Selasa, 19 September 2023

ANTARA IQ, EQ, DAN SQ

 

"𝘒𝘪𝘵𝘢 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘯𝘶𝘴𝘪𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘮𝘪𝘭𝘪𝘬𝘪 𝘱𝘦𝘯𝘨𝘢𝘭𝘢𝘮𝘢𝘯 𝘴𝘱𝘪𝘳𝘪𝘵𝘶𝘢𝘭. 𝘒𝘪𝘵𝘢 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘢𝘬𝘩𝘭𝘶𝘬 𝘴𝘱𝘪𝘳𝘪𝘵𝘶𝘢𝘭 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘮𝘪𝘭𝘪𝘬𝘪 𝘱𝘦𝘯𝘨𝘢𝘭𝘢𝘮𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘯𝘶𝘴𝘪𝘢𝘸𝘪."

(Pierre Teilhard de Chardin)


Spiritual Quotient Intelligence (SQ) adalah kecerdasan spiritual atau kecerdasan jiwa yang membantu seseorang untuk mengembangkan dirinya dan mampu menerapkan nilai-nilai positif dalam kehidupan.


"Siapakah manusia paling jempolan? Caesar, Alexander, Tamerlane, atau Cromwell?" tanya Michael H. Hart menjelang penulisan buku "Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah"

Hart juga menuliskan diskusi yang dilakukan Voltaire dengan para cendekiawan yang menyimpulkan bahwa Sir Isaac Newton adalah tokoh yang "Membimbing kita punya pikiran dengan kekuatan kebenaran, bukan membelenggunya dengan kekerasan. Oleh karena itu, sepatutnya kita menaruh hormat dan salam takzim dan berhutang budi tak terperikan."

Namun posisi Sir Isaac Newton sebagai manusia terjempol di jagat raya menurut Voltaire itu memancing pertanyaan-pertanyaan susulan: dari sekian miliar manusia yang pernah lahir, siapa di antara mereka yang memiliki pengaruh terhadap jalannya sejarah?"


Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Hart menyusun seratus anak manusia yang menentukan arah jalannya sejarah. Dalam buku Seratus Tokoh itu, Hart berkata, "Perlu saya tegaskan, mereka itu bukanlah manusia-manusia dalam artian "terbesar", melainkan dalam arti paling berpengaruh dalam sejarah. Misalnya, saya cantumkan Stalin dalam daftar karena pengaruhnya dalam sejarah, tidak peduli dia itu bengis dan jahanam. Di lain pihak, orang suci dan keramat seperti Bunda Carini, tidak!"

Dari puluhan miliar manusia di atas permukaan bumi, tidak lebih dari satu juta yang masuk ke dalam buku biografi. Dari jumlah itu, kurang lebih 20.000 orang yang masuk ke dalam buku kamus biografi. Dari jumlah itu, hanya 0,5 % yang dicantumkan Hart dalam bukunya. Untuk enam tokoh urutan teratas adalah: Nabi Muhammad saw, Isaac Newton, Nabi Isa as, Buddha, Kong Hu Chu, dan St. Paul. Dari enam tokoh itu, ternyata lima orang adalah tokoh agama atau pemimpin spirtual. Ini sebuah bukti, bahwa kunci kesuksesan dan yang menentukan arah peradaban manusia adalah orang-orang yang memiliki kecerdasan spiritual atau SQ yang tinggi.

Jika IQ (Intelligence Quotient) dapat dikatakan sebagai “Apa yang aku pikirkan”, EQ (Emosional Quotient) dikatakan sebagai “Apa yang aku rasakan”, maka SQ dikatakan sebagai “Apa itu Aku” yang memiliki maksud bahwa menyadari eksistensi dari diri mereka sendiri.[]


Sumber

1.Buku "Qur'anic Quotient

2.https://campus.quipper.com/kampuspedia/spiritual-quotient-intelligence-sq

3.https://kampuspsikologi.com/apa-itu-kecerdasan-spiritual/?amp

Selasa, 05 September 2023

TIGA PERTANYAAN

"𝑶𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒓𝒂𝒕𝒂-𝒓𝒂𝒕𝒂 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒎𝒆𝒎𝒑𝒆𝒅𝒖𝒍𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒘𝒂𝒌𝒕𝒖 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒂𝒅𝒂, 𝒔𝒆𝒎𝒆𝒏𝒕𝒂𝒓𝒂 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒊𝒋𝒂𝒌 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒈𝒖𝒏𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒘𝒂𝒌𝒕𝒖 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒃𝒂𝒊𝒌." 

(Shoppenhauer)


1. Kapan waktu yang paling baik?

2. Siapakah orang yang paling tepat?

3. Hal apakah yang paling tepat dilakukan?

Demikianlah tiga buah pertanyaan yang diperoleh seorang raja agar tidak gagal dalam memerintah.

Untuk itu, Sang Raja akan memberi limpahan hadiah kepada siapa pun di kerajaannya yang dapat mengajarkan kepadanya jawaban ketiga pertanyaan itu. 

Banyak orang terpelajar datang menemui raja, tetapi karena mereka semua menjawab secara berbeda-beda, sehingga dia tidak bisa menentukan mana yang paling tepat.

Raja akhirnya memutuskan untuk mencari jawaban kepada seorang pertapa yang kebijaksanaannya terkenal secara luas.

Kesederhanaan Pertapa itu membuat raja mengganti pakaiannya seperti orang awam, meninggalkan pengawalnya, turun dari kudanya, dan pergi menemui pertapa itu sendirian. Saat bertemu, raja yang menyamar menanyakan tiga pertanyaan itu, tetapi orang tua itu tidak menjawab. Dengan badan yang ringkih pertapa itu menggali beberapa lubang untuk menanam bunga. Melihat itu, raja mengambil alih pekerjaannya. Ketika ia mencoba bertanya lagi, pertapa itu melihat seorang pria berjanggut keluar dari hutan, tangannya memegangi perutnya yang berdarah karena luka.

Pria berjanggut itu lalu mereka bawa masuk ke rumah dan diobati. Keesokan paginya, pria itu meminta raja untuk mengampuni dia, meskipun sang penguasa yakin ia tidak pernah bertemu dengan orang ini sebelumnya.

Orang yang terluka ini berkata:

"Anda tidak mengenal saya, tetapi saya mengenali Anda. Saya adalah musuh Anda yang bersumpah untuk membalas dendam pada Anda, karena Anda menghukum mati saudara saya dan merebut hartanya. Saya tahu Anda pergi sendirian untuk menemui pertapa itu, dan saya memutuskan untuk membunuh Anda saat Anda pulang. Namun hari berlalu dan Anda tidak kembali. Jadi saya keluar dari tempat persembunyian saya untuk mencari Anda. Pengawal Anda yang mengenali saya berusaha melukai saya. Saya melarikan diri dari mereka, tetapi saya pasti mati kehabisan darah jika Anda tidak mengobati luka saya. Saya berharap dapat membunuh Anda, akan tetapi Anda telah menyelamatkan hidup saya. Sekarang, karena saya hidup, dan jika Anda bersedia, saya akan akan melayani Anda sebagai budak yang paling setia, dan saya akan menyuruh anak saya untuk melakukan hal yang sama. Maafkan saya!"

Tidak hanya memaafkan, tetapi Raja juga mengirimkan tabib terbaiknya untuk mengobati lelaki itu, dan berjanji untuk mengembalikan hartanya yang telah disita.

Pada saat itu, raja pergi ke luar dan melihat pertapa menempatkan benih di lubang yang telah digali sebelumnya. Kembali dia mengajukan tiga pertanyaannya sekali lagi dan terkejut ketika orang tua itu menjawab bahwa pertanyaannya sudah terjawab:

"Terjawab bagaimana? Apa maksudmu?" tanya sang raja.

"Apakah Anda tidak tahu," jawab sang pertapa. "Jika Anda tidak kasihan melihat kelemahan saya kemarin, dan pulang, orang itu akan menyerang Anda, dan Anda akan menyesal tidak tinggal bersamaku. Jadi, waktu yang paling penting adalah ketika Anda membantu saya menggali lubang; dan saya adalah orang yang paling penting karena perlu dibantu; dan berbuat baik pada saya adalah hal yang paling penting. Kemudian ketika orang itu berlari meminta tolong, waktu yang paling penting adalah ketika Anda menolongnya, karena jika Anda tidak mengobati luka-lukanya, ia akan mati tanpa berdamai dengan Anda. Jadi, dia adalah orang yang paling penting, dan apa yang Anda lakukan untuknya adalah hal yang paling penting. Karenanya ingatlah: hanya ada satu waktu yang terpenting, yaitu: sekarang! Mengapa, karena sekarang adalah satu-satunya waktu saat kita memiliki kekuatan. Orang yang paling penting adalah orang yang bersama dengan Anda, karena setiap orang tidak tahu apakah ia akan berhubungan dengan orang lain lagi; dan hal yang paling penting adalah berbuat baik kepada orang itu karena untuk tujuan itulah seseorang dikirim ke dalam kehidupan ini!"[]


"𝐊𝐚𝐦𝐮 𝐛𝐞𝐧𝐚𝐫-𝐛𝐞𝐧𝐚𝐫 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐭𝐚𝐡𝐮 𝐚𝐩𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐡𝐚𝐝𝐚𝐩𝐢 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐤𝐞𝐡𝐢𝐝𝐮𝐩𝐚𝐧 𝐩𝐫𝐢𝐛𝐚𝐝𝐢 𝐦𝐞𝐫𝐞𝐤𝐚. 𝐉𝐚𝐝𝐢 𝐛𝐞𝐫𝐬𝐢𝐤𝐚𝐩𝐥𝐚𝐡 𝐛𝐚𝐢𝐤, 𝐬𝐞𝐬𝐞𝐝𝐞𝐫𝐡𝐚𝐧𝐚 𝐢𝐭𝐮."

(Cerita Pendek Leo Tolstoy)


Dari buku

"I CAN DO IT" Cara Mengubah Kebiasaan Berpikir yang Merusak

PERBUATAN DIMULAI DAN INSPIRASI

 











"𝚈𝚊𝚗𝚐 𝚔𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚞𝚊𝚝 𝚓𝚊𝚗𝚓𝚒 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚜𝚎𝚛𝚒𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚛𝚎𝚔𝚊 𝚒𝚗𝚐𝚔𝚊𝚛𝚒. 𝙿𝚎𝚖𝚎𝚗𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚞𝚊𝚝 𝚔𝚘𝚖𝚒𝚝𝚖𝚎𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚜𝚎𝚕𝚊𝚕𝚞 𝚖𝚎𝚛𝚎𝚔𝚊 𝚙𝚎𝚛𝚝𝚊𝚑𝚊𝚗𝚔𝚊𝚗."

(Denis Waitley) 

       

Calon presiden John Mc.Cain punya pengalaman puluhan tahun. Perbuatannya banyak. Dia menunjukkan kekuatan, tahan uji saat ditahan enam tahun sebagai tawanan perang di Vietnam Utara. Dalam kampanyenya, bersama calon wakil presiden Sarah Palin dia katakan sudah banyak berbuat.Lawan Mc.Cain -Barack Obama- dikatakannya lebih banyak bicara daripada berbuat. Diakui Mc.Cain konsep dan oratoria Obama sangat bermutu, tetapi ditanyakan Apakah Anda pilih orang yang berbuat atau orang yang berbicara?

Namun terbukti Obama menang dalam pemilihan presiden itu karena ia mampu menggugah dengan tema yang memberikan harapan dan janji perubahan.

Perbuatan memang menjadi teladan, tetapi penerjemahan teladan menjadi pemberi semangat.

Harapan dan janji perubahan dicapai dengan perbuatan, tetapi perbuatan dimulai dengan harapan. Dan harapan dihidupkan oleh Inspirasi.[]

"𝑴𝒂𝒌𝒊𝒏 𝒃𝒆𝒔𝒂𝒓 𝒑𝒆𝒓𝒖𝒃𝒂𝒉𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂, 𝒎𝒂𝒌𝒊𝒏 𝒃𝒂𝒏𝒚𝒂𝒌 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒐𝒍𝒂𝒌𝒏𝒚𝒂. 𝑱𝒂𝒅𝒊, 𝒃𝒖𝒂𝒕𝒍𝒂𝒉 𝒊𝒕𝒖 𝒕𝒂𝒎𝒑𝒂𝒌 𝒔𝒂𝒏𝒈𝒂𝒕 𝒌𝒆𝒄𝒊𝒍 𝒅𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒑𝒆𝒍𝒆 𝒔𝒆𝒉𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒂𝒉𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒎𝒆𝒏𝒚𝒂𝒅𝒂𝒓𝒊𝒏𝒚𝒂."

(Maxime Lagacé)

Dari buku

SWEET NOTHINGS

MENGAMBIL BAYI DENGAN SEDEKAH

"𝘉𝘦𝘳𝘪𝘬𝘢𝘯𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘥𝘦𝘬𝘢𝘩! 𝘒𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘴𝘦𝘥𝘦𝘬𝘢𝘩 𝘪𝘵𝘶 𝘪𝘣𝘢𝘳𝘢𝘵 𝘴𝘶𝘯𝘨𝘢𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘭𝘪𝘳. 𝘒𝘢𝘮𝘶 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘮𝘱𝘦𝘳𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘮𝘢𝘯𝘧𝘢𝘢𝘵 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘢𝘪𝘳 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘪𝘩𝘯𝘺𝘢."


Beberapa saat menjelang isterinya melahirkan, Pak Fulan (sebut saja demikian) di PHK dari tempatnya bekerja.

"Ya Allah, terima kasih Engkau telah menakdirkan saya kena PHK, sehingga saya dapat pesangon dua juta rupiah. Mudah-mudahan Engkau mudahkan dan lancarkan proses kelahiran anak kami ya Allah!" demikian doa yang dipanjatkan pak Fulan, ketika mendengar bahwa istrinya akan melahirkan kurang dari seminggu lagi.

Tak lama kemudian, proses persalinan istrinya pun tiba. Pak Fulan membawa istrinya kepada seorang bidan. Setelah didiagnosis dan dilakukan tindakan pertolongan pertama, Ibu Bidan menyimpulkan bahwa istri Pak Fulan harus dirujuk ke sebuah Rumah Sakit di Jakarta, untuk dilakukan SC (bedah Cesar) karena ada gangguan pada si bayi yang dikandungnya.

Di atas bajaj, Pak Fulan berpikir minimal harus menyiapkan uang 6-7 juta. Sementara uang hasil pesangon yang ada di dompetnya tinggal 1,6 juta rupiah. Akan tetapi, demi keselamatan anak dan istrinya, Pak Fulan tetap nekat membawa sang istri ke rumah sakit.

Di rumah sakit, kembali pak Fulan mendapat kejutan.

"Mohon bersabar, hasil pemeriksaan menunjukkan anak Bapak ini akan lahir dengan menderita bocor jantung bawaan, gagal jantung bawaan, dan tumor otak." Kata dokter yang menangani. Rupanya, si anak akan lahir dengan membawa satu paket musibah yang tak terbayangkan sebelumnya. 

"Secara medis, kemungkinan anak Bapak paling-paling hanya bisa bertahan 18 hari" lanjut dokter tadi.

Pak Fulan punya keyakinan bahwa perkiraan medis bisa saja salah dan ada yang lebih mengetahui: Dialah Allah azza wajalla. Maka ia berusaha menerima hal itu dengan kesabaran walau dadanya terasa sesak. 

Ia langsung mendekati sang istri untuk menguatkan dirinya dan meyakinkan sang istri bahwa dengan kuasa-Nya, Allah Swt. telah menakdirkan dirinya hamil, padahal ada banyak wanita yang sangat mengharapkan dirinya bisa hamil. la pun meyakinkan istrinya untuk menjadi manusia yang bersyukur dengan tetap mengusahakan anaknya lahir apa pun kondisinya.

Alhamdulillah, proses persalinan istrinya Pak Fulan berjalan dengan lancar. Sesuai dengan prediksi dokter, sang bayi lahir dengan berat 2 kg. Tiga hari kemudian berat badannya menyusut menjadi 1,6 kg. Dengan penurunan berat badan yang drastis, nampaknya mustahil bayi bertahan hidup 3 minggu lamanya.

Namun Pak Fulan tetap meyakini bahwa kekuasaan Allah Swt. di atas segalanya. Bagi-Nya tidak ada yang tidak mungkin. Karena itu, dalam shalat-shalat malamnya, Pak Fulan senantiasa berdoa, "Ya Allah, Engkau telah menakdirkan istri saya hamil, dan Engkau telah menakdirkan pula anak saya lahir dengan selamat, maka berilah kesembuhan kepadanya."

Dalam tiga hari tersebut, uang Pak Fulan tinggal 1,4 juta rupiah lagi. Merasa uang sejumlah itu tidak akan cukup untuk membayar biaya persalinan dan perawatan rumah sakit, Pak Fulan pun nekat membagikan uangnya itu kepada fakir miskin yang ditemuinya.

Keteguhan, kesabaran, dan keyakinan pasangan suami istri yang saleh ini telah melahirkan keajaiban. Si anak, yang sebelumnya divonis enggak bakal bertahan lebih dari 18 hari, ternyata mampu hidup sampai 20 hari lamanya dan dengan kondisi kesehatan yang terus membaik. 

Hal ini membuat heran dokter yang menanganinya.

"Kalau kondisinya terus membaik seperti ini dalam waktu seminggu si anak sudah bisa dibawa pulang. Paling nanti kalau sudah di rumah bisa rawat jalan saja. Saya melihat anak Bapak ini seorang fighter (pejuang) yang pantang menyerah," kata dokter.

Dua puluh tujuh hari berlalu, 

Akhirnya dokter menyatakan kalau si anak sudah benar-benar sehat. "Alhamdulillah, anak Bapak besok sudah bisa dibawa pulang, sekarang Bapak tinggal mengurus administrasinya. Mudah-mudahan anak Bapak bisa panjang umur," katanya.

Pak Fulan langsung tersentak. Rupanya kesibukan mengurus bayi dan ibunya membuatnya lupa akan biaya Rumah Sakit. 

Uang 27 juta harus ia siapkan agar ia bisa pulang bersama keluarga barunya.

Sebuah angka yang fantastis untuk orang dengan kemampuan finansial seukuran dirinya.

Pak Fulan yaitu lalu mendatangi salah seorang kawan dekatnya di daerah Ciledug buat pinjam uang. Dan jumlah pinjaman yang berhasil didapatkan masih jauh dari jumlah yang dibutuhkan, hanya 2 juta rupiah. Sudah tentu, jumlah itu jauh dari cukup untuk melunasi tagihan rumah sakit yang selangit. Akhirnya, Pak Fulan berjalan kaki dari Ciledug menuju Salemba. Sepanjang jalur yang dilewati, ia membagikan uang yang 2 juta itu kepada orang-orang miskin yang ditemuinya. Sesampainya di rumah sakit sekitar jam 2 sore, uang yang 2 juta itu sudah habis. Pak Fulan pun langsung menuju mushala rumah sakit. la bersujud dan bersimpuh di hadapan Allah. Sambil menangis, ia memohon, "Ya Tuhanku, seandainya sampai Ashar ini kami tidak berhasil mendapatkan uang yang 27 juta itu, kirimkanlah kepada kami orang kaya yang bisa membeli anak kami."

Pada saat itu, ada seorang ibu yang dengan serius memerhatikan Pak Fulan. Lalu, si ibu berjalan mendekat.

"Kenapa Bapak menangis?" tanyanya.

"lya Bu, hari ini anak saya akan keluar dari rumah sakit," jawab Pak Fulan. "Keluar dari rumah sakit kok nangis, harusnya kan bahagia," sambung si Ibu.

"Justru itu, uang untuk menebusnya tidak ada," jawab Pak Fulan.

"Oh, begitu ... ya sudah, berarti Bapak adalah orang yang sedang saya cari. Dari pagi saya bawa uang ini nyari-nyari siapa yang butuh di rumah sakit ini, tapi enggak ketemu-ketemu, eh ternyata buat Bapak," ujar si Ibu sambil memberikan sebuah kantong keresek merah yang tampak berat.

Saat itu Pak Fulan langsung sujud syukur dan menangis terisak-isak karena bahagia. Berulang kali ia mengucapkan terima kasih kepada Allah yang telah mengirimkan seseorang yang mau membantunya. Ketika bangun sujud, ia baru ingat kalau ia belum sempat mengucapkan terima kasih si Ibu. Namun Ibu itu seolah menghilang meski sudah dicari kemana-mana. Pak Fulan pun kembali ke mushola, untung kantong plastik merah itu masih tetap berada di tempatnya.

Setelah itu, ia langsung menuju ruangan administrasi dengan niat melunasi biaya perawatan anak dan istrinya tanpa berani membuka kantong itu.

"Mbak, saya mau ambil anak saya hari ini," kata Pak Fulan.

Petugas administrasi mengatakan bahwa Pak Fulan belum bisa membawa anaknya hari itu karena harus menunggu dokter yang merawatnya.

"Kalau begitu saya mau bayar dulu biaya perawatannya," sambungnya.

"Mbak, saya punya uang segini-gininya, silakan dihitung mudah-mudahan cukup," kata Pak Fulan sambil memberikan kantong merah itu kepada si petugas.

Setelah dibuka, ternyata kantong merah itu isinya benar-benar uang.

Dan setelah dihitung, jumlahnya ternyata pas 27 juta rupiah. 

Allahu Akbar!...[]


"𝐌𝐚𝐧𝐟𝐚𝐚𝐭 𝐩𝐞𝐫𝐭𝐚𝐦𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐢𝐬𝐚 𝐝𝐢𝐫𝐚𝐬𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐛𝐞𝐫𝐬𝐞𝐝𝐞𝐤𝐚𝐡 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐬𝐢 𝐩𝐞𝐦𝐛𝐞𝐫𝐢 𝐬𝐞𝐝𝐞𝐤𝐚𝐡 𝐢𝐭𝐮 𝐬𝐞𝐧𝐝𝐢𝐫𝐢, 𝐲𝐚𝐢𝐭𝐮 𝐝𝐢𝐚 𝐦𝐞𝐥𝐢𝐡𝐚𝐭 𝐩𝐞𝐫𝐮𝐛𝐚𝐡𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐝𝐢𝐫𝐢 𝐝𝐚𝐧 𝐬𝐢𝐤𝐚𝐩𝐧𝐲𝐚, 𝐦𝐞𝐫𝐚𝐬𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐝𝐚𝐦𝐚𝐢𝐚𝐧, 𝐬𝐞𝐫𝐭𝐚 𝐦𝐞𝐥𝐢𝐡𝐚𝐭 𝐬𝐞𝐧𝐲𝐮𝐦𝐚𝐧 𝐝𝐢 𝐰𝐚𝐣𝐚𝐡 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐥𝐚𝐢𝐧."


Dari buku

"URUSAN LANCAR DENGAN AL-QUR'AN"



JANGAN LUPA MENGISI

"𝙈𝙚𝙧𝙚𝙠𝙖 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙥𝙪𝙣𝙮𝙖 𝙠𝙚𝙗𝙚𝙧𝙖𝙣𝙞𝙖𝙣 𝙪𝙣𝙩𝙪𝙠 𝙢𝙚𝙣𝙜𝙖𝙢𝙗𝙞𝙡 𝙧𝙞𝙨𝙞𝙠𝙤 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙖𝙠𝙖𝙣 𝙢𝙚𝙣𝙘𝙖𝙥𝙖𝙞 𝙖𝙥𝙖 𝙥𝙪𝙣 𝙙𝙖𝙡𝙖𝙢 𝙝𝙞𝙙𝙪𝙥𝙣𝙮𝙖。"

(Muhammad Ali)


Seorang pria tersesat di gurun pasir di suatu siang yang terik. Saat hampir mati kehausan, ia tiba di sebuah rumah kosong yang hampir toboh. Di depan rumah tua tanpa jendela itu, terdapat sebuah pompa air.

Segera ia menuju pompa itu dan mulai memompa sekuat tenaga. Tapi, tidak ada air yang keluar.


Lalu ia melihat ada kendi kecil di sebelah pompa itu dengan mulutnya tertutup gabus dan tertempel kertas dengan tulisan, "Sahabat, pompa ini harus dipancing dengan air dulu. Setelah Anda mendapatkan airnya, mohon jangan lupa mengisi kendi ini lagi sebelum Anda pergi." Pria itu mencabut gabusnya dan ternyata kendi itu berisi penuh air.

"Apakah air ini harus dipergunakan untuk memancing pompa? Bagaimana kalau tidak berhasil? Tidak ada air lagi. Bukankah lebih aman saya minum airnya dulu daripada nanti mati kehausan kalau ternyata pompanya tidak berfungsi? Untuk apa menuangkannya ke pompa berkarat hanya karena pesan tertulis di atas kertas kumal yang belum tentu benar?" Begitu pikirnya.


Untung suara hatinya mengatakan bahwa ia harus mencoba mengikuti pesat yang tertulis di kertas itu, sekali pun berisiko. la menuangkan seluruh isi kendi itu kedalam pompa yang karatan itu dan dengan sekuat tenaga memompanya. Dan.... Air pun keluar dengan melimpah, lalu pria itu minum sepuasnya. Setelah istirahat memulihkan tenaga dan sebelum meninggalkan tempat itu, ia mengisi kendi itu sampai penuh, menutupkan kembali gabusnya dan menambah beberapa kata di bawah instruksi pesan itu, "Saya telah melakukannya dan berhasil."[]

"𝐄𝐧𝐠𝐤𝐚𝐮 𝐡𝐚𝐫𝐮𝐬 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐨𝐫𝐛𝐚𝐧𝐤𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐦𝐮𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐭𝐞𝐫𝐥𝐞𝐛𝐢𝐡 𝐝𝐚𝐡𝐮𝐥𝐮 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐛𝐢𝐬𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐞𝐫𝐢𝐦𝐚 𝐤𝐞𝐦𝐛𝐚𝐥𝐢 𝐬𝐞𝐜𝐚𝐫𝐚 𝐦𝐞𝐥𝐢𝐦𝐩𝐚𝐡"


Dari buku

"Guru, Bawa Aku ke Pintu Terdepan"



Senin, 21 Agustus 2023

FOKUS KEPADA IMPIAN


"𝑲𝒂𝒎𝒖 𝒉𝒂𝒓𝒖𝒔 𝒎𝒆𝒏𝒆𝒕𝒂𝒑𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒖𝒋𝒖𝒂𝒏 𝒅𝒊 𝒍𝒖𝒂𝒓 𝒋𝒂𝒏𝒈𝒌𝒂𝒖𝒂𝒏𝒎𝒖 𝒔𝒆𝒉𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒎𝒆𝒎𝒊𝒍𝒊𝒌𝒊 𝒔𝒆𝒔𝒖𝒂𝒕𝒖 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒉𝒊𝒅𝒖𝒑."

(Ted Turner)


Dengan membawa sebatang tongkat yang pada ujungnya diikatkan sebuah wortel, seorang menunggangi seekor keledai. Tongkat itu lalu dijulurkan hingga berada tepat didepan keledai. Melihat wortel yang merupakan makanan kesukaannya, tentu saja keledai berusaha untuk mengejar untuk mendapatkan. Namun wortel itu tidak akan pernah diraih meski dia berlari kencang untuk mengejarnya. 

Saat keledai berhenti, kembali wortel itu berada tepat didepan matanya. 

Pada akhirnya wortel akan diberikan kepada keledai tergantung dari penunggangnya.


'Wortel' bisa diibaratkan dengan impian yang ingin kita raih. Impian harus bersifat unik, pribadi berbeda dengan yang lain. Oleh karenanya kalau impian itu hanya kita pandang, tidak ada hasil yang kita peroleh. Maka fokus kita adalah mengejar 'wortel' impian kita sampai suatu titik dimana impian itu dapat diraih.

Berbeda dengan 'wortel' milik orang lain. Jika mengejar impian orang atau milik umum, maka yang terjadi adalah susah untuk memperolehnya. Akhirnya 'wortel' impian itu tidak mampu memberikan dorongan untuk bergerak, malah justru akan memupus 

semuanya.

Jadi, fokuslah dengan 'wortel'impian kita sendiri.[]


“𝙹𝚒𝚔𝚊 𝚔𝚊𝚖𝚞 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚋𝚎𝚔𝚎𝚛𝚓𝚊 𝚍𝚎𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚌𝚒𝚗𝚝𝚊, 𝚝𝚎𝚝𝚊𝚙𝚒 𝚑𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚍𝚎𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚔𝚎𝚋𝚎𝚗𝚌𝚒𝚊𝚗, 𝚕𝚎𝚋𝚒𝚑 𝚋𝚊𝚒𝚔 𝚝𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊𝚕𝚔𝚊𝚗 𝚙𝚎𝚔𝚎𝚛𝚓𝚊𝚊𝚗𝚖𝚞”

(Kahlil Gibran)


Dari buku

"TERAPI PIKIRAN BAHAGIA" Cara Cepat dan Terhormat Agar Hidup Lebih Sukses, Lebih Berkualitas, dan Spektakuler



ENERGI BARU IBU INDAH

 

𝑶𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒖𝒂 𝒑𝒆𝒓𝒍𝒖 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒊𝒔𝒊 𝒆𝒎𝒃𝒆𝒓 𝒉𝒂𝒓𝒈𝒂 𝒅𝒊𝒓𝒊 𝒂𝒏𝒂𝒌 𝒃𝒆𝒈𝒊𝒕𝒖 𝒕𝒊𝒏𝒈𝒈𝒊 𝒔𝒆𝒉𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂 𝒔𝒆𝒍𝒖𝒓𝒖𝒉 𝒅𝒖𝒏𝒊𝒂 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒖𝒂𝒕 𝒍𝒖𝒃𝒂𝒏𝒈 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒄𝒖𝒌𝒖𝒑 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒆𝒓𝒊𝒏𝒈𝒌𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂."

(𝑨𝒍𝒗𝒊𝒏 𝑷𝒓𝒊𝒄𝒆)


Pemandangan itu mungkin hanya berlangsung lima menit, bahkan bisa kurang. Anak-anak kelas 1berbaris  dengan tertib lalu masuk kelas untuk memulai belajar.

Namun mewujudkan keteraturan itu tidak bisa dihasilkan dalam tempo lima menit. Ada sebuah perjalanan panjang yang harus dilalui. Dan wali kelas 1 yang bernama Ibu indah itu telah memulainya sejak lulus SMA...


Sebuah pigura tergantung di sebuah rumah panggung. Terdapat sebuah foto seorang perempuan mengenakan baju putih-putih yang merupakan seragam Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibra). Meski kini sudah menjadi ibu dari seorang anak, tetapi wajah itu tidak banyak berubah.

Kebanggaan itu tidak bisa dia ceritakan ke orang-orang sekitarnya dan itu bukan sebuah momen yang istimewa. "Ibu saya pun tidak paham apa itu Paskibra, jadi ya biasa saja" kata Ibu Indah sambil tersenyum kepada saya.

Setamat SMA ia harus memupus cita-citanya untuk kuliah di sebuah universitas di Samarinda.  Kondisi finansial memaksa ia meninggalkan mimpinya dan harus membantu orang tuanya sebagai petani.

Dia terima tawaran ibunya yang hanya sanggup membiayai untuk kursus menjahit dan menjalaninya dengan gembira. Tapi cita-citanya untuk menjadi guru tidak pernah padam.

Saat Pemerintah Kabupaten setempat membuka kesempatan beasiswa bagi putra-putra daerah untuk berkuliah pendidikan guru di Jawa, Ibu Indah merasa bahwa kesempatan ini adalah jawaban atas mimpi-mimpinya. Ia pun menyiapkan segala berkas administrasi yang merupakan syarat pendaftaran. Ketika selesai menyerahkan berkas pendaftaran di kantor dinas, ia tak lupa membaca doa berharap bahwa aplikasi tersebut diterima. Masa penantian ia jalani dengan sabar, sehingga tibalah hari pengumuman. Ia jalan ke kantor tempat pendaftaran dan langsung melihat ke papan pengumuman. Ditelusurinya nama di papan tersebut satu persatu. Sampai di akhir barisan, ia tak menemukan namanya.

Sampai di rumah, Ibu Indah tak sanggup menatap wajah Mamak (ibu) nya. Mamak pun tak mengeluarkan sepatah kata. Ia tahu bahwa apa pun yang dikatakannya tak akan terlalu bisa mengobati kekecewaan putrinya. Dalam hatinya, ia berdoa bahwa suatu hari Tuhan mampu memberikan jalan untuk cita-cita putrinya.

Tidak menyerah, kembali Ibu Indah mendaftar lagi saat kesempatan itu dibuka beberapa bulan kemudian. Kegagalannya pada program terdahulu ia lupakan. Ia pun bangkit kembali dan memulai proses yang sama. Dan, kali ini, ia harus menelan pil pahit kembali. Namanya tak ada di papan pengumuman. la pun mendengar suara-suara miring bahwa hanya mereka yang punya relasi dengan pejabat setempat yang akan diterima untuk mengikuti program ini. Ibu Indah menyadari ia tak punya koneksi pejabat. Ia hanya bisa pasrah dengan kondisi yang ia alami. Tetapi, Mamak dengan tegar mengatakan ,"Itu kan cuma kata orang. Kalau memang rezeki juga pasti dapat."

Doa Ibu Indah akhirnya terkabul. Ibu Indah mendapat kesempatan mengambil Program D2 Pendidikan Guru di Universitas Sebelas Maret, Solo. Baginya program ini merupakan sebuah jalan mewujudkan cita-citanya semasa kecil, menjadi guru.

Apa boleh buat, demi mengejar cita-citanya Ibu Indah harus rela meninggalkan ibu dan ayahnya yang sakit-sakitan selama dua tahun. Dalam kurun waktu tersebut, Ibu Indah sadar bahwa pada waktu Lebaran maupun liburan semester, ia tidak mungkin pulang ke kampung halaman untuk sekadar menjenguk orangtuanya. Pemerintah hanya menyediakan tiket pesawat untuk berangkat dan pulang usai menempuh pendidikan, tak lebih. Sempat ragu, tapi orang tuanya mendorongnya untuk terus maju dan berangkatlah Ibu Indah dengan iringan derai airmata.

Solo...

Adalah kota yang bersahabat datang menyambut kehadiran Ibu Indah. Keramahan itu terpancar dari orang-orang yang tinggal di sekitar asrama, tempat mahasiswa Paser tinggal. "Pernah ada kakek-kakek yang kita nggak kenal, tapi setiap pagi kalau ketemu kita senyum. Kok bisa ya mereka ramah sekali," ujar Ibu Indah mengenang masa-masa itu. Tetapi, keramahan kota itu ternyata tetap tak mampu mengobati kerinduan Ibu Indah pada orangtuanya. Di minggu-minggu awal tinggal di asrama, ia masih sering menangis jika mengingat orangtuanya.

Rasa kangen tak hanya dirasakan Ibu Indah seorang. Mamak pun sangat mengerti kondisi Indah. "Dulu kalau telepon pasti nangis. Tetapi, ya, mau gimana lagi. Nggak ada uang juga buat pulang," ujar mamaknya mengenang.

Hiburan Ibu Indah di asrama, saat teman-temannya pulang mudik adalah menyulam.

Terlepas akan kerinduan rumah dan orang tuanya, Ibu Indah mendapat ilmu baru tentang pendidikan: pengelolaan kelas, persiapan mengajar, kerja praktik mengajar di sekolah negeri. Dia juga dapatkan kebiasaan berbaris sebelum masuk kelas, menyanyi dan kebiasaan yang menarik dalam dunia mengajar.

Tanpa terasa, perkuliahan yang dia ikuti dengan sabar, praktik mengajar ujian akhir membawa ke langkah akhir Ibu Indah: menyelesaikan perkuliahan.

Ibu Indah berhak mendapat  gelar ahli madya di belakang namanya. Di hari itu, segala kekecewaan dan kegagalan yang ia rasakan ketika melamar beasiswa sudah nyaris ia lupakan. Air mata kesedihan ketika harus meninggalkan kampung halamannya berganti dengan air mata kebahagiaan karena ia telah mampu membuktikan kepada orang tuanya bahwa ia mampu menyelesaikan pendidikannya selama dua tahun. Ia kini telah menaiki satu anak tangga, dan tinggal beberapa langkah lagi untuk mampu mewujudkan cita-citanya sebagai seorang guru.

Dengan mengenakan kebaya yang ia jahit sendiri dan toga, ia resmi diwisuda. Di halaman kampus, ia melihat sebagian teman-temannya sibuk berfotoria dengan diapit oleh orangtua mereka masing-masing. la pun mulai membayangkan betapa hari ini akan menjadi lebih sempurna jika Mamak dan Bapak juga turut hadir di tempat itu.

Paser, Kalimantan Timur,

Ibu Indah dengan bangga mengenakan seragam berwarna coklat. Dengan seragam itu ia akan mengajar di SDN 015 Tanah Grogot. Jarak yang sekitar 1 km itu ia tempuh dengan sepeda tuanya. Namun jika hari hujan jarak itu harus ditempuh dengan berjalan kaki dengan merelakan seragamnya terkena lumpur.

Di hari pertama sekolah, ia mendapat amanah tugas yang uniknya justru tak pernah diajarkan selama ia berkuliah. Ia diminta mencuci piring atau gelas yang bekas digunakan oleh para guru. Dengan sabar, ia laksanakan tugas tersebut. Walaupun ada sedikit perasaan kecewa, ia tetap menerima pekerjaan tersebut karena ia merasa bisa jadi tugas-tugas kecil adalah ajang pembuktian bagi dirinya sebelum nantinya mendapat pekerjaan yang lebih besar.

Upayanya untuk selalu berpikir positif berbuah manis. Di hari-hari berikutnya, ia mulai mendapatkan kepercayaan untuk menggantikan wali kelas atau guru mata pelajaran yang tiba-tiba saja berhalangan hadir. Di saat tersebut, ia mulai menerapkan ilmu pendidikan yang didapatkannya selama kuliah. Selama beberapa bulan, pekerjaan yang ia tekuni selalu sama. Datang pagi, menggantikan tugas guru yang tidak masuk, dan kemudian apabila ada piring atau gelas yang kotor, tugasnya beralih menjadi tukang cuci piring. Meskipun bukan wali kelas, di sela-sela waktu istirahatnya Ibu Indah tetap membuat keterampilan yang bisa membantunya dalam menyampaikan pelajaran ke murid.

Ketekunan dan kesabaran Ibu Indah rupanya membuat Pak Ismail, kepala sekolah kagum. Pria ini melihat Ibu Indah menyimpan energi yang besar sehingga perlu diberi kesempatan.

Untuk memperbaiki kualitas murid harus dimulai dari awal, yaitu kelas 1 dan guru yang pantas untuk mengajar adalah Ibu Indah.

Dengan antusias Ibu Indah segera "tancap gas" 

Segera dia biasakan murid untuk berbaris sebelum masuk kelas. Dinding kelas yang tidak ada gambar bersifat edukatif dia padang dengan menggambar buah berikut namanya, alfabet.

Ibu Indah mencari buku-buku lama di rak yang masih layak dibaca, dikumpulkan dan disusun pada meja disamping kelas. Dengan adanya "Perpustakaan mini" itu Ibu Indah berharap murid dapat membaca buku diluar buku pelajaran.

"Mumpung masih kelas 1, jadi lebih gampang mendidiknya" demikian alasan Ibu Indah.

Pada pojok kelas disediakan dua buah rautan pensil dan kaleng susu. Murid akan tahu yang harus dilakukan dengan dua benda tersebut. Sebuah perilaku kemandirian yang ditanamkan sejak dini.

Salah satu hal yang membuat beberapa guru senang terhadap Ibu Indah adalah kemampuannya dalam menanamkan perilaku kesopanan terhadap anak didiknya. Hampir semua anak Kelas I jika berpapasan dengan guru selalu memberi salam dan mengucapkan "Permisi, Bu."

Terhadap perilaku guru lain yang berperilaku tidak pantas Ibu Indah tidak perlu menegur atau menyindir. Di dalam diamnya, Ibu Indah justru bersuara melalui aktivitas mendidik yang ia lakukan pada murid Kelas I.

"Teng....teng....teng" Lempengan besi itu dibunyikan dengan nyaring. Mengingatkan akan hari pertama saya mengajar di sekolah ini. Semua anak lari terbirit-birit, beberapa masih memegang makananmakanan yang mereka beli dari warung. Tepat di depan pintu kelas, Ibu Indah menghentikan langkah murid-muridnya. Wajah anak-anak yang baru saja merasakan bangku sekolah dasar itu tampak kebingungan karena tidak diperbolehkan masuk ke kelas. Dengan sabar, Ibu Indah ajarkan kebiasaan berbaris sebelum memasuki kelas. Ia contohkan posisi siap, posisi lencang depan, dan berbagai instruksi lainnya. Meskipun beberapa anak tampak tak mempedulikan, ia tetap mengulang instruksi itu, sampai semua anak mengikuti. Akhirnya setelah lebih dari lima belas menit berjuang, anak-anak tersebut mampu memasuki kelas satu persatu.[]

"𝙰𝚗𝚊𝚔-𝚊𝚗𝚊𝚔 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚖𝚊𝚜𝚊 𝚍𝚎𝚙𝚊𝚗 𝚔𝚒𝚝𝚊. 𝙰𝚓𝚊𝚛𝚒 𝚖𝚎𝚛𝚎𝚔𝚊 𝚍𝚎𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚋𝚊𝚒𝚔 𝚍𝚊𝚗 𝚋𝚒𝚊𝚛𝚔𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚛𝚎𝚔𝚊 𝚖𝚎𝚖𝚒𝚖𝚙𝚒𝚗. 𝚃𝚞𝚗𝚓𝚞𝚔𝚔𝚊𝚗 𝚙𝚊𝚍𝚊 𝚖𝚎𝚛𝚎𝚔𝚊 𝚜𝚎𝚖𝚞𝚊 𝚔𝚎𝚒𝚗𝚍𝚊𝚑𝚊𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚛𝚎𝚔𝚊 𝚖𝚒𝚕𝚒𝚔𝚒 𝚍𝚒 𝚍𝚊𝚕𝚊𝚖."

(𝚆𝚑𝚒𝚝𝚗𝚎𝚢 𝙷𝚘𝚞𝚜𝚝𝚘𝚗)


(Dikisahkan oleh Mutia Hapsari, Pengajar Muda dari Paser, Kalimantan Timur)

Dari buku 

"Mengabdi di Negeri Pelangi"

Keterangan foto: SDN 015 Tanah Grogot, Paser Kaltim



TIDAK PERLU NAMA

"𝑪𝒂𝒓𝒂 𝒕𝒆𝒓𝒃𝒂𝒊𝒌 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒎𝒆𝒏𝒆𝒎𝒖𝒌𝒂𝒏 𝒅𝒊𝒓𝒊 𝑨𝒏𝒅𝒂 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒉𝒊𝒍𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒅𝒊𝒓𝒊 𝑨𝒏𝒅...