Kamis, 12 Mei 2022

MALAIKAT PENJAGA DARI KAMP KONSENTRASI


𝗞𝗲𝗯𝗲𝗿𝗮𝗻𝗶𝗮𝗻 𝗮𝗱𝗮𝗹𝗮𝗵 𝗮𝗱𝗮𝗹𝗮𝗵 𝗸𝗲𝘁𝗮𝗸𝘂𝘁𝗮𝗻 𝘀𝗲𝘁𝗲𝗻𝗴𝗮𝗵 𝗺𝗮𝘁𝗶 -- 𝘁𝗲𝘁𝗮𝗽𝗶 𝘁𝗲𝘁𝗮𝗽 𝘀𝗶𝗮𝗽 𝗯𝗲𝗿𝘁𝗮𝗿𝘂𝗻𝗴

(𝗝𝗼𝗵𝗻 𝗪𝗮𝘆𝗻𝗲)


Luba dibesarkan dalam komunitas Yahudi di Polandia yang kemudian menikah dengan Hersch Gercak dan dikaruniai seorang anak bernama Isaac.

Kehidupan keluarga yang nyaman itu porak-poranda dengan pecahnya perang. Tentara Nazi memburu orang-orang Yahudi untuk dimasukkan ke kamp Konsentrasi Auschwitz-Birkenau yang terkenal dengan kekejamannya.

Saat memasuki gerbang kamp, tentara SS merenggut Isaac dari pelukannya dan melemparkan anak berusia 3 tahun itu kedalam truk bersama anak-anak lain dan orang-orang tua untuk dibawa ke kamar gas. Tak lama kemudian datang truk menyeret suaminya yang sudah tak bernyawa. Sejak saat itu, Luba tidak punya gairah hidup lagi.

Namun, kekerasan hatinya mendorong ia untuk tidak menyerah. Sepertinya Tuhan memiliki tujuan untuk itu.  Dengan kulit kepala yang dicukur plontos dan nomor tatto 32967 di lengannya, dia dipekerjakan di Rumah Sakit Auschwitz, sebuah bangunan dimana orang-orang dibiarkan meninggal.

Perlahan Luba berhasil mengatasi ketakutannya, belajar sedikit demi sedikit bahasa Jerman.

Desember 1944, Luba dikirim ke Kamp Bergen-Belsen. Tak ada kamar gas disitu, tapi angka kematian tetap banyak sehingga menjadi tempat pemusnahan yang praktis.

Keadaan semakin memburuk menjelang kedatangan tentara sekutu. Kendaraan pembawa orang kelaparan dan sakit makin berdatangan ke kamp.

Terdengar suara tangisan anak. Luba melihat ada sekelompok anak menggigil ketakutan. Dia memberikan isyarat agar tidak takut dan mendekati mereka.

"Apa yang terjadi? Kenapa kalian ada disini?" tanya Luba.

Dengan bahasa Jerman yang patah-patah, seorang anak yang terlihat lebih besar bernama Jack Rodri menceritakan tiba-tiba saja tentara SS membawa mereka tanpa tahu tujuannya. Hetty Werkendam, bocah perempuan berumur 14 tahun adalah anak tertua dari kelima puluh empat anak itu. Dia sedang menggendong Stella Degen yang berusia dua setengah tahun. Ada lagi beberapa anak yang lebih muda lagi.

Beberapa penghuni kamp mencegahnya membawa anak-anak itu kedalam barak, namun Luba tidak mengindahkan. "Kalau ini anak-anak kalian, apakah kalian akan menyuruhku mengusir mereka? Mereka ini anak manusia" jawaban itu membuat mereka terdiam.

Dari Jack diperoleh cerita mereka selamat dari kekejaman tentara Nazi, karena orang tua mereka yang ahli memotong berlian diperlukan Jerman. Mereka lalu dipisahkan dengan anak-anaknya di kamp Bergen-Belsen.

Hati Luba membumbung tinggi, bersyukur kepada Tuhan akan datangnya anak-anak ini. Tuhan telah mengembalikan makna hidupnya dengan jalan menyelamatkan anak-anak ini agar tidak seperti anaknya.

Karena tidak bisa disembunyikan, Luba memberitahu perwira SS  dan berjanji mereka tidak akan membuat keributan.

"Apa yang akan kamu lakukan terhadap sampah Yahudi ini?" tanya perwira itu.

"Karena aku adalah seorang ibu" kata Luba "Karena aku kehilangan anakku di Auschwitz"

Sadar tangannya masih dipegang oleh Luba yang seorang tawanan, perwira itu meninju wajah Luba hingga terjengkang ke lantai.

Luba bangun, bibirnya berdarah. "Mengapa Anda ingin menyakiti anak-anak yang tidak berdosa? Mereka akan mati kalau tidak ada yang mengurus"

"Urus mereka!" kata perwira itu akhirnya.

"Mereka perlu makan. Izinkan aku minta roti"

Perwira itu menulis catatan yang oleh Luba lalu digunakan untuk mengambil roti.

Sejak itu Luba berkeliling ke gudang, dapur, tempat pemanggangan roti, melakukan barter, sesekali mencuri untuk anak-anak itu.

Anak-anak akan bersorak didepan pintu barak saat melihat Luba di kejauhan. "Dia datang! Dan membawa makanan untuk kita".

Mereka mencintai Luba seperti ibunya sendiri, karena Luba mencarikan makanan, memenuhi kebutuhan mereka, merawat yang sakit, dan menghibur. Tidak ada halangan bahasa Belanda mereka yang tidak dipahami Luba, karena adanya bahasa cinta.

Mendekatnya pasukan sekutu pada musim semi 1945, membuat kamp semakin porak-poranda. Mayat-mayat bergelimpangan, orang sekarat, penyakit tifus dan disentri merajalela.

Beberapa anak asuh Luba tak luput dari wabah ini. Dengan sabar ia menjaga, mengobati, menyuapi dan mendoakan mereka.

Minggu, 15 April 1945 pasukan Inggris tiba dan membebaskan mereka. "Kalian bebas...Kalian bebas" diserukan dalam beberapa bahasa.

Tinggal limapuluh dua anak yang diasuh Luba yang bertahan hidup. Saat sudah cukup kuat, mereka diterbangkan dengan pesawat militer untuk pulang didampingi Luba. Seorang pegawai Belanda menulis "Berkat dialah anak-anak itu bisa bertahan hidup. Sebagai orang Belanda, kami sungguh berutang Budi atas pertolongannya"

Luba masih menemani mereka sampai mereka bertemu dengan ibunya, yang hampir semuanya selamat.

Oleh Palang Merah Internasional, Luba ditugaskan pula untuk menemani 40 anak yatim piatu dari beberapa kamp ke Swedia untuk memulai hidup baru.

Di Swedia Luba bertemu dengan Sol Frederick, seorang korban selamat dari Holocaust. Mereka menikah dan dikaruniai dua orang anak, namun Luba tak bisa melupakan anak-anaknya yang lain.

Dimana mereka?

Jack Rodri menjadi pengusaha sukses dan tinggal di Los Angeles. Hetty Werkendam sukses bekerja di bidang properti di Australia. Gerard Lakmaker hidup makmur sebagai pemilik pabrik. Stella Degen tak bisa mengingat peristiwa di Bergen-Belsen, namun ibunya menceritakan tentang wanita hebat bernama Luba Gercak yang menjaganya.

Anak-anak lainnya memutuskan untuk mencari Luba. Jack Rodri berhasil tampil di TV dan menceritakan kisah Luba. "Jika ada yang mengetahui dimana dia berada" kata Jack "tolong hubungi stasiun TV ini".

Seseorang menelepon ke TV dari Washington DC "Dia berada di kota ini"

Sepekan kemudian Jack mendatangi apartemen Luba dan mereka berpelukan sambil menangis tanpa malu-malu.

Tak lama kemudian, Gerard Lakmaker yang tinggal di London mengatur pemberian penghargaan untuk Luba. Beberapa anak asuh Luba yang lain yang saling berhubungan, berusaha mengumpulkan anak-anak lain tanpa lelah.

April 1995, tepat 50 tahun perayaan kebebasan mereka, sekitar tiga puluh orang pria dan wanita yang selama ini belum pernah bertemu sejak anak-anak, berkumpul di Balaikota Amsterdam untuk menghormati Luba.

Dengan suara parau karena terharu, wakil walikota, mewakili Ratu Beatrix memberikan penghargaan kepada Luba Medali Perak Kehormatan Belanda untuk Jasa Kemanusiaan. Luba terharu menerimanya.

Usai upacara, Stella Degen-Fertig menghampiri Luba. "Aku selalu memikirkan ibu selama hidupku" kata Stella"Ibuku sering mengatakan ia telah melahirkanku, tapi kepada Luba aku telah berutang nyawa. Dia mengingatkan agar aku tidak lupa akan hal itu". Sambil memeluk Luba dan menangis ia berbisik "Aku tidak akan pernah lupa"

Luba membalas pelukan itu dengan air mata berlinang. Karena inilah penghargaan sejati baginya: "anak-anaknya", mendapatkan kembali cinta yang menyelamatkan mereka - dan dirinya- dari bayangan Kamp Kematian.

𝑲𝒆𝒃𝒆𝒓𝒂𝒏𝒊𝒂𝒏 𝒃𝒊𝒂𝒔𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒎𝒖𝒏𝒄𝒖𝒍 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒔𝒊𝒕𝒖𝒂𝒔𝒊 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏𝒄𝒂𝒎 𝒋𝒊𝒘𝒂. 𝑵𝒂𝒎𝒖𝒏 𝒅𝒆𝒎𝒊𝒌𝒊𝒂𝒏, 𝒌𝒊𝒕𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒏𝒆𝒏𝒕𝒖𝒌𝒂𝒏 𝒂𝒑𝒂𝒌𝒂𝒉 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒍𝒂𝒓𝒊 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒌𝒆𝒕𝒂𝒌𝒖𝒕𝒂𝒏 𝒌𝒊𝒕𝒂, 𝒂𝒕𝒂𝒖 𝒎𝒆𝒎𝒊𝒍𝒊𝒌𝒊 𝒌𝒆𝒃𝒆𝒓𝒂𝒏𝒊𝒂𝒏 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒎𝒆𝒏𝒄𝒂𝒓𝒊 𝒔𝒆𝒔𝒖𝒂𝒕𝒖 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒆𝒃𝒊𝒉 𝒃𝒂𝒊𝒌

Dari buku

Everyday Greatness

Inspirasi Untuk Mencapai Kehidupan yang Bermakna

Keterangan foto: Pertemuan Luba Gercak (depan) bersama anak-anak asuhnya setelah limapuluh tahun berpisah

Senin, 09 Mei 2022

KONSISTENSI GURU


 

"Konsistensi adalah elemen kunci, tanpanya seorang pemimpin tidak akan mampu mendapatkan rasa hormat, sukses atau bahkan mengembangkan kepercayaan pada orang lain."

 (Daniel Transon)


Pada tahun 1947, mata kuliah Astrofisika tingkat lanjut di Universitas Chicago, Amerika serikat,  hanya diikuti oleh dua orang mahasiswa Pascasarjana. Keduanya berasal dari Tiongkok: Yang Chen Ning dan Lee Tsung-Dao. Subramanyan Chandrasekhar, guru besar yang dijadwalkan membimbing mata kuliah tersebut, ternyata tidak patah arang dengan jumlah mahasiswa yang hanya dua orang. Ia tetap memberi kuliah pada dua mahasiswanya, meskipun jarak antara rumahnya dengan kampus tidak bisa dibilang dekat. Saat itu Chandrasekhar tinggal di Wisconsin yang berjarak seratus mil jauhnya dari Chicago, karena sedang melakukan riset astronomi di Observatorium Yerkes. Namun, demi kedua mahasiswa tersebut, sang Profesor rela pergi - pulang dua kali sepekan ditengah musim dingin yang tidak bersahabat.

Bimbingan sang Profesor tak sia-sia. Pada tahun 1957, Yang Chen Ning dan Lee Tsung-Dao memperoleh hadiah Nobel Fisika.

Bagaimana dengan sang Profesor?

Dua puluh enam tahun kemudian Subramanyan mendapatkan hadiah Nobel untuk hasil studinya mengenai proses-proses fisika penting dalam pembentukan dan evolusi struktur bintang.[]


"Sukses tidak selalu tentang kebesaran. Ini tentang konsistensi. Kerja keras yang konsisten mengarah pada kesuksesan. Kebesaran akan datang."

 (Dwayne Johnson)


Dari buku

8 Etos Keguruan

Sabtu, 30 April 2022

KESETIAAN HACHIKO




Anda tidak mendapat kesetiaan dalam sehari, tetapi mendapatkannya hari demi hari

(Jeffrey Gitomer)


Ditengah musim dingin di prefektur Akita, kota Odate, Jepang seekor anjing bernama Hachiko lahir.

Setahun kemudian, tahun 1924, profesor Hidesaburo Ueno dari Universitas Tokyo, seorang pecinta anjing mengadopsinya.

Sejak itu hingga bertahun-tahun kemudian Hachiko menjadi piaraan yang setia Profesor Ueno dan keluarganya.

Setiap hari profesor Ueno melatihnya untuk melindungi dari badai dan merawatnya dengan baik.


Saat Hachiko dewasa, rutinitasnya diisi dengan berangkat ke Stasiun Shibuya mengantar sang profesor dan menunggunya sampai pulang untuk kembali ke rumah sore harinya.

Suatu saat Profesor Ueno meninggal mendadak akibat pendarahan otak saat mengajar di kampus. Hachiko yang tidak tahu hal itu, menunggu tuannya sampai pukul 3 sore. Saat tak menemukan Ueno, Hachiko kembali ke rumah dan esok paginya kembali ke stasiun untuk menunggunya kembali.


Sembilan tahun menunggu di stasiun Shibuya tetap dilakukan Hachiko. Tak hanya itu, ia tetap kembali ke rumah setiap sore, meski ia tahu keluarga profesor sudah pindah ke kota lain. 

8 Maret 1935 Hachiko ditemukan mati dalam usia 11 tahun dan kemudian dikubur di sebelah makam temannya, profesor Ueno di Aoyama Cementery.

Saat ini sebuah patung perunggu berbentuk seekor anjing Akita berdiri kokoh di tengah kota Shibuya. Patung ini merupakan penghargaan atas pengabdian dan kesetiaan Hachiko kepada sahabatnya.[]


Salah satu rahasia hidup yang paling dalam adalah saat memberikan pelayanan yang tulus kepada orang lain

(Lewis Carol)


Dari buku

The Heart of Gold

Selasa, 26 April 2022

PELUKIS BODOH



Kualitas hidup seseorang akan ditentukan oleh seberapa kuat dia berjanji kepada dirinya untuk melakukan yang terbaik bidang apapun yang dia tekuni

(Vince Lombardi)

Munculnya pelukis-pelukis maestro pada akhir abad ke-19, membuat mereka hidup mereka berkelimpahan karena karya mereka yang dihargai mahal.


Emmanuel Ninger adalah pelukis migran dari Jerman yang merantau ke Hoboken, New Jersey.

Kepada tetangganya ia mengaku kekayaan yang dimiliki berasal dari pensiun saat dia bertugas jadi tentara di negaranya.

Di lingkungannya, Ninger menjadi orang terpandang, karena tergolong kaya. Salah satu kebiasaannya adalah mengunjungi tempat minum yang ada di kota tersebut. Sang pemilik sangat menghormati dan mengagumi Emmanuel Ninger.

Suatu saat, sang pemilik membersihkan tempatnya, bersamaan dengan Ninger membayar minumannya sebelum pulang. Setelah menerima lembaran pecahan 20 dollar dengan tangan yang basah, sang pemilik melihat keanehan pada uang yang dipegangnya. Uang itu terlihat luntur oleh jarinya yang basah. Lebih aneh lagi, pada jarinya tertinggal tinta dari lembaran uang tersebut. Ia yakin uang itu adalah asli, karena yang memberikan adalah orang kaya.

Namun, karena penasaran, pemilik tempat minum itu menghubungi polisi. Segera polisi bertindak dengan mendatangi kediaman Ninger. Polisi lalu menemukan hal yang luar biasa, diatas langit-langit rumahnya terdapat ruangan tersembunyi. Didalamnya terdapat banyak lembaran uang palsu yang sudah selesai dan dalam proses pengerjaan. Kepandaian Emmanuel Ninger melukis uang dollar tidak dapat diragukan lagi sebagai hasil karya seorang artis yang sempurna. Ninger yang mendapat julukan "Jim the Penman" ternyata seorang ahli pengganda uang akhirnya diringkus polisi pada tahun 1896. Bersama uang-uang palsu, disita pula tiga lukisan potret diri Ninger.


Setelah penangkapannya, ketiga lukisan potret dirinya dilelang dan mampu menghasilkan penjualan 5000 dollar lebih untuk setiap lukisan. Dan cerita yang paling tragis adalah waktu yang digunakan untuk melukis selembar uang dollar tiruan sama lamanya dengan waktu yang dibutuhkan untuk melukis selembar potret dirinya.


Emmanuel Ninger dikenang sebagai pelukis yang mencuri arti kesuksesan yang terdalam dari dirinya.[]


Banyak orang yang menghabiskan waktu dengan melakukan pekerjaan yang hasilnya mengecewakan, karena tidak mau menggali kemampuan mereka yang sebenarnya dan memiliki nilai yang jauh lebih tinggi


Dari buku

"SUCCESS JOURNEY" Push it to the Limit

Rabu, 20 April 2022

NOL DAN SATU

Sebuah angka jika dikalikan dengan nol, hasilnya adalah nol. Jika sebuah angka dibagi dengan nol, hasilnya adalah tak terhingga.

Berbeda dengan angka satu. Sebuah angka akan menghasilkan angka itu sendiri jika dikalikan atau dibagi dengan satu.

Nol adalah sebuah keikhlasan. 

Jika kita mendapatkan rezeki, lalu kita ikhlas menerimanya, bahkan membagikan untuk membantu orang lain, maka kita akan memperoleh keberkahan. Pada titik inilah kita mendapat posisi yang tak terhingga.

Namun, andai kita tidak ikhlas dengan rezeki yang kita terima, maka berkah yang kita dapatkan nilainya sama dengan yang kita peroleh.

Keikhlasan menerima cobaan sebesar apapun, akan membuat tidak terasanya halangan tersebut, ibarat mengalikan angka dengan nol. Tetapi ketidakikhlasan menerima cobaan, tidak akan mengubah cobaan tersebut, kecil atau besar. Seperti mengalikan sebuah angka dengan satu.


إِنَّ صَلَاتِى وَنُسُكِى وَمَحْيَاىَ وَمَمَاتِى لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ

Sesungguhnya sholatku, Ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam

(QS Al-An'am: 162)


Dari buku

"Siapakah Penemu Angka Nol?"

MEMBUANG YANG TAK PERLU

Jangan pernah melakukan sesuatu atau batal melakukan sesuatu hanya karena mempertimbangkan orang. Kenyataannya tak ada seorangpun yang memikirkan hal itu

(Brian Tracy)

Seorang wisatawan, saat berlibur ke Kalimantan Selatan mengunjungi sungai Tiung di dekat Banjarbaru yang banyak ditemukan emas. Setelah berkeliling dan mempelajari cara mendulang, ia diarahkan untuk siap mendulang emas. Ia diberi alat pendulang dan kantung berisi tanah dan bebatuan. Setelah menuang kantung kantung tanah dan bebatuan itu kedalam alat pendulang, ia menambahkan air yang diambil dari bak, lalu memutar-mutar alat itu untuk menyingkirkan endapan tanah. Tujuannya adalah agar emas, yang lebih berat dari tanah tertinggal di dasar alat pendulang. Namun, sekalipun telah belajar dari pendulang, ia tak berhasil melakukannya karena enggan membuang batu-batu yang ada di pendulang. Ia takut membuang sesuatu yang mungkin bernilai.


Terkadang, kita takut 'membuang batu-batu' dalam hidup kita, takut 'membuang' uang untuk orang lain. Takut 'membuang' teman yang punya sikap tidak baik. Takut 'membuang' waktu dengan sahabat, bahkan Tuhan, karena itu dianggap sebuah pemborosan. Padahal, jika kita tidak 'membuang bebatuan' itu, sesuatu yang benar-benar bernilai, berkah yang melimpah tidak akan kita dapatkan. Kita akan menjadi orang yang egois, jika tidak berani mengeluarkan materi bagi orang lain yang membutuhkan. Jika kita tidak 'membuang' teman yang berperilaku buruk masa depan kita akan menjadi taruhannya. Jika kita takut membuang waktu untuk sahabat dan Tuhan, kita akan kehilangan momen-momen indah bersama mereka.[]

Apapun yang dapat Anda lakukan, atau bermimpi dapat dilakukan, mulailah lakukan. Keberanian mengandung kejeniusan, kekuatan, dan keajaiban. Mulailah sekarang.

(Goethe)


Dari buku

"The Wisdom" 150 Kisah Inspiratif yang akan Mengubah Hidup Anda

Kamis, 14 April 2022

KEGAGALAN ORANG SUKSES









"Banyak kegagalan dalam hidup, mereka tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah."

Thomas Alva Edison


Lahir dan besar  di Philadelphia, Pennsylvania, William Wrigley Jr adalah anak seorang pembuat sabun cuci. Sebagai anak kecil, tugasnya adalah menjual dagangan ayahnya keluar masuk lorong di daerah tempat tinggalnya.

Saat berusia 29 tahun, pada 1891, William Wrigley Jr pindah ke Chicago dengan membawa uang US $. 32. Dengan uang tersebut, William ingin memulai bisnisnya sendiri berjualan sabun. Awalnya bisnis ini mengalami kegagalan, tapi William tidak menyerah.

Iapun mencari akal agar bisnisnya laku. Kepada pembeli sabunnya, Wrigley memberikan hadiah serbuk pemanis. Namun penjualan sabunnya anjlok, sebaliknya serbuk pemanisnya laku keras.

Kemudian William meninggalkan bisnis sabunnya dan fokus kepada penjualan serbuk pemanis.

Setahun kemudian William menawarkan hadiah 2 bungkus permen karet sebagai hadiah untuk pembelian satu kaleng serbuk pemanis.

Sekali lagi, hadiah yang ditawarkan kepada konsumen lebih disukai daripada dagangannya. Akhirnya, William Wrigley pun memulai bisnis permen karet sehingga kini permen karet Wrigley banyak disukai orang di dunia.[]

 "Bangun kesuksesan dari kegagalan. Keputusasaan dan kegagalan adalah dua batu loncatan yang paling baik menuju kesuksesan."

Dale Carnegie



Dari buku

"Aku Bangga Menjadi 'Gagal'"



ADA YANG LEBIH HEBAT

 “𝑺𝒆𝒃𝒂𝒊𝒌-𝒃𝒂𝒊𝒌 𝒎𝒂𝒏𝒖𝒔𝒊𝒂 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒂𝒍𝒊𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒎𝒂𝒏𝒇𝒂𝒂𝒕 𝒃𝒂𝒈𝒊 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒊𝒏.”  (Hadits Riway...