Rabu, 01 Mei 2024

TURUN KELAS DENGAN MERENDAHKAN

 

"𝑲𝒆𝒕𝒊𝒌𝒂 𝒂𝒅𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒏𝒚𝒂𝒌𝒊𝒕𝒊𝒎𝒖, 𝒂𝒕𝒂𝒖 𝒃𝒆𝒓𝒌𝒂𝒕𝒂 𝒃𝒖𝒓𝒖𝒌 𝒕𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈𝒎𝒖, 𝒊𝒏𝒈𝒂𝒕𝒍𝒂𝒉 𝒃𝒂𝒉𝒘𝒂 𝒅𝒊𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒕𝒊𝒏𝒅𝒂𝒌 𝒅𝒂𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒃𝒊𝒄𝒂𝒓𝒂 𝒌𝒂𝒓𝒆𝒏𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒊𝒓𝒂 𝒊𝒕𝒖 𝒎𝒆𝒎𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒖𝒈𝒂𝒔𝒏𝒚𝒂. 𝑰𝒏𝒈𝒂𝒕𝒍𝒂𝒉 𝒃𝒂𝒉𝒘𝒂 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒎𝒖𝒏𝒈𝒌𝒊𝒏 𝒅𝒊𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒆𝒓𝒕𝒊 𝒔𝒖𝒅𝒖𝒕 𝒑𝒂𝒏𝒅𝒂𝒏𝒈 𝒌𝒊𝒕𝒂, 𝒕𝒆𝒕𝒂𝒑𝒊 𝒉𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒔𝒖𝒅𝒖𝒕 𝒑𝒂𝒏𝒅𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒂 𝒔𝒆𝒏𝒅𝒊𝒓𝒊. 𝑲𝒂𝒓𝒆𝒏𝒂𝒏𝒚𝒂, 𝒋𝒊𝒌𝒂 𝒅𝒊𝒂 𝒎𝒆𝒍𝒂𝒌𝒖𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒔𝒂𝒍𝒂𝒉𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒍𝒂𝒊, 𝒔𝒆𝒃𝒆𝒏𝒂𝒓𝒏𝒚𝒂 𝒅𝒊𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒓𝒖𝒈𝒊𝒌𝒂𝒏, 𝒌𝒂𝒓𝒆𝒏𝒂 𝒅𝒊𝒂 𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝒕𝒆𝒓𝒕𝒊𝒑𝒖. 𝑱𝒊𝒌𝒂 𝒔𝒆𝒔𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏𝒈𝒈𝒂𝒑 𝒌𝒆𝒃𝒆𝒏𝒂𝒓𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒃𝒂𝒈𝒂𝒊 𝒔𝒆𝒃𝒖𝒂𝒉 𝒌𝒆𝒌𝒆𝒍𝒊𝒓𝒖𝒂𝒏, 𝒌𝒆𝒃𝒆𝒏𝒂𝒓𝒂𝒏 𝒊𝒕𝒖 𝒔𝒆𝒏𝒅𝒊𝒓𝒊 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒓𝒖𝒈𝒊, 𝒕𝒆𝒕𝒂𝒑𝒊 𝒋𝒖𝒔𝒕𝒓𝒖 𝒅𝒊𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒆𝒓𝒕𝒊𝒑𝒖 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒓𝒖𝒈𝒊. 𝑫𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒑𝒓𝒊𝒏𝒔𝒊𝒑 𝒊𝒏𝒊, 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒓𝒆𝒏𝒅𝒂𝒉 𝒉𝒂𝒕𝒊 𝒎𝒆𝒏𝒂𝒏𝒈𝒈𝒖𝒏𝒈 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒉𝒊𝒏𝒂 𝒌𝒂𝒎𝒖, 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒄𝒖𝒌𝒖𝒑 𝒃𝒆𝒓𝒌𝒂𝒕𝒂, 𝑰𝒕𝒖 𝒌𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒖𝒓𝒖𝒕 𝒅𝒊𝒂." 

(Epictetus dalam "Discourses") 


Frederick Douglass adalah seorang kulit hitam yang hidup di Amerika Serikat, di mana praktik perbudakan dan ketidakadilan terhadap kaum kulit hitam masih terjadi. Setelah melarikan diri dari perbudakan pada 1838, Douglass menjadi aktivis pejuang penghapusan perbudakan. la dianggap sebagai tokoh kulit hitam paling berpengaruh di masanya. 

Pada suatu saat, Douglass, yang melakukan perjalanan dengan angkutan umum, dipaksa untuk duduk di gerbong bagasi karena warna kulitnya. Padahal, ia membayar tiket sama dengan yang lain. Beberapa orang kulit putih yang mengenalnya dan simpati pada perjuangannya kemudian menghampirinya di gerbong bagasi untuk menghiburnya. Salah satu dari mereka berkata, "Saya turut menyesal Tuan Douglass, bahwa anda sudah direndahkan seperti ini." Mendengar ini, Frederick Douglass menjawab, "Mereka tidak bisa merendahkan seorang Frederick Douglass. Tidak ada seorang pun yang bisa merendahkan jiwa di dalam diri saya. Sesungguhnya bukan sayalah yang direndahkan dengan kejadian ini, tetapi justru mereka yang melakukan ini pada saya".


Douglass pun menunjukkan bahwa mereka yang rasis justru merendahkan diri mereka sendiri. Dengan bersifat diskriminatif dan menzalimi orang yang berbeda, justru merekalah yang "turun kelas", lebih rendah daripada yang terzalimi.[]


"𝙺𝚎𝚛𝚎𝚗𝚍𝚊𝚑𝚊𝚗𝚖𝚞 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚝𝚎𝚛𝚊𝚗𝚐𝚔𝚊𝚝 𝚍𝚎𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚛𝚎𝚗𝚍𝚊𝚑𝚔𝚊𝚗 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚕𝚊𝚒𝚗"

(K.H. Mustofa Bisri)


Dari buku

"FILOSOFI TERAS" Filsafat Yunani-Romawi Kuno untuk Mental Tangguh Masa Kini

BAYI

"𝐒𝐚𝐭𝐮-𝐬𝐚𝐭𝐮𝐧𝐲𝐚 𝐣𝐚𝐥𝐚𝐧 𝐤𝐞 𝐝𝐞𝐩𝐚𝐧, 𝐣𝐢𝐤𝐚 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐢𝐧𝐠𝐢𝐧 𝐦𝐞𝐧𝐢𝐧𝐠𝐤𝐚𝐭𝐤𝐚𝐧 𝐤𝐮𝐚𝐥𝐢𝐭𝐚𝐬 𝐥𝐢𝐧𝐠𝐤𝐮𝐧𝐠𝐚𝐧, 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐥𝐢𝐛𝐚𝐭𝐤𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐦𝐮𝐚 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠."

(Richard Rogers)


Di Kamar perawatan bayi sebuah Rumah Sakit terpampang sebuah tulisan indah yang berbunyi:

"ᴀʀᴛɪ sᴇᴏʀᴀɴɢ ʙᴀʏɪ"

"𝒀𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒖𝒂𝒕 𝒓𝒖𝒎𝒂𝒉 𝒍𝒆𝒃𝒊𝒉 𝒃𝒂𝒉𝒂𝒈𝒊𝒂, 𝒌𝒂𝒔𝒊𝒉 𝒍𝒆𝒃𝒊𝒉 𝒌𝒖𝒂𝒕, 𝒌𝒆𝒔𝒂𝒃𝒂𝒓𝒂𝒏 𝒍𝒆𝒃𝒊𝒉 𝒃𝒆𝒔𝒂𝒓, 𝒕𝒂𝒏𝒈𝒊𝒔𝒂𝒏 𝒍𝒆𝒃𝒊𝒉 𝒔𝒖𝒃𝒖𝒉, 𝒎𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒍𝒆𝒃𝒊𝒉 𝒑𝒂𝒏𝒋𝒂𝒏𝒈, 𝒎𝒂𝒔𝒂 𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒕𝒆𝒓𝒍𝒖𝒑𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝒎𝒂𝒔𝒂 𝒅𝒆𝒑𝒂𝒏 𝒍𝒆𝒃𝒊𝒉 𝒄𝒆𝒓𝒂𝒉."


Kehadiran seorang bayi dalam rumah tangga merupakan saat-saat yang paling dinantikan. Bagi orangtua, kehadiran ini bagaikan terbitnya mentari yang akan membawa keluarga pada sukacita yang berkesinambungan. Bagi kakek-neneknya, kehadiran bayi dalam keluarga anaknya merupakan harapan yang dapat melupakan sejenak, betapa sudah lanjut usia mereka.

Tatapan seorang bayi merupakan tatapan yang penuh ketulusan dan kepolosan. Ketika orang dewasa melihat seolah-olah bayi tidak merespon canda, ucapan, maupun gurauan yang diberikan, sesungguhnya sang bayi sudah mampu mendengar, hanya butuh waktu untuk mengolah lebih lanjut.


Itulah sebabnya, hampir semua pengunjung rumah sakit bersalin akan tertawa, tersenyum bahkan enggan untuk beranjak ketika jam-jam besuk baby show di mulai. (Di mana semua bayi yang ada di rumah sakit tersebut diperlihatkan kepada seluruh pengunjung dalam suatu ruang kaca yang besar dan steril).

"Pupil mata seorang wanita akan membesar di kala melihat seorang bayi. Sekalipun belum pernah merawat seorang bayi, namun naluri keibuan akan melahirkan kompetensi tersendiri untuk merawatnya begitu bijak." begitu kata orang bijak 


Kenyataannya adalah, saat seorang bayi dilahirkan sebenarnya ia berjuang untuk bisa "hidup sendiri" tanpa membawa serta fasilitas yang digunakan selama dalam kandungan.

Ketika masih didalam kandungan, segalanya tersedia dengan aman dalam lingkungan yang kondusif. Suhu udara diatur, makanan selalu cukup, oksigen sangat memadai dan tingkat kebisingan pun terkendali karena peran ibu yang mengandung sangat besar disini.

Tiga puluh delapan minggu fasilitas terbaik dalam kandungan itu akhirnya dia tinggalkan. Perjuangan pun dimulai dengan tarikan nafas dan tangisan, kemudian berlanjut dengan berfungsinya organ-organ tubuh yang lainnya. Tak pelak lagi, dokter anak yang mendampingi dokter kandungan atau bidan dalam proses persalinan, biasanya langsung melakukan pengecekan dan observasi terhadap aktivitas organ-organ si bayi. Jika semua berada dalam kondisi normal, barulah dipantau dan diberi perlakuan tertentu yang akan membantu tumbuh kembangnya bayi tersebut.


Mengambil analogi dari bayi tersebut, kehidupan manusia pun ternyata memerlukan waktu dan upaya maksimal untuk menyesuaikan diri di tempat yang baru. Saat harus pergi merantau untuk bekerja atau mengikuti pendidikan, seseorang harus siap meninggalkan kenyamanan rumah yang selama ini dinikmati. Ia harus hidup dan menyesuaikan dengan lingkungan barunya. Hari-hari pertama dalam penyesuaian di tempat dan suasana yang baru akan menentukan bagaimana pertumbuhan selanjutnya. Ada yang begitu memasuki tantangan yang baru, selalu muncul keinginan untuk kembali pada nostalgia kenyamanan terdahulu yang pernah diperolehnya. Ada pula demi menjaga kenyamanan diri selalu menyertakan plasenta (fasilitas maupun rekan-rekannya) di tempat atau dalam suasananya yang baru.


Belajar dari sang bayi, setiap manusia dituntut untuk mandiri dan tidak bergantung atau bersandar kepada orang lain. Membangun tali silaturahmi dan jaringan adalah upaya yang efektif dalam rangka mengembangkan kompetensi. 

Bayi tidak selamanya minum ASI, dia akan berkembang makan bubur, nasi, dan makanan keras lainnya. Demikian pula manusia, setiap individu yang mandiri, ia tidak akan puas dengan tantangan pekerjaan yang biasa-biasa saja. Semakin hari semakin tumbuh, baik dari segi kompetensi maupun unjuk kerjanya.


Bertambah usia dan masa kerja adalah hal yang pasti dan tidak dapat dipungkiri lagi, namun terus tumbuh dan berkembang dalam peningkatan kualitas moral, spiritual, dan sosial, serta kompetensi adalah pilihan kita sendiri, karena: "Tua sudah pasti, dewasa adalah pilihan."[]


"𝙻𝚒𝚗𝚐𝚔𝚞𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚍𝚒 𝚜𝚎𝚔𝚒𝚝𝚊𝚛𝚖𝚞 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚎𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚍𝚒𝚛𝚒𝚖𝚞. 𝙱𝚊𝚐𝚊𝚒𝚖𝚊𝚗𝚊 𝚔𝚊𝚖𝚞 𝚖𝚎𝚗𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗𝚒 𝚔𝚎𝚊𝚍𝚊𝚊𝚗 𝚍𝚊𝚛𝚞𝚛𝚊𝚝 𝚊𝚝𝚊𝚞 𝚋𝚊𝚐𝚊𝚒𝚖𝚊𝚗𝚊 𝚛𝚎𝚊𝚔𝚜𝚒𝚖𝚞 𝚜𝚊𝚊𝚝 𝚜𝚎𝚜𝚎𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚎𝚛𝚜𝚒𝚔𝚊𝚙 𝚔𝚊𝚜𝚊𝚛 𝚝𝚎𝚛𝚑𝚊𝚍𝚊𝚙𝚖𝚞, 𝚒𝚝𝚞 𝚍𝚒𝚛𝚒𝚖𝚞."

(Halsey) 


Dari buku: "Setengah kosong setengah isi"



MELEWATKAN KESEMPATAN

"𝘔𝘢𝘯𝘶𝘴𝘪𝘢 𝘴𝘦𝘳𝘪𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘭𝘶𝘱𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘥𝘪𝘢 𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵𝘬𝘢𝘯, 𝘮𝘢𝘭𝘢𝘩𝘢𝘯 𝘭𝘢𝘳𝘶𝘵 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘬𝘦𝘴𝘦𝘥𝘪𝘩𝘢𝘯 𝘢𝘵𝘢𝘴 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘭𝘶𝘱𝘶𝘵 𝘥𝘢𝘳𝘪𝘯𝘺𝘢."


Suatu ketika seorang pemburu berangkat ke hutan untuk mencari binatang buruan yang besar. Sengaja dia tidak menggunakan anjing pelacak atau jaring penjerat, tetapi menunggu di balik sebatang pohon yang memang sering dilalui oleh binatang-binatang buruan.

Tidak lama kemudian, seekor ayam hutan besar kesiangan hinggap di atas pohon kecil tepat di depan si pemburu. Dengan ayunan parang atau pukulan gagang tombaknya, ayam itu pasti bisa diperolehnya. Akan tetapi, si pemburu berpikir, "Untuk apa merepotkan diri dengan seekor ayam? Apalah artinya dia dibanding dengan seekor rusa besar yang saya incar?"

Tidak lama berselang, seekor kancil lewat. Kancil itu sempat berhenti di depannya, bahkan menjilat-jilat ujung tombaknya. Akan tetapi, si pemburu berpikir, "Ah, hanya seekor kancil, nanti malah tidak ada yang memakannya, sia-sia."

Setelah agak lama si pemburu menunggu, tiba-tiba terdengar langkah-langkah kaki binatang mendekat. Si pemburu pun mulai siaga penuh, tetapi ternyata, ah ... kambing liar. la pun membiarkannya berlalu. Lama sudah ia menunggu, tetapi tidak ada rusa yang lewat. Akhirnya, ia pun tertidur.


Baru setelah hari sudah sore, rusa yang ditunggu lewat. Rusa itu sempat berhenti di depan pemburu. Akan tetapi, si pemburu masih tertidur. Ketika rusa itu hampir menginjaknya, si pemburu kaget. Spontan ia berteriak, "Rusa!"


Rusa pun kaget dan berlari dengan kencang sebelum si pemburu menombaknya. Alhasil, si pemburu pulang tanpa membawa apa-apa.


Banyak orang yang mempunyai idealisme terlalu tinggi untuk memperoleh sesuatu yang diinginkannya. Mereka berpikir tentang yang tinggi-tinggi, tapi melupakan yang kecil. Tawaran dan kesempatan-kesempatan kecil dilewati begitu saja tanpa pernah berpikir bahwa mungkin dari situlah mereka bisa memperoleh sesuatu yang berharga. Tidak jarang orang-orang seperti itu menelan pil pahit karena akhirnya tidak mendapatkan apa-apa.[]


 "𝐎𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐩𝐞𝐬𝐢𝐦𝐢𝐬𝐭𝐢𝐬 𝐦𝐞𝐥𝐢𝐡𝐚𝐭 𝐤𝐞𝐬𝐮𝐥𝐢𝐭𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐬𝐞𝐭𝐢𝐚𝐩 𝐤𝐞𝐬𝐞𝐦𝐩𝐚𝐭𝐚𝐧. 𝐎𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐨𝐩𝐭𝐢𝐦𝐢𝐬𝐭𝐢𝐬 𝐦𝐞𝐥𝐢𝐡𝐚𝐭 𝐩𝐞𝐥𝐮𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐬𝐞𝐭𝐢𝐚𝐩 𝐤𝐞𝐬𝐮𝐥𝐢𝐭𝐚𝐧."

(Winston Churchill)


Dari buku

"Soulburger The Taste of Pure Inspirasation"



MENERIMA KRITIK

 

"𝐃𝐢𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤𝐢 𝐡𝐚𝐤 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐤𝐫𝐢𝐭𝐢𝐤 𝐬𝐞𝐬𝐞𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠, 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐧𝐚𝐫𝐧𝐲𝐚 𝐢𝐚 𝐦𝐞𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤𝐢 𝐡𝐚𝐭𝐢 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐦𝐞𝐧𝐨𝐥𝐨𝐧𝐠"

(Abraham Lincoln)


Maret 1861

Abraham Lincoln diangkat sebagai Presiden Amerika Serikat.

Saat akan menyusun para menteri yang akan membantunya, Abe teringat dengan Edwin Stanton. Pada waktu menjadi pengacara, Abe pernah bertemu di sebuah persidangan. Meski Stanton sempat melecehkan dan menghinanya, namun dia adalah pengacara yang berotak cerdas, tajam analisisnya. 

Maka Lincon lalu menjadikan Stanton sebagai Sekretaris perang.

Pada suatu ketika, untuk menyenangkan hati seorang pejabat, Abraham Lincoln menandatangani suatu perintah untuk memindahkan resimen-resimen tertentu. Stanton, sekretaris urusan peperangan tidak mau melaksanakan perintah itu karena ia yakin Presiden telah membuat kesalahan besar. Sebagai tambahan ia berkata, " Itu adalah perintah keliru dari seorang Lincoln yang bodoh."

Ketika hal ini disampaikan kepada Lincoln, ia berkata, "Kalau Stanton mengatakan bahwa saya bodoh, tentu saya memang bodoh karena ia hampir selalu benar untuk urusan yang berhubungan dengan militer. Saya akan mengambil langkah dan melihatnya sendiri."

Dengan segera Lincoln menarik kembali perintah itu. 

Semua orang tahu bahwa salah satu kebesaran Lincoln terletak pada cara ia menerima kritik dengan senang hati.[]


"𝑶𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒊𝒋𝒂𝒌 𝒍𝒆𝒃𝒊𝒉 𝒔𝒖𝒌𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒖𝒏𝒕𝒖𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒌𝒓𝒊𝒕𝒊𝒌 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒂𝒏𝒈𝒖𝒏 𝒅𝒂𝒓𝒊𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒅𝒊𝒓𝒖𝒔𝒂𝒌 𝒐𝒍𝒆𝒉 𝒑𝒖𝒋𝒊𝒂𝒏 𝒑𝒂𝒍𝒔𝒖."

(Shiv Khera)


Dari buku 

"DOA SANG KATAK 2" Meditasi dengan Cerita

MENGGAPAI BINTANG

Aku lahir sebagai anak sulung dari tiga bersaudara di sebuah desa di kabupaten Boyolali.

Orang tua kami bekerja sebagai guru SD dengan penghasilan yang kecil. Begitu kekurangannya, sehingga untuk mendirikan rumah tinggal yang layak, mereka memerlukan waktu selama 13 tahun. Sepeda onthel adalah satu-satunya kendaraan yang digunakan untuk mengajar ke Sukoharjo yang jaraknya cukup jauh dari kampung kami.

Sebuah pukulan datang saat aku kelas 3 MI/SD ketika ibu berpulang setelah dirawat lima belas hari di Rumah Sakit Kasih Ibu, Solo.

Sepeninggal Ibu kami harus tetap berjuang, bapak menjadi seorang Single Parent dan kami mulai berbagi tugas.

Sebelum berangkat bertugas bapak masak untuk kami semua buat sarapan dan makan siang.

Pukul 13.00 sepulang sekolah aku mulai membereskan bekas makan sebelum berangkat belajar kelompok di rumah teman. Dari mereka yang buku-bukunya lebih lengkap aku bisa membuat catatan dan menyelesaikan tugas.

Walaupun kami hidup dengan satu sayap, kami masih merasa bahagia. Bapak sungguh sangat mengerti kami. Minggu adalah hari yang kami nanti-nantikan karena hari itu Bapak mengajak kami dengan sepeda motor bekasnya ke Bandara Adi Soemarmo, Solo, untuk melihat pesawat. Kami sangat senang. Senang bahwa kami melihat pesawat yang besar dengan sayapnya yang gagah. Dan, saat itu, Bapak bilang bahwa suatu saat kami bisa naik pesawat itu, entah nanti jalannya bagaimana. Bapak menekankan bahwa dengan belajar yang tekun, cita-cita kami akan tercapai, termasuk untuk bisa naik pesawat. Rasanya mustahil bagi kami untuk bisa merasakan naik pesawat, terlebih mengingat keadaan kami pada saat itu. Biasanya sepulang dari jalan-jalan kami diajak makan soto kampung di warung pinggir jalan.

Sejak kecil aku dilatih untuk berdisiplin, terutama shalat lima waktu dan belajar. Alhamdulillah, selama enam tahun di MI aku selalu menduduki peringkat 1 atau 2, dan sering mewakili sekolah untuk mengikuti pelbagai macam lomba.

Ada suatu episode yang begitu membekas di hatiku. Saat itu, entah mengapa pukul satu dini hari aku terbangun. Aku langsung menuju ruang tamu karena lampu masih menyala. Aku melihat Bapak sedang menyetrika baju kami. Memang, menjadi kebiasaannya setiap malam Minggu lembur menyetrika baju kami. Tidak hanya baju sekolah saja yang disetrika, tapi baju yang kami pakai sehari-hari.

"Bapak kok belum tidur?"

"Nduk, meski ibu sudah tidak ada, Bapak ingin kalian tetap tampil rapih dengan baju kalian" begitu jawaban Bapak.

Aku ingat janjiku di depan jenazah Ibu bahwa aku akan menjadi anak yang terbaik baginya. Aku juga akan menjadi kakak yang terbaik bagi adik-adikku, yang membanggakan mereka dan tidak ingin mengecewakan Bapakku dengan perjuangannya yang besar

Lulus dari MI dengan peringkat ketiga peraih NEM se kecamatan, aku melanjutkan ke SMP Negeri I Sawit,sekolah negeri favorit yang lokasinya tidak jauh dari rumahku. Hanya sekitar empat kilometer. Setiap hari aku berangkat naik sepeda ke sana. Teman-teman baruku di SMP karena banyak yang pintar membuat aku banyak ketinggalan dan harus menyusulnya 

Aku mulai meningkatkan disiplin. Pulang sekolah, aku makan, kemudian beristirahat sebentar. Setelah itu, aku terbiasa mengulang pelajaran yang telah diajarkan di sekolah. Malamnya setelah shalat Isya dan membaca Al-Quran aku melanjutkan belajar sampai pukul 23.00. Dengan begitu, alhamdulillah aku bisa mengejar ketertinggalan. Dan, hasil dari disiplin yang ketat, belajar, dan berdoa yang tiada henti, selama tiga tahun belajar di SMP aku berhasil menduduki peringkat 1. Hal yang sama terjadi pula saat aku melanjutkan sekolahku di SMA I Boyolali yang jaraknya 15 km dari rumahku. Di SMA ini aku tambah bersemangat untuk maju.

Alhamdulillah, berkat usaha yang terus-menerus sampai lulus SMA aku selalu menduduki peringkat lima besar di kelas.

Jurusan Kimia Unnes (dahulu IKIP Semarang) adalah tempatku kuliah usai menamatkan SMA.

Sebuah lingkungan baru yang berbeda dibandingkan dengan jenjang sekolah yang kulalui sebelumnya. Jadwal perkuliahan, organisasi mahasiswa, ekstra kurikuler Rohis (Rohani Islam) telah membuka wawasanku tentang dunia.

Dengan uang kiriman dari bapak yang terbatas akhirnya aku ikut angkatan 69 (berangkat jam 6 pagi, pulang jam 9 malam). Semua usaha kecil-kecilan kulakukan mulai berjualan sari jahe, telor asin, kerupuk.

Di kampus juga aku mengenal lomba karya tulis mahasiswa. Dan aku mencoba ikut lomba tersebut. Tidak jarang aku gagal seleksi, mencoba lagi, gagal lagi sampai akhirnya aku bisa membuat karya yang baik, dengan meminjam komputer laboratorium dan memenangkan tingkat provinsi dan harapan tingkat Nasional.

Lulus kuliah aku diterima kerja, tapi bapak melarang dan menyuruh untuk melanjutkan kuliahku ke S2 di Teknik Kimia UGM. Datang pertolongan Allah saat aku membutuhkan biaya. Seorang kawan menawarkan aku untuk mengurus kontrakan saudaranya di Kaliurang dengan imbalan gratis tinggal di tempat tersebut. Sebuah bimbingan belajar juga memanggilku untuk direkrut sebagai tenaga pengajar. Dengan demikian Bapak sudah tidak perlu membiayai aku lagi.

Datang lagi program Dual Degree dari program S2 UGM, yaitu kuliah master UGM setahun dilanjutkan dengan 1,5 tahun lagi di Technical University Braunschweig, Jerman. Para peserta yang lolos seleksi dual degree itu nantinya akan mendapatkan ijazah dua buah, yaitu dari UGM dan Technical University Braunschweig. Lintasan impian masa kecil itu tergambar lagi, saat melihat pesawat terbang di Bandara Adi Soemarmo. Maka aku mendaftar program tersebut. Waktu itu yang lolos wawancara lima orang, dan aku adalah salah satunya. Kami diwawancarai langsung oleh Vice President TU Braunschweig. Dari lima orang peserta, yang akan diberangkatkan dua orang. Dan, alhamdulillah, aku beruntung mendapatkan beasiswa itu.


Kini, sudah 1,5 tahun aku berada di Jerman. Aku membaca bait-bait yang selalu menyemangatiku.


𝑩𝒖𝒌𝒂𝒏𝒍𝒂𝒉 𝒌𝒆𝒔𝒂𝒃𝒂𝒓𝒂𝒏 𝒋𝒊𝒌𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒃𝒂𝒕𝒂𝒔

𝑩𝒖𝒌𝒂𝒏𝒍𝒂𝒉 𝒌𝒆𝒚𝒂𝒌𝒊𝒏𝒂𝒏 𝒋𝒊𝒌𝒂 𝒎𝒂𝒔𝒊𝒉 𝒂𝒅𝒂 𝒌𝒆𝒃𝒊𝒎𝒃𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏

𝑺𝒆𝒌𝒂𝒍𝒊 𝒍𝒂𝒈𝒊 𝒌𝒆𝒏𝒂𝒑𝒂 𝒌𝒂𝒖 𝒓𝒂𝒈𝒖 𝒕𝒆𝒓𝒉𝒂𝒅𝒂𝒑 𝒑𝒆𝒓𝒋𝒖𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏

𝒊𝒏𝒊?


𝑩𝒖𝒌𝒂𝒏𝒍𝒂𝒉 𝑨𝒍𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒖𝒅𝒂𝒉 𝒃𝒆𝒓𝒋𝒂𝒏𝒋𝒊

𝑫𝒊𝒂 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒖𝒂𝒕𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒋𝒊𝒌𝒂 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒃𝒆𝒓𝒔𝒂𝒃𝒂𝒓

𝑩𝒆𝒓𝒔𝒂𝒃𝒂𝒓𝒍𝒂𝒉 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒑𝒓𝒐𝒔𝒆𝒔 𝒌𝒆𝒉𝒊𝒅𝒖𝒑𝒂𝒏


𝑰𝒏𝒈𝒂𝒕𝒌𝒂𝒉 𝒌𝒂𝒖 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒖𝒑𝒖-𝒌𝒖𝒑𝒖 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒊𝒏𝒅𝒂𝒉

𝑩𝒖𝒌𝒂𝒏𝒌𝒂𝒉 𝒅𝒊𝒂 𝒍𝒂𝒎𝒂 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒇𝒂𝒔𝒆 𝒌𝒆𝒑𝒐𝒎𝒑𝒐𝒏𝒈𝒏𝒚𝒂


𝑰𝒏𝒈𝒂𝒕𝒌𝒂𝒉 𝒌𝒂𝒖 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝑺𝒊𝒕𝒊 𝑯𝒂𝒋𝒂𝒓

𝑲𝒆𝒕𝒆𝒈𝒂𝒓𝒂𝒏 𝒅𝒊𝒂 𝒉𝒊𝒅𝒖𝒑 𝒔𝒆𝒏𝒅𝒊𝒓𝒊𝒂𝒏 𝒅𝒊 𝒑𝒂𝒅𝒂𝒏𝒈 𝒈𝒆𝒓𝒔𝒂𝒏𝒈 

𝑲𝒂𝒕𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒌𝒂𝒖 𝒊𝒏𝒈𝒊𝒏 𝒔𝒆𝒌𝒖𝒂𝒕 𝑺𝒊𝒕𝒊 𝑯𝒂𝒋𝒂𝒓?


𝑩𝒖𝒌𝒂𝒏𝒌𝒂𝒉 𝒌𝒂𝒖 𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝒃𝒆𝒓𝒖𝒄𝒂𝒑 

𝑨𝒌𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒕𝒊𝒂 𝒅𝒊 𝒋𝒂𝒍𝒂𝒏 𝒊𝒏𝒊

𝑴𝒆𝒏𝒈𝒊𝒌𝒂𝒕𝒌𝒂𝒏 𝒋𝒂𝒏𝒋𝒊 𝒑𝒆𝒓𝒋𝒖𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏

𝑲𝒆𝒏𝒂𝒑𝒂 𝒔𝒆𝒌𝒂𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒑𝒖𝒕𝒖𝒔 𝒂𝒔𝒂?

𝑷𝒂𝒅𝒂𝒉𝒂𝒍, 𝒕𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂𝒍 𝒃𝒆𝒃𝒆𝒓𝒂𝒑𝒂 𝒕𝒂𝒏𝒈𝒈𝒂 𝒍𝒂𝒈𝒊 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒂𝒖 𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓𝒊


𝑰𝒏𝒈𝒂𝒕𝒌𝒂𝒉 𝒌𝒂𝒖?

𝑩𝒂𝒉𝒘𝒂 𝒊𝒏𝒕𝒂𝒏 𝒊𝒕𝒖 𝒕𝒆𝒓𝒄𝒊𝒑𝒕𝒂 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒕𝒆𝒌𝒂𝒏𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝒔𝒖𝒉𝒖 𝒕𝒊𝒏𝒈𝒈𝒊

𝑲𝒂𝒕𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒊𝒏𝒈𝒊𝒏 𝒔𝒆𝒈𝒆𝒎𝒊𝒍𝒂𝒏𝒈 𝒊𝒏𝒕𝒂𝒏?

𝑴𝒂𝒋𝒖 ... 𝒎𝒂𝒋𝒖 ... 𝒎𝒂𝒋𝒖

𝑱𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒎𝒂𝒖 𝒎𝒆𝒏𝒚𝒆𝒓𝒂𝒉 𝒐𝒍𝒆𝒉 𝒌𝒆𝒂𝒅𝒂𝒂𝒏 

𝑨𝒕𝒂𝒖 𝒌𝒂𝒖 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒆𝒓𝒍𝒊𝒏𝒅𝒂𝒔 𝒐𝒍𝒆𝒉 𝒛𝒂𝒎𝒂𝒏.


(Dikisahkan oleh Shohifah Annur dalam buku "Berjalan Menembus Batas)





Selasa, 26 Maret 2024

SIMULATOR PENERBANGAN PIKIRAN BAWAH SADAR

"𝑨𝒑𝒂 𝒑𝒖𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒕𝒂𝒏𝒂𝒎 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒑𝒊𝒌𝒊𝒓𝒂𝒏 𝒃𝒂𝒘𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒅𝒂𝒓 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝒑𝒆𝒍𝒊𝒉𝒂𝒓𝒂 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒑𝒆𝒏𝒈𝒖𝒍𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝒆𝒎𝒐𝒔𝒊 𝒔𝒖𝒂𝒕𝒖 𝒉𝒂𝒓𝒊 𝒏𝒂𝒏𝒕𝒊 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒋𝒂𝒅𝒊 𝒌𝒆𝒏𝒚𝒂𝒕𝒂𝒂𝒏."

(Earl Nightingale)


"Menakutkan", "menarik" atau "sulit untuk dipercaya". Demikianlah beberapa komentar penumpang pesawat jyanh mendarat di Bandara Internasional Kai Tak, Hongkong.

Pesawat akan terbang mengitari gunung-gunung yang terjal, kemudian melewati gedung-gedung yang tinggi (bukan diatas gedung!) sebelum mencapai lokasi pendaratannya.

Sebuah maskapai penerbangan internasional yang hendak melatih para pilotnya untuk menerbangkan pesawat ke Hong Kong tentu tidak akan langsung memerintahkan membawa Boeing 747 yang sarat penumpang. 

Mereka akan melatih para pilotnya dengan menggunakan sebuah simulasi penerbangan, di mana gambaran nyata' penerbangan menuju bandara Hong Kong dapat dipelajari: gunung-gunung, gedung-gedung, air, dan sejenisnya. Dengan menggunakan simulator, mereka dapat merasakan getaran-getaran yang ada serta mendengarkan suara mesin pesawat, dan melihat visual penerbangan tersebut.

Berikutnya seorang pilot ikut mendampingi rekannya dalam pesawat yang melakukan pendaratan di Hongkong.

Ketika seorang pilot bersiap untuk melakukan pendaratan di bandara Hong Kong yang terkenal begitu sulit karena melalui berbagai pencakar langit adalah sama seperti mempersiapkan diri sendiri untuk mencapai kesuksesan dalam hidup. 

Pikiran bawah sadar adalah suatu prinsip dan bekerja menurut hukum keyakinan yang kemudian bereaksi menjadi pengalaman, peristiwa, kondisi dan tindakan-tindakan

Dengan menabur pikiran kedamaian, kebahagiaan, tindakan yang benar, kehendak yang baik, dan kesejahteraan, maka akan menuai hasil panen yang melimpah, gilang-gemilang. 

Pikiran bawah sadar Anda dapat diserupakan dengan tanah yang akan menumbuhkan semua jenis benih yang baik maupun yang buruk.[]

"𝙰𝚙𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚔𝚒𝚝𝚊 𝚙𝚒𝚔𝚒𝚛𝚔𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚗𝚎𝚗𝚝𝚞𝚔𝚊𝚗 𝚊𝚙𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚎𝚛𝚓𝚊𝚍𝚒 𝚙𝚊𝚍𝚊 𝚔𝚒𝚝𝚊, 𝚓𝚊𝚍𝚒 𝚓𝚒𝚔𝚊 𝚔𝚒𝚝𝚊 𝚒𝚗𝚐𝚒𝚗 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚞𝚋𝚊𝚑 𝚑𝚒𝚍𝚞𝚙 𝚔𝚒𝚝𝚊, 𝚔𝚒𝚝𝚊 𝚙𝚎𝚛𝚕𝚞 𝚖𝚎𝚖𝚙𝚎𝚛𝚕𝚞𝚊𝚜 𝚙𝚒𝚔𝚒𝚛𝚊𝚗 𝚔𝚒𝚝𝚊."

(Wayne Dyer)


Sumber

1.buku "You Can Do It"

2.https://grhasia.jogjaprov.go.id/berita/43/sukses-dengan-pikiran-bawah-sadar-.html



INSPIRASI SUGENG

"𝐊𝐞𝐛𝐞𝐧𝐜𝐢𝐚𝐧 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐛𝐞𝐛𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐞𝐫𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐛𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐝𝐢𝐭𝐚𝐧𝐠𝐠𝐮𝐧𝐠.𝐈𝐭𝐮 𝐦𝐞𝐥𝐮𝐤𝐚𝐢 𝐬𝐢 𝐩𝐞𝐦𝐛𝐞𝐧𝐜𝐢 𝐥𝐞𝐛𝐢𝐡 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐦𝐞𝐥𝐮𝐤𝐚𝐢 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐛𝐞𝐧𝐜𝐢 "

(Coretta Scott King)


Tahun 1960an, saya tinggal bersama ibu dan dua kakak saya di Dinoyo Tangsi, sebuah gang sempit di Surabaya.

Saya mempunyai tetangga seorang bocah laki-laki yang mempunyai kaki lumpuh, sehingga untuk bergerak dia menggunankan tongkat penyangga. Namun pada saat-saat tertentu dia menggunakan alat bantu seperti kereta beroda tiga. Bagi anak kampung kereta itu sering dijadikan mainan dengan cara membonceng dibelakang. Tidak gratis tentunya, tergantung dari  'musim'nya mainan: kelereng, kartu bergambar,  layangan atau mainan yang lain.

Saya tidak mengerti, kenapa anak itu sangat membenci saya. Tak jarang badan atau kepala saya kena pukul tongkat penyangga kaki tanpa sebab. Saya tidak berani membalas, karena dia mempunyai kakak laki-laki yang melindunginya, disamping usianya juga lebih tua.

Sejak itu saya benci pada orang-orang yang kakinya cacat. Orang-orang yang menggunakan tongkat penyangga di ketiak. Dalam pikiran saya, mereka adalah orang-orang jahat. "Racun" itu menyebar di otak dan mengendap di hati saya untuk jangka waktu yang lama. Trauma yang saya alami dulu itu tanpa saya sadari ternyata cukup parah.

Setelah dewasa dan memahami bahwa setiap individu berbeda, tingkat kebencian saya berangsur memudar. Tidak semua orang yang kakinya lumpuh itu jahat. 

Namun, trauma masa kanak-kanak itu sulit dihapus tuntas. Bayangan wajah dan perlakuan anak bertongkat yang saya terima di masa lalu itu ternyata mengendap di bawah alam sadar dan kadang mencuat ke permukaan. 

Kadang saya berpikir kebencian anak itu karena penampilan saya yang 'berbeda'.

Darah belanda yang mengalir dalam tubuh saya  menjadikan warna kulit saya lebih terang dan rambut saya berwarna pirang.

Kalau dikota  besar, hal tersebut tidak jadi masalah, tapi di lingkungan dalam gang sempit?

Empat puluh tahun kemudian, saat mengundang Sugeng Siswoyudhono pada acara "Kick Andy", saya teringat kembali pada anak bertongkat semasa saya kecil dulu yang begitu saya benci. Anak yang dulu sering menganiaya saya dengan kedua tongkatnya yang mengerikan itu.

Berbeda dengan anak tetangga saya, pemuda berkaki  satu dari Mojokerto itu menginspirasi banyak orang.

Bermula dari kaki palsunya yang sudah rusak, pemuda tamatan SMA ini mulai merancang dan membuat sendiri kaki palsu. Ternyata kaki palsu dari fiber ciptaannya tersebut lebih nyaman dan lebih ringan dari kaki palsu yang biasa dipakai.

Maka, pesanan kaki palsu mulai mengalir dari beberapa daerah. Harga yang diberikan juga relatif murah, karena sejak awal tujuannya memang lebih untuk membantu orang-orang yang tidak mampu. Bersama sejumlah anak muda di desanya, Sugeng membuka "bengkel" kaki palsu. Dari seorang yang seharusnya "dikasihani", Sugeng yang sehari-hari bekerja sebagai penjual susu botol ini, justru tampil sebagai penolong orang-orang yang membutuhkan kaki palsu murah. 

Dalam keterbatasannya, Sugeng rela berbagi.

Seolah diatur oleh Yang Diatas, pertemuan dengan Sugeng mengikis kebencian yang rupanya masih mengendap di alam bawah sadar saya. 

Dengan cara-Nya, Tuhan hendak menghapus prasangka buruk yang masih tersisa di alam bawah sadar saya. Prasangka tentang orang-orang yang kakinya cacat. Kehadiran Sugeng di Kick Andy memang membuat banyak orang terinspirasi dan termotivasi. Bagi saya pribadi, pertemuan dengan Sugeng membersihkan trauma masa kanak yang ternyata masih mengendap di bawah alam sadar. Karena itu, saya mensyukuri pertemuan saya dengan Sugeng. Tuhan, terima kasih. Sejak bertemu pemuda berkaki palsu itu, hati saya jadi plong. Hidup jadi lebih ringan.[]

"𝑺𝒂𝒚𝒂 𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒎𝒖𝒕𝒖𝒔𝒌𝒂𝒏 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒃𝒆𝒓𝒕𝒂𝒉𝒂𝒏 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒄𝒊𝒏𝒕𝒂. 𝑲𝒆𝒃𝒆𝒏𝒄𝒊𝒂𝒏 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒃𝒆𝒃𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒆𝒓𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒃𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒅𝒊𝒕𝒂𝒏𝒈𝒈𝒖𝒏𝒈."

(Martin Luther King,Jr)


Dari buku

"Andy's Corner" Kumpulan Curahan Hati Andy F Noya 

Keterangan foto: Andy F Noya dengan Sugeng Siswoyudhono



ADA YANG LEBIH HEBAT

 “𝑺𝒆𝒃𝒂𝒊𝒌-𝒃𝒂𝒊𝒌 𝒎𝒂𝒏𝒖𝒔𝒊𝒂 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒂𝒍𝒊𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒎𝒂𝒏𝒇𝒂𝒂𝒕 𝒃𝒂𝒈𝒊 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒊𝒏.”  (Hadits Riway...