Senin, 29 November 2021

Catatan yang tertinggal dari Hari Guru Nasional


 ANAK BERBAHASA ANGKA 

Namanya Upi, umur 7 tahun kelas 2SD 

Dia baru berhenti, saat teman-temannya sudah marah karena terlalu lama mencium tangan saya usai saya usai salat maghrib di Masjid. Ada perasaan kasihan dan simpati. Sepanjang jalan keluar masjid Upi selalu merangkul sebelah kaki saya sambil berjalan. Rupanya Upi adalah adik dari Kurdi, murid kl.5 saya. Mereka tinggal bersama dengan neneknya yang mengasuh 7 orang cucu.

Kedua orang tuanya tinggal di tempat lain sehingga mereka jarang bertemu. Itulah (mungkin) yang membuat Kurdi agak nakal dan Upi sedikit manja.

Namun secara keseluruhan mereka adalah anak-anak yang manis. Mereka sering bermain dan belajar dirumah saya.Kalau saya izinkan masuk, biasanya mereka berusaha merapikan kamar saya, seolah selalu ingin menyenangkan saya.

Suatu saat saya harus menengok murid saya yang sedang sakit. Kurdi dan Upi menemani berjalan ke rumah Aryono yang sakit itu. Sepanjang jalan saya main "tebak tebakan" tambah, kurang, kali, bagi dengan Kurdi. 

Begitu saya kasih soal 63-22, belum sampai Kurdi menjawab, terdengar suara keras dari Upi "41, Pa Guru!". Kaget saya,Upi yang tadinya hanya ikut menemani jalan, tiba-tiba menjawab pertanyaan soal yang bukan untuk kelasnya. Penasaran saya, "berapa 76-33,Upi?" Kembali dia menjawab dengan benar dalam hitungan detik 

Setiap kali saya menjawab betul dengan semangat, dia akan bertepuk tangan dan loncat dengan lucu.

Kalau saya menjawab salah, ia menepuk jidat tak kurang lucunya. Saya lihat dia tidak menggunakan jari-jarinya untuk menghitung. Untuk pengurangan 65-25; 78-28; dan 87-37 Upi tak memerlukan waktu untuk menjawab. Maka untuk pengurangan 76-33 adalah 40 sekian, tinggal menambah selisih 36 dan 33. Saat saya jelaskan pengurangan 45-27 ; 74-28 dengan mudah dan cepat dia mengerti. Saya coba lagi gali kemampuannya.. "10:2 berapa Upi?" Dia jawab 8. Rupanya dia masih terpaku dengan pengurangan. Kemudian saya contohkan kalau Upi dan Kurdi memancing mendapat 10 ikan, "berapa orang yang diperoleh masing² orang?" 

 Upi menjawab "5!" "Oh,tau..tau pa Guru!" Lalu saya berikan soal² pembagian sederhana,dan Upi menjawab dengan semangat dan selalu minta soal lagi untuk dikerjakan. 

Sekarang, tiap ketemu dengan Upi, dia tidak lagi minta pura-pura diobati lukanya. "Kase kita kurang-kurang, tambah-tambah dulu pa Guru..!" sambil berlari menghampiri dan memeluk sebelah kaki saya . 

Saya berjanji kepada diri sendiri bahwa Upi boleh mencium tangan saya selama ia mau, tidak peduli hidungnya beringus, boleh memeluk sebelah kaki saya meski basah selesai berenang dilaut atau panas-panasan dan berteriak menghampiri meminta 'kurang-kurang,tambah-tambah', saya akan kasih pertanyaan-pertanyaan sebanyak yang dia mau. 

Kasih sayang itu bisa dibuat tidak terbatas.Jadi,jika saya merasa mampu mengasihi dan menyayangi, kenapa tidak saya bagi dengan Upi dan anak-anak saya yang lain yang juga membutuhkan kasih sayang itu?

"Ayo ,Upi belajar yang rajin!.Kalau Kurdi bilang dia mau jadi dokter,kamu juga bisa bilang mau jadi apa saja yang kamu mau di dunia ini..."


Disederhanakan dari buku INDONESIA MENGAJAR

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ADA YANG LEBIH HEBAT

 “π‘Ίπ’†π’ƒπ’‚π’Šπ’Œ-π’ƒπ’‚π’Šπ’Œ π’Žπ’‚π’π’–π’”π’Šπ’‚ 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 π’šπ’‚π’π’ˆ π’‘π’‚π’π’Šπ’π’ˆ π’ƒπ’†π’“π’Žπ’‚π’π’‡π’‚π’‚π’• π’ƒπ’‚π’ˆπ’Š π’π’“π’‚π’π’ˆ π’π’‚π’Šπ’.”  (Hadits Riway...