Selasa, 30 November 2021

BEKAS GARIS DIATAS PAPAN KAYU


Suatu hari ,Guru Zen membagikan sebilah papan dan sebuah pisau yang tajam kepada setiap muridnya.

Mereka masing-masing disuruh membuat sebuah garis diatas papan. Setelah itu, guru Zen mengambil papan itu dan menyimpannya kembali.

Keesokan harinya, para murid diminta melakukan hal yang sama pada bekas garis sebelumnya. Begitu seterusnya sampai beberapa hari.

Pada hari ke-11, semua murid masih melakukan hal yang sama. Tetapi salah seorang diantara mereka terkejut ketika kayu itu tiba-tiba terbelah menjadi dua bagian.

Guru Zen kemudian berkata "Kalian tentu tak menduga bahwa hanya dengan menggores, tetapi jika dilakukan terus menerus, kalian dapat membelah papan kayu ini?Hal ini menunjukkan bahwa kesuksesan bukan hanya ditentukan oleh kekuatan yang kalian miliki, tetapi seberapa gigih perjuangan kalian"

Kegigihan adalah salah satu dasar untuk meraih keberhasilan dan pembeda paling nyata antara pemenang dan pecundang. Para pemenang akan berusaha terus memperbaiki diri dan strategi untuk mencapai keberhasilan, sebaliknya pecundang akan cepat menyerah saat menghadapi tantangan.


"Prestasi terkait erat dengan tindakan.Orang-orang yang sukses akan terus berupaya.Mereka melakukan kesalahan, tetapi mereka tidak pernah menyerah"

(Conrad Hilton)


Dari buku

Unleash your Inner Power with Zen

KEBAIKAN ITU AKAN KEMBALI LAGI

Bersama Nenek,kami pergi ke supermarket terdekat saat Kakek berulang tahun.

Dengan uang yang terbatas, kami memilih kue yang istimewa. Akhirnya kami menemukan kue yang akan kami beli. Pada saat yang sama seorang laki-laki juga akan mengambil kue yang sama dan kebetulan tinggal satu-satunya. Pria itu akhirnya memberikan kuenya pada kami.

Ketika sampai di meja kasir, Nenek menyuruh saya untuk mengembalikan kue itu. Rupanya uang yang kami bawa tak cukup untuk membeli kue itu. Aku tahu sebetulnya itu adalah kue kesukaan kakek, namun kami tak mampu membelinya. Dengan sedih kami meninggalkan toko itu.

Tak lama, pemuda yg tadi bertemu di bagian kue menghampiri kami

"Hai nek,Tunggu sebentar. Ini kue ulang tahun untukmu"

"Kenapa kau berikan kue ini pada kami?" tanya Nenek.

"Saat aku berusia 6 tahun, aku diajak ibuku ke toko kue  untuk membeli kue ulang tahun. Tetapi uang ibuku tak cukup. Dibelakangku ada seorang Bapak yang antri membeli kue dan memberikan kue yang kuinginkan itu sambil mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku.

"Hingga saat ini aku belum bisa mengucapkan terimakasih padanya, sehingga saat aku mendengar adik tadi menginginkan kue itu ada alasan untuk melakukannya. Meski aku tak mengenalnya, dengan melakukan perbuatan yang sama, maka aku telah melunasi utangku dan rasa terima kasih padanya"

"Bisa kau berikan nomor telpon di kertas ini, agar nanti kami dapat memberikan kue lain atau membayarnya jika kami punya yang?" tanya Nenek

"Tidak perlu nek, Kuminta pada adik ini berjanji jika dewasa nanti melakukan hal yang sama dalam berbuat hal yg sama pada orang lain" sambil berkata, Pemuda itu menuliskan sesuatu di kertas dan diberikan kepada nenek.

Sampai dirumah, kakek sudah lama menunggu dan senang sekali melihat kue itu.

"Ini tentu kue yang mahal. Harusnya jangan dibelanjakan semua uang kita untuk kue semahal ini" kata Kakek

Aku menjawab "Kami tidak membelinya.Ada seorang Pemuda memberikan kue ini pada kami, karena uang Nenek tak cukup untuk membeli"

Nenek teringat akan kertas dari Pemuda tadi dan memberikan pada kakek . Disitu tertulis

"Tindakan kecil, akan menimbulkan riak tak berujung menuju  kebaikan yang lain dan bukan tidak mungkin kebaikan itu kembali padamu"

Kakek tersentak kaget membaca tulisan itu,karena isi tulisan itu sama dengan yg ia tulis untuk anak  yg pernah dia belikan kue ulang tahun berpuluh-puluh tahun lalu ....

Kebaikan itu seperti riak tak berujung yang akan kembali muaranya pada yang pertama kali


Dari buku

BUKAN UNTUK DIBACA 3

Senin, 29 November 2021

Catatan yang tertinggal dari Hari Guru Nasional


 ANAK BERBAHASA ANGKA 

Namanya Upi, umur 7 tahun kelas 2SD 

Dia baru berhenti, saat teman-temannya sudah marah karena terlalu lama mencium tangan saya usai saya usai salat maghrib di Masjid. Ada perasaan kasihan dan simpati. Sepanjang jalan keluar masjid Upi selalu merangkul sebelah kaki saya sambil berjalan. Rupanya Upi adalah adik dari Kurdi, murid kl.5 saya. Mereka tinggal bersama dengan neneknya yang mengasuh 7 orang cucu.

Kedua orang tuanya tinggal di tempat lain sehingga mereka jarang bertemu. Itulah (mungkin) yang membuat Kurdi agak nakal dan Upi sedikit manja.

Namun secara keseluruhan mereka adalah anak-anak yang manis. Mereka sering bermain dan belajar dirumah saya.Kalau saya izinkan masuk, biasanya mereka berusaha merapikan kamar saya, seolah selalu ingin menyenangkan saya.

Suatu saat saya harus menengok murid saya yang sedang sakit. Kurdi dan Upi menemani berjalan ke rumah Aryono yang sakit itu. Sepanjang jalan saya main "tebak tebakan" tambah, kurang, kali, bagi dengan Kurdi. 

Begitu saya kasih soal 63-22, belum sampai Kurdi menjawab, terdengar suara keras dari Upi "41, Pa Guru!". Kaget saya,Upi yang tadinya hanya ikut menemani jalan, tiba-tiba menjawab pertanyaan soal yang bukan untuk kelasnya. Penasaran saya, "berapa 76-33,Upi?" Kembali dia menjawab dengan benar dalam hitungan detik 

Setiap kali saya menjawab betul dengan semangat, dia akan bertepuk tangan dan loncat dengan lucu.

Kalau saya menjawab salah, ia menepuk jidat tak kurang lucunya. Saya lihat dia tidak menggunakan jari-jarinya untuk menghitung. Untuk pengurangan 65-25; 78-28; dan 87-37 Upi tak memerlukan waktu untuk menjawab. Maka untuk pengurangan 76-33 adalah 40 sekian, tinggal menambah selisih 36 dan 33. Saat saya jelaskan pengurangan 45-27 ; 74-28 dengan mudah dan cepat dia mengerti. Saya coba lagi gali kemampuannya.. "10:2 berapa Upi?" Dia jawab 8. Rupanya dia masih terpaku dengan pengurangan. Kemudian saya contohkan kalau Upi dan Kurdi memancing mendapat 10 ikan, "berapa orang yang diperoleh masing² orang?" 

 Upi menjawab "5!" "Oh,tau..tau pa Guru!" Lalu saya berikan soal² pembagian sederhana,dan Upi menjawab dengan semangat dan selalu minta soal lagi untuk dikerjakan. 

Sekarang, tiap ketemu dengan Upi, dia tidak lagi minta pura-pura diobati lukanya. "Kase kita kurang-kurang, tambah-tambah dulu pa Guru..!" sambil berlari menghampiri dan memeluk sebelah kaki saya . 

Saya berjanji kepada diri sendiri bahwa Upi boleh mencium tangan saya selama ia mau, tidak peduli hidungnya beringus, boleh memeluk sebelah kaki saya meski basah selesai berenang dilaut atau panas-panasan dan berteriak menghampiri meminta 'kurang-kurang,tambah-tambah', saya akan kasih pertanyaan-pertanyaan sebanyak yang dia mau. 

Kasih sayang itu bisa dibuat tidak terbatas.Jadi,jika saya merasa mampu mengasihi dan menyayangi, kenapa tidak saya bagi dengan Upi dan anak-anak saya yang lain yang juga membutuhkan kasih sayang itu?

"Ayo ,Upi belajar yang rajin!.Kalau Kurdi bilang dia mau jadi dokter,kamu juga bisa bilang mau jadi apa saja yang kamu mau di dunia ini..."


Disederhanakan dari buku INDONESIA MENGAJAR

Rabu, 24 November 2021

Edisi Hari Guru Nasional (7)


 BERJALAN-JALAN SAMBIL BELAJAR


"Kalian semua telah bekerja keras pagi ini" kata Guru. "Apa yang ingin kalian lakukan sore ini?" 

Sebelum Totto-chan sempat berpikir tentang jawaban itu, terdengar suara serempak

"Jalan-jalan!"

"Baik" kata Guru.

Anak-anak langsung berlarian ke pintu lalu keluar. Totto-chan baru mendengar ada pelajaran berjalan-jalan. Dia pun terheran-heran, dia sangat suka jalan-jalan dan tak sabar ingin segera memulainya.

Seperti yang akan diketahuinya kemudian, jika di pagi hari murid-murid bekerja keras dan menyelesaikan semua tugas dalam daftar yang ditulis guru di papan tulis, biasanya mereka diizinkan berjalan-jalan setelah makan siang. Aturannya sama untuk setiap kelas, baik kelas satu maupun kelas enam.

Mereka keluar dari gerbang - sembilan murid kelas satu bersama guru mereka - lalu menyusuri anak sungai. Dikedua tepi sungai berderet-deret pohon sakura besar yg bunganya sedang mekar. 

Mereka akan berjalan-jalan ke kuil Kuhonbutsu.

Setelah berjalan kira-kira sepuluh menit, Guru berhenti.Dia menunjuk beberapa kuntum bunga berwarna kuning dan berkata, "lihat bunga sesawi itu.Kalian tahu, mengapa bunga-bunga mekar?"

Dia menjelaskan tentang putik dan benang sari sementara anak-anak jongkok dipinggir jalan dan mengamati bunga-bunga itu. Guru menjelaskan bagaimana kupu-kupu membantu bunga-bunga menyerbukkan benang sari ke putik. Memang,semua kupu-kupu itu tampak sibuk membantu bunga-bunga.

Kemudian Guru berjalan lagi.Anak-anak berhenti. Seseorang berkata "ternyata benang sari tidak mirip benang ,ya!"

Totto-chan juga berpendapat sama.Tapi seperti anak-anak lain, ia yakin putik dan benang sari sangat penting.

Setelah berjalan lagi kira-kira sepuluh menit, tampaklah Kuil Kuhonbutsu yang dikelilingi pohon-pohon yang tumbuh rapat.Segera mereka menyebar ke berbagai arah.  "Mau lihat sumur berisi bintang jatuh?" tanya Sakko-chan. Tentu saja Totto-chan mau, dan segera mengikuti temannya yang mengenakan baju mainnya bergambar kelinci itu.

Sumur itu tampaknya terbuat dari batu dengan pinggiran setinggi dada mereka. Tutupnya dari kayu. Saat mereka membuka tutup itu dan melongok ke bawah Totto-chan melihat di kegelapan sesuatu seperti batu, sama sekali tidak mirip bintang berkelip seperti yang dibayangkan,lalu bertanya"kau pernah lihat bintang itu?"

Sakko-chan menggeleng,"Belum,belum pernah"

Totto-chan heran kenapa bintang itu tidak bersinar. Setelah berpikir sebentar,ia berkata,"Mungkin dia sedang tidur"

Dengan mata bulatnya yang membelalak lebar,Sakko&chan bertanya "memangnya bintang bisa tidur?"

"Kurasa mereka harus tidur di siang hari,lalu bangun dan bersinar pada malam harinya", kata Totto-chan cepat-cepat karena sebenarnya dia tidak yakin.

Lalu anak-anak berkumpul dan berjalan-jalan mengelilingi halaman kuil,kolam sambil meneriakkan "Halo" kepada orang-orang yang sedang berperahu. Mereka bermain engklek dengan keping-keping pualam hitam yang diambil dari makam. Semua serba baru bagi Totto-chan,dan ia menyambut setiap hal baru dengan teriakan- teriakan riang.

"Waktunya kembali ke sekolah" kata guru saat matahari mulai turun.Anak-anak  berjalan kembali ke sekolah menyusuri jalan yang diapit deretan pohon sakura dan ladang yang penuh dengan bunga sesawi.

Anak-anak itu tak menyadari bahwa sambil berjalan-jalan -- yang bagi mereka seperti acara bebas dan main-main -- sebenarnya mereka mendapat pelajaran berharga tentang sains, sejarah dan biologi.

"Besok kita jalan-jalan lagi,ya!" teriak Totto-chan kepada mereka semua dalam perjalanan kembali ke sekolah.

"Ya,setuju!" Sahut anak-anak lain sambil melompat-lompat.

Kupu-kupu masih sibuk mondar-mandir melakukan kegiatannya.Kicau burung-burung memenuhi angkasa.

Dada Totto-chan serasa penuh dengan kegembiraan.


Dari buku

TOTTO-CHAN

Gadis cilik di jendela

Senin, 22 November 2021

Edisi Hari Guru Nasional (6)


APRESIASI TERTINGGI


Distrik Kramongmongga, Fakfak, Juni 2012


Ruangan sederhana itu berisi tak lebih dari seratus orang peserta pelatihan guru. Tak hanya guru saja, tetapi ada juga kepala sekolah, mahasiswa STKIP Fakfak yang masih muda belia, dan mungkin belum punya pengalaman mengajar.

Seorang rekan mengajak peserta untuk melakukan refleksi sederhana. Kami membagikan secarik kertas putih kepada setiap peserta, dan seorang kawan memberikan instruksi: "Tuliskan motivasi Anda mau menjadi seorang guru!"

Ruangan berukuran 8x6 meter itu hening setelah mereka menerima kertas tersebut dan sibuk menulis.

Dibandingkan dengan mahasiswa yang nampak santai, guru-guru yang kenyang dengan pengalaman mengajar nampak antusias menulis.

Sepuluh menit kemudian, kami memilih dan membacakan jawaban yang menarik.

Sebuah tulisan miring  cukup menarik, dan membuat hatiku bergetar:

"Saya menjadi guru agar anak-anak dikampung saya tak lagi harus mendayung perahu ke seberang pulau demi mendapat pendidikan"


Suasana haru menyelimuti kami-para fasilitator pelatihan- mengundang penulis jawaban itu untuk berbagi didepan peserta.

Seorang ibu paruh baya yang duduk di barisan terdepan berdiri dan maju. Namanya Nun Patiran dengan penampilan sederhana, mengenakan blazer berpadu dengan rok dibawah lutut serta bersepatu pantofel warna gelap.

"Dulu, setiap hari saya harus mendayung ke pulau seberang untuk bersekolah" wanita dengan sanggul sederhana itu membuka kisahnya dengan suara bergetar menunjukkan adanya emosi yang tertahan.

Ibu Nun lalu melanjutkan ceritanya. Saat hendak bersekolah, perahu yang ditumpangi dengan beberapa orang kawannya tiba-tiba terbalik. Untung perahu itu belum jauh berlayar, dan ayahnya ibu Nun yang melihat kejadian itu segera menolong. Dengan baju yang basah kuyup dan kedinginan, ibu Nun membatalkan ke sekolah. Ternyata, hal itu membuat ayahnya berang.

"Kamong harus tetap sekolah. Bodoh itu harus berhenti di beta! Beta pu anak cucu, semua tidak boleh bodoh lai!" Ibu Nun mengulang kembali kata-kata ayahnya yang mengatakan biarlah bodoh itu sampai pada dia, tidak perlu sampai ke anak cucu.

Kami yang hadir terharu, meresapi betul ucapan itu dalam hati. Betapa keinginan untuk melepaskan diri dari kebodohan sudah terpatri begitu lama dalam di ibu Nun Patiran.

Selama kurang lebih 30 tahun, ia mengabdi sebagai guru di kampung tanpa penerangan listrik, sinyal internet dan keterbatasan lain. Beliau juga pernah mendirikan 'sekolah darurat' di sebuah gereja pada awal bertugas. Semua perjuangan itu dilakukannya demi membuat anak cucu dikampung halamannya terbebas dari kebodohan.

Apresiasi tertinggi untuknya justru muncul dari hal yang sederhana "Saya merasa jerih payah saya terbayarkan saat melihat murid saya berhasil, ada yang jadi pejabat, bekerja sebagai guru, sebagai dokter, dan banyak lagi". Makna apresiasi tertinggi baginya adalah saat melihat bahwa tidak ada lagi label bodoh di dahi muridnya.

Secara nyata.


(Dikisahkan oleh Maria Jeanindya, pengajar muda di Fakfak)


 Dari buku "Catatan Kecil Pengajar Muda" Setahun Mengajar Seumur Hidup Menginspirasi.


Keterangan foto: Pembelajaran di daerah pedalaman

Edisi Hari Guru Nasional (5)

 


P R

Suatu ketika, aku mendapati Simson tidak mengerjakan PR Matematikanya.Saat kutanya apa alasannya,ia diam saja.Karena tidak dapat memberikan alasan,maka ia harus menerima konsekwensinya.

"Sesuai dengan janji, silakan keluar dari kelas dan kerjakan PR itu dua kali lipat ditambah hafalan perkalian" kataku,dan dengan patuh ia keluar kelas.Pelajaran kulanjutkan kembali.

Saat istirahat, tiba-tiba Ayu menghampiriku dan bercerita,"Ibu, kemarin Simson dong kena pukul di pung Mama"(Simson kena pukul mamanya)

"Kenapa dipukul?"

"Simson tidak menggendong adiknya gara-gara mau kerja PR dari ibu...tapi akhirnya Simson menggendong adiknya sambil menghafal perkalian supaya Ibu sonde marah"

Terenyuh aku mendengar pengakuan dari Ayu, rasanya menyesal sekali telah menghukum Simson yang sebenarnya tetap berusaha mencari cara agar tetap bisa mengerjakan PR.Sepertinya aku belum cukup memahami keterbatasan dan upaya mereka.Salahku tidak mendengarkan penjelasan dari Simson.Kemudian dalam hati aku berjanji akan selalu mendengar cerita dibalik PR mereka.

Atau Koba, seorang gadis pendiam yang rela keluar masuk hutan hingga malam hari demi mencari kayu yang paling bagus bentuknya untuk membuat prakarya.Yusak, dengan semangat luar biasa setelah bekerja di kebun tetap memanjat pohon lontar dan mengambil daunnya untuk PR menganyam ketupat.Mungkin juga Ardi yang selalu bersemangat menulis buku jurnalnya hingga berlembar-lembar dan sampai larut malam karena menurutnya itulah PR yang paling menyenangkan.Bahkan,ia bermimpi menjadi seorang penulis dan akan menghadiahkan buku hasil karyanya kelak untukku.

Oh Tuhan...,sekali lagi aku sadar bahwa dibalik PR mereka benar-benar memahami apa itu tanggung jawab dan bekerja keras.Dari pengalaman ini,aku sadar, PR seharusnya tidak hanya dihargai dengan nilai seratus jika pekerjaan mereka sempurna dikerjakan atau limapuluh jika mampu mengerjakan setengahnya atau langsung memarahi dan mendakwa saat PR tidak dikerjakan.

Dari sebuah PR,awalnya kupikir sangat sederhana ternyata menyimpan proses yang luar biasa.Ternyata mereka mampu mandiri ditengah keterbatasan, bahkan menghasilkan sesuatu yang lebih kaya dengan proses dibandingkan PR yang diperoleh dari anak-anak Bimbel maupun privat.

Tersimpan mimpi dan harapan dalam tiap goresan PR yang telah mereka kerjakan.Pun denganku.Tiap kali memberikan PR pada tiap harinya, aku tidak lagi hanya memberikan kumpulan soal untuk mereka catat,bawa pulang,dan kerjakan.Akan tetapi,ditiap soalnya kutitipkan sejuta harapan agar tiap nomor soal itu memberikan proses yang sarat makna untuk masa depan mereka.Anak-anak yang akan menjadi masa depan bangsa ini juga.


(Nia Setiyowati,pengajar muda kabupaten Rote Ndao NTT)


Dari buku

CATATAN KECIL PENGAJAR MUDA

setahun mengajar, seumur hidup menginspirasi

Edisi Hari Guru Nasional (4).


SUNGGUH,AKU JATUH CINTA...


Baru satu pekan, pesan itu sudah saya langgar: Saya jatuh cinta!

Lusiman Senen,biasa dipanggil Iman.Murid saya kelas 6

Pada usia yg belia itu nampak sosok kharismatik yang disenangi dan didengarkan teman²nya.Sulit membayangkan dibalik kecerdasan,keceriaan dan kebandelan nya kelak anak ini akan jadi pemimpin.


DI LAPANGAN

Minggu lalu ada pertandingan bola disekolah.Saat ada pemain cadangan yang sudah gelisah karena belum diturunkan ,Iman biasanya adalah orang pertama yang berbesar hati menawarkan untuk diganti.Dan selalu saja dilarang oleh teman-temannya.Bagaimana tidak,Iman adalah 'top scorer' di liga sepakbola ini.

Pada pertandingan lain, pelanggaran pada tim lawan membuat wasit memberikan tendangan pinalti pada tim Iman.Sebagai 'striker utama' dan kapten tim bisa saja Iman mengambil kesempatan itu.Namun justru dia berikan kesempatan itu kepada pemain lain."Tendang sudah!" katanya dalam bahasa Indonesia pasar khas Halmahera.

Meski tak membuahkan gol, kejadian ini adalah momen yang paling saya ingat.


DI RUMAH

Anak bandel ini tak mau terkungkung dg cara belajar yang konvensional.Membosankan, katanya.Tiap malam dia datang ketempat saya dg rasa ingin tahu yang meluap-luap.Tiap saya berikan soal atau buku untuk dibaca,ia akan menghilang dalam sekejap mata saat saya memalingkan pandangan.Tapi kalau saya sudah bercerita apa saja tentang negeri diseberang lautan,apa itu Demokrasi,tata Surya,maka Iman akan mendengarkan dengan mata berbinar.Seringkali ia belum mau pulang meski saya sudah selesai berkisah


DI SEKOLAH

Setelah "bermain" tata surya,kami duduk melingkar di sudut lantai kelas untuk menceritakan masa rotasi dan revolusi planet yang berbeda satu dengan yang lain.Saat sampai pada rotasi planet Jupiter yg lamanya90 hari bumi,Iman kontan berkata "Wah,kalau kita berpuasa di Jupiter,bisa mati,ya,Bu?".Luar biasa,logika anak itu sudah melampaui usianya dalam menarik kesimpulan.


DI RUMAH

Pulang sekolah kali ini, rumah murid yang saya datangi adalah tempat Iman yang kebetulan tak jauh dari tempat tinggal saya.Dari pintu saya lihat ada seorang anak kecil tetangga sedang duduk di ruang tengah nampak kesulitan membuka bungkus kemasan makanan.Ia dengan tenang mengambil kemasan itu,membuka,dan memberikan kepada anak kecil itu.Kemudian dia berpaling  kepada saya "Ibu mauminum air putih?".Saya mengangguk sambil masih sedikit tertegun.

..........................................

Begitulah,aku jatuh cinta setengah mati.

Bila aku hanya boleh mengajar di satu sekolah,aku ingin mengajar di sekolah Iman.

Bila aku hanya boleh mengajar di satu kelas,aku ingin mengajar di kelas Iman.

Bila aku hanya boleh mengajar satu anak,aku ingin mengajar Iman...


Dari buku

INDONESIA MENGAJAR

 

ADA YANG LEBIH HEBAT

 “π‘Ίπ’†π’ƒπ’‚π’Šπ’Œ-π’ƒπ’‚π’Šπ’Œ π’Žπ’‚π’π’–π’”π’Šπ’‚ 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 π’šπ’‚π’π’ˆ π’‘π’‚π’π’Šπ’π’ˆ π’ƒπ’†π’“π’Žπ’‚π’π’‡π’‚π’‚π’• π’ƒπ’‚π’ˆπ’Š π’π’“π’‚π’π’ˆ π’π’‚π’Šπ’.”  (Hadits Riway...