waitley)

Setelah menggunakan semua siasat  dan adu tembak yang menewaskan beberapa anak buahnya, akhirnya Landon Tyler berhasil menyeret Fabio Joaquin, pimpinan Kelompok Penjahat terbesar di New Orleans, kedepan pengadilan.

Pengadilan telah memutuskan bahwa Fabio terbukti bersalah dan dijatuhi hukuman mati.

"Ada apa Fabio?"

Ini adalah kunjungan ke sekian kali agen Polisi itu berkunjung ke sel Fabio.

"Ah, tidak. Aku hanya ingin bercerita padamu saja" jawab Fabio "Mau kau mendengarkannya?"

Tanpa menjawab, Landon duduk di lantai depan sel Fabio, sehingga dua orang itu hanya dibatasi oleh jeruji besi.

"Dulu sekali...tiga puluh tahun lalu, aku dibesarkan dalam keluarga yang mengerikan. Ayahku sangat jahat. Hampir tiap hari dia pulang ke rumah dalam keadaan mabuk dan merusak semua barang-barang dirumah. Apalagi kalau kalah berjudi.Semua anaknya dipukuli satu-persatu. Bagiku tidak masalah, asal dia tidak memukul Ibu kami" ia menarik nafas sejenak "aku sangat mencintai ibuku dan tak ingin dia terluka.

Yang lebih menyakitkan, jika ayah membawa perempuan lain kerumah dan mengusir ibu dari kamarnya dan menyuruh tidur di beranda"

Fabio menyeka air matanya yang mulai menggenang, dibawah tatapan keheranan Landon.

"Tak hanya itu, Ayah tidak hanya menyakiti kami dengan kekerasan, tetapi juga tidak pernah mengucapkan kata-kata sayang. Tiap hari lelaki itu hanya menyebut kami "terkutuk", "anak jahanam" dan sebutan lain yang tidak pantas. Terkutuklah dia, Mr.Tyler. Kalau aku jadi seperti ini, semua itu akibat salah ayahku!" teriak Fabio dengan suara gemetar.

Landon mulai paham dan memandang Fabio dengan perspektif baru. Tak disangka, dibalik perawakannya yang kejam tersimpan hati yang rapuh dan tersakiti.

"Aku turut menyesal, Fabio" kata Landon akhirnya.

"Aah..., lupakan itu" Fabio mengebaskan tangannya.

"Sekarang aku punya sebuah permintaan, bolehkah?"

"Apa itu, Fabio?" sela Landon "kuharap kau tidak minta kunci sel ini"

Fabio tertawa terbahak-bahak, kali ini lebih keras dari sebelumnya.

"Bisa saja kau bergurau, kawan" katanya berusaha menahan geli."Tolong hubungi saudara kembarku yang ada di Roma. Dia seorang pengusaha sukses.Aku ingin bertemu dengannya untuk yang terakhir"

Landon mengangguk, "Akan kuusahakan, Fabio" janjinya "semoga ia tidak datang terlambat"

"Terimakasih, Mr.Tayler" ucap Fabio tulus yang membuat Landon terhenyak.

Bagaimanapun, Landon adalah pria yang selalu menepati janjinya. Ia segera menghubungi saudara kembarnya, seorang pengusaha properti yang sukses. Suara diujung telpon terdengar terkejut, dan ia berjanji akan mengejar penerbangan terakhir malam ini agar bisa sampai di New Orleans  keesokan paginya. 

Persis seperti jam yang dijanjikan Raphael Joaquin muncul di penjara.

"Terimakasih sudah menghubungi saya, Mr. Tayler" kata Raphael dengan ramah.

Raphael mengulurkan tangannya pada Landon yang menyambutnya dengan terkejut. Bagaimana tidak keduanya tidak ada perbedaan, meski Raphael wajahnya tidak ditumbuhi brewok, dan ada bekas luka. 'Untung ia berbisnis di Roma, kalau tidak kami bisa salah tangkap'...

Landon pun membawa Raphael ke sel Fabio dan menyaksikan bagaimana dua saudara kembar terisak-isak, menangisi pertemuan mereka yang pertama dalam dua puluh tahun terakhir ini. Tanpa sadar Landon ikut terharu dan matanya berkaca-kaca.

Sejam kemudian Raphael kembali dengan wajah sedih dan Landon mengajaknya minum kopi.

"Terimakasih sudah mengajakku ke sini, Mr. Tyler. Aku memang sedang butuh ketenangan"

"Sama-sama, Mr.Joaquin" sahut Landon lembut. "Aku turut menyesal atas saudara Anda. Kemarin dia ceritakan betapa pahitnya masa kecil kalian dulu"

"Oh ya" sahut Raphael, " boleh dibilang kami memang tak beruntung mendapatkan seorang ayah yang kejam. Karena itu, saat ayah kami meninggal sepuluh tahun lalu -- saat kami lulus dari sekolah menengah atas -- aku berjanji pada diriku sendiri: aku takkan menjadi orang seperti ayah"

Ia menghela nafas dan memandang jauh. "Karena itu, saat bertemu Fabio tadi, aku tidak bisa menyembunyikan kesedihanku. Aku... sangat menyayangkan, mengapa Fabio memilih untuk menjadi seperti Ayah".

Saat pesanan mereka datang, baik Raphael maupun Landon menikmatinya dalam diam. Dua orang yang berwajah sama -- Raphael dan Fabio -- dibesarkan dalam keluarga yang sama, juga menempuh pendidikan yang sama, namun menganggapi kehidupan dengan cara yang sangat berbeda...[]

Anda selalu bisa menentukan sikap terhadap kehidupan. Baik menjadi korban keadaan maupun pemenang, pilihan ada di tangan Anda

Dari buku

A CHAPTER OF KINDNESS

ADA YANG LEBIH HEBAT

 “𝑺𝒆𝒃𝒂𝒊𝒌-𝒃𝒂𝒊𝒌 𝒎𝒂𝒏𝒖𝒔𝒊𝒂 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒂𝒍𝒊𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒎𝒂𝒏𝒇𝒂𝒂𝒕 𝒃𝒂𝒈𝒊 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒊𝒏.”  (Hadits Riway...