Rabu, 29 Desember 2021

MENGATASI KETAKUTAN









Selalu ada rasa takut. Masalahnya adalah bukan bagaimana menghilangkannya, melainkan bagaimana mengatasinya

(Peter Vidmar)


Kehadiran singa di hutan itu membuat penghuni lain merasa resah, karena singa itu sering memangsa binatang lain.

Ketika semua penghuni hutan berkumpul, muncullah singa itu. Seekor tikus segera melompat didepan singa itu sambil berkata "Hai singa!, beri aku waktu sebulan. Maka akhir bulan ini aku akan mengalahkanmu"

Mendengar itu, singa tertawa dengan keras sambil berkata "Apa aku tidak salah dengar?. Kau akan mengalahkanku? Baiklah aku tunggu. Kalau engkau tidak bisa melakukannya, kau akan kuhabisi didepan mereka"

Sepuluh hari berlalu,

Singa tidak berpikir banyak tentang ancaman tikus.

Menjelang hari ke-20, muncul dalam pikiran singa "Apa yang akan dilakukan tikus? Kenapa dia begitu yakin? Bagaimana kalau ancaman itu benar-benar terjadi? Apa dia merencanakan sesuatu yang buruk untuk mencelakai aku?. Ah, mana mungkin ia mengalahkanku. Meski ia membawa seluruh pasukannya, tak mungkin mengalahkanku. Tapi, bisa saja tikus itu mempunyai strategi yang mengerikan atau jebakan yang mematikan"

Hari demi hari pikiran singa dipenuhi dengan ketakutan sehingga selera makan dan minumnya hilang hingga badannya semakin lemah.

Makin lama kondisinya makin mengenaskan hingga akhirnya singa itu menemui ajalnya sebelum sampai hari penentuan.

Adalah hal yang wajar apabila orang mempunyai rasa takut, karena apa yang akan terjadi tidak diketahui. Justru mereka yang tidak memiliki rasa takut akan berbahaya, karena tidak berpikir panjang sebelum melakukan sesuatu, ceroboh, bahkan bisa melakukan kesalahan yang fatal.

Kita bersyukur masih mempunyai hal-hal yang kita takutkan. Namun demikian, janganlah kita hidup dibawah ketakutan yang berlebihan atau terkungkung oleh rasa takut, hingga tidak melakukan apa-apa dan akhirnya 'mati'.[]


Dari buku

THE WISDOM

150 Kisah Inspiratif yang Akan Mengubah Hidup Anda

Senin, 27 Desember 2021

KENAPA HARUS SAYA?


فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan

(QS Ar-Rahman : 13)


Arthur Ashe adalah seorang petenis legendaris Wimbledon.

Saat dia menjalani operasi jantung rupanya darah yang ditransfusikan terifeksi virus sehingga menyebabkan Arthur sekarat karena AIDS.

Seorang penggemar nya bertanya melalui surat yg ditulisnya

"Arthur, menurut Anda,mengapaTuhan memilih Anda untuk mendapatkan penyakit yg buruk seperti ini, padahal Anda tidak pernah melakukan hal yang terlarang?"

Untuk pertanyaan itu, Arthur Ashe menjawab dengan bijak


"Lima puluh juta anak mulai bermain tenis

Lima juta dari mereka belajar bagaimana bermain tenis,

Limaratus ribu belajar tenis secara profesional.

Limapuluh ribu bertanding dalam turnamen,

Limaribu mencapai Grand Slam,

Limapuluh mencapai Wimbledon,

Empat mencapai semifinal

Dua mencapai final dan ketika saya menggenggam pialanya,saya tak pernah bertanya kepada Tuhan,"Kenapa(harus) saya?"

Jadi, ketika sekarang saya sakit, bagaimana bisa  saya menanyakan kepada Tuhan ,"Kenapa saya yang dipilih mengalami sakit berat ini,Tuhan? Padahal nikmat yang diberikan Tuhan kepada saya sudah sangat banyak sebelumnya"


Ditulis kembali dari buku

BUKAN UNTUK DIBACA 3

Rabu, 22 Desember 2021

SUPER KOMPUTER DNA


DNA (Deoxyribonucleicacid) adalah  sebuah “molekul raksasa”yang tersembunyi dalam inti sel hidup. Semua informasi tentang tubuh, dari  mulai  warna rambut, bentuk hidung, bentuk mata ,warna kulit hingga bentuk dan fungsi sel terkodekan dalam bagian yang disebut dengan gen dalam DNA.

 DNA terdiri  atas milyaran pasang  basa yang tersusun  dalam bentuk rantai heliks

Setiap rantai selalu terdiri dari empat kode : A(adenine), T(timin), G(guanine), S(sitosin),dimana A berpasangan dengan T  dan G berpasangan dengan S.

Ternyata  molekul DNA  berhasil “diubah” dan “disesuaikan” oleh prof  Ehud Saphiro menjadi sebuah computer terkecil di dunia. Kalau komputer biasa menggunakan prosesor bahasa biner, maka empat kode nukleotida  dari sepotong DNA  mampu mengolah sekitar 70.000.000.000 operasi matematika. Sehingga komputer supermini  ini 100.000 kali lebih cepat dari komputer konvensional tercanggih yang ada pada saat ini.

 

Inilah penemuan spektakuler dan tercatat dalam Guiness Book World of Record  sebagai “The Smallest Biological Computing Device”.

Berat kode genetic dalam DNA adalah  5x10 pangkat minus 10 gram, sedangkan lebarnya adalah2x10 pangkat minus4 milimeter.Dengan ukuran  itu,jika direnggangkan  panjangnya mencapai  3 meter.

 Menyangkut ukuran DNA ini, Kazuo Murakami-seorang  pakar genetika-membuat ilustrasi:

“Jika kita dapat mengiris kawat yang diameternya 1 milimeter secara memanjang  menjadi seperseratus bagiannya,akan dihasilkan helaian, dimana tiap helaian tersebut  masih tetap limaribu kali lebih tebal dari sehelai  DNA”

Ilustrasi yang lain adalah :

“Jika seluruh DNA dari semua populasi penduduk dunia yang berjumlah 6 milyar dikumpulkan,beratnya hanya akan sama dengan satu butir beras”

Jadi, jika seorang manusia dapat membuat superkomputer dari setetes DNA, bagaimana sesungguhnya kedahsyatan tubuh kita yang memiliki jutaan untai nukleotida pembentuk  DNA

Tubuh kita adalah  giga komputer tercanggih buatan ALLAH


سَنُرِيْهِمْ اٰيٰتِنَا فِى الْاٰفَاقِ وَفِيْٓ اَنْفُسِهِمْ حَتّٰى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ اَنَّهُ الْحَقُّۗ اَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ اَنَّهٗ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيْدٌ

Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur'an itu adalah benar. Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?

(QS Fushshilat [41]:53)

 

Dari buku

"Ajaib bin Aneh"

Senin, 20 Desember 2021

Sebuah catatan menyambut Hari Ibu (3)


 SELEMBAR TIKET KERETA


Para polisi yang menemukanku di stasiun kereta api Xin Zhu sempat kebingungan, karena tangisanku. Beruntung ada seorang ibu yang bisa menyusuiku sehingga aku selamat. Tak lama kemudian aku dibawa ke De Lan Center, sebuah Panti Asuhan Katolik di Bao San, bagian dari Xin Zhu.

Sejak umur sebulan itulah aku jadi penghuni disana dan yang para biarawati itulah yang membesarkanku, tanpa mengenal siapa ibuku.

Banyak pekerja sukarela yang datang ke biara untuk mengajariku. Mereka adalah lulusan dan dosen dari Universitas Jiao dan Universitas Qing, Lembaga Penelitian, serta insinyur. Tentu saja itu banyak membantuku. Seorang mahasiswa yang sebelumnya mengajariku IPA, lalu menjadi asisten dosen. Karena yang mengajar bahasa Inggris seorang yang jenius, maka sejak kecil kemampuan bahasa Inggrisku bagus sekali.

Pelajaran piano yang diajarkan para biarawati menjadikan aku sebagai pianis gereja yang mengiringi misa.

Kemampuanku berbicara yang bagus pun membuat aku sering mengikuti lomba pidato dan debat.

Dengan prestasi yang banyak itu memudahkan aku diterima di jurusan Arsitektur Universitas Xin Zhu yang bisa kuselesiakan sambil bekerja sambilan.

Saat wisuda, biarawati Sun yang membesarkanku, hadir mewakili orang tua yang oleh kepala jurusanku memintanya untuk berfoto denganku.

Pada saat wajib militer, aku kembali berkunjung ke De Lan Center. Tiba-tiba, biarawati Sun ingin berbicara serius denganku. Ia mengambil amplop surat dari raknya dan memintaku untuk melihat isinya.

Terdapat dua lembar tiket dalam amplop tersebut. Biarawati Sun berkata, saat polisi mengantarku ke Panti dalam bajuku terselip dua tiket perjalanan dari tempat asal ibuku ke Stasiun Xin Zhu.

Tiket pertama adalah tiket bus dari suatu tempat di selatan menuju Ping Dong. Sedangkan tiket yang lain adalah tiket kereta api murahan dari Ping Dong ke Xin Zhu. Dari ini aku menduga bagaimana keadaan ekonomi ibuku.

Biasanya biarawati tidak senang menyelidiki latar belakang dari bayi-bayi yang ditinggalkan orang tuanya. Tapi melihat aku cukup dewasa untuk menerima kenyataan, mereka memutuskan untuk memberikan kepadaku saat aku dewasa.

Biarawati Sun memberikan dukungan kepadaku untuk mencari keberadaan orang tuaku, juga jika ada kemungkinan terburuk yang harus kuhadapi.

Maka, berangkatlah aku ke kota yang berada di pegunungan, yang tak pernah kudengar sebelumnya.

Dikota itu aku ke kantor polisi untuk mencari data tentang diriku. Akhirnya kuperoleh dua buah dokumen yang berhubungan denganku. Yang pertama adalah data kelahiran seorang laki-laki dan yang kedua data laporan anak hilang.

Hilangnya anak itu adalah saat dua hari setelah aku ditemukan di stasiun Xin Zhu. Aku mendapat titik terang tentang data kelahiranku.

Sayang, saat ku pastikan kebenaran itu, kedua orang tuaku sudah meninggal. Ada seorang kakak laki-lakiku, tapi dia telah meninggalkan kota itu dan tidak diketahui kemana perginya.

Seorang polisi tua memberitahuku bahwa ibuku bekerja di sebuah SMP dan dia mengantarkanku untuk menemui kepala SMP tersebut.

Kepala sekolah itu adalah seorang ibu yang ramah, mengatakan ibuku sangat baik hati. Bertolak belakang dengan ibuku, ayah adalah pria pemalas yang mengandalkan hidupnya dari ibuku yang bekerja sebagai pekerja kasar.

Saat kakakku SMP, ayahku pergi dari rumah dan tidak pernah kembali.

Ibu kepala sekolah itu juga bercerita, ibuku mempunyai dua anak. Namun, setelah berumur sebulan, anak kedua itu menghilang secara misterius. Aku lalu menjelaskan semua yang kuketahui kepadanya.

Kepala sekolah itu tergerak hatinya, kemudian mengeluarkan selembar amplop surat. Amplop itu ditinggalkan  ibuku sebelum ia meninggal di samping bantalnya. Kepala sekolah berpikir mungkin didalamnya ada barang berharga. Oleh karena itu ia menyimpan dan menunggu sampai ada pihak keluarga yang datang.

Saat kubuka, amplop itu berisi tiket kereta api dari kota kecil di bagian selatan ke Xin Zhu. Kepala sekolah itu bercerita, setiap setengah tahun, ibuku pergi ke daerah utara untuk menemui salah seorang saudaranya. Dan sepulang dari sana wajahnya nampak ceria.

Ibuku juga bangga akan usahanya menggalang dana untuk disumbangkan ke panti asuhan katolik dimana ia hadir pada penyerahan tersebut.

Aku merinding seketika. Suatu saat sebuah bus pariwisata dari daerah selatan datang ke panti dan menyerahkan sumbangan ke De Lan Center.

Sebagai ucapan terimakasih, mereka membuat foto bersama para penyumbang. Aku yang sedang bermain basket saat itu dipanggil untuk foto bersama. Kepala sekolah itu lalu menunjuk ibuku dalam foto tersebut. Aku tersentak saat melihat ternyata ada juga fotokopi foto wisudaku dalam amplop tersebut. Meski membuang ku, rupanya ibuku tetap datang mengunjungiku. Boleh jadi dia datang saat aku diwisuda.

Dengan suara tenang, kepala sekolah itu berkata "kamu harus berterima kasih kepada ibumu. Ia telah membuangmu untuk mendapatkan lingkungan yang lebih baik. Jika kau tetap disini, paling hanya akan sekolah sampai SMP, lalu ke kota untuk bekerja. Apalagi dengan kekasaran ayahmu, mungkin nasibmu akan sama seperti kakakmu"

Tiba-tiba aku bertanya kepada kepala sekolah apakah ada piano disini. Setelah ditunjukkan, aku membuka tutup piano dan menghadap matahari di luar jendela. Lalu kumainkan satu-persatu lagu-lagu tentang ibu.

Para biarawati bagaikan ibu yang membesarkanku. Mengapa aku tidak bisa menganggap mereka selayaknya ibu sendiri? Ibuku pun selalu memperhatikanku. Ketegasan dan pengorbanannyalah yang membuatku memiliki lingkungan hidup yang baik dan masa depan yang cerah.

Suara piano juga bergaung ke seluruh sekolah sampai ke lembah. Pada senja hari ini, penduduk-penduduk di kota kecil akan bertanya "kenapa ada orang yang memainkan lagu tentang ibu?"

Bagiku, hari itu adalah hari Ibu.

Sebuah amplop yang penuh dengan tiket membuatku tidak takut memperingati Hari Ibu untuk selamanya.


(sebuah kisah nyata dari Li Jia Tong, Rektor Universitas Ji Nan)


Dari buku

IBU YANG HEBAT

Kisah-kisah Inspirasional tentang Keajaiban dan Kehebatan Para Ibu

KEBAIKAN TIDAK PERNAH HILANG


Kebaikan akan memantulkan kembali apa yang kita berikan, bukan apa yang kita dapatkan

Guru bijak yang tinggal di gunung itu setiap tahun turun untuk menemui warga sebuah desa yang asri. Itu adalah saat yang ditunggu-tunggu oleh warga desa, karena dia akan memilih seorang warga untuk belajar kebijaksanaan dan boleh bertanya apa saja kepada sang Guru.

Kali ini terpilih seorang pemuda untuk menemani Guru bijak berjalan sambil berbincang-bincang tentang segala hal. Gembira sekali pemuda itu mendapat kesempatan, maka ia lalu bertanya "Guru, saya ingin bertanya mengenai hal yang kadang membuat saya bingung"

"Apa itu, anak muda?" tanya sang guru.

"Saya mengenal seseorang yang selalu bertanya 'apa yang bisa saya bantu?' kepada saya setiap berjumpa", tanya pemuda itu.

"Yang menjadikan kamu bingung?" tanya Guru

"Saya tidak mengerti guru, mengapa orang itu selalu baik menawarkan dirinya untuk membantu orang lain" kata pemuda itu.

Sambil menuangkan teh, Guru itu lalu bercerita:

"Ketahuilah, jika kau melakukan kebaikan kepada orang lain, sebenarnya kau telah melakukannya kepada dirimu sendiri. Sebab diri kita sendiri adalah baik adanya. Renungkan, saat kau berhitung tentang kebaikan yang akan kau lakukan, maka sebaiknya kau bertanya kepada dirimu: mengapa begitu banyak hal baik terjadi dalam kehidupanmu yang sama sekali tidak bisa dihitung, misalnya hadirnya sahabat, keluarga, adanya udara, makanan, minuman dan lain-lain. Bukankah semuanya merupakan kebaikan itu sendiri? Kebaikan tidak akan pernah hilang, kebaikan hanya berubah wujud".


Sebuah pohon menjadi berarti saat ia menghasilkan buah; seorang akan dikenang melalui perbuatannya. Perbuatan baik tidak akan pernah hilang; ia yang menaburkan kebaikan akan menuai persahabatan dan ia yang menanam kebaikan akan menuai kasih sayang

(Saint Basil)


Dari buku

I Believe I Can Fly

Sebuah catatan menyambut hari Ibu (2)


 SEMANGKUK MIE KUAH

31 Desember pukul 22.00,

Saat pemilik toko mie akan menutup tokonya usai pulangnya tamu terakhir, datanglah seorang wanita dengan dua orang anaknya. Istri pemilik toko yang ramah  segera menyilakan duduk. Wanita itu mengenakan baju luar bercorak kotak-kotak yang telah usang dan kedua anak laki-lakinya itu kira-kira berusia 6 dan 10 tahun mengenakan baju olahraga yang serupa.

"Bolehkah aku memesan semangkuk mie kuah?" tanya ibu itu yang diikuti pandangan tidak tenang kedua anaknya.

"Tentu, tentu saja boleh. Silakan duduk disini" ajak sang istri ke meja nomor  2 paling pinggir, dan berteriak kepada suaminya kearah dapur "Semangkuk mie kuah"

Sang suami menambahkan porsi setengahnya dan menyiapkan kedalam mangkok besar penuh.

Mereka bertiga menikmati semangkuk mie kuah tersebut dengan nikmat. "Mie ini sangat enak" kata ibunya setelah ikut menikmati sedikit. Setelah membayar 150 yen, ibu dan anaknya itu mengucapkan terimakasih dan membungkuk memberi hormat.


Setahun kemudian,

Lewat pukul 22.00 saat istri pemilik toko berjalan kearah pintu untuk menutup toko, pintu terbuka dan masuklah seorang wanita paruh baya dengan dua anak laki-lakinya. Melihat baju luar bercorak kotak yang sudah usang, sang istri ingat tamu terakhir malam tahun baru lalu.

"Bisakah Anda membuatkan kami semangkuk mie kuah?" kata sang ibu.

"Tentu, tentu, silakan duduk" sambil mengantar mereka ke meja nomor 2 sang istri berteriak  "semangkuk mie kuah"

Suaminya kembali menyalakan api yang baru saja dipadamkan.

"Masakkan saja 3 mangkuk untuk mereka" kata istrinya.

"Jangan, nanti mereka bisa merasa tidak enak hati" jawab suaminya yang kembali menambah porsinya dan meletakkan pada mangkuk besar.

"Sangat wangi...., sangat hebat...dan lezat sekali" kata ibunya.

"Tahun ini masih bisa menikmati mie kuah" kata anak sulungnya. "Semoga tahun depan bisa datang kesini lagi" lanjut adiknya.

Usai makan, mereka membayar 150 yen dan berpamitan. "Terima kasih banyak dan selamat tahun baru" ungkap sang ibu.


Setahun kemudian,

Karena sibuknya, suami istri pemilik toko mie merasakan ada yang tidak nyaman saat jam menunjukkan pukul 21.30 lewat.

Suaminya segera membalikkan daftar harga yang tergantung pada dinding yang sebelumnya "mie kuah 200 yen semangkuk" ditulis ulang menjadi " mie kuah 150 yen semangkuk". Istrinya 3 menit yang lalu meletakkan tanda "sudah dipesan" pada meja nomor 2.

Lewat pukul 22.00 datanglah ibu dan dua anaknya ke toko mie tersebut.

Anak yang pertama mengenakan seragam SMP, sedangkan adiknya mengenakan jaket yang nampak kebesaran. Jaket itu dikenakan kakaknya tahun lalu. Kedua anak itu tumbuh dewasa. Sang ibu masih memakai baju luar bercorak kotak usang yang telah luntur warnanya.

"Silakan masuk" sambut istri pemilik toko dengan hangat.

Dengan pelan sang ibu berkata "Tolong, buatkan dua mangkuk mie". Sambil mengantar ke meja nomor 2, istri pemilik toko berteriak kearah dapur "2 mangkuk mie".

Kembali suaminya membuat 3 porsi mie yang ditempatkan pada dua mangkuk besar. Kembali ibu dan anaknya itu ngobrol dengan gembira sambil makan yang juga dirasakan oleh sepasang suami istri pemilik toko dari balik pintu dapur.

Ibu itu menyatakan rasa terimakasih kepada kedua anaknya. Kesulitan keuangan mereka diatasi dengan baik. Anak sulungnya bekerja sebagai pengantar koran, adiknya belanja dan memasak sehingga ibunya bisa bekerja dengan baik dan mendapat bonus spesial.

"Alangkah baiknya jika Siao Chun tetap belanja dan memasak" kata anak yang kecil.

"Aku juga tetap mengantar koran" kata kakaknya.

"Ibu mengucapkan terimakasih kepada kalian" ucap sang ibu pada anak-anaknya.

Pada saat itu Siao Chun dan kakaknya membuka rahasia yang selama ini mereka simpan. Sebulan lalu sekolah Sao Chun memberi tahu ibunya bahwa karangan Sao Chun telah dipilih mewakili seluruh Hokkaido untuk mengikuti lomba mengarang seluruh negeri. Dan sang kakak mewakili ibunya untuk menghadiri.

"Benarkah demikian?" tanya ibunya.

"Judul karangannya 'Cita-citaku'" jawab Sao Chun.

Dihadapan para hadirin Sao Chun membacakan karangannya

"Akibat kecelakaan kerja, ayahku meninggalkan utang yang banyak. Untuk itu ibuku bekerja keras dan kakakku mengantarkan koran.

"Pada malam tanggal 31 Desember, kami bertiga memesan semangkuk mie kuah yang sangat lezat. Pemilik toko mengucapkan terimakasih kepada kami. Suara itu sepertinya memberikan dorongan semangat kepada kami untuk tegar menjalani hidup.

"Oleh sebab itu, aku memutuskan untuk membuka toko mie setelah dewasa. Supaya aku bisa menjadi pemilik toko mie. nomor 1 di Jepang, aku ingin memberikan semangat kepada setiap pengunjung dengan berucap 'semoga kalian berbahagia, terima kasih"

Pemilik toko yang terus berdiri dibalik pintu dapur seraya mendengarkan pembicaraan mereka mendadak tidak terlihat lagi. Ternyata, mereka sedang berjongkok sambil mengusap air mata haru.

Usai membaca karangan, kakaknya dipanggil untuk mewakili ibunya memberi sambutan

Sang kakak berucap "Karena terlalu mendadak, saya hanya bisa mengucapkan terimakasih kepada semua orang atas perhatiannya terhadap Sao Chun, adik saya. Setiap hari, ia harus belanja dan menyiapkan makan malam kami sehingga sering kali terburu-buru pulang dari kegiatan berkelompok. Hal itu tentu mendatangkan banyak kesulitan bagi semua orang. Maka, saat adik saya membacakan karangan berjudul 'Semangkuk mie kuah' saya sempat merasa malu. Tapi melihat ketegaran dan lantangnya dia membaca perasaan malu saya itulah yang benar-benar memalukan.

"Beberapa tahun ini, keberanian ibu saya yang hanya memesan semangkuk mie kuah membuat saya dan adik saya tak bisa melupakannya. Kami pasti akan semakin giat dan rajin, serta merawat ibu dengan baik. Hari ini dan seterusnya, saya masih meminta tolong kepada para hadirin untuk memperhatikan adik saya"

Sungguh, mereka bertiga diam-diam saling memegang tangan, dan menepuk bahu serta menikmati mie kuah tahun baru dengan perasaan lebih berbahagia dibandingkan tahun sebelumnya. Sang ibu pun membayar 300 yen dan mengucapkan terimakasih, memberi salam hormat dan meninggalkan toko mie.


Tahun berikutnya, pemilik toko kembali meletakkan tanda 'sudah dipesan' dan menunggu kedatangan mereka. Namun Ibu dengan dua anak itu tidak muncul. Demikian juga tahun kedua dan ketiga.

Usaha toko mie itu lalu berkembang semakin bagus. Tokonya direnovasi, meja dan kursinya diganti dengan yang baru. Kecuali meja nomor 2.

Hal itu membuat heran para pengunjung yang dijawab oleh pemiliknya dengan kisah 'Semangkuk mie kuah'. Akhirnya meja nomor 2 itu diberi nama 'meja keberuntungan' dan semua orang ingin mencoba duduk dan menikmati mie kuah disitu.


Beberapa tahun kemudian,

Lewat pukul 22.00 secara tiba-tiba, pintu toko terbuka kembali. Semua orang yang berada didalamnya menghentikan pembicaraan dan mengarahkan pandangannya ke pintu masuk.

Dua orang remaja berpakaian setelan jas berjalan masuk ke toko. Saat istri pemilik toko akan mengatakan meja makan telah penuh, menyusul lah seorang wanita berpakaian kimono dan berdiri dianta dua pemuda itu.

"Tolong, siapkan mie kuah untuk tiga orang" kata ibu itu.

Belasan tahun telah berlalu. Istri pemilik toko itu berusaha mengingat kembali gambaran ibu muda dengan dua anaknya 10 tahun lalu.

Sang suami, dari balik pintu dapur termenung. Salah seorang anak itu berkata "14 tahun lalu, kami memesan semangkuk mie kuah pada malam tahun baru dan mendapatkan semangat dari semangkuk mie tersebut. Kami bisa menjalani hidup dengan tegar.

"Lalu kami pindah ke luar kota dan tinggal di rumah nenek. Saya telah melewati ujian kedokteran dan praktik di Rumah Sakit Universitas Kyoto bagian anak-anak. April tahun depan saya akan praktik di Rumah Sakit di Sapporo.

"Sesuai dengan tata Krama, kami datang mengunjungi rumah sakit ini terlebih dahulu sekalian berdoa di makam ayah. Setelah berdiskusi dengan adik saya yang berpikir akan menjadi pemilik toko mie nomor 1, tetapi belum tercapai, maka ia bekerja di Bank Kyoto. Kami punya sebuah rencana yang istimewa, yaitu  pada malam tahun baru ini akan mengunjungi toko mie ini dan memesan tiga mangkuk mie kuah"

Istri pemilik toko bisa mengingat lagi peristiwa beberapa tahun lalu. Lalu dia menepuk bahu suaminya sambil berkata "Selamat Datang! Silakan duduk di meja nomor 2, dan buatkan tiga mangkuk mie kuah"

Sesusah apapun hidup, kita pasti dapat melaluinya. Kita tidak perlu malu dengan apa yang kita miliki, karena dibalik itu ada sesuatu yang akan kita peroleh


Dari buku

IBU YANG HEBAT

kisah-kisah inspirasional tentang keajaiban dan kehebatan para ibu

Minggu, 19 Desember 2021

Sebuah catatan menyambut hari Ibu (1)


KEINDAHAN TANGAN IBU

Ketika ibu saya berkunjung, Ia mengajak saya untuk berbelanja bersamanya karena dia membutuhkan sebuah gaun yang baru. Saya sebenarnya tidak suka pergi berbelanja bersama dengan orang lain, Dan saya bukanlah orang yang sabar, tetapi walaupun demikian kami berangkat juga ke pusat perbelanjaan tersebut.


Kami mengunjungi setiap toko yang menyediakan gaun wanita, Dan seiring hari yang berlalu, saya mulai lelah dan ibu saya mulai frustasi. Akhirnya pada toko terakhir yang kami kunjungi, Ibu mencoba satu stel gaun biru yang cantik

terdiri dari tiga helai. Pada blusnya terdapat sejenis tali di bagian tepi lehernya. Dan karena ketidaksabaran saya, maka untuk kali ini saya ikut masuk dan berdiri bersama ibu saya dalam ruang ganti pakaian.


Saya melihat bagaimana ia mencoba pakaian tersebut, dan dengan susah mencoba untuk mengikat talinya. Ternyata tangan-tangannya sudah mulai dilumpuhkan

oleh penyakit radang sendi. Dan sebab itu dia tidak dapat melakukannya. Seketika ketidaksabaran saya digantikan oleh suatu rasa kasihan yang dalam kepadanya.


Saya berbalik pergi dan mencoba menyembunyikan air mata yang keluar tanpa saya sadari. Setelah saya mendapatkan ketenangan lagi, saya kembali masuk ke kamar ganti untuk mengikatkan tali gaun tersebut. Pakaian ini begitu indah, dan dia membelinya. Perjalanan belanja kami telah berakhir.


Tetapi kejadian tersebut terukir dan tidak dapat terlupakan dari ingatan saya.

Sepanjang sisa hari itu, pikiran saya tetap saja kembali pada saat berada di dalam ruang ganti pakaian tersebut dan terbayang tangan ibu Saya yang sedang berusaha mengikat tali blusnya. Kedua tangan yang penuh dengan kasih, yang pernah menyuapi saya, memandikan saya, memakaikan baju, membelai dan memeluk saya, dan terlebih dari semuanya, berdoa untuk saya, sekarang tangan itu telah menyentuh hati saya dengan cara yang paling membekas dalam hati saya.


Kemudian pada  yang membuatnya terkejut, memberitahukannya bahwa bagi saya kedua tangan tersebut adalah tangan yang paling indah di dunia ini.


Saya sangat bersyukur bahwa Tuhan telah membuat saya dapat melihat dengan mata baru. Betapa bernilai dan berharganya kasih sayang yang penuh pengorbanan dari seorang ibu. Saya hanya dapat berdoa bahwa suatu hari kelak tangan saya dan hati saya akan memiliki keindahannya tersendiri.

Dunia ini memiliki banyak keajaiban, segala ciptaan Tuhan yang begitu Agung, tetapi tak satu pun yang dapat menandingi keindahan tangan Ibu.


Dari buku

IBU YANG HEBAT

ADA YANG LEBIH HEBAT

 “𝑺𝒆𝒃𝒂𝒊𝒌-𝒃𝒂𝒊𝒌 𝒎𝒂𝒏𝒖𝒔𝒊𝒂 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒂𝒍𝒊𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒎𝒂𝒏𝒇𝒂𝒂𝒕 𝒃𝒂𝒈𝒊 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒊𝒏.”  (Hadits Riway...