Selasa, 26 Agustus 2025

"DUO PIANIST EBONY AND IVORY"

"𝚂𝚎𝚝𝚒𝚊𝚙 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚖𝚊𝚕𝚊𝚒𝚔𝚊𝚝 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚑𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚖𝚎𝚖𝚒𝚕𝚒𝚔𝚒 𝚜𝚊𝚝𝚞 𝚜𝚊𝚢𝚊𝚙. 𝙳𝚊𝚗 𝚔𝚒𝚝𝚊 𝚑𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚋𝚒𝚜𝚊 𝚝𝚎𝚛𝚋𝚊𝚗𝚐 𝚍𝚎𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚜𝚊-𝚕𝚒𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚖𝚎𝚕𝚞𝚔"

(Luciano De Creschenzo)



Panti "𝑺𝒐𝒖𝒕𝒉𝒆𝒂𝒔𝒕 𝑺𝒆𝒏𝒊𝒐𝒓 𝑪𝒆𝒏𝒕𝒆𝒓 𝒇𝒐𝒓 𝑰𝒏𝒅𝒆𝒑𝒆𝒏𝒅𝒆𝒏𝒕 𝑳𝒊𝒗𝒊𝒏𝒈" musim semi tahun 1983, 

Margaret Patrick yang tangan kanannya mengalami kelumpuhan tiba untuk memulai terapi fisik.

Millie McHugh, seorang staf lama lalu memperkenalkannya kepada orang-orang di pusat rehabilitasi tersebut. 

Saat melintas ruangan, pandangan Margaret terkesiap melihat sebuah piano.

Millie yang sepintas melihat bertanya, "Ya?" 

"Oh, tidak," jawab Margaret lirih. "Melihat piano ini membangkitkan kenangan masa laluku. Dulu, musik adalah segalanya bagiku." 

Millie melihat tangan kanan wanita kulit hitam yang hanya tergantung lemas.Dengan lirih Margaret menceritakan tentang karier musiknya sebelum stroke menyerang.

"Tunggu disini sebentar" tiba-tiba Millie berkata, "Aku akan segera kembali." Tak lama ia kembali bersama seorang wanita kulit putih kecil dengan rambut yang sudah beruban yang memakai kacamata tebal. Wanita tersebut mengunakan alat bantu untuk berjalan.

"Kenalkan ini Ruth Eisenberg." kata Millie. Lalu dia tersenyum. "Dia dulu juga bermain piano, tetapi seperti halnya Anda, dia tidak lagi bisa bermain sejak menderita stroke. Nyonya Eisenberg memilik tangan kanan yang bagus, dan saya mempunyai perasaan bahwa pasangan tangan Anda yang masih berfungsi bisa melakukan sesuatu yang luar biasa."

"Anda tahu Waltz Chopin dalam D flat?" tanya Ruth Margaret mengangguk.

Margaret mengangguk.

Keduanya duduk berdampingan di kursi piano. Dua tangan yang sehat-satu dengan jari-jari hitam, panjang, dan lemah-gemulai, satunya lagi dengan jari-jari putih gemuk pendek-bergerak secara ritmis dan harmonis layaknya sepasang tangan dari satu orang. Sejak hari itu, mereka duduk berdampingan di depan keyboard piano ratusan kali-tangan kanan Margaret yang tak berdaya di punggung Ruth, dan tangan kiri Ruth yang tak berdaya di lutut Margaret, sementara tangan Ruth yang sehat memainkan melodi dan tangan Margaret yang sehat memainkan musik pengiringnya.


Musik yang mereka mainkan telah menghibur para penonton televisi, di sekolah dan di gereja, dan juga di pusat rehabilitasi dan warga negara yang telah lanjut usia. Dan di kursi piano itulah mulai Mozart, Chopin dan Bach serta Beethoven terdengar lebih dari sekadar musik.

Sebab di sanalah mereka tahu bahwa mereka memiliki lebih banyak persamaan dibanding yang mereka bayangkan sebelumnya. 

dari mereka tidak bisa memberi tanpa yang lain.

Duduk berdampingan di kursi piano itu, Ruth mendengar Margaret mengatakan, "Musikku telah direnggut, tetapi Tuhan memberikan Margaret kepadaku." Dan jelas bahwa sebagian iman Margaret telah merasuk dalam diri Ruth saat mereka duduk berdampingan selama lima tahun terakhir ini, karena Ruth sekarang mengatakan, "Keajaiban Tuhanlah yang mempertemukan kami."[]


 "𝑪𝒊𝒏𝒕𝒂 𝒎𝒂𝒎𝒑𝒖 𝒎𝒆𝒏𝒆𝒓𝒊𝒎𝒂 𝒌𝒆𝒌𝒖𝒓𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝒄𝒊𝒏𝒕𝒂 𝒂𝒅𝒂 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒔𝒂𝒍𝒊𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒍𝒆𝒏𝒈𝒌𝒂𝒑𝒊 𝒌𝒆𝒌𝒖𝒓𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏."


Dari buku

"A 4th Course of Chicken Soup for The Soul" 70 Kisah untuk Membuka Hati dan Mengobarkan Semangat Kembali.



MEMBERI CONTOH

 "𝐂𝐨𝐧𝐭𝐨𝐡 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐞𝐩𝐞𝐦𝐢𝐦𝐩𝐢𝐧𝐚𝐧."

(Albert Schweitzer)


Tahun 1888 Mahatma Gandhi sampai di London untuk belajar hukum di University College. 

Gandhi tinggal di sebuah kamar yang sempit pada rumah seorang janda Anglo- India di West Kensington.

Suatu saat, Ibu semangnya mendatangi Gandhi dan berkata, "Tuan Gandhi, putra saya ini tidak mau mendengarkan saya, namun entah bagaimana dia mau mendengarkan nasihat Anda. Dia ini terlalu banyak makan gula, bisakah Anda menasihatinya agar tidak makan gula terlalu banyak?"

Gandhi menjawab "Tentu, Bu, saya akan menasihatinya."

Hari berlalu dan menjadi minggu, anak tersebut masih makan gula sebanyak sebelumnya. Maka ibu semang menemui Gandhi lagi dan berkata, "Tuan Gandhi, apa Anda ingat apa yang saya katakan beberapa minggu lalu mengenai kebiasaan putra saya makan gula? Anda bilang Anda akan menasihatinya, tapi kenapa belum?"

Gandhi menjawab, "Saya sudah menasihati putra Ibu agar tidak makan banyak gula, tapi baru pagi ini." 

"Mengapa baru sekarang Anda menasihatinya?" Ibu itu penasaran. "Karena, baru kemarin saya berhenti makan gula," jawab Gandhi.


Bagaimana bisa mengajari anak-anak jika Anda minta mereka melakukan sesuatu yang Anda sendiri tidak lakukan?[]


"𝑻𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒎𝒂𝒔𝒖𝒌 𝒂𝒌𝒂𝒍 𝒃𝒂𝒉𝒘𝒂 𝒔𝒆𝒔𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒉𝒂𝒓𝒖𝒔 𝒎𝒆𝒎𝒆𝒓𝒊𝒏𝒕𝒂𝒉 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒊𝒏, 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒎𝒆𝒎𝒆𝒓𝒊𝒏𝒕𝒂𝒉 𝒅𝒊𝒓𝒊𝒏𝒚𝒂 𝒔𝒆𝒏𝒅𝒊𝒓𝒊."

(Pepatah Latin)


Dari buku "Mahatma Gandhi" Sebuah Autobiografi



ETOS KERJA PENJUAL PECEL

 "𝑱𝒊𝒌𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒄𝒂𝒓𝒊 𝒏𝒂𝒇𝒌𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒓𝒖𝒑𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒊𝒃𝒂𝒅𝒂𝒉, 𝒔𝒆𝒎𝒂𝒌𝒊𝒏 𝒌𝒆𝒓𝒋𝒂 𝒌𝒆𝒓𝒂𝒔 𝒌𝒊𝒕𝒂, 𝒊𝒏𝒔𝒚𝒂 𝑨𝒍𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒆𝒎𝒂𝒌𝒊𝒏 𝒃𝒆𝒔𝒂𝒓 𝒑𝒂𝒉𝒂𝒍𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒅𝒊𝒃𝒆𝒓𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒐𝒍𝒆𝒉 𝑨𝒍𝒍𝒂𝒉."

(Syekh Imam Nawawi al- Bantani)


Mak Paerah, 

Demikian wanita sepuh itu biasa dipanggil. Ia biasa berjualan pecel di depan gedung DPRD Sumatera Utara, Medan.

Kalau ditanyakan umur, dia akan katakan 86 tahun, padahal dari penampilannya sepertinya itu terlalu muda. Namun ia tetap gesit melayani para pembelinya.

Setiap hari, biasanya sekitar pukul 11.00, Mak Paenah sudah tiba di depan gedung DPRD dari  rumah cucunya di Glugur yang berjarak sekitar lima kilometer dan menggelar dagangannya.

Mengenai banyaknya uang hasil dagangnya dalam tas pinggangnya itu, Mak Paenah sering tidak mengetahuinya. Ia memang tidak peduli dengan pendapatannya setiap hari. Tidak jarang ada beberapa lembar ribuan tercecer di bawah kakinya, yang akhirnya diambilkan oleh orang lain. Baginya, yang penting, ia tidaklah merugi. Ia berucap, "𝑩𝒂𝒕𝒉𝒊 𝒌𝒖𝒘𝒊 𝒐𝒓𝒂 𝒔𝒂𝒉 𝒐𝒌𝒆𝒉-𝒐𝒌𝒆𝒉. 𝑲𝒆𝒎𝒂𝒓𝒖𝒌 𝒋𝒆𝒏𝒆𝒏𝒈𝒆" (Mengambil untung itu jangan besar-besar. Serakah namanya). Sikap inilah yang membuat Mak Paenah cenderung royal dan para pembeli sering belanja menjelang dagangnya mau habis, karena ia pasti memberikan porsi pecel yang lebih banyak. Karena keyakinan akan dagangannya yang tidak rugi itu pula, sering kali Mak Paenah membelikan rokok untuk orang lain yang tampak memerlukannya. Misalnya, Andi Lubis, fotografer harian "Analisa", Medan, yang perokok berat, beberapa kali diberi rokok oleh Mak Paenah kalau tampak sedang bengong dan tidak merokok. Ia berkata kepada Andi Lubis, "𝑵𝒚𝒐𝒉 𝒓𝒐𝒌𝒐𝒌. 𝑲𝒐𝒘𝒆 𝒍𝒂𝒈𝒊 𝒓𝒂 𝒅𝒖𝒘𝒆 𝒅𝒖𝒘𝒊𝒕 𝒕𝒐?" (Nih rokok. Kamu sedang tidak punya uang kan?).

Bagi Mak Paenah, apa salahnya menyisihkan uang untuk menyenangkan orang lain? Tidak jarang ia memberikan pecelnya secara gratis kalau ada yang lapar, tetapi tak punya uang.


Jadi, untuk apa Mak Paenah berjualan pecel dalam usianya yang sudah sangat senja itu?

"Aku bekerja karena memang manusia itu harus bekerja. Aku sakit kalau nganggur. Menganggur adalah bersahabat dengan setan. Kerja selalu ada kalau kita mau mencarinya. Jangan mau menganggur sampai kita mati."

Saat ada orang yang bertanya, "Setelah anak-anak Mak Paenah bisa hidup mandiri, uang hasil penjualan pecel digunakan untuk apa?", maka ia akan menjawab, "Keuntungan penjualan kusimpan di bawah bantal setiap hari. Uang itu kugunakan untuk menolong orang lain bila ada yang membutuhkannya. Siapa tahu, kan?" Inilah jawabannya yang sangat arif.


Mak Paenah menceritakan bahwa ia pernah menolong tetangganya yang mendadak membutuhkan uang. Tetangganya itu tidak menyangka ketika tiba-tiba Mak Paenah yang hanya berjualan pecel mampu meminjaminya uang dalam jumlah cukup besar tanpa bunga.


Setiap pagi, Mak Paenah mengambil Rp150.000,00 dari simpanannya untuk berbelanja di Pasar Glugur. Pada pukul 04.00, ia sudah bangun. Lalu, pada pukul 06.00, ia sudah mulai memasak bumbu-bumbu pecel dan sayuran. Mengenai hal itu, ia berkata, "Bangun pagi membuatku sehat. Tiap hari berbelanja dan menawar juga tidak membuatku pikun."


Pada bulan Juni dan Juli 2002, para wartawan Medan yang biasa mangkal di depan Gedung DPRD kehilangan Mak Paenah. Selama dua bulan lebih, wanita tua itu menghilang. Banyak orang yang mengkhawatirkan kondisi Mak Paenah. Ada yang beranggapan bahwa Mak Paenah menderita sakit, atau bahkan sudah meninggal dunia.


Akhirnya, Mak Paenah baru muncul pada akhir Juli. Ternyata, Mak Paenah pulang ke kampungnya di Blitar untuk menengok sanak saudaranya.

Menurutnya, semua yang dikenalnya di sana sudah meninggal dunia. Ia bercerita kepada para pelanggannya, "Uangku Rp3.500.000,00 kugunakan untuk membeli oleh-oleh. Tetapi, aku senang bisa melihat Blitar lagi. Aku sama sekali tidak bisa mengenali tempat mana pun di sana." Matanya berbinar-binar saat membicarakan kota yang ditinggalkannya pada awal tahun 1940-an.


Ketika beberapa orang memberitahukan bahwa mereka sangat mengkhawatirkan kondisi Mak Paenah selama tidak berjualan di depan gedung DPRD, Mak Paenah justru marah. Ia berkata, "Kalian kan masih muda, tapi kok tidak punya perasaan. Kalian tahu rumahku kan? Kalau khawatir terhadap kondisiku, kenapa kalian tidak menengokku di rumahku? Gimana jika aku benar-benar sakit? Iya, kan?"


Namun, sejak awal Agustus ini, Mak Paenah menghilang kembali. Setelah ditengok ke rumahnya, ternyata ia tidak kurang suatu apa. Ia berucap, "Aku pindah tempat jualan. Aku mengalah demi orang yang lebih muda dariku dan lebih memerlukan uang." Perkataannya itulah yang menimbulkan tanda tanya. Ternyata, Mak Paenah kini memilih berjualan di Lapangan Merdeka.


Menurutnya, di depan Gedung DPRD itu sudah muncul seorang saingan penjual nasi pecel. Penjual pecel itu masih muda dan selalu terlihat berusaha menyaingi Mak Paenah dalam merebut hati pembeli. Mengenai hal ini, Mak Paenah berkata tanpa emosi, "Aku tidak ingin bersaing dengan orang lain. Bagiku, jatah rezeki sudah ada yang mengatur. Biarlah aku yang sudah tua ini pindah tempat jualan."[]


"𝙱𝚎𝚔𝚎𝚛𝚓𝚊 𝚒𝚝𝚞 𝚋𝚞𝚔𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚗𝚌𝚊𝚛𝚒 𝚗𝚊𝚏𝚔𝚊𝚑 𝚗𝚊𝚖𝚞𝚗 𝚎𝚔𝚜𝚙𝚛𝚎𝚜𝚒 𝚍𝚒𝚛𝚒."

(Jakob Oetama)


Dari buku "Ibu yang Hebat" Kisah-kisah Inspirasional tentang Keajaiban dan Kehebatan Para Ibu



KEGAGALAN ADALAH SEBUAH PINTU

 "𝘒𝘦𝘨𝘢𝘨𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘢𝘵𝘶-𝘴𝘢𝘵𝘶𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘦𝘴𝘦𝘮𝘱𝘢𝘵𝘢𝘯 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘶𝘭𝘢𝘪 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘤𝘦𝘳𝘥𝘪𝘬."

(Henry Ford)


Seorang pemuda sedang berputus asa karena beberapa kegagalan yang dialaminya. Kemudian dia mendatangi seorang tua yang bijak.

Orang tua itu lalu mengajak pemuda itu berjalan.

Akhirnya mereka sampai pada sebuah rumah yang terbuat dari kaca. Rumah itu tampak besar dan bening berisikan bunga dalam pot.

Orang tua itu lalu berkata, "Anak muda, masuklah kedalam rumah itu melalui pintu kaca itu dan ambillah sebuah pot bunga yang terlihat dari pintu kaca ini dan bawalah kemari"

Dalam hati pemuda itu heran. "Mudah sekali, tinggal buka pintunya kemudian pot bunga diambil, selesai" katanya dalam hati.

Maka, melangkahlah pemuda itu menuju pintu dan membukanya. Ternyata apa yang dilihat dari luar sungguh berbeda dengan yang dibayangkan. Ia menemukan pintu kaca kembali didalamnya. "Pasti ada di ruangan ini" ucapnya. Ternyata salah. Didalamnya terdapat pintu kaca lagi. Demikian terjadi berulang- ulang sampai akhirnya dia dapatkan pot bunga yang diminta orang tua tadi dan menyerahkan kepada orang tua yang telah menunggunya.

"Lama sekali kau mengambilnya, Anak muda!" kata orang tua itu.

"Ya Kek, saya melihatnya dengan jelas pot bunga yang berada dalam rumah itu, tapi apa yang saya pikirkan ternyata salah. Ada banyak pintu yang harus dibuka untuk mengambilnya"

"Begitu juga dengan kesuksesan, Anak muda" 

Kemudian orang tua itu melanjutkan "Pintu-pintu kaca yang kamu buka tadi adalah kegagalan yang kamu alami. Karena kamu berkemauan dan berkeyakinan kuat, sehingga meskipun kamu lelah, kamu masih bertenaga untuk membuka dan membuka sampai akhirnya berhasil meraih pot bunga itu. Apakah kamu sadar, semakin banyak pintu kegagalan kamu buka, jumlah kegagalan yang menghadangmu semakin sedikit dan kesuksesan tinggal selangkah lagi."[]


𝐊𝐞𝐬𝐮𝐤𝐬𝐞𝐬𝐚𝐧 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐞𝐛𝐮𝐚𝐡 𝐩𝐫𝐨𝐬𝐞𝐬. 𝐊𝐞𝐬𝐮𝐤𝐬𝐞𝐬𝐚𝐧 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐝𝐚𝐩𝐚𝐭 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐩𝐚𝐤𝐬𝐚 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐝𝐚𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐞𝐠𝐞𝐫𝐚. 𝐌𝐢𝐥𝐢𝐤𝐢 𝐤𝐞𝐲𝐚𝐤𝐢𝐧𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐤𝐮𝐚𝐭 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐦𝐞𝐫𝐚𝐢𝐡 𝐤𝐞𝐬𝐮𝐤𝐬𝐞𝐬𝐚𝐧 𝐭𝐞𝐫𝐬𝐞𝐛𝐮𝐭


Dari buku

I BELIEVE I CAN FLY






Selasa, 20 Mei 2025

Edisi Hari Buku Nasional AYAH, AKU, DAN BUKU

Saat sudah bisa membaca, saya mendapat rak khusus berisi buku kanak-kanak dari Ayah.  Beliau tidak mau jika buku-buku saya tercecer. Oleh karena itu Ayah menyimpannya dalam rak khusus.

Sebagian terbesar buku anak-anak itu diterbitkan oleh Balai Pustaka dan tersimpan sampai sekarang. Ada buku pelajaran, buku bacaan, maupun alat-alat tulis dan gambar.

Salah satu jenis buku bacaan favorit saya adalah komik Mahabharata karya R.A. Kosasih, dan bacaan serial Winnetou yang mengisahkan tentang kehidupan Winnetou, seorang pemuda Indian Amerika.(Kelak, berkat buku RA Kosasih ini saya mendapat nilai tertinggi saat ujian kuliah mengenai wayang dan falsafah serta karakternya).

Dalam memperlakukan buku ayah membuat aturan yang cukup ketat, yaitu membaca dengan rapi, duduk manis didepan meja, tangan dilipat. Tidak boleh mencoret-coret buku serta melipat ujung halaman untuk menandai halaman yang sudah dibaca.

Itulah yang membuabuku-buku saya sampai sekarang masih selalu kelihatan seperti baru.

Ayah mulai mengoleksi buku sejak bersekolah di Prins Hendrischool Batavia pada usia 16 tahun.

Saat bersekolah di Belanda, koleksi buku ayah yang terbanyak diantara mahasiswa Indonesia. Menjelang kepulangannya  ke tanah air setelah 11 tahun, bukunya mencapai 14 peti berbentuk kubus berukuran 1x1x1 m. 

Koleksi buku Ayah meliputi berbagai subjek: ilmu ekonomi, hukum, tata negara, administrasi negara, filsafat, agama, politik, sejarah, sosiologi, antropologi (yang dahulu disebut etnologi), dan kesusasteraan. Ayah juga mempunyai buku dengan koleksi terbatas, mungkin hadiah dari teman-temannya yang mengetahui hadiah yang tepat untuk bung Hatta adalah buku.

Tahun 1968, saya mendampingi ayah yang memberikan ceramah kepada mahasiswa di Honolulu. Pada hari Sabtu yang merupakan hari istirahat akhir pekan, Ayah dan saya sering berjalan ke toko buku yang tak jauh dari apartemen. Kami berdua ke sana dengan berjalan kaki. Menyenangkan sekali kalau mengingat lagi pengalaman itu. Daerah sekitar kampus lebih sepi pada akhir pekan, dan berjalan kaki terasa lebih nyaman.

Di toko buku yang terletak dekat kampus itu, buku-buku yang digunakan dalam kuliah relatif lengkap, dan ini tentu sangat menarik bagi saya sebagai mahasiswa. Kami melihat-lihat buku sesuai dengan minat kami masing-masing. Selesai membayar, kami keluar menuju apartemen.

Begitu asyiknya kami belanja buku sampai akhirnya saat akan kembali ke apartemen, buku-buku itu tidak bisa terbawa karena banyaknya. Terpaksa kami panggil taksi untuk mengantar pulang.

Kami sangat menyayangkan saat mengetahui keluarga Moh.Yamin menjual koleksi perpustakaan pribadinya ke Pertamina karena merasa keluarganya tidak lagi memerlukannya.

Ayah.

Suatu hari, saya dipanggil Ayah ke ruang kerjanya. Perintah Ayah mengherankan saya, "Meutia, pilihlah buku-buku yang berguna bagi studi Meutia."

Saya bertanya, "Buat apa, Yah?"

"Buat Meutia sendiri karena kalau Ayah meninggal nanti, mungkin kalian mau menjual buku-buku ini untuk biaya hidup Ibu dan kalian. Meutia kan tahu, pensiun Ayah..."

Rupanya peristiwa dijualnya perpustakaan Moh.Yamin menjadi pikiran Ayah, padahal kami tidak akan melakukan hal yang sama terhadap buku-buku beliau.

Ayah tersenyum khas tanpa kata, mungkin beliau terharu mendengar jawaban saya atas permintaan beliau.

"Kalau memang Ayah mau memberikan saya buku, saya minta yang Ayah punya dua saja." Saya memang merencanakan bahwa buku apa pun yang saya terima akan saya anggap sebagai warisan dari Ayah. Khusus atas permintaan saya itu, Ayah memberikan saya buku antik, The History of Java jilid I dan II karangan Thomas Stamford Raffles, terbitan tahun 1817. 

Kira-kira tiga tahun sesudah percakapan dengan Ayah itu, pemerintah menaikkan pensiun Ayah dengan adanya peraturan baru. Saya katakan, "Sekarang betul-betul Ayah tidak perlu lagi memikirkan tentang (pembiayaan) buku Ayah dengan adanya pensiun baru ini." Ayah pun tersenyum gembira.[]

(Dikisahkan oleh Meutia Hatta, Putri pertama bung Hatta)


Sumber 

1.Buku "Bung Hatta di Mata Tiga Putrinya"

2.https://ellenconny.com/2017/11/09/pahlawan-juga-manusia-bagian-2/






JUST DO IT...

 "𝑩𝒆𝒓𝒔𝒊𝒌𝒂𝒑 𝒃𝒂𝒊𝒌𝒍𝒂𝒉 𝒌𝒂𝒓𝒆𝒏𝒂 𝒔𝒆𝒎𝒖𝒂 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝑨𝒏𝒅𝒂 𝒕𝒆𝒎𝒖𝒊 𝒔𝒆𝒅𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒋𝒖𝒂𝒏𝒈 𝒌𝒆𝒓𝒂𝒔."

(Plato)


Stanford University 1892,  

Seorang mahasiswa berusia 18 tahun dan yatim piatu sedang berjuang keras untuk membayar biaya kuliahnya.

Bersama seorang teman, mahasiswa tersebut memutuskan hendak menggelar konser musik di kampus untuk mengumpulkan uang yang akan digunakan sebagai biaya pendidikan mereka. Konser ini mereka adakan dengan mendatangkan pianis besar, Ignacy J. Paderewski.

Sebuah kesepakatan pun dibuat, usai manajer sang pianis meminta biaya sebesar $2.000 untuk konser piano tersebut.

Sayang, harapan tidak sesuai dengan ekspektasi. Menjelang konser digelar, hanya diperoleh uang $ 1.600. Kedua mahasiswa itu lalu menemui Paderewski untuk menyerahkan seluruh uang $ 1.600 ditambah sisanya dalam bentuk cek yang akan dilunasi secepatnya.

"Tidak" kata sang Maestro sambil mengembalikan uang tersebut dan merobek cek yang diberikan.

"Itu uang kalian, gunakan saja untuk biaya kuliah. Saya akan menggelar konser tanpa bayaran dari kalian"

Tentu saja kedua anak muda itu gembira dan konserpun digelar di Stanford University.


Waktu berlalu,

Tahun 1919, Ignacy J Paderewski diangkat menjadi Perdana Menteri Polandia yang kemudian disusul dengan pecahnya Perang dunia pertama. Akibat perang besar itu terjadi bencana kelaparan yang menimpa 1,5 penduduk Polandia. la pun mengulurkan tangan kepada bagian administrasi makanan dan bantuan Amerika Serikat untuk meminta pertolongan. Presiden Amerika Serikat saat itu, Herbert Hoover, setuju untuk membantu. Dengan segera, Herbert Hoover mengirimkan berton-ton bahan makanan untuk rakyat Polandia yang kelaparan. Bencana kelaparanpun dapat dihindari, Paderewski pun lega. Paderewski memutuskan untuk pergi menemui Hoover secara pribadi. Paderewski ingin berterima kasih langsung kepada Hoover.


Ketika Paderewski mengucapkan terima kasih kepada Hoover atas sikap mulianya, Hoover langsung menyela dan berkata, "Anda tidak harus berterima kasih kepada saya, Pak Perdana Menteri. Anda mungkin sudah melupakan, tetapi saya tidak akan pernah dapat melupakan. Beberapa tahun yang lalu, Anda membantu biaya kuliah dua mahasiswa muda di Stanford University, dan saya adalah salah satu dari mereka."


Just do it, lakukan saja...

Kebanyakan dari kita hanya berpikir, jika saya membantu mereka, apa yang akan terjadi pada saya? Kalau seseorang benar-benar baik dan bijak, ia akan berpikir, jika saya tidak membantu mereka, apa yang akan terjadi pada mereka?

Orang-orang yang baik dan bijak tidak akan melakukan kebaikan dengan mengharapkan balasan. Mereka melakukan karena merasa itu adalah hal benar yang harus dilakukan.[]


"𝐋𝐚𝐤𝐮𝐤𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐬𝐮𝐚𝐭𝐮 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐥𝐚𝐢𝐧 𝐛𝐮𝐤𝐚𝐧 𝐤𝐚𝐫𝐞𝐧𝐚 𝐬𝐢𝐚𝐩𝐚 𝐦𝐞𝐫𝐞𝐤𝐚 𝐚𝐭𝐚𝐮 𝐚𝐩𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐫𝐞𝐤𝐚 𝐥𝐚𝐤𝐮𝐤𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐛𝐚𝐠𝐚𝐢 𝐛𝐚𝐥𝐚𝐬𝐚𝐧𝐧𝐲𝐚, 𝐭𝐞𝐭𝐚𝐩𝐢 𝐤𝐚𝐫𝐞𝐧𝐚 𝐬𝐢𝐚𝐩𝐚 𝐀𝐧𝐝𝐚."

(Harold S. Kushner)


Sumber:

1.Buku "Dari Kuntum menjadi Bunga jilid 1" Seri Kumpulan Kisah Inspiratif 

2.https://europebetweeneastandwest.wordpress.com/2021/06/05/rescue-mission-herberta-c-hoovera-an-american-on-behalf-of-poland-rendezvous-with-an-obscure-destiny-30/


Keterangan foto: Presiden AS Herbert Hoover mengenakan jas hitam diapit Perdana Menteri & pianis terkenal Ignacy J Paderewski dan pemimpin militer Jozef Pilsuski di Warsawa





EMPATI ABE LINCOLN

"𝙹𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚛𝚒𝚝𝚒𝚔 𝚖𝚎𝚛𝚎𝚔𝚊; 𝚖𝚎𝚛𝚎𝚔𝚊 𝚑𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚋𝚎𝚛𝚝𝚒𝚗𝚍𝚊𝚔 𝚍𝚎𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚌𝚊𝚛𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚜𝚊𝚖𝚊 𝚜𝚎𝚙𝚎𝚛𝚝𝚒 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚔𝚒𝚝𝚊 𝚕𝚊𝚔𝚞𝚔𝚊𝚗 𝚔𝚊𝚕𝚊𝚞 𝚔𝚒𝚝𝚊 𝚋𝚎𝚛𝚊𝚍𝚊 𝚍𝚊𝚕𝚊𝚖 𝚜𝚒𝚝𝚞𝚊𝚜𝚒 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚜𝚊𝚖𝚊."

(Abraham Lincoln)


Bulan Juli 1863 berlangsung Pertempuran Gettysburg  antara Pasukan Union dan Konfederasi.

Pada malam tanggal 4 Juli, Pasukan Konfederasi pimpinan Robert E. Lee mulai bergerak mundur ke bagian selatan saat awan disertai guntur menggayuti negara itu dengan hujan. Lee mencapai Potomac dengan tentaranya yang kalah, saat banjir besar melanda sungai dan tidak bisa dilalui di depannya. Sementara itu, Pasukan Union yang menang berada di belakangnya terus mendesak. Lee masuk perangkap. Dia tidak bisa melepaskan diri. Bagi Lincoln, ini adalah satu kesempatan emas untuk menangkap Lee dan mengakhiri perang dengan segera.

Maka, Lincoln memerintahkan pimpinan pasukan Union, George G.Meade agar tidak menghubungi dewan perang tetapi segera saja menyerang Lee. Lincoln mengirim perintah via telegram dan kemudian mengirim utusan khusus kepada Meade untuk segera bertindak.


Namun Jenderal Meade melakukan hal yang berlawanan dengan perintah Lincoln. Dia ragu-ragu dan menunda serta membuat berbagai alasan. Dia menolak sama sekali untuk menyerang Lee. Akhirnya air sungai surut dan Lee menyelamatkan diri melewati Potomac dengan pasukannya.


Lincoln marah sekali. "Apa maksudnya ini? Mereka sudah dalam genggaman kita. Dalam keadaan demikian, hampir semua jenderal sudah pasti mampu mengalahkan Lee. Kalau saja saya berada di sana, saya sendiri yang sudah menghantamnya."

Tiga hari kemudian, melalui jenderal Halleck, Lincoln mengatakan apa yang dilakukan oleh Meade membuat ketidakpuasan dalam benak Presiden. Atas perbuatan tersebut kemudian Jenderal Meade mengundurkan diri.

Dalam rasa kecewa yang mendalam, Lincoln duduk dan menulis surat kepada Meade:


𝑾𝒂𝒔𝒉𝒊𝒏𝒈𝒕𝒐𝒏, 𝟏𝟒 𝑱𝒖𝒍𝒊 𝟏𝟖𝟔𝟑

𝑴𝒂𝒚𝒐𝒓 𝑱𝒆𝒏𝒅𝒆𝒓𝒂𝒍 𝑴𝒆𝒂𝒅𝒆

𝑺𝒂𝒚𝒂 𝒃𝒂𝒓𝒖 𝒔𝒂𝒋𝒂 𝒎𝒆𝒍𝒊𝒉𝒂𝒕 𝒔𝒖𝒓𝒂𝒕 𝑨𝒏𝒅𝒂 𝒌𝒆𝒑𝒂𝒅𝒂 𝑱𝒆𝒏𝒅𝒆𝒓𝒂𝒍 𝑯𝒂𝒍𝒍𝒆𝒄𝒌, 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒎𝒊𝒏𝒕𝒂 𝒂𝒈𝒂𝒓 𝑨𝒏𝒅𝒂 𝒅𝒊𝒃𝒆𝒃𝒂𝒔𝒌𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒌𝒐𝒎𝒂𝒏𝒅𝒐, 𝒌𝒂𝒓𝒆𝒏𝒂 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒅𝒊𝒂𝒏𝒈𝒈𝒂𝒑 𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝒅𝒊𝒌𝒆𝒄𝒂𝒎— 𝑺𝒂𝒚𝒂 𝒔𝒂𝒏𝒈𝒂𝒕— 𝒔𝒂𝒏𝒈𝒂𝒕 —𝒃𝒆𝒓𝒕𝒆𝒓𝒊𝒎𝒂 𝒌𝒂𝒔𝒊𝒉 𝒌𝒆𝒑𝒂𝒅𝒂 𝑨𝒏𝒅𝒂 𝒂𝒕𝒂𝒔 𝒌𝒆𝒃𝒆𝒓𝒉𝒂𝒔𝒊𝒍𝒂𝒏 𝒍𝒖𝒂𝒓 𝒃𝒊𝒂𝒔𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝑨𝒏𝒅𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒃𝒂𝒈𝒊 𝒑𝒆𝒓𝒋𝒖𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒏𝒆𝒈𝒂𝒓𝒂 𝒅𝒊 𝑮𝒆𝒕𝒕𝒚𝒔𝒃𝒖𝒓𝒈; 𝒅𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒌𝒂𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒚𝒆𝒔𝒂𝒍 𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒖𝒂𝒕 𝑨𝒏𝒅𝒂 𝒎𝒆𝒓𝒂𝒔𝒂 𝒔𝒆𝒅𝒊𝒌𝒊𝒕 𝒔𝒂𝒌𝒊𝒕 𝒉𝒂𝒕𝒊— 𝑻𝒆𝒕𝒂𝒑𝒊 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒔𝒆𝒏𝒅𝒊𝒓𝒊 𝒔𝒂𝒏𝒈𝒂𝒕 𝒕𝒆𝒓𝒕𝒆𝒌𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒉𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕 𝒎𝒆𝒏𝒂𝒉𝒂𝒏 𝒅𝒊𝒓𝒊 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒖𝒏𝒈𝒌𝒂𝒑𝒌𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂.

𝑺𝒆𝒌𝒂𝒍𝒊 𝒍𝒂𝒈𝒊, 𝒋𝒆𝒏𝒅𝒆𝒓𝒂𝒍𝒌𝒖 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒆𝒓𝒉𝒐𝒓𝒎𝒂𝒕, 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒚𝒂𝒌𝒊𝒏 𝑨𝒏𝒅𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒚𝒂𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒃𝒆𝒔𝒂𝒓𝒏𝒚𝒂 𝒌𝒆𝒎𝒂𝒍𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒆𝒓𝒋𝒂𝒅𝒊 𝒂𝒌𝒊𝒃𝒂𝒕 𝒑𝒆𝒍𝒂𝒓𝒊𝒂𝒏 𝑳𝒆𝒆— 𝑫𝒊𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒂𝒅𝒂 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒋𝒂𝒏𝒈𝒌𝒂𝒖𝒂𝒏 𝒎𝒖𝒅𝒂𝒉 𝑨𝒏𝒅𝒂, 𝒅𝒂𝒏 𝒋𝒊𝒌𝒂 𝑨𝒏𝒅𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒉𝒂𝒔𝒊𝒍 𝒎𝒆𝒏𝒂𝒏𝒈𝒌𝒂𝒑𝒏𝒚𝒂, 𝒔𝒆𝒉𝒖𝒃𝒖𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒃𝒆𝒓𝒉𝒂𝒔𝒊𝒍𝒂𝒏-𝒌𝒆𝒃𝒆𝒓𝒉𝒂𝒔𝒊𝒍𝒂𝒏 𝒕𝒆𝒓𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓 𝒌𝒊𝒕𝒂, 𝒑𝒆𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓— 𝑺𝒆𝒑𝒆𝒓𝒕𝒊 𝒔𝒆𝒌𝒂𝒓𝒂𝒏𝒈, 𝒑𝒆𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒍𝒂𝒏𝒈𝒔𝒖𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒎𝒂 𝒕𝒂𝒏𝒑𝒂 𝒃𝒂𝒕𝒂𝒔 𝒘𝒂𝒌𝒕𝒖. 𝑱𝒊𝒌𝒂 𝑨𝒏𝒅𝒂 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕 𝒎𝒆𝒏𝒚𝒆𝒓𝒂𝒏𝒈 𝑳𝒆𝒆 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒂𝒎𝒂𝒏 𝑺𝒆𝒏𝒊𝒏 𝒍𝒂𝒍𝒖, 𝒃𝒂𝒈𝒂𝒊𝒎𝒂𝒏𝒂 𝒎𝒖𝒏𝒈𝒌𝒊𝒏 𝑨𝒏𝒅𝒂 𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕 𝒎𝒆𝒍𝒂𝒌𝒖𝒌𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂 𝒅𝒊 𝒔𝒆𝒃𝒆𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒕𝒂𝒏 𝒔𝒖𝒏𝒈𝒂𝒊, 𝒌𝒆𝒕𝒊𝒌𝒂 𝑨𝒏𝒅𝒂 𝒉𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒂𝒘𝒂 𝒔𝒆𝒓𝒕𝒂 𝒅𝒖𝒂 𝒑𝒆𝒓𝒕𝒊𝒈𝒂 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒌𝒆𝒌𝒖𝒂𝒕𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝑨𝒏𝒅𝒂 𝒎𝒊𝒍𝒊𝒌𝒊 𝒔𝒂𝒂𝒕 𝒊𝒕𝒖? 𝑻𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒎𝒂𝒔𝒖𝒌 𝒂𝒌𝒂𝒍 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒃𝒆𝒓𝒉𝒂𝒓𝒂𝒑, 𝒅𝒂𝒏 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒃𝒆𝒓𝒉𝒂𝒓𝒂𝒑 𝑨𝒏𝒅𝒂 𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕 𝒎𝒆𝒍𝒂𝒌𝒖𝒌𝒂𝒏 𝒃𝒂𝒏𝒚𝒂𝒌 𝒉𝒂𝒍 𝒔𝒆𝒌𝒂𝒓𝒂𝒏𝒈. 𝑲𝒆𝒔𝒆𝒎𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏 𝒆𝒎𝒂𝒔 𝑨𝒏𝒅𝒂 𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝒉𝒊𝒍𝒂𝒏𝒈, 𝒅𝒂𝒏 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒔𝒂𝒏𝒈𝒂𝒕 𝒔𝒆𝒅𝒊𝒉 𝒌𝒂𝒓𝒆𝒏𝒂𝒏𝒚𝒂—𝑺𝒂𝒚𝒂 𝒎𝒐𝒉𝒐𝒏 𝒂𝒈𝒂𝒓 𝑨𝒏𝒅𝒂 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏𝒈𝒈𝒂𝒑 𝒊𝒏𝒊 𝒔𝒆𝒃𝒂𝒈𝒂𝒊 𝒕𝒖𝒏𝒕𝒖𝒕𝒂𝒏 𝒉𝒖𝒌𝒖𝒎, 𝒂𝒕𝒂𝒖 𝒑𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏𝒊𝒂𝒚𝒂𝒂𝒏 𝒕𝒆𝒓𝒉𝒂𝒅𝒂𝒑 𝒅𝒊𝒓𝒊 𝑨𝒏𝒅𝒂 𝒔𝒆𝒏𝒅𝒊𝒓𝒊— 𝑲𝒂𝒓𝒆𝒏𝒂 𝑨𝒏𝒅𝒂 𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒆𝒕𝒂𝒉𝒖𝒊 𝒃𝒂𝒉𝒘𝒂 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒑𝒖𝒂𝒔, 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒑𝒊𝒌𝒊𝒓 𝒔𝒆𝒃𝒂𝒊𝒌𝒏𝒚𝒂 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒓𝒂𝒎𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒆𝒓𝒊 𝒕𝒂𝒉𝒖 𝑨𝒏𝒅𝒂 𝒂𝒍𝒂𝒔𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂.


Namun, Meade tidak pernah menerima surat tersebut, karena tidak pernah dikirimkan padanya. Surat itu ditemukan diantara kertas-kertas saat Abraham Lincoln wafat.


Lincoln berpikir dia bisa duduk tenang dalam Gedung Putih, memerintahkan Meade untuk menyerang, tapi andai dia di Gettysburg, melihat banjir darah, teriakan tentara yang luka seperti yang dilihat Meade, mungkin dia juga tidak akan begitu bersemangat untuk menyerang mereka.

Semuanya sudah terjadi, Kalau surat itu tetap dikirimkan, hal itu akan melegakan perasaan Abe, tapi itu akan membuat Meade berusaha mempertahankan dirinya  dan menambah tidak baik dalam perjuangan.

Lincoln menyisihkan surat itu, karena dia sudah belajar dari pengalaman pahit bahwa kritik yang pedas hampir selalu berakhir dengan sia-sia.[]

"𝐄𝐦𝐩𝐚𝐭𝐢 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐦𝐞𝐥𝐢𝐡𝐚𝐭 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐦𝐚𝐭𝐚 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐥𝐚𝐢𝐧, 𝐦𝐞𝐧𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐫𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐭𝐞𝐥𝐢𝐧𝐠𝐚 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐥𝐚𝐢𝐧, 𝐝𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐫𝐚𝐬𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐡𝐚𝐭𝐢 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐥𝐚𝐢𝐧."

(Alfred Adler)


Dari buku "Bagaimana Mencari Kawan dan Mempengaruhi Orang Lain"


Keterangan foto: Surat dari Abe Lincoln kepada Jenderal Meade yang tidak pernah dikirimkan...



TIDAK PERLU NAMA

"𝑪𝒂𝒓𝒂 𝒕𝒆𝒓𝒃𝒂𝒊𝒌 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒎𝒆𝒏𝒆𝒎𝒖𝒌𝒂𝒏 𝒅𝒊𝒓𝒊 𝑨𝒏𝒅𝒂 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒉𝒊𝒍𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒅𝒊𝒓𝒊 𝑨𝒏𝒅...