"𝘛𝘢𝘯𝘨𝘨𝘢𝘱𝘪 𝘬𝘳𝘪𝘵𝘪𝘬 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘳𝘪𝘶𝘴, 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘴𝘦𝘤𝘢𝘳𝘢 𝘱𝘳𝘪𝘣𝘢𝘥𝘪. 𝘑𝘪𝘬𝘢 𝘢𝘥𝘢 𝘬𝘦𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳𝘢𝘯 𝘢𝘵𝘢𝘶 𝘮𝘢𝘯𝘧𝘢𝘢𝘵 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘬𝘳𝘪𝘵𝘪𝘬, 𝘤𝘰𝘣𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘣𝘦𝘭𝘢𝘫𝘢𝘳 𝘥𝘢𝘳𝘪𝘯𝘺𝘢. 𝘑𝘪𝘬𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬, 𝘣𝘪𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘨𝘶𝘭𝘪𝘳 𝘭𝘢𝘯𝘨𝘴𝘶𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘈𝘯𝘥𝘢."(Hillary Clinton)
Terdapat tiga ekor ikan dengan kemampuan yang berbeda. Ikan pertama adalah ikan yang pandai. Ikan kedua mempunyai kemampuan sedang dan ikan ketiga adalah ikan yang tidak pandai. Ketiga ekor ikan itu hidup pada sebuah kolam.
Suatu kali seorang penangkap datang ke kolam dengan membawa jala dan ember untuk menangkap ikan dalam kolam tersebut. Dengan kecerdasannya, melihat kedatangan penangkap ikan dari dalam air, ikan pertama segera bertindak berdasarkan pengalaman masa lalunya, dan dari cerita-cerita yang didengarnya dari ikan lain.
Ikan pandai tersebut mengerahkan segenap tenaga, melompat keluar dari kolam, dan menjatuhkan diri di dekat kaki si penangkap ikan. Lalu dia berpura-pura mati dengan menahan napasnya.
Melihat peristiwa tersebut, tentu saja si penangkap ikan merasa kaget. Dia merasa belum melakukan apa-apa, namun ternyata sudah ada ikan yang tergeletak di dekatnya. Karena dia mengira ikan itu mati, dia lalu memungut dan melemparkan ikan itu kembali ke dalam kolam. Dia merasa tidak ada untungnya menangkap ikan yang mati karena dia masih melihat ikan yang lebih segar di sana.
Begitu menyentuh kolam, ikan pandai itu langsung bergegas masuk ke dalam lubang kecil di dasar kolam untuk bersembunyi.
Ikan kedua yang melihat kejadian ini, lalu berenang mendekati ikan pandai dan bertanya, "Mengapa kamu berbuat begitu?" Kemudian ikan pandai itu menjelaskan dan menerangkan alasannya.
Setelah mendengar penjelasan ikan pandai, ikan kedua ini kemudian berbuat hal yang sama. Ia melompat dari kolam dan jatuh di dekat kaki si penangkap ikan. Si penangkap ikan pun heran, mengapa ikan-ikan di kolam itu berlompatan keluar. Celakanya, ikan kedua ini lupa tidak menahan napasnya saat berpura-pura mati. Dengan begitu, si penangkap ikan tahu bahwa ikan itu masih hidup. Lalu dia pun memungutnya dan memasukkannya ke dalam ember miliknya.
Karena si penangkap ikan heran dengan kejadian tersebut, dia lalu memerhatikan kolam dan lupa menutup embernya dengan jala. Ikan setengah pandai ini menyadari bahaya yang dialaminya, lalu sekuat tenaga melompat keluar dari ember untuk kembali ke dalam kolam. Dia berhasil! Sesampainya di dasar kolam, cepat-cepat ia bersembunyi di lubang kecil bersama ikan pertama.
Ikan ketiga semakin bingung dengan ulah yang dilakukan oleh kedua temannya dan meminta penjelasan. Dia mendengarkan dua versi cerita dari ikan pertama dan ikan kedua. Mereka menceritakan setiap detail dan menekankan betapa pentingnya menahan napas saat berpura-pura mati.
"Terima kasih banyak, ya," kata ikan ketiga. "Sekarang aku mengerti," tambahnya sambil berlalu.
Setelah berkata begitu, ikan ketiga kemudian melompat keluar kolam dan menjatuhkan diri dekat kaki si penangkap ikan. Sesudah kehilangan dua ekor ikan, penangkap ikan memungut ikan tersebut tanpa memerhatikan apakah si ikan masih hidup atau mati. Kemudian dia memasukkannya ke dalam ember, dan kali ini dia tidak lupa untuk menutup embernya dengan jala. Setelah itu, dia menebarkan jala lainnya di seputar kolam, tapi gagal menangkap ikan lainnya.
Si penangkap ikan akhirnya menyerah. Dia membuka penutup ember dan menemukan ikan ketiga tidak bernapas seperti yang disarankan kedua temannya. Akan tetapi, kali ini si penangkap ikan tidak memedulikan hal itu dan dia pun membawa pulang ikan ketiga.
Dari kisah ketiga ekor ikan ini dapat disimpulkan:
1.Adalah kurang bijak apabila kita menerima saran begitu saja tanpa memikirkan ulang karena bisa jadi kondisinya berbeda. Apa yang baik bagi seseorang belum tentu baik untuk diri kita.
2.Jangan menelan mentah-mentah saran yang diberikan orang lain. Pertimbangkan kondisi dan situasi, lalu ambil tindakan yang tepat.
3.Jangan sekadar mengikuti atau meniru perbuatan orang lain tanpa pengetahuan yang cukup.[]
Dari buku
"MENGAPA TIDAK SECERDAS SIPUT?" Menggali Hikmah dari Kehidupan Binatang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar