Minggu, 15 Januari 2023

THE LAND OF THE RISING SUN



"𝙼𝚎𝚗𝚎𝚝𝚊𝚙𝚔𝚊𝚗 𝚝𝚞𝚓𝚞𝚊𝚗 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚕𝚊𝚗𝚐𝚔𝚊𝚑 𝚙𝚎𝚛𝚝𝚊𝚖𝚊 𝚍𝚊𝚕𝚊𝚖 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚞𝚋𝚊𝚑 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚊𝚔 𝚝𝚎𝚛𝚕𝚒𝚑𝚊𝚝 𝚖𝚎𝚗𝚓𝚊𝚍𝚒 𝚝𝚎𝚛𝚕𝚒𝚑𝚊𝚝."

(Tony Robbins)


Goals (sasaran) adalah cita-cita yang disertai tindakan-tindakan yang jelas untuk mencapainya dan mempunyal batasan waktu (deadline). 

Goals akan membawa Anda dari posisi Anda sekarang berada (where you are) ke posisi yang Anda inginkan pada masa datang (where you want to be). Goals mutlak diperlukan bagi tercapainya kesuksesan, sebagaimana mutlaknya udara bagi kehidupan.


Tahun 1945 Hiroshima dan Nagasaki luluh lantak rata dengan tanah dihajar oleh bom atom Amerika serikat.Begitu banyak kerugian yang diderita baik secara material, jiwa maupun moral. Angkatan muda banyak yang berguguran, yang tersisa hanyalah dataran tandus yang tidak mempunyai sumber daya alam. 

Namun, semua kondisi pada saat itu tidak menyurutkan tekad bangsa Jepang untuk meraih sukses dan bangkit dari keruntuhan negaranya.


Pada awal tahun 1950, seluruh pemuka masyarakat, pejabat pemerintahan, pemuka agama, teknokrat, akademisi, tokoh pemuda, dan seluruh elemen inti masyarakat mengadakan pertemuan bersama di gedung pemerintahan untuk menentukan tekad bangsa ke depan. Hasil dari pertemuan tersebut dirumuskan sebagai tekad bersama bangsa Jepang, bahwa rakyat Jepang bertekad untuk menjadi negara nomor satu di bidang tekstil dalam kurun waktu satu dekade ke depan. Kerja keras dilakukan oleh semua elemen bangsa untuk mewujudkan satu tujuan bersama ini. Hasilnya, sebelum genap 10 tahun, Jepang telah berhasil menjadi negara penghasil tekstil nomor satu di dunia.


Tidak puas dengan goals yang telah dicapai, pada awal tahun 1960, pertemuan diadakan kembali untuk merumuskan goals bersama selanjutnya. Jepang kemudian menentukan goals yang lebih menantang yaitu menjadi negara nomor satu dalam memproduksi baja. Karena di negaranya tidak bisa menghasilkan biji besi, maka mereka mengimpornya dari Eropa Timur untuk kemudian mengolahnya menjadi baja ringan. Hasilnya, mereka menjadi negara produsen baja nomor satu di dunia pada akhir dekade 60-an.


Masih belum puas, goals selanjutnya kembali dirumuskan bersama. Kali ini, mereka bertekad menjadi negara nomor satu pembuat mobil di dunia. Fokus pada goals-nya, mereka bekerja keras dan berhasil mewujudkan target tersebut walau terlambat satu tahun. Pada awal dekade 80-an, Jepang menjadi negara penghasil mobil nomor satu di dunia. Akhirnya, bukan menjadi rahasia umum keinginan Jepang untuk menjadi negara nomor satu dalam industri elektronik. Era 80-an hampir semua industri teknologi dikuasai oleh bangsa yang pernah hancur ini. Pada awal tahun 1990, Jepang menjadi negara produsen elektronik terbesar di dunia sekaligus mengukuhkannya sebagai negara industri terbesar di dunia.

Dengan goals yang jelas, spesifik, dan terarah, kesuksesan akan bisa diraih.

Dengan memiliki goals berarti rancangan masa depan untuk bekerja sesuai pekerjaan yang sesuai, menjalani hidup sesuai kehidupan yang diinginkan, tinggal di tempat idaman , bersahabat dengan orang-orang yang sesuai dengan keinginan, menjadi manusia sejati yang sesuai dengan cita-cita akan tercapai.[]


 "𝑻𝒆𝒕𝒂𝒑𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒖𝒋𝒖𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝒊𝒎𝒑𝒊𝒂𝒏 𝒉𝒂𝒓𝒊𝒂𝒏, 𝒃𝒖𝒍𝒂𝒏𝒂𝒏, 𝒅𝒂𝒏 𝒋𝒂𝒏𝒈𝒌𝒂 𝒑𝒂𝒏𝒋𝒂𝒏𝒈. 𝑱𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒑𝒆𝒓𝒏𝒂𝒉 𝒕𝒂𝒌𝒖𝒕 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒃𝒆𝒓𝒎𝒊𝒎𝒑𝒊 𝒃𝒆𝒔𝒂𝒓. 𝑻𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒂𝒅𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒂𝒌 𝒎𝒖𝒏𝒈𝒌𝒊𝒏. 𝑱𝒊𝒌𝒂 𝒑𝒆𝒓𝒄𝒂𝒚𝒂 𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒅𝒊𝒓𝒊 𝒔𝒆𝒏𝒅𝒊𝒓𝒊, 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒄𝒂𝒑𝒂𝒊𝒏𝒚𝒂." 

(Nastia Liukin)


Dari buku

"FIGHT LIKE A TIGER WIN LIKE A CHAMPION"

Selasa, 10 Januari 2023

RECCOLECTION OF MIND


"𝘋𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘱𝘪𝘬𝘪𝘳𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘣𝘶𝘬𝘢, 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘱𝘦𝘳𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘸𝘢𝘸𝘢𝘴𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘥𝘦 𝘥𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘯𝘨𝘦𝘵𝘢𝘩𝘶𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘢𝘣𝘢𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘵𝘢𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘴𝘢𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘭𝘪"


Reccolection of Mind adalah mengumpulkan kembali ingatan tentang sesuatu. Orang cenderung membongkar apa yang pernah dilihat, dirasakan atau kejadian yang pernah terjadi di masa lalu untuk mengambil suatu kesimpulan saat ini.

Ilustrasi tentang Reccolection of Mind itu seperti cerita berikut:


Seorang pembicara memanggil seorang peserta pelatihan lalu disuruh menutup mata. Setelah mata tertutup, pembicara tadi memberikan sebuah benda. Tangan peserta itu dengan sangat cepat meraba benda yang berada di tangannya itu secara detail. Kemudian pembicara bertanya, benda apa yang berada di tangan Anda? Peserta itu mampu menjawab benda yang berada di tangannya dengan sangat tepat, yakni sebuah botol plastik berisi kecap. Saat ditanya lebih lanjut, peserta itu mampu mendeskripsikan secara sistematis mulai dari bahan, volume, komposisi, sampai tempat penjualan dan harganya.

Permainan lalu dilanjutkan. Masih dalam keadaan mata tertutup, kemudian pembicara mengganti benda yang ada di tangannya dengan sebuah benda yang lain. Dengan cepat ia meraba melakukan analisa terhadap benda yang berada di tangannya itu. Kali ini tampak keraguan mulai menyerang peserta itu, ia pun tidak bisa menjawab benda kedua yang berada di tangannya. Kemudian pembicara meminta peserta itu untuk membuka matanya untuk melihat benda itu. la pun bahkan tidak dapat menjawab benda apakah itu.

Rupanya untuk percobaan yang kedua, ia sama sekali tidak mampu menjawab karena benda yang berada di tangannya itu belum pernah ia lihat sama sekali sehingga ketika ia mencoba mengais (loading) kamus yang berada di memori otaknya, alhasil ia tidak menemukannya. Benda kedua yang pembicara berikan padanya adalah  𝑴𝒂𝒕𝒓𝒚𝒐𝒔𝒉𝒌𝒂, sebuah boneka Rusia yang jika dibuka terus selalu ada boneka yang lain hingga yang paling kecil.


Orang-orang sukses selalu melakukan apa yang tidak dilakukan oleh kebanyakan orang. Mereka tidak melakukan satu hal yang monoton. Mereka selalu meng-upgrade pencapaian atau target yang mereka raih ketika orang rata-rata berpuas diri dengan apa yang telah dicapainya. Recollection of Mind mereka yang sukses bukannya tidak memiliki keterbatasan; tetapi mereka terus bergerak melakukan hal-hal baru sehingga mereka terus tumbuh. Jika Anda setiap hari melakukan hal yang sama sekali baru, maka Anda akan menambah kosakata memori Anda. Jika Anda memutuskan untuk berhenti membuka diri untuk belajar, maka kosakata yang Anda miliki juga berhenti dan Anda tidak akan mendapatkan kosakata baru.[]


“𝙺𝚒𝚝𝚊 𝚝𝚊𝚑𝚞 𝚜𝚊𝚗𝚐𝚊𝚝 𝚜𝚎𝚍𝚒𝚔𝚒𝚝, 𝚝𝚊𝚙𝚒 𝚜𝚊𝚗𝚐𝚊𝚝 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚑𝚎𝚛𝚊𝚗𝚔𝚊𝚗 𝚋𝚊𝚑𝚠𝚊 𝚔𝚒𝚝𝚊 𝚝𝚊𝚑𝚞 𝚋𝚎𝚐𝚒𝚝𝚞 𝚋𝚊𝚗𝚢𝚊𝚔, 𝚍𝚊𝚗 𝚕𝚎𝚋𝚒𝚑 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚑𝚎𝚛𝚊𝚗𝚔𝚊𝚗 𝚕𝚊𝚐𝚒 𝚋𝚊𝚑𝚠𝚊 𝚋𝚎𝚐𝚒𝚝𝚞 𝚜𝚎𝚍𝚒𝚔𝚒𝚝 𝚙𝚎𝚗𝚐𝚎𝚝𝚊𝚑𝚞𝚊𝚗 𝚍𝚊𝚙𝚊𝚝 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚎𝚛𝚒 𝚔𝚒𝚝𝚊 𝚋𝚎𝚐𝚒𝚝𝚞 𝚋𝚊𝚗𝚢𝚊𝚔 𝚔𝚎𝚔𝚞𝚊𝚝𝚊𝚗.” 

(Bertrand Russell)


Dari buku 

"WARRIOR"The Art of Winning The Battle of Success

DOMPET YANG KEMBALI


قُلْ اِنَّ رَبِّيْ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِهٖ وَيَقْدِرُ لَهٗ ۗوَمَآ اَنْفَقْتُمْ مِّنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهٗ ۚوَهُوَ خَيْرُ الرّٰزِقِيْنَ


𝑲𝒂𝒕𝒂𝒌𝒂𝒏𝒍𝒂𝒉, “𝑺𝒖𝒏𝒈𝒈𝒖𝒉, 𝑻𝒖𝒉𝒂𝒏𝒌𝒖 𝒎𝒆𝒍𝒂𝒑𝒂𝒏𝒈𝒌𝒂𝒏 𝒓𝒆𝒛𝒆𝒌𝒊 𝒅𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒂𝒕𝒂𝒔𝒊𝒏𝒚𝒂 𝒃𝒂𝒈𝒊 𝒔𝒊𝒂𝒑𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝑫𝒊𝒂 𝒌𝒆𝒉𝒆𝒏𝒅𝒂𝒌𝒊 𝒅𝒊 𝒂𝒏𝒕𝒂𝒓𝒂 𝒉𝒂𝒎𝒃𝒂-𝒉𝒂𝒎𝒃𝒂-𝑵𝒚𝒂.” 𝑫𝒂𝒏 𝒂𝒑𝒂 𝒔𝒂𝒋𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒊𝒏𝒇𝒂𝒌𝒌𝒂𝒏, 𝑨𝒍𝒍𝒂𝒉 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒈𝒂𝒏𝒕𝒊𝒏𝒚𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝑫𝒊𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒑𝒆𝒎𝒃𝒆𝒓𝒊 𝒓𝒆𝒛𝒆𝒌𝒊 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒆𝒓𝒃𝒂𝒊𝒌"

(QS. As-Saba': 39)


Usai libur persiapan ujian akhir, saya harus kembali ke Yogyakarta. Adanya gangguan sistem memaksa saya untuk langsung membeli tiket ke stasiun Gambir.


Setelah membeli tiket Pakuan Express, saya harus menunggu sekitar 45 menit sampai kereta diberangkatkan dari stasiun Bogor. Saya menunggu di dalam gerbong kereta sambil membaca koran. Tiket kereta saya masukkan ke dalam dompet supaya tidak hilang. Lima menit sebelum kereta diberangkatkan, saya berniat mempersiapkan tiket kereta, agar ketika ada petugas yang memeriksa, saya tidak perlu repot-repot mencari lagi.

Saat itu saya baru sadar bahwa dompet saya tidak ada. Saya ingat betul dompet itu saya letakkan di pangkuan saya, tetapi setelah mencari hingga ke kolong kursi, dompet tersebut tidak saya temukan. Karena kereta akan segera diberangkatkan, akhirnya saya memutuskan untuk keluar dari kereta. Tepat ketika saya turun dari kereta, pintu kereta ditutup dan kereta langsung berjalan.


Segera saya menuju ruang informasi untuk meminta petugas mengumumkan berita kehilangan agar bila ada orang yang menemukan dompet saya, bisa langsung menghubungi petugas stasiun kereta api.


Saat itu.saya bingung karena di dalam dompet saya, selain uang tunai juga berisi surat-surat penting seperti KTP, KTM, SIM, STNK, dan ATM yang tidak mudah dibuat ulang, harus melalui prosedur yang cukup panjang.


Setelah mengabarkan ayah saya, beliau bilang akan segera menjemput saya di stasiun. Ketika sedang menunggu ayah saya, tiba-tiba ada seorang ibu dengan tiga orang anaknya yang terlihat kebingungan. Ada dorongan dalam diri saya untuk menghampiri ibu tersebut. Kepada saya, ibu tersebut bercerita bahwa ia baru saja turun dari kereta ekonomi dan tersadar bahwa tas yang dibawanya sudah dirobek orang dan dompet serta handphone ibu ini dicopet.


Dia bilang tidak bisa pulang ke rumahnya karena semua uangnya ia taruh di dompet. Saya pun bercerita kepada ibu itu bahwa saya pun baru kehilangan dompet di kereta. Namun, saya teringat bahwa saya masih menyimpan uang sebesar Rp20.000 di saku celana. Akhirnya saya tanya kepada ibu itu, berapa ongkos untuk pulang ke rumahnya, dan ibu itu bilang sekitar Rp15.000. Akhirnya saya berikan semua uang saya agar itu dan anak-anaknya bisa pulang ke rumah.


Awalnya ibu tersebut menolak, karena berpikir saya juga memerlukan uang itu untuk pulang, namun setelah saya bilang bahwa saya akan dijemput ayah saya, ibu itu pun mau menerima dan ia mendoakan agar dompet saya dapat ditemukan.


Dua hari kemudian, ketika saya sudah di Yogyakarta, saya sedang bingung bagaimana saya harus mengurus surat-surat saya yang hilang, terutama STNK, karena menurut kepolisian, saya harus membuat berita kehilangan di koran atau radio terlebih dahulu jika ingin mengurus pergantian STNK. Di tengah-tengah kebingungan tersebut, saya menerima telepon dari ayah saya yang mengatakan bahwa ada seseorang yang datang ke rumah (di Bogor) dan mengembalikan dompet saya yang hilang di stasiun kereta tersebut.


Ayah saya bilang, semua surat-surat saya masih lengkap, tidak ada yang hilang satupun. Rasanya saya tidak percaya bahwa saya tidak perlu repot-repot mengurus pergantian surat-surat saya yang hilang yang tentunya akan sangat merepotkan dan memerlukan waktu lama.


Tiba-tiba saya teringat ibu yang waktu itu saya tolong di stasiun kereta. Saya ingat bahwa dia mendoakan agar dompet saya dapat ditemukan kembali. Saat itu saya merasakan kebaikan Allah Swt begitu nyata. Karena saya ikhlas membantu ibu yang sedang kesusahan tersebut, dan rela memberikan uang saya yang tersisa agar ibu itu dan anak-anaknya bisa pulang, Allah Swt membalasnya dengan membuat dompet saya kembali dan saya pun tidak perlu repot-repot mengurus pergantian surat-surat yang hilang.[]


Dari buku

"SEDEKAH SUPER STORIES 1"

Jumat, 06 Januari 2023

𝙏𝘼𝙉𝙏𝘼𝙉𝙂𝘼𝙉 𝙔𝘼𝙉𝙂 𝘽𝙀𝙍𝘽𝙀𝘿𝘼


"𝑯𝒊𝒅𝒖𝒑 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒆𝒃𝒖𝒂𝒉 𝒕𝒂𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏, 𝒎𝒂𝒌𝒂 𝒉𝒂𝒅𝒂𝒑𝒊𝒍𝒂𝒉. 𝑯𝒊𝒅𝒖𝒑 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒆𝒃𝒖𝒂𝒉 𝒏𝒚𝒂𝒏𝒚𝒊𝒂𝒏, 𝒎𝒂𝒌𝒂 𝒏𝒚𝒂𝒏𝒚𝒊𝒌𝒂𝒏𝒍𝒂𝒉. 𝑯𝒊𝒅𝒖𝒑 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒆𝒃𝒖𝒂𝒉 𝒎𝒊𝒎𝒑𝒊, 𝒎𝒂𝒌𝒂 𝒔𝒂𝒅𝒂𝒓𝒊𝒍𝒂𝒉. 𝑯𝒊𝒅𝒖𝒑 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒆𝒃𝒖𝒂𝒉 𝒑𝒆𝒓𝒎𝒂𝒊𝒏𝒂𝒏, 𝒎𝒂𝒌𝒂 𝒎𝒂𝒊𝒏𝒌𝒂𝒏𝒍𝒂𝒉. 𝑯𝒊𝒅𝒖𝒑 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒄𝒊𝒏𝒕𝒂, 𝒎𝒂𝒌𝒂 𝒏𝒊𝒌𝒎𝒂𝒕𝒊𝒍𝒂𝒉."

(Bhagawan Sri Sthya Sai Baba) 



Salah satu keajaiban alam yang sungguh indah terdapat di sepanjang laut sebelah Utara Australia memanjang hingga ke Papua Nugini. Keajaiban alam ini dinamakan dengan Great Barrier Reef yang panjangnya lebih dari 2.000 kilometer. Great Barrier Reef adalah susunan batu karang yang terpanjang di dunia dan terbentang sejajar dengan garis pantai, membuat suatu pemandangan yang spektakuler dan dapat terlihat dari luar angkasa. Hal menarik dari susunan batu karang ini adalah adanya dua sisi yang berbeda. Sisi dalam menghadap ke laguna yang tenang sedangkan sisi yang luar harus menghadapi kejamnya hantaman ombak yang bertubi-tubi. Hal yang menarik perhatian banyak wisatawan adalah mengapa pada sisi dalam batu karangnya kelihatan pucat dan seperti tidak hidup, tetapi di sisi luar batu karangnya berwarna-warni dengan warna yang terang dan hidup.

Adanya perbedaan warna karang itu dikarenakan  sisi luar dari karang itu ditempa oleh ombak laut dahsyat yang mengakibatkan karang-karang itu berusaha mempertahankan diri dan bertambah kuat dan lebih hidup. Di sisi lain, karang bagian dalam yang berada dalam laguna yang tenang tidak mendapat tantangan sehingga mereka lemah, tidak berdaya, dan kebanyakan karang-karang itu mati lebih cepat.[]


𝐏𝐞𝐫𝐣𝐚𝐥𝐚𝐧𝐚𝐧 𝐡𝐢𝐝𝐮𝐩 𝐦𝐚𝐧𝐮𝐬𝐢𝐚 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐭𝐞𝐫𝐥𝐞𝐩𝐚𝐬 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐭𝐚𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧-𝐭𝐚𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐞𝐫𝐢𝐧𝐠 𝐤𝐚𝐥𝐢 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐮𝐚𝐭 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐩𝐮𝐭𝐮𝐬 𝐚𝐬𝐚 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐬𝐚𝐥. 𝐍𝐚𝐦𝐮𝐧 𝐬𝐞𝐬𝐮𝐧𝐠𝐠𝐮𝐡𝐧𝐲𝐚, 𝐭𝐚𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧-𝐭𝐚𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐢𝐧𝐢 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐧𝐝𝐢𝐝𝐢𝐤 𝐤𝐚𝐫𝐚𝐤𝐭𝐞𝐫 𝐦𝐚𝐧𝐮𝐬𝐢𝐚 𝐩𝐨𝐬𝐢𝐭𝐢𝐟 𝐥𝐞𝐛𝐢𝐡 𝐤𝐮𝐚𝐭 𝐥𝐚𝐠𝐢 𝐝𝐚𝐧 𝐥𝐞𝐛𝐢𝐡 𝐬𝐢𝐚𝐩 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐡𝐚𝐝𝐚𝐩𝐢 𝐭𝐚𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐝𝐢 𝐦𝐚𝐬𝐚 𝐝𝐞𝐩𝐚𝐧. 𝐈𝐧𝐠𝐚𝐭𝐥𝐚𝐡, 𝐛𝐚𝐡𝐰𝐚 𝐬𝐞𝐬𝐮𝐧𝐠𝐠𝐮𝐡𝐧𝐲𝐚 𝐤𝐞𝐬𝐮𝐤𝐬𝐞𝐬𝐚𝐧 𝐀𝐧𝐝𝐚 𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐡𝐚𝐤𝐢𝐤𝐚𝐭𝐧𝐲𝐚 𝐝𝐢𝐮𝐤𝐮𝐫 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐛𝐞𝐫𝐚𝐩𝐚 𝐛𝐚𝐧𝐲𝐚𝐤 𝐫𝐢𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐞𝐥𝐚𝐡 𝐛𝐞𝐫𝐡𝐚𝐬𝐢𝐥 𝐀𝐧𝐝𝐚 𝐥𝐚𝐥𝐮𝐢.


Dari buku

"FIGHT LIKE A TIGER, WIN LIKE A CHAMPION" 8 Kekuatan Dahsyat Meraih Sukses Sejati

Rabu, 04 Januari 2023

DNA OF SUCCESS

"𝘒𝘪𝘵𝘢 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘳𝘪𝘯𝘨 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘭𝘢𝘬𝘶𝘬𝘢𝘯. 𝘒𝘦𝘴𝘦𝘮𝘱𝘶𝘳𝘯𝘢𝘢𝘯 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘣𝘶𝘢𝘩 𝘵𝘪𝘯𝘥𝘢𝘬𝘢𝘯, 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘪𝘯𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘬𝘦𝘣𝘪𝘢𝘴𝘢𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘭𝘢𝘬𝘶𝘬𝘢𝘯"

(Aristotle)


Benyamin Franklin mengawali kariernya sebagai seorang guru yang kemudian menjadi seorang jutawan, menyerap pembentukan  dalam 𝒉𝒂𝒃𝒊𝒕 (kebiasaan) atau DNA of Success pengembangan kepribadian. Sebagai seorang anak muda, Benyamin Franklin merasa bahwa dirinya agak kasar, kurang sopan, dan argumentatif. la mengenali bahwa sikap dan perilakunya itu menciptakan rasa tidak senang dari rekan kerjanya terhadap dirinya. la bertekad untuk mengubah dengan menuliskan kembali catatan kepribadiannya. la memulai dengan menuliskan 12 hal yang harus dimiliki oleh seorang manusia ideal seperti kesederhanaan, toleransi, dan komitmen. Kemudian ia berkonsentrasi mengembangkan dari setiap hal itu setiap minggu. Sepanjang minggu ketika ia melakukan kegiatan hariannya, ia selalu mengingatkan dirinya untuk mempraktikkan hal demi hal dari ke-12 hal itu. Dari waktu ke waktu ia mulai dengan satu hal dalam seminggu, tiga minggu dan pada akhirnya satu hal dalam sebulan. Dan ternyata apa yang dilakukannya menjadi kebiasaan yang membentuk karakternya. la pun menjadi seorang yang populer dan negarawan. la menjadi sangat berpengaruh, baik di Paris ketika ia menjadi duta besar Amerika Serikat selama 𝑹𝒆𝒗𝒐𝒍𝒖𝒕𝒊𝒐𝒏𝒂𝒓𝒚 𝒐𝒇 𝑾𝒂𝒓 dan selama 𝑪𝒐𝒏𝒔𝒕𝒊𝒕𝒖𝒕𝒊𝒐𝒏𝒂𝒍 𝑪𝒐𝒏𝒗𝒆𝒏𝒕𝒊𝒐𝒏, ketika konstitusi dan 𝑩𝒊𝒍𝒍 𝒐𝒇 𝑹𝒊𝒈𝒉𝒕𝒔  Amerika Serikat didiskusikan, dirundingkan dan akhirnya disetujui. Dengan usahanya untuk mengembangkan kebiasaan, Franklin membuat dirinya menjadi orang yang mampu membangun sejarah Amerika yang merupakan bagian dari sejarah dunia sebagai Presiden Amerika serikat.[]


"𝙹𝚒𝚔𝚊 𝙰𝚗𝚍𝚊 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚒𝚗𝚐𝚒𝚗𝚔𝚊𝚗 𝚔𝚎𝚜𝚞𝚔𝚜𝚎𝚜𝚊𝚗 𝚍𝚊𝚗 𝙰𝚗𝚍𝚊 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚖𝚎𝚛𝚊𝚒𝚑𝚗𝚢𝚊, 𝚜𝚎𝚋𝚎𝚗𝚊𝚛𝚗𝚢𝚊 𝙰𝚗𝚍𝚊 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚋𝚎𝚗𝚊𝚛-𝚋𝚎𝚗𝚊𝚛 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚒𝚗𝚐𝚒𝚗𝚔𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊 𝚊𝚝𝚊𝚞 𝙰𝚗𝚍𝚊 𝚖𝚎𝚗𝚌𝚘𝚋𝚊 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚖𝚎𝚗𝚊𝚠𝚊𝚛 𝚑𝚊𝚛𝚐𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚑𝚊𝚛𝚞𝚜 𝚍𝚒𝚋𝚊𝚢𝚊𝚛 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚖𝚎𝚛𝚊𝚒𝚑𝚗𝚢𝚊."

(Rudyard Kipling)


Dari buku

"WARRIOR" The Art of Winning The Battle of Success




RUMAH 400 JUTA TERBELI 10 JUTA

Dengan modal Rp. 10 juta dari tabungan ditambah modal immaterial yang lebih besar yaitu doa disetiap shalat tahajud dan dhuha, Zul bersama isterinya menyambangi pemilik rumah yang bertuliskan "DIJUAL"


Setelah mengucap salam yang dijawab pemiliknya, Zul mencoba bertanya

 "Boleh tahu dijual berapa Bu?"

"Mintanya Rp 400 juta Dik. Berminat ya?"

"Insya Allah, Bu," jawab Zul dengan nada ngambang, demi mendengar harga yang baginya hampir tak terjangkau.

"Baik Bu, nanti kami kabari lagi setelah musyawarah. Doakan saya ya Bu, kami permisi dulu," kata Zul.

"Oya baik kalau begitu, segera kabari ya," ujar empunya rumah.


Melenggang dari rumah yang dibidik, Zul dan istri saling berpandangan. Pasangan ini merasa nelangsa, mengingat betapa jauh modal Rp 10 juta untuk dapat membeli rumah idaman. Masya Allah, Rp 400 juta! Duit semua itu, nggak campur daun.


Namun, dengan dzikir, Zul kembali percaya diri. "Rp 400 juta itu tidak ada apa-apanya dibanding kebesaran Allah SWT. Dan kalau Allah sudah berkehendak, Rp 10 juta pun bukan mustahil dapat menebus Rp 400 juta," batin Zul yakin.


Dengan keyakinan itu, Zul mengajak istrinya untuk lebih getol mendekatkan diri kepada Allah SWT. Doa dan wirid khusus untuk dapat memiliki rumah itu pun dikencangkan.


Suatu hari, usai sholat dhuha, Zul dan istri sedang bercengkerama di kontrakannya. Ini hari libur, jadi pagi-pagi Zul bisa berada di rumah menemani sang istri.


Tiba-tiba, muncul uwak Zul yang sudah lama tak bersua.


"Assalamualaikum. Eh, Zul, kamu punya uang Rp 10 juta nggak? Penting nih!" kata uwak to the point.

"Emang kenapa Pak Dhe?"

"Sudahlah, ceritanya nanti aja. Kamu ada nggak Rp 10 juta buat saya pakai dulu?" ujar Pak Dhe dengan panik.

"Ada, ada Pak Dhe," jawab Zul dan istri kompak.

Zul bergegas ke kamarnya dan membongkar uang simpanan sebesar Rp 10 juta tunai di lemari.

"Ini Pak Dhe," kata Zul sambil mengangsurkan uang tersebut, yang segera diterima dan langsung pamit


Sepeninggal Pak Dhe, Zul dan istri saling berpandangan memelas. Seperti mimpi, mereka melepas begitu saja Rp 10 juta yang sedianya buat uang muka rumah.


"Ya sudahlah, mungkin Allah punya kehendak lain.Takdirnya uang itu memang untuk membantu Pak Dhe, bukan untuk membeli rumah kita. Serahkan saja ke Allah gimana soal rumah kita nanti," Zul menghibur diri dan istri tercintanya


Subhanallah, keikhlasan Zul dan istrinya tentang uang 10 juta tadi seolah justru menjadi energi baru buat keluarga ini agar semakin dekat dengan Allah, agar semakin mengharap hanya kepada Allah. Keinginan untuk bisa membeli rumah tetap menjadi doa agar Allah yang menyempurnakan keinginannya.


Setelah beberapa minggu, datang lagi uwaknya dengan wajah yang sudah tidak segelisah kemarin.

"Pripun Pak Dhe, sudah cerah nih?"

"Iya, alhamdulillah. Makasih ya kemarin sudah dibantu.

Kalau nggak, wah, bisa-bisa Pak Dhe masuk penjara."

"Emang kenapa Pak Dhe?"


Uwaknya lalu bercerita bahwa saat itu ia dikejar-kejar utang, sampai mau dilaporkan ke polisi. 

"Alhamdulillah sekarang sudah beres. Terima kasih ya Zul udah bantu Pak Dhe," ungkap uwak Zul.

"Sama-sama Pak Dhe, kan memang kita hidup untuk saling menolong."

Sejurus kemudian, tanpa ditagih Pak Dhe berkata, "Zul, Pak Dhe belum punya uang untuk ngembaliin yang kemarin. Tapi Pak Dhe punya rumah tua dan cukup besar, tolong rumah itu jualin ya, kali aja ada teman yang mau beli. Kalau laku nanti langsung saya kembalikan uangmu," tutur Pak Dhe.

"O gitu, nggih Pak Dhe, siap, nanti kalau ada yang berminat saya bantu jual," jawab Zul sigap.


Namun dalam hati, Zul agak pesimis rumah tua akan cepat terjual. Karena itu, ia belum merasa perlu bertanya berapa harganya, berapa ukuran luas tanah dan bangunan. Yang penting, Zul tahu dulu lokasinya di mana. Kalau ada yang minat, barulah ia pertemukan dengan uwaknya.


Beberapa hari kemudian, sahabat Zul yang sudah lama nggak ketemu, menelponnya dari Jakarta.

"Zul, apa kabar?" serunya di ujung sambungan ponsel. "Alhamdulillah, baik. Antum gitu juga kan?" balas Zul. "Iya, alhamdulillah, udah lama kita nggak ketemu nih"


Rupanya teman Zul ini sudah bosan tinggal di Jakarta dan berniat pindah ke Solo. Untuk itu ia minta tolong Zul mencarikan rumah untuk dibeli

"Boleh kalau gitu, nanti saya carikan. Kapan ke Solo?"

"Minggu depan jadi"

"Oke, saya tunggu ya."


Pekan berikutnya, sesuai janji, sahabat lama itu datang ke Solo untuk berburu rumah. Sebelumnya, Zul sudah punya beberapa tawaran, termasuk coba menunjukkan rumah tua milik uwaknya.

"Sudah dapat rumah yang mau dijual Zul?" tanya sahabat dari Jakarta dengan bersemangat.

"Ada dua-tiga pilihan, nanti kita survey aja," sahut Zul.

Kawan Zul yang pengusaha itu girang. la kelahiran Solo, namun katanya keluarganya sudah hijrah semua. Makanya minta bantuan Zul mencari rumah.


Mereka lalu melihat-lihat rumah yang akan dijual tersebut, dengan kriteria sesuai pesanan. Zul mengantarkan ke tiga rumah bercorak minimalis yang berlainan lokasinya. Namun, ia sengaja tidak menunjukkan rumah tua uwaknya. Zul pikir, sahabatnya nggak bakalan suka rumah tua alias rumah kuno.


Rupanya kawan Zul ini mencari rumah yang natural bangunan tradisional 

"O gitu. Coba kita lihat nanti, ada rumah seperti itu yang mau dijual. Tapi, saya nggak yakin kamu mau."

"Boleh, coba kita sekalian."


Selesai melepas kangen menikmati jajanan khas Solo, sahabat Zul mengajak jalan. Rumah tua uwak Zul mereka sambangi.

"Ini rumahnya," ujar Zul ragu-ragu begitu tiba di halaman rumah tua tersebut. Rumah itu model kuno, sudah tua,kurang terawat. Kesannya angker.


Di luar dugaan Zul, sahabatnya itu seperti terpesona melihatnya. Tampak ia memperhatikan betul setiap sudut hunian tersebut.

Sejurus kemudian, setelah melihat seputar rumah, ia berkata, "Zul, ini dia rumah yang saya cari. Yang begini ini yang saya suka. Oke, saya cocok yang ini."


Zul terkejut. "Yakin? Malah yang begini yang kamu mau. Terus terang, saya tadinya nggak mau nawarin ini karena takut kamunya nggak mau. Eee, malah mau yang ini ya?"

"Tapi ya begitu kondisinya. Kalau minat, saya pertemukan dengan yang punya rumah ini," kata Zul. "Kebetulan yang punya Pak Dhe saya," imbuhnya.

"Soal harga nanti langsung rembugan saja dengan beliau. Saya cuma membantu menjualkan"

"Di mana rumah beliau?"

"Ya, sejam perjalanan dari sinilah. Nanti malam bisa ketemu beliau."

"Wah, saya harus segera balik ke Jakarta Zul. Biasa, ada urusan bisnis sedikit," jawab kawannya sambil melihat jam tangan.

"Atau begini saja," kata Zul. "Kira-kira berapa harga taksiranmu untuk rumah ini, nanti saya kontak ke Pak Dhe."


"Mmmm, budget saya sampai Rp 750 juta, Zul. Bersih ya, sudah termasuk biaya balik nama sertifikat dan lain-lain," kata sahabat Zul.


"Ok, sebentar, saya kontak beliau," kata Zul, lalu menelepon Pak Dhe.


"Pak Dhe, rumahnya dijual berapa? Teman saya ada yang mau nih, boleh nggak Rp 750 juta bersih katanya?" kata Zul setelah tersambung dengan uwaknya 

"Wis Zul, Pak Dhe perlu Rp 500 juta aja termasuk biaya surat-menyuratnya, kalau ada lebihnya silahkan buat Zul," jawab Pak Dhe di ujung sinyal.

"Alhamdulillah, jadi boleh ya Pak Dhe?" Zul girang.

"Iyo, iyo," jawab Pak Dhe.


Zul lalu menyampaikan apa adanya hasil pembicaraan mereka ke sahabatnya.


"Ok Zul, sahabatku, Saya akan tetap membayar rumah ini Rp 750 juta. Silakan yang Rp 500 juta buat Pak Dhe mu. Sisanya memang sudah rezekimu," kata dia kepada Zul.


Zul terpana. Seperti mimpi, memperoleh rezeki yang tak disangka-sangka. Ini to yang disebut ar rizqu minhaitsu laa yah tasib (Rizqi yang datang tak disangka-sangka)


Dengan modal 250 juta rupiah, Zul mengajak istrinya untuk menanyakan lagi rumah yang dijual Rp 400 juta tempo hari. Alhamdulillah, rumah dimaksud masih ada tulisan "DIJUAL". Masih ada harapan untuk mendapatkannya, kalau memang rezeki.


"Bu, rumah masih dijual kan?" kata Zul setelah bertemu pemilik rumah.

"Ya, masih. Ini malah pengennya buru-buru dijual, soalnya mau dibagi ke anak-anak," tutur ibu itu.

"Oh begitu ya. Bu, saya sekarang punya uang Rp 250 juta. Tapi yang 50 juta mau buat beli perabotan. Boleh nggak rumah ini saya beli Rp 200 juta?" tawar Zul.


Setelah saling bercerita kondisi, kebutuhan, dan kemampuan masing-masing, akhirnya si ibu menyerah juga.

"Ya sudahlah, karena saya butuh buru-buru, Pak Zul juga butuh rumah, yo wis nggak apa-apa saya lepas Rp 200 juta. Tapi cash bersih ya, sebab saya mau segera pindah rumah," katanya.


"Alhamdulillah, ya Bu, langsung cash nih, uangnya saya bawa kok. Saya sudah optimis rumah ini jadi rezeki kami," sambut Zul dengan gembira.

"O begitu, ya syukurlah. Nanti administrasi diurus sendiri ya, saya siapkan dokumennya," kata si ibu.


Masya Allah, hari itu terjadilah transaksi jual-beli rumah yang tadinya bernilai Rp 400 juta, namun akhirnya disepakati pada harga Rp 200 juta saja.


Subhanallah. Allah yang Maha Mengatur semua urusan. Dunia ini ada dalam genggaman Allah sehingga apapun yang menjadi doa, yang menjadi cita-cita hamba-Nya yang percaya, maka Allah begitu mudah mengabulkannya. Allah begitu mudah mengaturnya, mengondisikannya, sehingga kalau sudah rezeki hendak kemana.

Sepertinya kebetulan, ketika Zul mendapat "komisi" Rp 250 juta dari penjualan rumah seharga Rp 500 juta, lalu mendapat diskon Rp 200 juta dari pembelian rumah seharga Rp 400 juta.


Tapi dalam kehidupan ini, tidak ada yang namanya kebetulan. Meskipun jalan ceritanya seolah tidak masuk akal, seperti pengalaman Zul. Semua peristiwa dalam kehidupan ini dalam kuasa dan kehendak-Nya. Kalau Allah sudah bilang Kun Fayakuun, maka jadilah apa yang menurut manusia tidak mungkin terjadi.


Tentu saja, syarat dan ketentuan berlaku. Tanpa amalan yang menggetarkan perasaan, tanpa riyadhoh yang kencang, mana mungkin Zul mendapat keajaiban tersebut.[]


Dari buku

CATATAN SEJUTA KEAJAIBAN

JUJUR SAMPAI TIANG GANTUNGAN


 






Pada 1857 meletus pemberontakan melawan Inggris di India. Syekh Al-Badawini, salah seorang ulama, dituduh terlibat dalam pemberontakan tersebut. Dan ditangkaplah dia serta diajukan ke pengadilan. Tak disangka, hakim yang memeriksa perkaranya ternyata salah seorang muridnya. Melalui kawan-kawannya, hakim berpesan agar syekh menolak tuduhan dan dia akan membebaskannya. Namun, Al-Badawini tak bersedia. "Aku memang sudah ikut serta melawan kekuasaan Inggris. Bagaimana aku harus berbohong?" katanya. Terpaksa hakim menjatuhinya vonis mati.


Ketika syekh bersiap menuju tiang gantungan, sang murid menangis. "Sampai detik ini pun jika Tuan Guru mau mengatakan sekali saja bahwa tuduhan itu palsu dan Tuan Guru tidak terlibat, saya akan berusaha membebaskan Tuan Guru." Orang tua itu marah. "Kamu ingin merusak amalku dengan menyuruh saya berbohong kepada diri sendiri? Sungguh rugi dan sia-sia jika aku begitu. Aku memang terlibat dalam pemberontakan itu. Perbuatlah yang kalian kehendaki sesuai hukum yang berlaku". Syekh Al-Badawinipun menjalani eksekusi dengan mantap.


Al-Badawini begitu yakin bahwa bohong dan kesaksian palsu, demi apa pun, termasuk untuk kepentingan agama, merupakan perbuatan hina dan dosa besar.[]


"𝑾𝒂𝒉𝒂𝒊 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈-𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒊𝒎𝒂𝒏, 𝒋𝒂𝒅𝒊𝒍𝒂𝒉 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒑𝒂𝒓𝒂 𝒑𝒆𝒏𝒆𝒈𝒂𝒌 𝒌𝒆𝒂𝒅𝒊𝒍𝒂𝒏, 𝒎𝒆𝒏𝒋𝒂𝒅𝒊 𝒔𝒂𝒌𝒔𝒊 𝒅𝒆𝒎𝒊 𝑨𝒍𝒍𝒂𝒉 𝒘𝒂𝒍𝒂𝒖𝒑𝒖𝒏 𝒕𝒆𝒓𝒉𝒂𝒅𝒂𝒑 𝒅𝒊𝒓𝒊𝒎𝒖 𝒔𝒆𝒏𝒅𝒊𝒓𝒊 𝒂𝒕𝒂𝒖 𝒊𝒃𝒖-𝒃𝒂𝒑𝒂𝒌 𝒅𝒂𝒏 𝒌𝒂𝒖𝒎 𝒌𝒆𝒓𝒂𝒃𝒂𝒕," 

(Q.S. An-Nisa [4]: 135).


Dari buku

"KEARIFAN YANG BERSERAK"

ADA YANG LEBIH HEBAT

 “𝑺𝒆𝒃𝒂𝒊𝒌-𝒃𝒂𝒊𝒌 𝒎𝒂𝒏𝒖𝒔𝒊𝒂 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒂𝒍𝒊𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒎𝒂𝒏𝒇𝒂𝒂𝒕 𝒃𝒂𝒈𝒊 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒊𝒏.”  (Hadits Riway...