"๐๐ฆ๐ณ๐ช๐ฌ๐ข๐ฏ๐ญ๐ข๐ฉ ๐ด๐ฆ๐ฅ๐ฆ๐ฌ๐ข๐ฉ! ๐๐ข๐ณ๐ฆ๐ฏ๐ข ๐ด๐ฆ๐ฅ๐ฆ๐ฌ๐ข๐ฉ ๐ช๐ต๐ถ ๐ช๐ฃ๐ข๐ณ๐ข๐ต ๐ด๐ถ๐ฏ๐จ๐ข๐ช ๐บ๐ข๐ฏ๐จ ๐ฎ๐ฆ๐ฏ๐จ๐ข๐ญ๐ช๐ณ. ๐๐ข๐ฎ๐ถ ๐ฉ๐ข๐ฏ๐บ๐ข ๐ข๐ฌ๐ข๐ฏ ๐ต๐ฆ๐ณ๐ถ๐ด ๐ฎ๐ฆ๐ฎ๐ฑ๐ฆ๐ณ๐ฐ๐ญ๐ฆ๐ฉ ๐ฎ๐ข๐ฏ๐ง๐ข๐ข๐ต ๐ฅ๐ข๐ณ๐ช ๐ข๐ช๐ณ ๐ฃ๐ฆ๐ณ๐ด๐ช๐ฉ๐ฏ๐บ๐ข."
Beberapa saat menjelang isterinya melahirkan, Pak Fulan (sebut saja demikian) di PHK dari tempatnya bekerja.
"Ya Allah, terima kasih Engkau telah menakdirkan saya kena PHK, sehingga saya dapat pesangon dua juta rupiah. Mudah-mudahan Engkau mudahkan dan lancarkan proses kelahiran anak kami ya Allah!" demikian doa yang dipanjatkan pak Fulan, ketika mendengar bahwa istrinya akan melahirkan kurang dari seminggu lagi.
Tak lama kemudian, proses persalinan istrinya pun tiba. Pak Fulan membawa istrinya kepada seorang bidan. Setelah didiagnosis dan dilakukan tindakan pertolongan pertama, Ibu Bidan menyimpulkan bahwa istri Pak Fulan harus dirujuk ke sebuah Rumah Sakit di Jakarta, untuk dilakukan SC (bedah Cesar) karena ada gangguan pada si bayi yang dikandungnya.
Di atas bajaj, Pak Fulan berpikir minimal harus menyiapkan uang 6-7 juta. Sementara uang hasil pesangon yang ada di dompetnya tinggal 1,6 juta rupiah. Akan tetapi, demi keselamatan anak dan istrinya, Pak Fulan tetap nekat membawa sang istri ke rumah sakit.
Di rumah sakit, kembali pak Fulan mendapat kejutan.
"Mohon bersabar, hasil pemeriksaan menunjukkan anak Bapak ini akan lahir dengan menderita bocor jantung bawaan, gagal jantung bawaan, dan tumor otak." Kata dokter yang menangani. Rupanya, si anak akan lahir dengan membawa satu paket musibah yang tak terbayangkan sebelumnya.
"Secara medis, kemungkinan anak Bapak paling-paling hanya bisa bertahan 18 hari" lanjut dokter tadi.
Pak Fulan punya keyakinan bahwa perkiraan medis bisa saja salah dan ada yang lebih mengetahui: Dialah Allah azza wajalla. Maka ia berusaha menerima hal itu dengan kesabaran walau dadanya terasa sesak.
Ia langsung mendekati sang istri untuk menguatkan dirinya dan meyakinkan sang istri bahwa dengan kuasa-Nya, Allah Swt. telah menakdirkan dirinya hamil, padahal ada banyak wanita yang sangat mengharapkan dirinya bisa hamil. la pun meyakinkan istrinya untuk menjadi manusia yang bersyukur dengan tetap mengusahakan anaknya lahir apa pun kondisinya.
Alhamdulillah, proses persalinan istrinya Pak Fulan berjalan dengan lancar. Sesuai dengan prediksi dokter, sang bayi lahir dengan berat 2 kg. Tiga hari kemudian berat badannya menyusut menjadi 1,6 kg. Dengan penurunan berat badan yang drastis, nampaknya mustahil bayi bertahan hidup 3 minggu lamanya.
Namun Pak Fulan tetap meyakini bahwa kekuasaan Allah Swt. di atas segalanya. Bagi-Nya tidak ada yang tidak mungkin. Karena itu, dalam shalat-shalat malamnya, Pak Fulan senantiasa berdoa, "Ya Allah, Engkau telah menakdirkan istri saya hamil, dan Engkau telah menakdirkan pula anak saya lahir dengan selamat, maka berilah kesembuhan kepadanya."
Dalam tiga hari tersebut, uang Pak Fulan tinggal 1,4 juta rupiah lagi. Merasa uang sejumlah itu tidak akan cukup untuk membayar biaya persalinan dan perawatan rumah sakit, Pak Fulan pun nekat membagikan uangnya itu kepada fakir miskin yang ditemuinya.
Keteguhan, kesabaran, dan keyakinan pasangan suami istri yang saleh ini telah melahirkan keajaiban. Si anak, yang sebelumnya divonis enggak bakal bertahan lebih dari 18 hari, ternyata mampu hidup sampai 20 hari lamanya dan dengan kondisi kesehatan yang terus membaik.
Hal ini membuat heran dokter yang menanganinya.
"Kalau kondisinya terus membaik seperti ini dalam waktu seminggu si anak sudah bisa dibawa pulang. Paling nanti kalau sudah di rumah bisa rawat jalan saja. Saya melihat anak Bapak ini seorang fighter (pejuang) yang pantang menyerah," kata dokter.
Dua puluh tujuh hari berlalu,
Akhirnya dokter menyatakan kalau si anak sudah benar-benar sehat. "Alhamdulillah, anak Bapak besok sudah bisa dibawa pulang, sekarang Bapak tinggal mengurus administrasinya. Mudah-mudahan anak Bapak bisa panjang umur," katanya.
Pak Fulan langsung tersentak. Rupanya kesibukan mengurus bayi dan ibunya membuatnya lupa akan biaya Rumah Sakit.
Uang 27 juta harus ia siapkan agar ia bisa pulang bersama keluarga barunya.
Sebuah angka yang fantastis untuk orang dengan kemampuan finansial seukuran dirinya.
Pak Fulan yaitu lalu mendatangi salah seorang kawan dekatnya di daerah Ciledug buat pinjam uang. Dan jumlah pinjaman yang berhasil didapatkan masih jauh dari jumlah yang dibutuhkan, hanya 2 juta rupiah. Sudah tentu, jumlah itu jauh dari cukup untuk melunasi tagihan rumah sakit yang selangit. Akhirnya, Pak Fulan berjalan kaki dari Ciledug menuju Salemba. Sepanjang jalur yang dilewati, ia membagikan uang yang 2 juta itu kepada orang-orang miskin yang ditemuinya. Sesampainya di rumah sakit sekitar jam 2 sore, uang yang 2 juta itu sudah habis. Pak Fulan pun langsung menuju mushala rumah sakit. la bersujud dan bersimpuh di hadapan Allah. Sambil menangis, ia memohon, "Ya Tuhanku, seandainya sampai Ashar ini kami tidak berhasil mendapatkan uang yang 27 juta itu, kirimkanlah kepada kami orang kaya yang bisa membeli anak kami."
Pada saat itu, ada seorang ibu yang dengan serius memerhatikan Pak Fulan. Lalu, si ibu berjalan mendekat.
"Kenapa Bapak menangis?" tanyanya.
"lya Bu, hari ini anak saya akan keluar dari rumah sakit," jawab Pak Fulan. "Keluar dari rumah sakit kok nangis, harusnya kan bahagia," sambung si Ibu.
"Justru itu, uang untuk menebusnya tidak ada," jawab Pak Fulan.
"Oh, begitu ... ya sudah, berarti Bapak adalah orang yang sedang saya cari. Dari pagi saya bawa uang ini nyari-nyari siapa yang butuh di rumah sakit ini, tapi enggak ketemu-ketemu, eh ternyata buat Bapak," ujar si Ibu sambil memberikan sebuah kantong keresek merah yang tampak berat.
Saat itu Pak Fulan langsung sujud syukur dan menangis terisak-isak karena bahagia. Berulang kali ia mengucapkan terima kasih kepada Allah yang telah mengirimkan seseorang yang mau membantunya. Ketika bangun sujud, ia baru ingat kalau ia belum sempat mengucapkan terima kasih si Ibu. Namun Ibu itu seolah menghilang meski sudah dicari kemana-mana. Pak Fulan pun kembali ke mushola, untung kantong plastik merah itu masih tetap berada di tempatnya.
Setelah itu, ia langsung menuju ruangan administrasi dengan niat melunasi biaya perawatan anak dan istrinya tanpa berani membuka kantong itu.
"Mbak, saya mau ambil anak saya hari ini," kata Pak Fulan.
Petugas administrasi mengatakan bahwa Pak Fulan belum bisa membawa anaknya hari itu karena harus menunggu dokter yang merawatnya.
"Kalau begitu saya mau bayar dulu biaya perawatannya," sambungnya.
"Mbak, saya punya uang segini-gininya, silakan dihitung mudah-mudahan cukup," kata Pak Fulan sambil memberikan kantong merah itu kepada si petugas.
Setelah dibuka, ternyata kantong merah itu isinya benar-benar uang.
Dan setelah dihitung, jumlahnya ternyata pas 27 juta rupiah.
Allahu Akbar!...[]
"๐๐๐ง๐๐๐๐ญ ๐ฉ๐๐ซ๐ญ๐๐ฆ๐ ๐ฒ๐๐ง๐ ๐๐ข๐ฌ๐ ๐๐ข๐ซ๐๐ฌ๐๐ค๐๐ง ๐๐๐ซ๐ข ๐๐๐ซ๐ฌ๐๐๐๐ค๐๐ก ๐๐๐๐ฅ๐๐ก ๐ฎ๐ง๐ญ๐ฎ๐ค ๐ฌ๐ข ๐ฉ๐๐ฆ๐๐๐ซ๐ข ๐ฌ๐๐๐๐ค๐๐ก ๐ข๐ญ๐ฎ ๐ฌ๐๐ง๐๐ข๐ซ๐ข, ๐ฒ๐๐ข๐ญ๐ฎ ๐๐ข๐ ๐ฆ๐๐ฅ๐ข๐ก๐๐ญ ๐ฉ๐๐ซ๐ฎ๐๐๐ก๐๐ง ๐๐๐ฅ๐๐ฆ ๐๐ข๐ซ๐ข ๐๐๐ง ๐ฌ๐ข๐ค๐๐ฉ๐ง๐ฒ๐, ๐ฆ๐๐ซ๐๐ฌ๐๐ค๐๐ง ๐ค๐๐๐๐ฆ๐๐ข๐๐ง, ๐ฌ๐๐ซ๐ญ๐ ๐ฆ๐๐ฅ๐ข๐ก๐๐ญ ๐ฌ๐๐ง๐ฒ๐ฎ๐ฆ๐๐ง ๐๐ข ๐ฐ๐๐ฃ๐๐ก ๐จ๐ซ๐๐ง๐ ๐ฅ๐๐ข๐ง."
Dari buku
"URUSAN LANCAR DENGAN AL-QUR'AN"