Pria ini membuktikan bahwa hukum juga bisa tajam keatas dengan menghukum Angelina Sondakh 12th penjara. Padahal di tingkat Pengadilan tinggi mantan Putri Indonesia dan anggota Dewan itu hanya divonis 4,5 th penjara.
Hal yang sama juga ditimpakan kepada Bendahara Partai Demokrat M.Nazaruddin, mantan jaksa Urip Tri Gunawan.
"Korban korupsi itu negara dan negara itu ya rakyat" ujarnya. Kekayaan negara yang seharusnya untuk kemakmuran rakyat dibajak koruptor dengan sewenang-wenang.
Keteguhan Hakim Agung Artidjo Alkostar membuat kerap mendapat ancaman pembunuhan, beberapa kali menerima surat kaleng.
"Menjadi hakim tidak boleh takut mati. Membela keadilan itu amanah. Kalau kita benar, malaikat sudah mengawal kita" katanya.
Jauh sebelum menjadi hakim agung, saat bekerja di LBH dan Human Right Watch, dia sudah terlalu sering mendapat ancaman pembunuhan.
Saat membela tragedi santa Cruz Timtim th 1990 beberapa rekannya memutuskan pulang karena adanya teror orang-orang berseragam ninja.
Bahkan sebelum berangkat dia berpesan kepada asistennya agar memberi tahu keluarga, karena bisa saja tidak akan pulang.
Sebagai tim pembela mereka yang anti integrasi, ancaman itu terbukti dengan kamar hotel asistennya yang digergaji orang berseragam ninja. Beruntung teror dan ancaman fisik itu dapat dilalui Artidjo dan rekan-rekannya.
Karena mempunyai pendapat berbeda (dissenting opinion) dlm memutus perkara, ancaman santet pernah diterimanya. Konon foto dirinya sudah dibawa ke seorang paranormal di Banten untuk disantet. Dasarnya cuek, dia tak takut. Bahkan menganggap itu permainan level taman kanak-kanak.
Tawaran uang suap mulai membanjir saat dia diangkat menjadi hakim agung, sampai-sampai dia tempel tulisan di pintu ruang kerjanya yang bunyinya " Tidak menerima tamu yang ingin membicarakan perkara"
Penghargaan dari UII, almamaternya pun dia tolak, karena baginya seorang hakim tidak boleh ada beban pemberian dan ucapan terimakasih."Untuk bermimpi seorang hakim mendapatkan penghargaan dalam karya yudisialnya saja tidak boleh. Saya ini di dunia jadi hakim Agung. Tapi nanti di akhirat menjadi calon terdakwa" ucapnya dengan lantang.
Saat dicalonkan sebagai hakim agung, Artidjo adalah calon paling miskin. Dan saat menjadi hakim agung pun dia tidak mau menggunakan berbagai fasilitas yang diberikan. Tak jarang dia menggunakan bajaj untuk menuju gedung Mahkamah Agung.
"Saya di MA bukan mencari fasilitas, melainkan berkhidmat untuk menegakkan keadilan" tegas Artidjo.
Dari buku
"Semangat dan Totalitas membangun Negeri"