P R
Suatu ketika, aku mendapati Simson tidak mengerjakan PR Matematikanya.Saat kutanya apa alasannya,ia diam saja.Karena tidak dapat memberikan alasan,maka ia harus menerima konsekwensinya.
"Sesuai dengan janji, silakan keluar dari kelas dan kerjakan PR itu dua kali lipat ditambah hafalan perkalian" kataku,dan dengan patuh ia keluar kelas.Pelajaran kulanjutkan kembali.
Saat istirahat, tiba-tiba Ayu menghampiriku dan bercerita,"Ibu, kemarin Simson dong kena pukul di pung Mama"(Simson kena pukul mamanya)
"Kenapa dipukul?"
"Simson tidak menggendong adiknya gara-gara mau kerja PR dari ibu...tapi akhirnya Simson menggendong adiknya sambil menghafal perkalian supaya Ibu sonde marah"
Terenyuh aku mendengar pengakuan dari Ayu, rasanya menyesal sekali telah menghukum Simson yang sebenarnya tetap berusaha mencari cara agar tetap bisa mengerjakan PR.Sepertinya aku belum cukup memahami keterbatasan dan upaya mereka.Salahku tidak mendengarkan penjelasan dari Simson.Kemudian dalam hati aku berjanji akan selalu mendengar cerita dibalik PR mereka.
Atau Koba, seorang gadis pendiam yang rela keluar masuk hutan hingga malam hari demi mencari kayu yang paling bagus bentuknya untuk membuat prakarya.Yusak, dengan semangat luar biasa setelah bekerja di kebun tetap memanjat pohon lontar dan mengambil daunnya untuk PR menganyam ketupat.Mungkin juga Ardi yang selalu bersemangat menulis buku jurnalnya hingga berlembar-lembar dan sampai larut malam karena menurutnya itulah PR yang paling menyenangkan.Bahkan,ia bermimpi menjadi seorang penulis dan akan menghadiahkan buku hasil karyanya kelak untukku.
Oh Tuhan...,sekali lagi aku sadar bahwa dibalik PR mereka benar-benar memahami apa itu tanggung jawab dan bekerja keras.Dari pengalaman ini,aku sadar, PR seharusnya tidak hanya dihargai dengan nilai seratus jika pekerjaan mereka sempurna dikerjakan atau limapuluh jika mampu mengerjakan setengahnya atau langsung memarahi dan mendakwa saat PR tidak dikerjakan.
Dari sebuah PR,awalnya kupikir sangat sederhana ternyata menyimpan proses yang luar biasa.Ternyata mereka mampu mandiri ditengah keterbatasan, bahkan menghasilkan sesuatu yang lebih kaya dengan proses dibandingkan PR yang diperoleh dari anak-anak Bimbel maupun privat.
Tersimpan mimpi dan harapan dalam tiap goresan PR yang telah mereka kerjakan.Pun denganku.Tiap kali memberikan PR pada tiap harinya, aku tidak lagi hanya memberikan kumpulan soal untuk mereka catat,bawa pulang,dan kerjakan.Akan tetapi,ditiap soalnya kutitipkan sejuta harapan agar tiap nomor soal itu memberikan proses yang sarat makna untuk masa depan mereka.Anak-anak yang akan menjadi masa depan bangsa ini juga.
(Nia Setiyowati,pengajar muda kabupaten Rote Ndao NTT)
Dari buku
CATATAN KECIL PENGAJAR MUDA
setahun mengajar, seumur hidup menginspirasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar