Rabu, 24 Mei 2023

LUANGKAN WAKTU


 "𝙼𝚊𝚗𝚊𝚓𝚎𝚖𝚎𝚗 𝚠𝚊𝚔𝚝𝚞 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚔𝚞𝚗𝚌𝚒𝚗𝚢𝚊. 𝙼𝚎𝚜𝚔𝚒 𝚔𝚎𝚕𝚒𝚑𝚊𝚝𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊 𝚜𝚒𝚋𝚞𝚔, 𝚜𝚎𝚕𝚊𝚖𝚊 𝚔𝚊𝚖𝚞 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚊𝚝𝚞𝚛 𝚠𝚊𝚔𝚝𝚞𝚖𝚞 𝚍𝚎𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚋𝚎𝚗𝚊𝚛, 𝚔𝚊𝚖𝚞 𝚋𝚒𝚜𝚊 𝚖𝚎𝚗𝚢𝚎𝚕𝚎𝚜𝚊𝚒𝚔𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚖𝚞𝚊𝚗𝚢𝚊."

(John Cena)

Alkisah, ada seorang pemuda yang ingin bertemu dengan Guru Zen. Ketika bertemu, pemuda itu pun mengeluh: "Guru, saya selalu bermeditasi, membaca mantra, bangun pagi, tidur lebih cepat dari biasanya, berusaha untuk tidak sedikit pun memiliki pikiran negatif dalam otak. Namun, sudah sekian lama bekerja keras, kenapa saya belum bisa mencapai pencerahan?"


Mendengar itu, Guru Zen pun mengeluarkan sebuah labu dan segenggam garam, lalu diberikannya kepada pemuda itu, dan berkata: "Sekarang kamu pergilah dan isi labu ini dengan air, lalu masukkan juga garam ke labu ini dan larutkan. Kalau kamu bisa melakukannya, kamu akan mencapai pencerahan."


Pemuda itu pun melakukan apa yang diminta gurunya. Tidak lama kemudian, pemuda itu kembali dan memberi tahu gurunya: "Guru, mulut labu itu terlalu kecil, saya tidak bisa melarutkan garam yang ada di dalamnya. Kalau saya gunakan sendok untuk mengaduknya, tidak bisa juga!"

Guru Zen mengambil alih labu itu dan menuangkan sedikit air dari mulutnya, mengguncangnya beberapa kali, dan garamnya pun larut.


Guru Zen berkata: "Walaupun bekerja keras setiap hari, siang dan malam, kalau tidak memiliki hati yang sederhana untuk melihat dunia ini, perbuatanmu sama saja seperti air dalam labu ini, tidak bisa diguncang dan diaduk. Pembelajaran Zen ibarat memainkan kecapi, kalau talinya terlalu tegang, akan putus, tetapi kalau terlalu kendur, tidak bisa bersuara. 'Jalan tengah' adalah inti pencerahan Zen."


Setelah mendengar penjelasan sang Guru Zen, barulah pemuda itu menyadari inti pembelajaran ilmu Zen.[]


PESAN:

Dalam kehidupan sehari-hari, banyak orang yang bekerja keras, siang dan malam, untuk mengejar impian dan tujuan. Memang, dibutuhkan kerja keras untuk mencapai cita-cita atau tujuan. Akan tetapi, kalau kita terlalu sibuk sampai tidak ada waktu luang untuk beristirahat, berpikir, dan menikmati proses hidup ini, pasti kita akan stres dan mengalami hidup yang membosankan. Anutlah prinsip "sediakan ruang bagimu supaya bisa bergerak"; kita akan selalu menemukan suatu ide atau gagasan dalam proses menuju kesuksesan.


Dari buku

"Simplify Your Life with Zen" 35 Kisah Zen Untuk Menyederhanakan Masalah Hidup

TIGA EKOR IKAN

"𝘛𝘢𝘯𝘨𝘨𝘢𝘱𝘪 𝘬𝘳𝘪𝘵𝘪𝘬 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘳𝘪𝘶𝘴, 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘴𝘦𝘤𝘢𝘳𝘢 𝘱𝘳𝘪𝘣𝘢𝘥𝘪. 𝘑𝘪𝘬𝘢 𝘢𝘥𝘢 𝘬𝘦𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳𝘢𝘯 𝘢𝘵𝘢𝘶 𝘮𝘢𝘯𝘧𝘢𝘢𝘵 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘬𝘳𝘪𝘵𝘪𝘬, 𝘤𝘰𝘣𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘣𝘦𝘭𝘢𝘫𝘢𝘳 𝘥𝘢𝘳𝘪𝘯𝘺𝘢. 𝘑𝘪𝘬𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬, 𝘣𝘪𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘨𝘶𝘭𝘪𝘳 𝘭𝘢𝘯𝘨𝘴𝘶𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘈𝘯𝘥𝘢."(Hillary Clinton)

Terdapat tiga ekor ikan dengan kemampuan yang berbeda. Ikan pertama adalah ikan yang pandai. Ikan kedua mempunyai kemampuan sedang dan ikan ketiga adalah ikan yang tidak pandai. Ketiga ekor ikan itu hidup pada sebuah kolam.

Suatu kali seorang penangkap datang ke kolam dengan membawa jala dan ember untuk menangkap ikan dalam kolam tersebut. Dengan kecerdasannya, melihat kedatangan penangkap ikan dari dalam air, ikan pertama segera bertindak berdasarkan pengalaman masa lalunya, dan dari cerita-cerita yang didengarnya dari ikan lain.

Ikan pandai tersebut mengerahkan segenap tenaga, melompat keluar dari kolam, dan menjatuhkan diri di dekat kaki si penangkap ikan. Lalu dia berpura-pura mati dengan menahan napasnya.

Melihat peristiwa tersebut, tentu saja si penangkap ikan merasa kaget. Dia merasa belum melakukan apa-apa, namun ternyata sudah ada ikan yang tergeletak di dekatnya. Karena dia mengira ikan itu mati, dia lalu memungut dan melemparkan ikan itu kembali ke dalam kolam. Dia merasa tidak ada untungnya menangkap ikan yang mati karena dia masih melihat ikan yang lebih segar di sana.

Begitu menyentuh kolam, ikan pandai itu langsung bergegas masuk ke dalam lubang kecil di dasar kolam untuk bersembunyi.

Ikan kedua yang melihat kejadian ini, lalu berenang mendekati ikan pandai dan bertanya, "Mengapa kamu berbuat begitu?" Kemudian ikan pandai itu menjelaskan dan menerangkan alasannya.

Setelah mendengar penjelasan ikan pandai, ikan kedua ini kemudian berbuat hal yang sama. Ia melompat dari kolam dan jatuh di dekat kaki si penangkap ikan. Si penangkap ikan pun heran, mengapa ikan-ikan di kolam itu berlompatan keluar. Celakanya, ikan kedua ini lupa tidak menahan napasnya saat berpura-pura mati. Dengan begitu, si penangkap ikan tahu bahwa ikan itu masih hidup. Lalu dia pun memungutnya dan memasukkannya ke dalam ember miliknya.

Karena si penangkap ikan heran dengan kejadian tersebut, dia lalu memerhatikan kolam dan lupa menutup embernya dengan jala. Ikan setengah pandai ini menyadari bahaya yang dialaminya, lalu sekuat tenaga melompat keluar dari ember untuk kembali ke dalam kolam. Dia berhasil! Sesampainya di dasar kolam, cepat-cepat ia bersembunyi di lubang kecil bersama ikan pertama.


Ikan ketiga semakin bingung dengan ulah yang dilakukan oleh kedua temannya dan meminta penjelasan. Dia mendengarkan dua versi cerita dari ikan pertama dan ikan kedua. Mereka menceritakan setiap detail dan menekankan betapa pentingnya menahan napas saat berpura-pura mati.

"Terima kasih banyak, ya," kata ikan ketiga. "Sekarang aku mengerti," tambahnya sambil berlalu.

Setelah berkata begitu, ikan ketiga kemudian melompat keluar kolam dan menjatuhkan diri dekat kaki si penangkap ikan. Sesudah kehilangan dua ekor ikan, penangkap ikan memungut ikan tersebut tanpa memerhatikan apakah si ikan masih hidup atau mati. Kemudian dia memasukkannya ke dalam ember, dan kali ini dia tidak lupa untuk menutup embernya dengan jala. Setelah itu, dia menebarkan jala lainnya di seputar kolam, tapi gagal menangkap ikan lainnya.

Si penangkap ikan akhirnya menyerah. Dia membuka penutup ember dan menemukan ikan ketiga tidak bernapas seperti yang disarankan kedua temannya. Akan tetapi, kali ini si penangkap ikan tidak memedulikan hal itu dan dia pun membawa pulang ikan ketiga.


Dari kisah ketiga ekor ikan ini dapat disimpulkan:


1.Adalah kurang bijak apabila kita menerima saran begitu saja tanpa memikirkan ulang karena bisa jadi kondisinya berbeda. Apa yang baik bagi seseorang belum tentu baik untuk diri kita.


2.Jangan menelan mentah-mentah saran yang diberikan orang lain. Pertimbangkan kondisi dan situasi, lalu ambil tindakan yang tepat.


3.Jangan sekadar mengikuti atau meniru perbuatan orang lain tanpa pengetahuan yang cukup.[]


Dari buku

"MENGAPA TIDAK SECERDAS SIPUT?" Menggali Hikmah dari Kehidupan Binatang



Selasa, 16 Mei 2023

BUKAN SALAH AWANG

 

"𝙹𝚒𝚔𝚊 𝚊𝚙𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚔𝚊𝚖𝚞 𝚑𝚊𝚛𝚊𝚙𝚔𝚊𝚗 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚝𝚎𝚛𝚓𝚊𝚍𝚒, 𝚖𝚊𝚔𝚊 𝚔𝚊𝚖𝚞 𝚑𝚊𝚛𝚞𝚜 𝚖𝚎𝚗𝚌𝚘𝚋𝚊 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚖𝚎𝚗𝚢𝚞𝚔𝚊𝚒 𝚊𝚙𝚊-𝚊𝚙𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚜𝚎𝚍𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚎𝚛𝚓𝚊𝚍𝚒,”

(Anonim)

Sore menjelang magrib itu, Awang terlihat murung. Hujan turun sangat sebentar. Hanya cukup membasahi jalanan kota yang berdebu dan lumayan bikin kotor pejalan kaki yang bersandal jepit. la pun belum sempat menggigil seperti hari-hari sebelumnya setelah beberapa jam menawarkan jasa payung kepada pejalan kaki yang membutuhkannya. Ya, Awang memang pengojek payung. Kegemarannya setiap hari adalah menatap langit. Mendung adalah senyumnya, terik matahari akan membuatnya murung.


Awang tidak sendirian. Belasan anak di sekitar Pasar Ciputat punya hobi yang sama; menatap langit dan kalau perlu ribuan kali meminta kepada Sang Pemilik hujan agar hari itu hujan diturunkan. "Kalau perlu hujan jangan berhenti seharian, biar uang yang Awang dapat lebih banyak. Pasti ibuku senang," ujar Awang polos. 


Bocah berusia 9 tahun itu bahkan tahu waktu-waktunya hujan turun, termasuk di bulan apa biasanya curah hujan lebih besar dan lebih lama. Desember dan Januari adalah bulan panen baginya. Maka tak heran, jauh-jauh hari ia sudah meminta dibelikan payung oleh ibunya. Dan dengan hati sang Ibu akan menuruti keinginannya, karena dengan payung itu belanja ibunya akan bertambah sekurangnya 20 ribu rupiah tiap harinya.

Kebalikan dengan Awang, masyarakat kebanyakan di ibu kota dan berbagai daerah rawan bencana lainnya di tanah air berharap hujan jangan turun, kalaupun turun hanya sekelebatan saja, sekadar membasahi jalan. Atau gerimis saja bolehlah. Maklum, hujan berkepanjangan sama dengan bencana. Hujan deras terus-menerus membuat masyarakat panik. Dan doa yang dipanjatkan adalah "Ya Allah, jangan biarkan bencana menimpa kami".

Bagi Awang, hujan adalah rezeki. Jangan salahkan Awang yang terus berdoa agar Allah menurunkan hut. Karena di masa lalu pun hujan deras tak pernah ditakuti, hujan seharian tak menimbulkan kepanikan. Jika saat ini hujan justru berakibat bencana, jelas harus ada yang bertanggung jawab. Dan yang pasti bukan Awang.


Bocah berbadan kurus itu tersenyum lebar. Hujan lebat turun kembali, payungnya pun mengembang sudah. Kaki kecilnya mengibas jalan berair dan siap mengais rezeki. Yang pasti, ia begitu sumringah, tak peduli banyak orang selainnya yang ketakutan. []


Dari buku 

"Berguru pada Kehidupan" Menuntun Anda untuk Hidup Bahagia dan Bermakna"

EMPAT ORANG PRIA ASING

 

"𝐇𝐚𝐫𝐦𝐨𝐧𝐢 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐞𝐬𝐞𝐢𝐦𝐛𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐢𝐧𝐝𝐚𝐡 𝐚𝐧𝐭𝐚𝐫𝐚 𝐩𝐢𝐤𝐢𝐫𝐚𝐧, 𝐭𝐮𝐛𝐮𝐡, 𝐝𝐚𝐧 𝐣𝐢𝐰𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐮𝐤𝐮𝐫 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐬𝐚𝐚𝐭-𝐬𝐚𝐚𝐭 𝐝𝐚𝐦𝐚𝐢 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐥𝐞𝐦𝐛𝐮𝐭."

(Melanie Koulouris)

Suatu saat ada empat orang pria asing berteduh di sebuah rumah petani. 

Melihat empat pria kedinginan, anak perempuan petani itu mengundang masuk mereka.

"Terimakasih" jawab seorang dari mereka, "Tapi kami akan masuk setelah keluarga kalian memutuskan siapa diantara kami yang diundang. Kalau kalian mengundang seorang yang tepat dari kami, maka kami akan masuk semuanya. Namun kalau kalian mengundang orang yang tidak tepat, hanya satu orang yang bisa masuk ke rumah kalian"

Tak lama kemudian petani itu tiba di rumah, dan anak perempuannya menyampaikan pesan empat orang misterius yang masing-masing bernama: Kekayaan, Kesuksesan, Kedamaian dan Keharmonisan.

"Baiklah" kata petani kemudian, "Selama ini aku bekerja dengan keras, mengumpulkan harta siang malam semua itu agar kita memperoleh kekayaan. Sekarang itu sudah ada didepan kita. Persilakan Kekayaan untuk masuk ke rumah"

"Tunggu!", kata isteri petani, "apa artinya kekayaan tanpa ada kesuksesan. Aku lebih memilih kesuksesan. Panggil dia masuk!"

"Bapak dan Ibu" kembali anak perempuan berkata, "Rupanya kekayaan dan kesuksesan telah menimbulkan perselisihan didalam rumah. Tidak ada kedamaian dengan kekayaan dan kesuksesan. Aku lebih suka mengundang kedamaian untuk masuk ke rumah"

Kembali tiga orang berselisih untuk menentukan siapa yang berhak masuk kedalam rumah.

Akhirnya anak laki-laki mereka berkata, "Dari semua hal yang kuinginkan dirumah kita adalah adanya keharmonisan".

Mereka terdiam dan berpikir...

"Kamu benar Nak, keharmonisan adalah yang utama"

Jadi mereka mengundang Keharmonisan lebih dahulu ke dalam rumah. Ketika Keharmonisan masuk, ia mengatakan kepada mereka bahwa mereka telah membuat pilihan yang benar. Sebab saat Keharmonisan memasuki rumah, maka yang mengikuti berikutnya adalah Kedamaian, dan dengan Kedamaian Anda akan menemukan Kesuksesan, dan dengan Kesuksesan Anda juga akan menemukan Kekayaan.

Jadi prioritas utama dalam kehidupan dan hubungan adalah keharmonisan. Jika tidak, tiga lainnya tidak akan masuk.[]

"𝑲𝒆𝒃𝒂𝒉𝒂𝒈𝒊𝒂𝒂𝒏 𝒃𝒖𝒌𝒂𝒏𝒍𝒂𝒉 𝒎𝒂𝒔𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒊𝒏𝒕𝒆𝒏𝒔𝒊𝒕𝒂𝒔, 𝒕𝒆𝒕𝒂𝒑𝒊 𝒕𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒌𝒆𝒔𝒆𝒊𝒎𝒃𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏, 𝒌𝒆𝒕𝒆𝒓𝒂𝒕𝒖𝒓𝒂𝒏, 𝒓𝒊𝒕𝒎𝒆, 𝒅𝒂𝒏 𝒉𝒂𝒓𝒎𝒐𝒏𝒊."

(Thomas Merton)


Dari buku

"SI CACING DAN KOTORAN KESAYANGANNYA 3!"

Minggu, 14 Mei 2023

MOMENTUM YEN JINGCHANG

"𝗠𝗮𝘀𝗮 𝗱𝗲𝗽𝗮𝗻 𝘁𝗲𝗿𝗴𝗮𝗻𝘁𝘂𝗻𝗴 𝗽𝗮𝗱𝗮 𝗮𝗽𝗮 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗸𝗮𝗺𝘂 𝗹𝗮𝗸𝘂𝗸𝗮𝗻 𝗵𝗮𝗿𝗶 𝗶𝗻𝗶"

(Mahatma Gandhi)

Program 'Yuejin' (lompatan jauh ke depan) yang dicanangkan Mao Zedong pada tahun 1950 an ternyata tidak membawa hasil. 

Dengan mengesampingkan sektor pertanian China mengejar ketinggalannya dengan memacu sektor industri.

Dan akibatnya adalah lahan pertanian terbengkalai, kebutuhan pangan tersendat yang lalu berbuntut dengan Revolusi Budaya.

Sampai tahun 1978, tak banyak orang yang mengenal Yen Jingchang, karena dia memang hanya seorang petani ingusan berusia 18 tahun dari dusun Xiao Gang, provinsi Anhui Timur. Hanya ada 20 rumah reyot di dusun yang miskin itu, dengan mayoritas penduduknya menjadi pengemis yang terancam mati kelaparan pula. Tak sedikit yang harus menjual bayinya untuk menyambung hidup keluarga.

Pertanian kolektif yang tidak mengakui kepemilikan lahan pribadi dan kesejahteraan yang diatur negara menjadikan rakyat hanya tahu bekerja dan bekerja sambil memberi setoran atas jerih payahnya pada negara.

Dalam kondisi seperti itu, Yen Jingchang lalu mengkoordinir para petani untuk mengakali sistem tersebut. Dia memperkenalkan sistem 'Da Bao Gan' kepada 18 orang tetangganya.Dengan 'Da Bao Gan' mereka sepakat membagi-bagi lahan kolektif tersebut pada masing-masing keluarga. Hasilnya sebagian diserahkan pada negara dan sebagian lagi mereka makan sendiri. Tentu saja hal tersebut dilakukan secara rahasia, hingga mereka sampai membuat perjanjian bahwa bila ada salah seorang mereka yang dihukum mati, maka anaknya menjadi tanggung jawab bersama hingga berusia 18 tahun. Surat perjanjian itu mereka tandatangani dan disembunyikan di atas loteng rumah Yen Jingchang.


Namun faktanya, bekerja dengan rasa memiliki sangat berbeda dengan bekerja hanya sekadar menjalankan tugas saja. Dengan adanya rasa memiliki itulah, maka Yen Jingchang dan petani dikampungnya bekerja dengan penuh semangat.

Sistem 'Da Bao Gan' yang diterapkan oleh Yen Jingchang ternyata diadopsi oleh Deng Xiaoping, yang menggantikan Mao Zedong, menjadi kebijakan resmi negara. Dan momentum ini menjadi China menjadi Negara Agraris yang besar dan maju.


Momentum.....

Pada mekanika Newton dikenal besaran yang berbanding lurus dengan massa dan kecepatan. Besaran itu dikenal dengan nama Momentum yang dirumuskan dengan:

𝑷 = 𝒎.𝒗

𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏: 𝑷= 𝒎𝒐𝒎𝒆𝒏𝒕𝒖𝒎

             𝒎= 𝒎𝒂𝒔𝒔𝒂

              𝒗= 𝒌𝒆𝒄𝒆𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏


Itulah yang terjadi pada Yen Jingchang dan sistem "Da Bao Gan" nya.

Deng Xiaoping dengan programnya 'Gaige Kaifang' (reformasi dan keterbukaan) yang melibatkan massa yang besar (m), dengan kecepatan ekonomi yang tinggi (v) membuat China mempunyai momentum yang besar (P) dalam percaturan ekonomi dunia.[]

"𝐏𝐫𝐨𝐝𝐮𝐤𝐭𝐢𝐯𝐢𝐭𝐚𝐬 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐦𝐚𝐦𝐩𝐮 𝐦𝐞𝐥𝐚𝐤𝐮𝐤𝐚𝐧 𝐡𝐚𝐥-𝐡𝐚𝐥 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦𝐧𝐲𝐚 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐝𝐚𝐩𝐚𝐭 𝐤𝐚𝐦𝐮 𝐥𝐚𝐤𝐮𝐤𝐚𝐧"

(Franz Kafka)


Dari buku

"SAINSPIRASI. Inspirasi Kehidupan Berdasarkan Fenomena Sains"



Senin, 08 Mei 2023

SALAH ITU TIDAK APA-APA



“𝘗𝘦𝘯𝘥𝘪𝘥𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘦𝘮𝘢𝘮𝘱𝘶𝘢𝘯 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘩𝘢𝘮𝘱𝘪𝘳 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘩𝘢𝘭 𝘵𝘢𝘯𝘱𝘢 𝘬𝘦𝘩𝘪𝘭𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘴𝘢𝘣𝘢𝘳𝘢𝘯 𝘢𝘵𝘢𝘶 𝘬𝘦𝘱𝘦𝘳𝘤𝘢𝘺𝘢𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘳𝘪.”

(Robert Frost)


Garis bilangan yang kugambar di papan tulis sudah mulai terhapus di sana sini setelah tadi kami asyik bermain lompat angka untuk praktek penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Anak-anak kelas 6 begitu antusias ketika kupandu mengerjakan operasi hitung bilangan negatif pada pertemuan pertama ini.

Semula kelas menjadi riuh saat menghitung lompatan dan arah pada garis bilangan untuk mencari hasil 3 dikurangi 7.

"Jadi, kalau katong lompat 7 kali ke arah kiri, berhenti di angka berapa?"

"Nebfatif empat, Ibuu!" (nampaknya saya perlu waktu untuk mengajarkan kata "negati")

Sayangnya keriuhan itu mendadak surut ketika aku menantang anak-anak untuk mengerjakan soal di depan kelas.

Satu, dua, tiga, ..., sembilan. Aku berhitung dalam hati. Hmmm .... Semakin banyak kepala yang tertunduk rupanya. Kupandangi angka yang berderet di bawah garis bilangan.

4-6 = ....

Rasanya soal tersebut tak terlalu sulit. Toh, sebelum ini kami sudah mengerjakan beberapa contoh soal bersama-sama.

"Ayo, katong (kita) coba jawab sama-sama, ya, ..., " kembali kurayu mereka.

"Salah itu seng (tidak) apa-apa. Ibu seng akan pukul katong. Kalau seng tau, nanti Ibu bantu."

Ah! Tiba-tiba mereka mengangkat wajah dan menatapku! Sebagian tampak mengernyitkan dahinya. Sebagian lagi saling berpandangan dengan teman sebangkunya.

Lima detik, sepuluh detik. Nihil. Tetap saja tidak ada yang mengangkat tangannya.

Aku sedang menghela napas kecewa. Namun, seketika kulihat sebuah jari mungil teracung dari barisan tengah.

"Ya?"tanyaku.

"Ibu, beta mau coba kerjakan soal," ucapnya lirih.

Aku terkesiap. Kusorongkan spidol hitam ke tangannya yang agak gemetar. Dengan ragu ia menggoreskan spidolnya di bawah angka 4, membuat garis lengkung ke kiri. "Satu, dua, tiga, empat, lima, enam." la menghitung dengan lirih. Enam garis lengkung dan berhenti di angka -3.

4-6 =- 3

Ia menatapku penuh harap.

Di belakang, anak-anak sudah riuh. Rupanya mereka menyadari garis lengkungnya kurang tepat sehingga berhenti di angka yang salah.

"Ha, jawabannya salah! Mati ose! Dapat pukul itu!"

Bisikan provokatif mulai muncul dari belakang, satu demi satu, sampai-sampai raut muka si anak pemberani ini mulai kecut. la pun tertunduk.

"Salah itu seng apa-apa. Katong belajar sama-sama supaya bisa to," ujarku sambil tersenyum dan menepuk pundaknya pelan, memberikan suntikan kepercayaan diri kepadanya.


Kupegang tangannya, lalu kutuntun perlahan-lahan, membuat lengkungan dari 1 angka ke angka yang lain. Satu demi satu, sampai angka -2. Senyum mulai mengembang di bibir mungilnya.

"Bet su tau, Ibu!" (saya sudah tahu, Ibu) serunya riang.

Kutantang ia mengerjakan satu soal lagi.

7-8= ....

Hanya beberapa detik yang ia butuhkan untuk membuat lengkungan dan menggoreskan angka -1 di sebelah tanda "sama dengan".

"Bisa?" tanyaku sambil tersenyum.

"Bisa, Ibu!" ucapnya sambil tertawa lebar dan kembali ke tempat duduknya. Kepalanya tidak lagi tertunduk. Tepuk tangan riuh dari seisi kelas jadi bonus untuknya yang berani maju ke depan dan mengerjakan soal.[]


(Dikisahkan oleh Matilda Narulita, Pengajar Muda Maluku Tenggara Barat dalam buku "Indonesia Mengajar 2. Kisah Para Penyala Harapan Bangsa Mengajar di Pelosok Tanah Air)

AMBIL ATAU TIDAK?


"𝙺𝚎𝚜𝚎𝚖𝚙𝚊𝚝𝚊𝚗 𝚎𝚖𝚊𝚜 𝚋𝚎𝚛𝚜𝚎𝚖𝚋𝚞𝚗𝚢𝚒 𝚍𝚒 𝚜𝚎𝚝𝚒𝚊𝚙 𝚜𝚞𝚍𝚞𝚝, 𝚖𝚎𝚗𝚞𝚗𝚐𝚐𝚞 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚎𝚛𝚒𝚗𝚒𝚜𝚒𝚊𝚝𝚒𝚏 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚑𝚊𝚖𝚙𝚒𝚛𝚒 𝚍𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚗𝚎𝚖𝚞𝚔𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊."

Begitu masuk kelas dan para murid sudah duduk dengan tertib, guru itu mengambil selembar kertas polos kemudian menggunting-guntingnya menjadi beberapa bagian. Ada guntingan besar ada juga yang kecil. Tapi jumlahnya sengaja dibuat buat tak sama dengan jumlah siswa dalam kelas itu, yaitu duapuluh anak.

Kemudian guru itu meminta kepada siswa untuk mengambil masing-masing satu guntingan kertas yang tersedia di meja depan. "Silakan ambil satu!" demikian instruksi yang dia berikan berikan.

Dapat diduga, ada yang antusias maju dengan gerak cepat dan mengambil bagiannya, ada yang berjalan santai, ada juga yang meminta bantuan temannya untuk mengambilkan. Dua tiga orang bahkan terlihat bermalasan untuk mengambil, mereka berpikir toh semuanya kebagian guntingan kertas tersebut.

Hasilnya? 

Empat orang terakhir tak mendapatkan guntingan kertas. Delapan orang pertama ke depan mendapatkan guntingan besar-besar, yang berjalan santai dan yang meminta diambilkan harus rela mendapatkan yang kecil.

Guru itu lalu menyuruh semua untuk duduk. Lalu dia katakan kepada para siswa, "inilah hidup. Akan terdapat pilihan dimana kalian harus mengambil kesempatan yang tersedia atau akan kehilangan kesempatan itu. Jika kalian tak melakukannya, akan banyak orang lain yang melakukannya".[]

"𝐊𝐞𝐛𝐢𝐦𝐛𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐤𝐡𝐢𝐚𝐧𝐚𝐭 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐞𝐫𝐢𝐧𝐠 𝐤𝐚𝐥𝐢 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐮𝐚𝐭 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐤𝐞𝐡𝐢𝐥𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐩𝐞𝐥𝐮𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐧𝐚𝐧𝐠 𝐤𝐚𝐫𝐞𝐧𝐚 𝐭𝐚𝐤𝐮𝐭 𝐦𝐞𝐧𝐜𝐨𝐛𝐚𝐧𝐲𝐚"

(Stephen Cobey)


Dari buku

"BERGURU PADA KEHIDUPAN" Menuntun Anda Hidup Bahagia dan Bermakna

ADA YANG LEBIH HEBAT

 “𝑺𝒆𝒃𝒂𝒊𝒌-𝒃𝒂𝒊𝒌 𝒎𝒂𝒏𝒖𝒔𝒊𝒂 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒂𝒍𝒊𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒎𝒂𝒏𝒇𝒂𝒂𝒕 𝒃𝒂𝒈𝒊 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒊𝒏.”  (Hadits Riway...