Minggu, 15 Januari 2023

SEDEKAH UANG ANGIN


"𝗧𝗮𝗸 𝗮𝗸𝗮𝗻 𝗽𝗲𝗿𝗻𝗮𝗵 𝗮𝗱𝗮 𝘀𝗲𝗷𝗮𝗿𝗮𝗵 𝗺𝗲𝗻𝘂𝗹𝗶𝘀𝗸𝗮𝗻 𝘀𝗲𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗺𝗮𝗻𝘂𝘀𝗶𝗮 𝗺𝗲𝗻𝘆𝗲𝘀𝗮𝗹 𝘂𝗻𝘁𝘂𝗸 𝗯𝗲𝗿𝗯𝗮𝗴𝗶。 𝗦𝗲𝘁𝗶𝗮𝗽 𝗺𝗮𝗻𝘂𝘀𝗶𝗮 𝗷𝘂𝘀𝘁𝗿𝘂 𝗮𝗸𝗮𝗻 𝗺𝗲𝗿𝗮𝘀𝗮𝗸𝗮𝗻 𝗻𝗶𝗸𝗺𝗮𝘁 𝗱𝘂𝗻𝗶𝗮 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝘀𝗲𝘀𝘂𝗻𝗴𝗴𝘂𝗵𝗻𝘆𝗮 𝘀𝗲𝘁𝗲𝗹𝗮𝗵 𝗯𝗲𝗿𝗯𝗮𝗴𝗶。"


Sampai di bengkel, segera saya angsurkan sepeda anak saya yang dua bannya kempes.

"Kira-kira bocor tidak ya, Pak?" tanya saya

"Berapa lama tidak dipakai?" Dia bertanya balik

"Lebih dari dua bulan kira-kira"

"Oh, kalau gitu, saya bisa pastikan kalau bannya nggak bocor. Soalnya nggak kempes banget nih, masih ada anginnya dikit. Kalau bocor pasti udah kempes abis. Kan saya dokter sepeda, he he he," terang tukang bengkel sambil berkelakar.

"Percaya, Pak. Ya sudah berarti cukup dipompa aja ya Pak." 

"Iya, dipompa aja (ban) depan-belakang, cukup. Kalau nggak dipakai dan ban sepeda kedinginan, anginnya emang kabur, he he he," bercanda dia.

" Selesai, Pak," kata tukang bengkel sambil menyerahkan sepeda yang siap dinaiki.

Sesuai "harga pasaran", untuk jasa tambah angin dari kompresor Rp 1.000/ban maka saya angsurkan kepadanya selembar uang 2.000. ?Nih, Pak, makasih banyak ya" kata saya. "Sama-sama," katanya sambil menerima uang itu.

Eh, lha kok uang bukannya dikantongi, tapi dia selipkan ke lubang kotak kayu mirip kotak amal yang ditaruh tepat di atas mesin kompresornya.

Wah, saya jadi kepikiran nih. Kayaknya kurang ya, sehingga dia "buang" ke kotak amal aja uang tersebut.

Dalam perjalanan pulang, saya merasa bersalah. Semestinya mungkin harus memberi lebih dari Rp 2000, karena jasa dia bukan sekadar menambah angin tapi juga menganalisa kondisi ban sehingga nggak perlu ditambal apalagi ganti ban dalam.


Saya sampai kepikiran kata-katanya "Kan saya dokter sepeda". Saya membandingkan, setiap mendiagnosa pasien, dokter manusia akan tetap menerima bayaran yang cukup gede, walaupun si pasien tidak sakit apa-apa. Jadi, saya merasa bersalah, sehingga ia memasukkan uang itu ke 'kotak amal'.


Sampai di rumah, sepeda disambut anak saya dan langsung bermain dengan temannya.

Melihat sepeda kakaknya bisa dipakai, adiknya ikut mengeluarkan sepedanya yang lama disimpan. Senasib dengan sepeda kakaknya yang lama tidak dipakai, kedua bannya juga kempes, meski tidak habis sama sekali.

Ah, sekalian saja kembali ke bengkel tadi. Untuk itu saya siapkan uang Rp.10.000

Sampai di bengkel, kembali 'Dokter Sepeda' melakukan diagnosa dan memberikan terapi yang sama

"Dipompa saja" katanya

Usai menambah angin dengan pas, segera saya angsurkan uang Rp.10.000 yang sudah saya siapkan.

"Wah, gede banget, uang pas saja," katanya.

"Udah itu aja Pak, nggak usah kembali."

"Ee, jangan, ini kebanyakan, Rp 2000 aja."

Mendengar jawabannya, dalam hati saya merasa plong, berarti tadi saya nggak salah dong ngasih Rp 2000. Tapi, niat untuk menghargai lebih, tetap saja harus diamalkan.

"Udah Pak, nggak apa-apa buat Bapak aja," desak saya.

Dia bergeming. "Jangan, jangan, ini kan 'uang angin' bukan ongkos tambal ban," katanya.

"Lha emang kenapa Pak?" saya tak mengerti.

"Kalau uang angin, saya masukkan ke kotak amal, bukan ke kantong," jelasnya sambil menunjuk kotak kayu di atas kompresor.

"Kotak amal?"

"Iya, ini kotak amal dari uang angin. Kalau ada orang nambah angin, uangnya saya masukkan ke kotak amal ini. Alhamdulillah, lumayan Pak, kotak amal ini bisa nyekolahin anak yatim," ia menerangkan.

Saya terpana mendengar ceritanya. "Masya Allah, hebat sekali Bapak ini," kata saya sambil menyalaminya.

Sambil tersenyum dia bilang, "Ya, alhamdulillah saya diberi kekuatan Allah untuk bisa bantu anak yatim dari uang angin."

"Ya sudah, apalagi untuk anak yatim, biar aja uang Rp 10 ribu dimasukkan ke kotak amal sebagai sedekah Bapak," kata saya sambil memaksa memasukkan uang itu ke kotak amal.

Si Bapak tak berkutik lagi. Tapi dia berkata sambil menunjuk saya, "Eh, nggak bisa begitu dong, ini bukan jadi sedekah saya, tapi tetap sedekah Bapak."

Masya Allah, ada orang dalam kondisi susah, seorang tukang tambal ban tapi masih memikirkan anak-anak yatim yang nggak bisa sekolah, dia sedekahkan dari uang angin. Subahanallah, saya terharu bahkan uang sisanya untuk sedekahan atas nama beliau juga dikembalikan sedekah atas nama saya. Subhanallah hari ini saya belajar dari seorang tukang tambal ban, yang belakangan saya baru tahu namanya adalah Pak Bejo. Alhamdulillah .. Bener-bener beliau orang yang bejo yang artinya beruntung.[]


Dari buku

"CATATAN SEJUTA KEAJAIBAN"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ADA YANG LEBIH HEBAT

 “𝑺𝒆𝒃𝒂𝒊𝒌-𝒃𝒂𝒊𝒌 𝒎𝒂𝒏𝒖𝒔𝒊𝒂 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒂𝒍𝒊𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒎𝒂𝒏𝒇𝒂𝒂𝒕 𝒃𝒂𝒈𝒊 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒊𝒏.”  (Hadits Riway...