Senin, 20 Desember 2021

Sebuah catatan menyambut hari Ibu (2)


 SEMANGKUK MIE KUAH

31 Desember pukul 22.00,

Saat pemilik toko mie akan menutup tokonya usai pulangnya tamu terakhir, datanglah seorang wanita dengan dua orang anaknya. Istri pemilik toko yang ramah  segera menyilakan duduk. Wanita itu mengenakan baju luar bercorak kotak-kotak yang telah usang dan kedua anak laki-lakinya itu kira-kira berusia 6 dan 10 tahun mengenakan baju olahraga yang serupa.

"Bolehkah aku memesan semangkuk mie kuah?" tanya ibu itu yang diikuti pandangan tidak tenang kedua anaknya.

"Tentu, tentu saja boleh. Silakan duduk disini" ajak sang istri ke meja nomor  2 paling pinggir, dan berteriak kepada suaminya kearah dapur "Semangkuk mie kuah"

Sang suami menambahkan porsi setengahnya dan menyiapkan kedalam mangkok besar penuh.

Mereka bertiga menikmati semangkuk mie kuah tersebut dengan nikmat. "Mie ini sangat enak" kata ibunya setelah ikut menikmati sedikit. Setelah membayar 150 yen, ibu dan anaknya itu mengucapkan terimakasih dan membungkuk memberi hormat.


Setahun kemudian,

Lewat pukul 22.00 saat istri pemilik toko berjalan kearah pintu untuk menutup toko, pintu terbuka dan masuklah seorang wanita paruh baya dengan dua anak laki-lakinya. Melihat baju luar bercorak kotak yang sudah usang, sang istri ingat tamu terakhir malam tahun baru lalu.

"Bisakah Anda membuatkan kami semangkuk mie kuah?" kata sang ibu.

"Tentu, tentu, silakan duduk" sambil mengantar mereka ke meja nomor 2 sang istri berteriak  "semangkuk mie kuah"

Suaminya kembali menyalakan api yang baru saja dipadamkan.

"Masakkan saja 3 mangkuk untuk mereka" kata istrinya.

"Jangan, nanti mereka bisa merasa tidak enak hati" jawab suaminya yang kembali menambah porsinya dan meletakkan pada mangkuk besar.

"Sangat wangi...., sangat hebat...dan lezat sekali" kata ibunya.

"Tahun ini masih bisa menikmati mie kuah" kata anak sulungnya. "Semoga tahun depan bisa datang kesini lagi" lanjut adiknya.

Usai makan, mereka membayar 150 yen dan berpamitan. "Terima kasih banyak dan selamat tahun baru" ungkap sang ibu.


Setahun kemudian,

Karena sibuknya, suami istri pemilik toko mie merasakan ada yang tidak nyaman saat jam menunjukkan pukul 21.30 lewat.

Suaminya segera membalikkan daftar harga yang tergantung pada dinding yang sebelumnya "mie kuah 200 yen semangkuk" ditulis ulang menjadi " mie kuah 150 yen semangkuk". Istrinya 3 menit yang lalu meletakkan tanda "sudah dipesan" pada meja nomor 2.

Lewat pukul 22.00 datanglah ibu dan dua anaknya ke toko mie tersebut.

Anak yang pertama mengenakan seragam SMP, sedangkan adiknya mengenakan jaket yang nampak kebesaran. Jaket itu dikenakan kakaknya tahun lalu. Kedua anak itu tumbuh dewasa. Sang ibu masih memakai baju luar bercorak kotak usang yang telah luntur warnanya.

"Silakan masuk" sambut istri pemilik toko dengan hangat.

Dengan pelan sang ibu berkata "Tolong, buatkan dua mangkuk mie". Sambil mengantar ke meja nomor 2, istri pemilik toko berteriak kearah dapur "2 mangkuk mie".

Kembali suaminya membuat 3 porsi mie yang ditempatkan pada dua mangkuk besar. Kembali ibu dan anaknya itu ngobrol dengan gembira sambil makan yang juga dirasakan oleh sepasang suami istri pemilik toko dari balik pintu dapur.

Ibu itu menyatakan rasa terimakasih kepada kedua anaknya. Kesulitan keuangan mereka diatasi dengan baik. Anak sulungnya bekerja sebagai pengantar koran, adiknya belanja dan memasak sehingga ibunya bisa bekerja dengan baik dan mendapat bonus spesial.

"Alangkah baiknya jika Siao Chun tetap belanja dan memasak" kata anak yang kecil.

"Aku juga tetap mengantar koran" kata kakaknya.

"Ibu mengucapkan terimakasih kepada kalian" ucap sang ibu pada anak-anaknya.

Pada saat itu Siao Chun dan kakaknya membuka rahasia yang selama ini mereka simpan. Sebulan lalu sekolah Sao Chun memberi tahu ibunya bahwa karangan Sao Chun telah dipilih mewakili seluruh Hokkaido untuk mengikuti lomba mengarang seluruh negeri. Dan sang kakak mewakili ibunya untuk menghadiri.

"Benarkah demikian?" tanya ibunya.

"Judul karangannya 'Cita-citaku'" jawab Sao Chun.

Dihadapan para hadirin Sao Chun membacakan karangannya

"Akibat kecelakaan kerja, ayahku meninggalkan utang yang banyak. Untuk itu ibuku bekerja keras dan kakakku mengantarkan koran.

"Pada malam tanggal 31 Desember, kami bertiga memesan semangkuk mie kuah yang sangat lezat. Pemilik toko mengucapkan terimakasih kepada kami. Suara itu sepertinya memberikan dorongan semangat kepada kami untuk tegar menjalani hidup.

"Oleh sebab itu, aku memutuskan untuk membuka toko mie setelah dewasa. Supaya aku bisa menjadi pemilik toko mie. nomor 1 di Jepang, aku ingin memberikan semangat kepada setiap pengunjung dengan berucap 'semoga kalian berbahagia, terima kasih"

Pemilik toko yang terus berdiri dibalik pintu dapur seraya mendengarkan pembicaraan mereka mendadak tidak terlihat lagi. Ternyata, mereka sedang berjongkok sambil mengusap air mata haru.

Usai membaca karangan, kakaknya dipanggil untuk mewakili ibunya memberi sambutan

Sang kakak berucap "Karena terlalu mendadak, saya hanya bisa mengucapkan terimakasih kepada semua orang atas perhatiannya terhadap Sao Chun, adik saya. Setiap hari, ia harus belanja dan menyiapkan makan malam kami sehingga sering kali terburu-buru pulang dari kegiatan berkelompok. Hal itu tentu mendatangkan banyak kesulitan bagi semua orang. Maka, saat adik saya membacakan karangan berjudul 'Semangkuk mie kuah' saya sempat merasa malu. Tapi melihat ketegaran dan lantangnya dia membaca perasaan malu saya itulah yang benar-benar memalukan.

"Beberapa tahun ini, keberanian ibu saya yang hanya memesan semangkuk mie kuah membuat saya dan adik saya tak bisa melupakannya. Kami pasti akan semakin giat dan rajin, serta merawat ibu dengan baik. Hari ini dan seterusnya, saya masih meminta tolong kepada para hadirin untuk memperhatikan adik saya"

Sungguh, mereka bertiga diam-diam saling memegang tangan, dan menepuk bahu serta menikmati mie kuah tahun baru dengan perasaan lebih berbahagia dibandingkan tahun sebelumnya. Sang ibu pun membayar 300 yen dan mengucapkan terimakasih, memberi salam hormat dan meninggalkan toko mie.


Tahun berikutnya, pemilik toko kembali meletakkan tanda 'sudah dipesan' dan menunggu kedatangan mereka. Namun Ibu dengan dua anak itu tidak muncul. Demikian juga tahun kedua dan ketiga.

Usaha toko mie itu lalu berkembang semakin bagus. Tokonya direnovasi, meja dan kursinya diganti dengan yang baru. Kecuali meja nomor 2.

Hal itu membuat heran para pengunjung yang dijawab oleh pemiliknya dengan kisah 'Semangkuk mie kuah'. Akhirnya meja nomor 2 itu diberi nama 'meja keberuntungan' dan semua orang ingin mencoba duduk dan menikmati mie kuah disitu.


Beberapa tahun kemudian,

Lewat pukul 22.00 secara tiba-tiba, pintu toko terbuka kembali. Semua orang yang berada didalamnya menghentikan pembicaraan dan mengarahkan pandangannya ke pintu masuk.

Dua orang remaja berpakaian setelan jas berjalan masuk ke toko. Saat istri pemilik toko akan mengatakan meja makan telah penuh, menyusul lah seorang wanita berpakaian kimono dan berdiri dianta dua pemuda itu.

"Tolong, siapkan mie kuah untuk tiga orang" kata ibu itu.

Belasan tahun telah berlalu. Istri pemilik toko itu berusaha mengingat kembali gambaran ibu muda dengan dua anaknya 10 tahun lalu.

Sang suami, dari balik pintu dapur termenung. Salah seorang anak itu berkata "14 tahun lalu, kami memesan semangkuk mie kuah pada malam tahun baru dan mendapatkan semangat dari semangkuk mie tersebut. Kami bisa menjalani hidup dengan tegar.

"Lalu kami pindah ke luar kota dan tinggal di rumah nenek. Saya telah melewati ujian kedokteran dan praktik di Rumah Sakit Universitas Kyoto bagian anak-anak. April tahun depan saya akan praktik di Rumah Sakit di Sapporo.

"Sesuai dengan tata Krama, kami datang mengunjungi rumah sakit ini terlebih dahulu sekalian berdoa di makam ayah. Setelah berdiskusi dengan adik saya yang berpikir akan menjadi pemilik toko mie nomor 1, tetapi belum tercapai, maka ia bekerja di Bank Kyoto. Kami punya sebuah rencana yang istimewa, yaitu  pada malam tahun baru ini akan mengunjungi toko mie ini dan memesan tiga mangkuk mie kuah"

Istri pemilik toko bisa mengingat lagi peristiwa beberapa tahun lalu. Lalu dia menepuk bahu suaminya sambil berkata "Selamat Datang! Silakan duduk di meja nomor 2, dan buatkan tiga mangkuk mie kuah"

Sesusah apapun hidup, kita pasti dapat melaluinya. Kita tidak perlu malu dengan apa yang kita miliki, karena dibalik itu ada sesuatu yang akan kita peroleh


Dari buku

IBU YANG HEBAT

kisah-kisah inspirasional tentang keajaiban dan kehebatan para ibu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ADA YANG LEBIH HEBAT

 “π‘Ίπ’†π’ƒπ’‚π’Šπ’Œ-π’ƒπ’‚π’Šπ’Œ π’Žπ’‚π’π’–π’”π’Šπ’‚ 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 π’šπ’‚π’π’ˆ π’‘π’‚π’π’Šπ’π’ˆ π’ƒπ’†π’“π’Žπ’‚π’π’‡π’‚π’‚π’• π’ƒπ’‚π’ˆπ’Š π’π’“π’‚π’π’ˆ π’π’‚π’Šπ’.”  (Hadits Riway...