Senin, 02 September 2024

ADA YANG LEBIH HEBAT

 “𝑺𝒆𝒃𝒂𝒊𝒌-𝒃𝒂𝒊𝒌 𝒎𝒂𝒏𝒖𝒔𝒊𝒂 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒂𝒍𝒊𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒎𝒂𝒏𝒇𝒂𝒂𝒕 𝒃𝒂𝒈𝒊 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒊𝒏.” 

(Hadits Riwayat ath-Thabrani, Al-Mu’jam al-Ausath, juz VII, hal. 58)

Begitu takutnya akan makanan yang tercampur dengan bahan yang tidak patut, guru itu menanam sendiri bahan makanannya, memancing ikan untuk lauk. Waktunya sepenuhnya digunakan untuk berdoa dan beribadah.

Perilaku tersebut membuat kagum seorang muridnya. Segera murid itu menghampiri dan mengatakan ingin mengikuti jejaknya jadi orang yang saleh yang sepanjang hidupnya.

Namun gurunya menolak. "Ilmu ku tidak ada apa-apa dibandingkan dengan adikku yang ada dikota" kata gurunya.

"Cobalah temui dia"

Karena penasaran, ada yang lebih hebat dari gurunya, pergilah dia kekota.

Menjelang sampai dikota ia bertemu dengan seorang penjahit yang sedang bekerja di kedainya.

Saat murid itu menanyakan orang yang dia cari, dikatakan hampir semua orang mengenalnya, namun saat ini orang yang dia cari sedang diluar kota.

Penjahit itu menawarkan rumahnya untuk tinggal sambil menunggu kedatangannya.

Beberapa hari kemudian datang serombongan orang berkuda dari arah luar kota. Penjahit itu mengatakan orang yang dia cari sudah datang.

Rupanya adik gurunya itu adalah pimpinan rombongan tersebut. Namun melihat penampilannya, murid tadi keheranan. Pria itu mengenakan baju yang bagus, naik kuda yang gagah dan kesannya terlihat angkuh.

Makin penasaran, maka dia ikuti adik gurunya itu sampai ke rumahnya.

Turun dari kuda sudah ada pelayan yang menerima tali kekang kudanya dan membawa ke belakang.

Saat memasuki rumah beberapa pelayan menghormat dan menyilakan. Sama sekali tidak menunjukkan orang yang rendah hati.

Murid itu lalu diajak masuk dan makan bersama dengan para tamunya. Meja penuh dengan hidangan yang lezat.

Setelah bertegur sapa, adik gurunya itu menanyakan kabar kakaknya. Dia tanyakan apakah kakaknya masih menjalani kehidupan yang zuhud dan masih menyediakan makanannya sendiri? Jawab murid itu gurunya masih memancing ikannya sendiri dan menanam sayurannya sendiri, Beliau selalu menjalani kehidupan yang tenang.

Reaksi sang adik sungguh mengagetkan. Dia berkata merasa kasihan kepada kakaknya, Ternyata dia masih terlalu cinta kepada dunia.

Seketika hilang rasa hormat murid itu kepada adik gurunya dan memutuskan untuk tidak meneruskan niatnya semula berguru kepada adik gurunya dan pulang.

Gurunya terkejut karena kepulangan muridnya begitu cepat. Gurunya pun menanyakan apa sebabnya?. Murid itu berkata bahwa adik gurunya mungkin sudah berubah. Tidak tampak lagi ada tanda-tanda kehidupan seorang sufi pada diri adiknya. 

Tiba-tiba guru itu menangis tersedu-sedu dan mengatakan bahwa apa yang dikatakan adiknya benar. Sang murid lebih bingung lagi karena dia tidak bisa memahami apa yang terjadi.

Setelah gurunya dapat mengendalikan kesedihannya, sang guru menceritakan bahwa kehidupan yang dilaluinya adalah kehidupan yang egois, tenang, dan mau enak sendiri. Dia sendiri tidak peduli kepada orang Iain. Dia terbuai untuk melalui kehidupan yang tenang dan merasa dirinya suci, dengan tidak bermanfaat bagi orang di sekitarnya sama sekali. Bahkan, dia mengharapkan untuk memperoleh kedudukan yang terhormat di surga. Orang Iain sama sekali tidak merasakan manfaat dari keberadaan dirinya. Menjadi orang baik dengan cara seperti ini sangatlah mudah.

Sedangkan adiknya, meskipun tampak gemerlap, tetapi dia adalah saudagar pengumpul dari pedagang kecil yang datang dari tempat jauh.

Pedagang yang mau membeli dagangannya cukup datang ke rumahnya saja dan tidak perlu berkeliling dan membuang-buang waktu.

Rumahnya besar, karena memang banyak tamu, yang selain singgah juga bermalam di sana. Makanannya beraneka ragam karena para tamu yang berkunjung juga mempunyai selera yang berbeda.

Pelayannya banyak, karena memang perlu untuk mengurus tamu yang banyak pula. Selain itu, pelayan tersebut banyak berasal dari orang miskin yang tidak mampu bekerja sendiri. Agar mereka tidak menjadi peminta-minta, mereka diberi pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya. Dengan demikian, orang orang yang tertolong tersebut dapat memberi nafkah kepada keluarga mereka secara terhormat. Dan nafkah yang diberikan oleh para pelayan kepada keluarganya dicari dengan menjadikan diri mereka bermanfaat bagi orang Iain.[]

"𝙷𝚒𝚍𝚞𝚙 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚓𝚊𝚞𝚑 𝚕𝚎𝚋𝚒𝚑 𝚋𝚎𝚛𝚖𝚊𝚗𝚏𝚊𝚊𝚝 𝚓𝚒𝚔𝚊 𝙰𝚗𝚍𝚊 𝚋𝚎𝚛𝚓𝚞𝚊𝚗𝚐 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚜𝚎𝚜𝚞𝚊𝚝𝚞, 𝚍𝚊𝚛𝚒𝚙𝚊𝚍𝚊 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚊𝚖𝚋𝚒𝚕 𝚊𝚙𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚍𝚒𝚋𝚎𝚛𝚒𝚔𝚊𝚗 𝚔𝚎𝚙𝚊𝚍𝚊 𝙰𝚗𝚍𝚊 𝚍𝚒 𝚊𝚝𝚊𝚜 𝚙𝚒𝚛𝚒𝚗𝚐."

(Amy Winehouse)


Dari buku 

"NEGERI CITA-CITAKU"



ANGKA SEPULUH PADA DAHI MEREKA

 

"𝑴𝒆𝒏𝒊𝒍𝒂𝒊 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒊𝒏 𝒊𝒕𝒖 𝒎𝒖𝒅𝒂𝒉 𝒌𝒂𝒓𝒆𝒏𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒂𝒍𝒊𝒉𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒕𝒂𝒏𝒈𝒈𝒖𝒏𝒈 𝒋𝒂𝒘𝒂𝒃 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒍𝒂𝒊 𝒅𝒊𝒓𝒊 𝒔𝒆𝒏𝒅𝒊𝒓𝒊."

(Charles F.Glassman)

"Jangan menilai buku dari sampulnya"

Rasanya sering kali ucapan itu dilontarkan untuk tidak menghakimi pada kesan pertama. Memang, ada buku yang sampulnya menarik dengan ilustrasi yang indah, tetapi isinya tidak bagus. Demikian juga sebaliknya...

Namanya Arep Sinlae. Posturnya cukup tinggi, berbadan langsing, dahi lebar dan berkulit gelap.

Anak itu tinggal di dusun Lolopain, setengah jam jalan kaki SDN Daepapan, Rote Ndao NTT. Pendiam, tertutup dan mahal senyum.

Kali pertama saya menyalami, dia tidak berani melihat mata saya, seperti pada umumnya anak-anak disini.

Slogan "di ujung rotan ada emas" rupanya berlaku disini yang mengisyaratkan guru harus ditakuti.

Tak seperti temannya, Arep terlalu pendiam, terlalu pemalu. Suara yang keluar dari mulutnya seperti mendengar lirihan. Ketidakpercayaan dirinya mempengaruhi linguistiknya dan pergaulan dengan teman sebayanya. la sering bermain sendirian saat istirahat, mengejar kupu-kupu di halaman sekolah.

Arep adalah salah satu dari 28 muridku di kelas V,  kelas yang kuajar.

”Apakah anak seperti ini memiliki salah satu dari  kecerdasan majemuk Howard Gardner ? saya bertanya dalam hati.

Saat saya tanyakan ke guru yang mengajar pada kelas sebelumnya, dia malah mengatakan, "Waduh Pak Rian, si Arep itu talalu lamban sekali Pak"

Kubilang, " Apa betul, lbu?”

Dia bilang, ”Betul, Pak!” dia mengatakan ini dengan ekspresi yang sangat menyakinkan. Saya jadi tertantang mengangkat seorang Arep dari ketidaktahuan menjadi tahu. Dari tidak percaya diri menjadi yakin.

Arep mulai ada perubahan setelah saya panggil secara pribadi sepulang sekolah dan saya ajak bicara.

"Kamu jangan pernah merasa rendah diri dengan cibiran banyak orang. Pak Rian yakin, kamu pintar!"

"Mari kita buktikan ke semua orang yang mencibir kamu, bahwa mereka semua salah!" lanjut saya

Arep tidak mengucapkan kata balasan, tetapi dari tatapan matanya, saya tahu bahwa dia mengerti maksud saya. Melihat matanya, saya tahu bahwa dia mau berusaha bersama saya.

Saya amati, tampaknya anak ini telah dihakimi oleh teman dan gurunya, karena ya itu tadi: dia tidak menonjol dalam seluruh bidang pelajaran. Bahkan untuk berbicara atas nama dirinya sendiri saja sulit sekali. Setiap kali dia berbicara di depan kelas, saya selalu meneriakkan kata "HARD!" Itu adalah sinyal yang kuberikan kepada anak yang lemah volume suaranya, agar diperkuat sehingga terjangkau sampai ke belakang kelas.

Pendiamnya di banyak pelajaran akan berubah saat pelajaran matematika, matanya terlihat bercahaya sekali. Dia sangat senang berhitung. Matanya lebih bercahaya Iagi apabila sedang mengerjakan soal. Senyum mahalnya akan terkembang, disertai sedikit lidah menjulur keluar, seperti mencoba mengatakan, "Saya pasti bisa mengerjakan ini!"


Angka 10, dari skala 10...

Adalah sebuah nilai yang diidamkan setiap guru untuk dimiliki siswanya. Pada saat masuk kelas, kita harus bayangkan ada angka 10 di dahi tiap anak-anak di sekolah. Dan ini diterapkan di setiap sesi mengajar. Bayangkan bahwa si anak adalah anak sempurna. Bahwa setiap anak adalah angka 10 sempurna. Hal ini sangat penting karena anak-anak adalah psikologotodidak terhebat yang sangat perasa dengan setiap ekspresi dan segala ucapan kita. Mata adalah organ yang dapat menceritakan segalanya. Mata kita tidak pernah bohong. Dan anak-anak akan bisa membaca arti tatapan kita. Bila Anda sudah dekat dengan anak-anak, Anda mungkin akan dapat mempraktekkan "tatapan percaya dan yakin", "tatapan marah" "tatapan kecewa", "tatapan jangan-ulangi-lagi", "tatapan ayo semangat". Pelajarilah tatapan ini, dan niscaya pita suara Anda akan terawat selama Anda menjadi guru.

Anak-anak butuh diberi apresiasi dan perhatian. Inilah celah yang harus diisi oleh pengajar, Jadi mari kita bayangkan bahwa ada angka 10 di dahi tiap anak yang kita ajar. Setiap anak tanpa terkecuali. Imajinasikan secara mendalam dan konsisten. Niscaya, binar mata guru akan berbeda. Mata guru akan memancarkan kepercayaan dan keyakinan kepada tiap anak. Mereka akan tahu bahwa guru tidak benci kepada kegagalan mereka. Mereka akan berani mencoba dan mencoba lagi. Mereka tahu bahwa guru selalu memberikan mereka kesempatan kedua. Mata kita seolah menyampaikan, "Nak, jangan takut untuk jatuh! Setelah jatuh, kamu akan mencapai tujuanmu!"

Saya coba pancing mereka dengan perumpaan sebagai berikut: 

"Siapa yang sudah bisa mengendarai sepeda?"

"Sayaaa!!! Hampir seluruh kelas mengacungkan tangan.

"Siapa yang waktu belajar mengendarai sepeda pernah jatuh?"

"Sayaaa!!! Kali ini kembali hampir semua mengaku serupa.

"Akhirnya bisa naik sepeda tidak? Siapa yang akhirnya bisa naik sepeda?"

Sayaaa!!! Seisi kelas serempak.

"Nah, namanya belajar juga begitu. Pasti kalian pernah salah. Tetapi akhirnya kalian akan bisa menguasai pelajaran!"

Kembali ke Arep Sinlae. Dia memberi saya salah satu momen terindah datam hidup saya. Setelah saya menanamkan 'keyakinan' kepada dia, Arep mendapatkan nilai 10 pada ulangan matematika pertamanya. Ya, 10! Mengalahkan si juara kelas selama empat tahun berturut-turut! Sepanjang minggu tak henti-hentinya saya ceritakan hal ini kepada tiap guru di sekolah![]

"𝐊𝐞𝐭𝐢𝐤𝐚 𝐀𝐧𝐝𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐥𝐚𝐢𝐧, 𝐀𝐧𝐝𝐚 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐦𝐞𝐧𝐝𝐞𝐟𝐢𝐧𝐢𝐬𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐫𝐞𝐤𝐚, 𝐀𝐧𝐝𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐝𝐞𝐟𝐢𝐧𝐢𝐬𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐢𝐫𝐢 𝐀𝐧𝐝𝐚 𝐬𝐞𝐧𝐝𝐢𝐫𝐢."

(Earl Nightingale)

(Dikisahkan oleh Rian Ernest Tanudjaja, Pengajar Muda dari SDN Daepapan, Kab Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur dalam buku "Panggilan Hati untuk Berbagi. Kisah Nyata 46 Pengajar Muda di Beranda Depan Indonesia")


Keterangan foto: Murid-murid SDN Daepapan sedang bermain di halaman sekolah



BALASAN SEDEKAH

 

Tidak seperti yang sudah-sudah, pulang kampung Zainal kali ini membawa uang buat sedekah lebih banyak. Biasanya pengusaha yang bergerak di bidang forwarding (pengiriman barang) tiap mudik ke kampung halamannya di Maninjau Bukittinggi membawa uang 10-15 juta untuk para kerabatnya.

"Kok seperti orang yang kebanyakan duit saja Pak" kata Ima, istrinya 

"Apa salahnya berbagi dengan saudara Bu, mumpung kita diberi kelapangan" kata sang suami.

Zainal Kembali ke ibukota masih dalam suasana idul Fitri dan sempat bersilaturahmi dengan para karyawannya. Saat masuk ke ruang kerjanya, terdengar nada panggil dari ponselnya.

"Assalamualaikum pak Zainal, selamat Idul Fitri dan mohon maaf lahir batin! Ini Joko rekanan kerja Bapak," Terdengar suara di seberang telepon Zainal.

"Oh, sama-sama Pak Joko. Mohon maaf lahir batin juga ya! Sahut Zainal.

"begini Pak Haji, saya minta tolong, tapi sedikit mendesak. Barangkali pak haji bisa mencarikan saya barang, tapi ini bukan bidang Pak Haji" Jelas Joko.

"Barangnya apa ya Pak ?!" Tanya Zainal.

"Low Bed Trailer" Kata Pak Joko "Kira-kira bisa mencarikan tidak, Pak. Yang seken saja." Kendaraan jenis truk berroda banyak dengan bagian belakang rendah itu biasa digunakan untuk mengangkut alat-alat berat.

"Kalau bisa dalam waktu tiga hari ini ya pak Haji"

Zainal menyanggupi dan pembicaraan ditutup.

Namun menjelang tenggat waktu yang diberikan Zainal belum mendapatkan truk dengan sebutan 'pantat low Bed' tersebut.

"Subhanallah!!!" Zainal terhenyak dari duduknya di dalam mobil. Seolah ia baru saja mendapatkan ilham dari Allah atas keberadaan sebuah pantat low-bed yang pernah ia lihat. "Kita ke Padalarang Pak...!" Seru Zainal kepada sopirnya.

Hati Zainal harap-harap cemas. la teringat, bahwa ia pernah melihat sebuah pantat low-bed ditaruh di pinggir jalan Padalarang dengan sebuah papan bertuliskan DIJUAL. Padahal saat itu kondisi jalan gelap karena malam dan hujan pun mengguyur sepanjang perjalanan. Tiga tahun yang lalu itu, Zainal melihat barang itu tanpa sedikit pun perhatian. Namun kini, ia berharap kepada Allah, semoga pantat low-bed itu masih teronggok di sana.

Allah mengabulkan doa Zainal. Setibanya di sana, ia dapati pantat low-bed berwarna kuning itu sudah banyak berkarat. Segera saja ia mengontak pemiliknya, dan pemiliknya mau menjual murah barang tersebut. Maka disepakatilah antara Zainal dan pemilik pantat low-bed itu senilai Rp. 50 juta.

Malam itu juga Zainal menelepon Joko, ia memberitahukan bahwa sudah menemukan barang yang dimaksud. Joko senang mendengar kabar ini, dan ia berjanji esok pagi akan membawa serta bosnya, seorang expatriat bernama Phillip. Keesokan paginya, mereka semua datang ke lokasi pantat low-bed untuk check fisik.

Sebelumnya Zainal agak khawatir dengan barang yang ditawarkan tersebut, mengingat orang bule biasanya rewel dengan barang bekas 

Namun jauh di luar dugaan Zainal, Phillip merasa puas dan ia merekomendasikan agar barang tersebut langsung dibeli.

Usai melihat barang tersebut, maka masing-masing mereka pulang dengan kendaraannya.

"Pak Haji, bos saya setuju dengan barang yang kita lihat tadi" begitu telepon Joko saat Zainal meninggalkan Padalarang. "Segera buat saja penawaran harganya dan dikirim lewat Faks saja" lanjutnya.

"Baik Pak Joko" 

Keesokan harinya Zainal segera membuat surat penawaran lengkap dengan spesifikasi pantat low-bed yang telah dilihat sebelumnya.

Saat akan mencantumkan harga, Zainal sempat ragu, karena memang bekum pernah melakukan jual beli kendaraan seperti ini. Maka dengan mengucap "Bismillah" dia tuliskan harga dengan nominal 175 juta, dan fakspun segera dikirim.

Tak lama kemudian, ada telpon dari Joko

"Pak Haji, terimakasih faks sudah saya terima. Tapi boleh saya tawarkan kan harganya?"

"Silakan" kata Zainal 

"Kurangi 10 juta ya, jadinya 165 juta, sekalian minta nomor rekeningnya"

"Baik, jadi" kata Zainal 

Pembicaraan pun selesai, dan setelah mendapatkan surat pembelian barang dari perusahaan Joko, maka Zainal mengirimkan pantat low-bed itu ke gudang perusahaan Joko Dalam beberapa hari, dana Rp. 165 juta sudah terkirim  rekening Zainal.

Melihat suaminya pulang kerumah dengan gembira, Ima menghampiri Zainal "Gembira amat Pak, ada apa ini?"

"Rupanya Allah mengganti sedekah kita saat pulang kampung kemarin" kata Zainal "Alhamdulillah, kita dapat rezeki dari penjualan barang yang asal kusebutkan harganya"

"Dapat berapa Pak?" Penasaran istrinya bertanya

 "165 juta"


إِنَّ ٱلْمُصَّدِّقِينَ وَٱلْمُصَّدِّقَٰتِ وَأَقْرَضُوا۟ ٱللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا يُضَٰعَفُ لَهُمْ وَلَهُمْ أَجْرٌ كَرِيمٌ

"𝑺𝒆𝒔𝒖𝒏𝒈𝒈𝒖𝒉𝒏𝒚𝒂 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈-𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒆𝒏𝒂𝒓𝒌𝒂𝒏 (𝑨𝒍𝒍𝒂𝒉 𝒅𝒂𝒏 𝑹𝒂𝒔𝒖𝒍-𝑵𝒚𝒂) 𝒃𝒂𝒊𝒌 𝒍𝒂𝒌𝒊-𝒍𝒂𝒌𝒊 𝒎𝒂𝒖𝒑𝒖𝒏 𝒑𝒆𝒓𝒆𝒎𝒑𝒖𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒎𝒊𝒏𝒋𝒂𝒎𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒑𝒂𝒅𝒂 𝑨𝒍𝒍𝒂𝒉 𝒑𝒊𝒏𝒋𝒂𝒎𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒂𝒊𝒌, 𝒏𝒊𝒔𝒄𝒂𝒚𝒂 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒅𝒊𝒍𝒊𝒑𝒂𝒕𝒈𝒂𝒏𝒅𝒂𝒌𝒂𝒏 (𝒑𝒆𝒎𝒃𝒂𝒚𝒂𝒓𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂) 𝒌𝒆𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂; 𝒅𝒂𝒏 𝒃𝒂𝒈𝒊 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 𝒑𝒂𝒉𝒂𝒍𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒂𝒏𝒚𝒂𝒌".

(QS Al Hadid ayat 18)


Dari buku 

"Cahaya Langit " Hidup tak selamanya Hitam

Minggu, 25 Agustus 2024

NOMOR 5

 

"𝐃𝐨𝐬𝐚 𝐭𝐞𝐫𝐛𝐞𝐬𝐚𝐫 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧𝐠𝐠𝐚𝐩 𝐝𝐢𝐫𝐢𝐦𝐮 𝐥𝐞𝐦𝐚𝐡."

(Swami Vivekananda)


Sebuah wajah manis  melintas dalam benak Bu Sofi. Pada kertas karton yang membingkai foto Fitri penuh dengan kesan dari siswa baru peserta Masa Pengenalan beberapa saat sebelumnya.

"Barangkali ia memiliki satu atau dua sifat negatif,” wali kelas 8d itu berkata dalam hati. Tiga kali dibaca, tiga kali kesimpulan. "Nol.” Bu Sofi mengorek ingatan tentangnya selama Masa Pengenalan Siswa yang barangkali menyingkap sesuatu yang masih tersembunyi dalam dirinya.


Kesehariannya Fitri selalu paling dulu masuk kelas dan keluar paling belakang, seragam yang dikenakan selalu rapi dan bersih.Tanpa diminta tangannya cekatan membersihkan meja guru dan merapikan buku meski bukan gilirannya piket.

"Ah ia selalu membawa tas kecil berisi peralatan shalat.”

Bu Sofi melihat daftar siswa yang meminta waktu untuk berjumpa secara pribadi. "No. 1 Fitri.”

Sebuah ketukan lembut diikuti paras elok menyembul dari balik pintu.

"Bunda kecewa karena saya hanya ranking 5 di sekolah," ujarnya membuka pembicaraan.

"Dari berapa banyak siswa?" tanya Bu Sofi

"Delapan kelas paralel"

"Prestasi yang sangat bagus bukan, dari 8 kelas kali 30 siswa?"

"Bunda menginginkan nomor 1. Saya telah mengerahkan segenap kemampuan."

Setelah terdiam sesaat akhirnya Bu Sofi berbicara

"Apakah yang terbaik buat Fitri selalu harus no. 1?"

Sambil merapihkan kerudung putih yang dikenakan gadis itu tertunduk. Isakan lembut terdengar.

"Andai Ibu adalah bunda..."

"Seperti bundamu, Ibu juga punya keterbatasan" tutup Bu Sofi sambil membelai kepala Fitri.[]


"𝑺𝒆𝒕𝒊𝒂𝒑 𝒌𝒆𝒍𝒆𝒎𝒂𝒉𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏𝒅𝒖𝒏𝒈 𝒌𝒆𝒌𝒖𝒂𝒕𝒂𝒏 𝒅𝒊 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒅𝒊𝒓𝒊𝒏𝒚𝒂 𝒔𝒆𝒏𝒅𝒊𝒓𝒊."

(Shusaku Endo)


Dari buku

"JUST FOR YOU

BALASAN SEDEKAH

Tidak seperti yang sudah-sudah, pulang kampung Zainal kali ini membawa uang buat sedekah lebih banyak. Biasanya pengusaha yang bergerak di bidang forwarding (pengiriman barang) tiap mudik ke kampung halamannya di Maninjau Bukittinggi membawa uang 10-15 juta untuk para kerabatnya.

"Kok seperti orang yang kebanyakan duit saja Pak" kata Ima, istrinya 

"Apa salahnya berbagi dengan saudara Bu, mumpung kita diberi kelapangan" kata sang suami.


Zainal Kembali ke ibukota masih dalam suasana idul Fitri dan sempat bersilaturahmi dengan para karyawannya. Saat masuk ke ruang kerjanya, terdengar nada panggil dari ponselnya.

"Assalamualaikum pak Zainal, selamat Idul Fitri dan mohon maaf lahir batin! Ini Joko rekanan kerja Bapak," Terdengar suara di seberang telepon Zainal.

"Oh, sama-sama Pak Joko. Mohon maaf lahir batin juga ya! Sahut Zainal.

"begini Pak Haji, saya minta tolong, tapi sedikit mendesak. Barangkali pak haji bisa mencarikan saya barang, tapi ini bukan bidang Pak Haji" Jelas Joko.

"Barangnya apa ya Pak ?!" Tanya Zainal.

"Low Bed Trailer" Kata Pak Joko "Kira-kira bisa mencarikan tidak, Pak. Yang seken saja." Kendaraan jenis truk berroda banyak dengan bagian belakang rendah itu biasa digunakan untuk mengangkut alat-alat berat.

"Kalau bisa dalam waktu tiga hari ini ya pak Haji"

Zainal menyanggupi dan pembicaraan ditutup.

Namun menjelang tenggat waktu yang diberikan Zainal belum mendapatkan truk dengan sebutan 'pantat low Bed' tersebut.

"Subhanallah!!!" Zainal terhenyak dari duduknya di dalam mobil. Seolah ia baru saja mendapatkan ilham dari Allah atas keberadaan sebuah pantat low-bed yang pernah ia lihat. "Kita ke Padalarang Pak...!" Seru Zainal kepada sopirnya.

Hati Zainal harap-harap cemas. la teringat, bahwa ia pernah melihat sebuah pantat low-bed ditaruh di pinggir jalan Padalarang dengan sebuah papan bertuliskan DIJUAL. Padahal saat itu kondisi jalan gelap karena malam dan hujan pun mengguyur sepanjang perjalanan. Tiga tahun yang lalu itu, Zainal melihat barang itu tanpa sedikit pun perhatian. Namun kini, ia berharap kepada Allah, semoga pantat low-bed itu masih teronggok di sana.

Allah mengabulkan doa Zainal. Setibanya di sana, ia dapati pantat low-bed berwarna kuning itu sudah banyak berkarat. Segera saja ia mengontak pemiliknya, dan pemiliknya mau menjual murah barang tersebut. Maka disepakatilah antara Zainal dan pemilik pantat low-bed itu senilai Rp. 50 juta.


Malam itu juga Zainal menelepon Joko, ia memberitahukan bahwa sudah menemukan barang yang dimaksud. Joko senang mendengar kabar ini, dan ia berjanji esok pagi akan membawa serta bosnya, seorang expatriat bernama Phillip. Keesokan paginya, mereka semua datang ke lokasi pantat low-bed untuk check fisik.


Sebelumnya Zainal agak khawatir dengan barang yang ditawarkan tersebut, mengingat orang bule biasanya rewel dengan barang bekas 

Namun jauh di luar dugaan Zainal, Phillip merasa puas dan ia merekomendasikan agar barang tersebut langsung dibeli.

Usai melihat barang tersebut, maka masing-masing mereka pulang dengan kendaraannya.


"Pak Haji, bos saya setuju dengan barang yang kita lihat tadi" begitu telepon Joko saat Zainal meninggalkan Padalarang. "Segera buat saja penawaran harganya dan dikirim lewat Faks saja" lanjutnya.

"Baik Pak Joko" 

Keesokan harinya Zainal segera membuat surat penawaran lengkap dengan spesifikasi pantat low-bed yang telah dilihat sebelumnya.

Saat akan mencantumkan harga, Zainal sempat ragu, karena memang bekum pernah melakukan jual beli kendaraan seperti ini. Maka dengan mengucap "Bismillah" dia tuliskan harga dengan nominal 175 juta, dan fakspun segera dikirim.

Tak lama kemudian, ada telpon dari Joko

"Pak Haji, terimakasih faks sudah saya terima. Tapi boleh saya tawarkan kan harganya?"

"Silakan" kata Zainal 

"Kurangi 10 juta ya, jadinya 165 juta, sekalian minta nomor rekeningnya"

"Baik, jadi" kata Zainal 

Pembicaraan pun selesai, dan setelah mendapatkan surat pembelian barang dari perusahaan Joko, maka Zainal mengirimkan pantat low-bed itu ke gudang perusahaan Joko Dalam beberapa hari, dana Rp. 165 juta sudah terkirim  rekening Zainal.


Melihat suaminya pulang kerumah dengan gembira, Ima menghampiri Zainal "Gembira amat Pak, ada apa ini?"

"Rupanya Allah mengganti sedekah kita saat pulang kampung kemarin" kata Zainal "Alhamdulillah, kita dapat rezeki dari penjualan barang yang asal kusebutkan harganya"

"Dapat berapa Pak?" Penasaran istrinya bertanya 

"165 juta"


إِنَّ ٱلْمُصَّدِّقِينَ وَٱلْمُصَّدِّقَٰتِ وَأَقْرَضُوا۟ ٱللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا يُضَٰعَفُ لَهُمْ وَلَهُمْ أَجْرٌ كَرِيمٌ


"𝑺𝒆𝒔𝒖𝒏𝒈𝒈𝒖𝒉𝒏𝒚𝒂 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈-𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒆𝒏𝒂𝒓𝒌𝒂𝒏 (𝑨𝒍𝒍𝒂𝒉 𝒅𝒂𝒏 𝑹𝒂𝒔𝒖𝒍-𝑵𝒚𝒂) 𝒃𝒂𝒊𝒌 𝒍𝒂𝒌𝒊-𝒍𝒂𝒌𝒊 𝒎𝒂𝒖𝒑𝒖𝒏 𝒑𝒆𝒓𝒆𝒎𝒑𝒖𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒎𝒊𝒏𝒋𝒂𝒎𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒑𝒂𝒅𝒂 𝑨𝒍𝒍𝒂𝒉 𝒑𝒊𝒏𝒋𝒂𝒎𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒂𝒊𝒌, 𝒏𝒊𝒔𝒄𝒂𝒚𝒂 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒅𝒊𝒍𝒊𝒑𝒂𝒕𝒈𝒂𝒏𝒅𝒂𝒌𝒂𝒏 (𝒑𝒆𝒎𝒃𝒂𝒚𝒂𝒓𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂) 𝒌𝒆𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂; 𝒅𝒂𝒏 𝒃𝒂𝒈𝒊 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 𝒑𝒂𝒉𝒂𝒍𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒂𝒏𝒚𝒂𝒌".

(QS Al Hadid ayat 18)


Dari buku 

"Cahaya Langit " Hidup tak selamanya Hitam

PENJAGA KEBUN YANG JUJUR

Budak hitam yang berasal dari India itu bernama Mubarak. Dia bertugas memelihara perkebunan anggur milik Nuh, walikota yang merangkap Qadhi di kota Muru. Dia berpesan kepada budaknya itu, "Peliharalah buah-buahan yang ada di kebun ini."

Maka, tinggallah Mubarak di kebun itu.

Dua buIan kemudian, tuannya datang ke kebun itu dan berkata kepadanya, "Wahai Mubarak, coba ambilkan setangkai buah anggur!"

Mubarak pergi memetik setangkai anggur, lantas dia berikan kepada tuannya. Tuannya mencicipi buah anggur itu, ternyata rasanya asam. Lalu tuannya berkata kepadanya, "Coba ambilkan yang Iainnya!"

Ketika Mubarak memetik buah anggur Iainnya, ternyata buah itu pun terasa asam. 

"Mengapa kau petik yang adam, bukankah di kebun ini banyak anggur yang Iain?"

"Tuanku, sebenarnya saya tidak mengetahui mana buah yang manis dan mana yang asam."

Dengan heran tuannya bertanya, "Subhanallah, sudah dua bulan kau tinggal di sini, tetapi tidak tahu mana buah yang asam dan mana yang manis?"

Mubarak menjawab, "Benar Tuan, sebab saya belum pernah mencicipinya. Karena Tuan hanya menyuruh saya untuk menjaganya, bukan untuk memakannya. Saya tidak mau mengkhianati milik Tuan atau melanggar perintah Tuan," jawabnya.


Tuannya sangat kagum melihat keteguhannya agama dan amanahnya yang tinggi. Akhirnya tuannya berkata "Aku mempunyai seorang putri yang cantik. Cukup banyak para pembesar dan orang-orang kaya yang melamarnya, tapi aku tidak tahu, kepada siapa aku harus menikahkannya. Nah, sekarang bagaimana pendapatmu?"

Mubarak menjawab, "Tuanku, dahulu orang-orang Jahiliyah mendasarkan pernikahan itu atas asal keturunan (nasab), agama dan kemuliaan leluhur mereka. Orang-orang Yahudi atau Nasrani mendasarkan pernikahan itu atas kecantikan. Sedangkan pada masa Rasulullah Saw., berdasarkan agama dan takwa. Pada masa kita sekarang ini, pernikahan itu didasarkan atas keinginan memiliki harta dan pangkat. Tuan boleh memilih di antara hal tersebut yang Tuan sukai."

Tuannya menjawab, "Aku menginginkan yang beragama dan bertakwa. Dan yang kuinginkan adalah menikahkan kau dan putriku itu. Sebab, kulihat pada dirimu terkumpul agama, kesalehan, dan amanah."

Mubarak menjawab, "Tuanku, saya seorang budak hitam yang telah Tuan beli dengan harta Tuan, Bagaimana Tuan akan menikahkan saya dengan putri Tuan, dan bagaimana putri Tuan dapat menyukai saya?”


Tuannya berkata, ”Mari, kita pergi ke rumah untuk membicarakan perkara ini” Ketika mereka telah sampai di rumah, qadhi itu berkata kepada istrinya, ”Pemuda ini seorang yang saleh, memegang teguh ajaran agama serta takwa. Bagaimana pendapatmu kalau dia kita nikahkan dengan putri kita?”


Istrinya menjawab, ”Urusan ini terserah Kanda. Tetapi sebaiknya kita minta pendapat putri kita dahulu. Saya akan menemuinya sekarang.”


Saat putrinya dimintai pendapat, ia menjawab, ”Terserah kepada Ayah dan Ibu. Saya menurut saja.”

Kembalilah istrinya memberitahukan jawaban putrinya. Kemudian kedua muda-mudi itu dinikahkan. Keduanya diberi harta yang cukup banyak. Dari mereka berdua lahir seorang anak laki-laki yang diberi nama Abdullah. Setelah dewasa, anak itu dikenal di kalangan ulama dan para wali dengan sebutan Abdullah ibn Al-Mubarak, seorang ulama dan ahli hadis terkenal.[]


Dari buku 

"KALAU SUDAH REZEKI TAKKAN KEMANA" 99 Kisah Teladan Anti Korupsi, Kolusi dan Nepotisme



SAMPAN TANTANGAN

"𝐌𝐚𝐬𝐚 𝐝𝐞𝐩𝐚𝐧 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠-𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐚𝐩𝐚𝐭 𝐦𝐞𝐥𝐢𝐡𝐚𝐭 𝐤𝐞𝐬𝐞𝐦𝐩𝐚𝐭𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐤𝐞𝐬𝐞𝐦𝐩𝐚𝐭𝐚𝐧 𝐢𝐭𝐮 𝐭𝐞𝐫𝐥𝐢𝐡𝐚𝐭 𝐣𝐞𝐥𝐚𝐬 𝐨𝐥𝐞𝐡 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐥𝐚𝐢𝐧"


Mengetahui ada seorang hakim tinggal di seberang sungai tempatnya dia tinggal, Lincoln memutuskan untuk menemuinya dengan bersampan .Saat itu sungai yang harus diseberangi cukup dingin dan sebagian telah membeku.Untuk menempuh perjalanan itu tentu menguras tenaga.Saat tiba ditengah sungai ,sampan yg dinaiki Lincoln mengalami kerusakan karena terus bergesekan dengan lapisan es.Tak putus asa, Lincoln meneruskan perjalanannya dengan berenang dalam air yang dingin sampai akhirnya tiba diseberang.

Sampai di rumah tujuan itu, ternyata hakim itu sibuk mengurus kebutuhan rumah nya,maka dengan senang hati Lincoln menyingsingkan lengan bajunya untuk kemudian mencari kayu bakar dihutan, mengambil air di sumur dan berbagai pekerjaan lain tanpa meminta imbalan sedikitpun.Ia hanya minta diperbolehkan membaca buku-buku yang ada di perpustakaan milik sang hakim.Tentu saja sang hakim dengan senang hati mengizinkannya pada anak muda yg penuh semangat ini.Tekad yang kuat ini kelak mengantarkan Abraham Lincoln menjadi Presiden Amerika serikat.[]

"𝑺𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒂𝒔𝒕𝒊 𝒎𝒂𝒎𝒑𝒖 𝒎𝒆𝒘𝒖𝒋𝒖𝒅𝒌𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒎𝒖𝒂 𝒊𝒎𝒑𝒊𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂 𝒋𝒊𝒌𝒂 𝒑𝒖𝒏𝒚𝒂 𝒕𝒆𝒌𝒂𝒅 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒌𝒖𝒂𝒕 𝒅𝒂𝒏 𝒑𝒆𝒓𝒆𝒏𝒄𝒂𝒏𝒂𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒂𝒕𝒂𝒏𝒈.𝑻𝒂𝒌 𝒕𝒆𝒓𝒌𝒆𝒄𝒖𝒂𝒍𝒊 𝒌𝒆𝒕𝒊𝒌𝒂 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂 𝒉𝒂𝒓𝒖𝒔 𝒕𝒆𝒏𝒈𝒈𝒆𝒍𝒂𝒎 𝒅𝒊𝒕𝒆𝒏𝒈𝒂𝒉 𝒔𝒖𝒏𝒈𝒂𝒊 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒆𝒌𝒖"


Dari buku

JANGAN MENYERAH



Senin, 08 Juli 2024

DOKTER LO

 

"𝐌𝐞𝐫𝐞𝐤𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐩𝐚𝐥𝐢𝐧𝐠 𝐛𝐚𝐡𝐚𝐠𝐢𝐚 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐦𝐞𝐫𝐞𝐤𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐩𝐚𝐥𝐢𝐧𝐠 𝐛𝐚𝐧𝐲𝐚𝐤 𝐛𝐞𝐫𝐛𝐮𝐚𝐭 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐥𝐚𝐢𝐧."

(Booker T Washington)


Ada seorang dokter sepuh di kota Solo, Jawa Tengah bernama dokter Lo Siaw Ging. Pada usianya yang menjelang 75 tahun, beliau tetap berpraktik untuk memeriksa pasien.


Ditengah meningginya biaya perawatan dokter dan rumah sakit, dia masih memberikan tarif periksa yang sangat rendah. Bahkan banyak pasien yang tidak mampu, tidak dimintai bayaran. Karena itulah pasien dokter Lo tidak hanya dari Solo, tetapi juga dari Sukoharjo, Karangnyar, Sragen, Klaten, Boyolali, dan Wonogiri.


Setiap pagi dan sore, dokter Lo melayani pasiennya di tempatnya praktik sekaligus rumah tinggalnya di sebuah rumah tua di Jl. Jagalan 27, Kelurahan Jebres, Kota Solo. 

Mayoritas pasien Lo adalah keluarga tak mampu secara ekonomi. Mereka itu, jangankan membayar ongkos periksa, untuk menebus resep dokter Lo pun sering kali tak sanggup.


Bagi dokter Lo, apa yang dilakukannya bukanlah sesuatu yang istimewa. Dia dapat memahami kondisi sebagian pasiennya itu.

Ada seorang pasiennya, karena terlalu sering berobat ke dokter Lo dan tak membayar, ia merasa tidak enak hati. Dia lalu bertanya berapa biaya pemeriksaan dan resep obatnya.

''Memangnya uangmu sudah banyak?", demikian jawab dokter Lo.


Kardiman, seorang penjual bakso di samping rumah dokter Lo, mengatakan para tetangga tidak dimintai bayaran ketika periksa, cukup ucapan terima kasih saja.


Tentu saja, dokter Lo yang membayar semua biaya-biaya pasiennya itu. Bagaimana lagi, banyak pasien yang benar-benar tidak memiliki apa-apa sehingga tidak mampu menebus obat. Akhirnya, dokter Lo menulis resep dan memintanya mengambil di apotek langganannya. Resep itu sudah ditandatangani dokter Lo. Petugas akan memberi obat yang diinginkan. Setiap akhir bulan, pihak apotek yang kemudian menagih harga Obat tersebut kepada dokter Lo.

Tagihan obat itu perbulan besarnya antara ratusan ribu sampai Rp. 10juta.

Tak jarang pula, untuk pasien yang cukup parah dokter Lo memberikan rekomendasi gratis berobat ke RS Kasih Ibu, Solo.


Saat kerusuhan Mei 1998 di mana terjadi aksi sentimen rasial, dokter Lo tetap membuka prakteknya, meski tetangganya melarang.

Tetangganya malah dimarahi, karena kasihan orang yang sudah jauh-jauh datang mau berobat. Para tentara juga datang untuk mengevakuasinya, tetapi dokter Lo menolaknya.

"Saya ini orang Solo, jadi tak perlu ke mana-mana. Buat apa?" katanya.

Akhirnya wargalah yang kemudian berjaga-jaga di sekitar kediaman dokter Lo, agar tidak menjadi sasaran kerusuhan.


Dokter Lo selalu teringat pesan ayahnya, "Ayah saya berkali-kali mengatakan, kalau mau jadi dokter jangan dagang. Kalau mau dagang, jangan jadi dokter. Makanya, siapa pun yang datang ke sini, miskin atau kaya, saya harus terbuka."


Selain itu, dia juga terinspirasi oleh Dr Oen. "Dokter Oen itu jiwa sosialnya tinggi dan kehidupan sehari-harinya begitu sederhana."

"Ini bukan berarti saya tak menerima bayaran sama sekali dari pasien. Tetapi kepuasan bisa membantu sesama yang tidak bisa dibayar dengan uang," katanya sambil bercerita bahwa ada sebagian pasien yang membawakannya pisang.

Keseharian dokter Lo dan keluarga juga sangat sederhana. Sehingga pendapatannya sebagai dokter cukup untuk hidup berdua dengan istrinya. "Kebutuhan kami hanya makan. Lagi pula orang seumur saya, seberapa banyak Sih makannya?" ujar dokter Lo.


Sebenarnya, mantan Direktur RS Kasih lbu ini justru tidak suka pada publikasi. Beberapa kali dia menolak permintaan wawancara dari media. "Enggak usahlah diberita-beritakan. Saya bukan siapa-siapa," ujarnya.


Bagi Lo, apa yang dia lakukan selama ini sekadar membantu mereka yang tak mampu dan membutuhkan pertolongan dokter. "Apa yang saya lakukan itu biasa dilakukan orang Iain juga. Jadi, tak ada yang istimewa," ujarnya.[]


"𝑴𝒆𝒎𝒃𝒂𝒏𝒕𝒖 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒊𝒏, 𝒕𝒂𝒏𝒑𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒉𝒂𝒓𝒂𝒑𝒌𝒂𝒏 𝒊𝒎𝒃𝒂𝒍𝒂𝒏 𝒂𝒑𝒂 𝒑𝒖𝒏 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒂𝒓𝒕𝒊 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒉𝒂𝒓𝒈𝒂 𝒅𝒊𝒓𝒊 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒆𝒃𝒆𝒏𝒂𝒓𝒏𝒚𝒂."

(Gavin Bird)


Dari buku

"BUKU UNTUK DIBACA" All About Love, Live, and Hope


(𝑷𝒂𝒅𝒂 𝒕𝒂𝒏𝒈𝒈𝒂𝒍 𝟗 𝑱𝒂𝒏𝒖𝒂𝒓𝒊 𝟐𝟎𝟐𝟒 𝒅𝒐𝒌𝒕𝒆𝒓 𝑳𝒐 𝒘𝒂𝒇𝒂𝒕 𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒖𝒔𝒊𝒂 𝟗𝟎 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 𝒔𝒆𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝒃𝒆𝒃𝒆𝒓𝒂𝒑𝒂 𝒔𝒂𝒂𝒕 𝒅𝒊𝒓𝒂𝒘𝒂𝒕 𝒅𝒊 𝑹𝑺 𝑲𝒂𝒔𝒊𝒉 𝑰𝒃𝒖 𝑺𝒐𝒍𝒐)

MENGENDALIKAN EMOSI NEGATIF

 

 "𝙿𝚒𝚔𝚒𝚛𝚊𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚎𝚛𝚋𝚎𝚋𝚊𝚜 𝚍𝚊𝚛𝚒 𝚐𝚊𝚒𝚛𝚊𝚑 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚋𝚎𝚗𝚝𝚎𝚗𝚐 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚍𝚊𝚙𝚊𝚝 𝚍𝚒𝚝𝚎𝚖𝚋𝚞𝚜 - 𝚜𝚎𝚜𝚎𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚖𝚎𝚖𝚒𝚕𝚒𝚔𝚒 𝚝𝚎𝚖𝚙𝚊𝚝 𝚙𝚎𝚛𝚕𝚒𝚗𝚍𝚞𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚕𝚎𝚋𝚒𝚑 𝚊𝚖𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚕𝚊𝚖𝚊𝚗𝚢𝚊."

(Marcus Aurelius)


Selain untuk mengasah kebajikan, tujuan dari Filosofi Teras atau stoisisme adalah mengendalikan emosi negatif (sedih, marah, cemburu, curiga, dan lain-lain), mendapatkan hidup yang tenteram (tranquil) dengan memfokuskan diri pada hal-hal yang bisa kita kendalikan. Bahkan saat merasa tidak ada kendali,  sebenarnya ada kemerdekaan didalam diri kita, yaitu pikiran dan persepsi.

Inilah yang dialami oleh Viktor Frankl.


Ketika tentara Nazi Jerman memasuki Austria, Frankl dan keluarganya yang keturunan Yahudi diciduk dan dikirim ke ghetto Yahudi, kemudian dipindahkan lagi ke kamp konsentrasi. Ayah Frankl meninggal di ghetto pada 1943, lalu ibu, saudara laki-laki, dan istrinya dibunuh di kamp konsentrasi.


Selama di kamp konsentrasi, Frankl yang berprofesi sebagai Psikiater tetap aktif bekerja menyediakan kelas pengajaran dan juga layanan kesehatan bagi sesama tawanan, sampai akhirnya ia dibebaskan dengan datangnya pasukan Amerika Serikat. Seusai Perang Dunia II, Frankt kernbali ke Vienna dan menulis buku mengenai pengatamannya di kamp konsentrasi. Bukunya yang berjudul "Man's Search for Meaning" (Pencarian Manusia akan Makna) menjadi salab satu buku psikologi pating populer sepanjang masa dan menjadi dasar untuk terapi psikologi Frankl yang disebut Logotherapy.

Dari pengalamannya, Frankl menyimpulkan bahwa di dalam situasi yang paling menyakitkan dan tidak manusiawi, hidup masih bisa memiliki makna, dan karenanya, penderitaan pun dapat bermakna (meaningful). Kita tidak bisa memilih situasi kita, tetapi kita selalu bisa menentukan sikap (attitude) kita atas situasi yang sedang dialami.[]


"𝑺𝒆𝒕𝒊𝒂𝒑 𝒌𝒆𝒔𝒖𝒍𝒊𝒕𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒉𝒊𝒅𝒖𝒑 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒆𝒓𝒊 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒌𝒆𝒔𝒆𝒎𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒃𝒆𝒓𝒑𝒂𝒍𝒊𝒏𝒈 𝒌𝒆 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒅𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒎𝒂𝒏𝒇𝒂𝒂𝒕𝒌𝒂𝒏 𝒔𝒖𝒎𝒃𝒆𝒓 𝒅𝒂𝒚𝒂 𝒃𝒂𝒘𝒂𝒂𝒏 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒔𝒆𝒏𝒅𝒊𝒓𝒊"

(Epictetus)


Dari buku 

"FILOSOFI TERAS" 

Filsafat Yunani-Romawi Kuno untuk Mental Tangguh Masa Kini

MENUJU GARIS FINIS

"𝑻𝒖𝒋𝒖𝒂𝒏 𝒉𝒊𝒅𝒖𝒑 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒆𝒕𝒂𝒉𝒖𝒊 𝒃𝒂𝒉𝒘𝒂 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒃𝒆𝒓𝒂𝒅𝒂 𝒅𝒊 𝒕𝒆𝒎𝒑𝒂𝒕 𝒔𝒆𝒎𝒆𝒔𝒕𝒊𝒏𝒚𝒂"

(Aldous Huxley)


Minggu 14 April,

Pagi itu London Marathon 2002 digelar dengan jumlah peserta sebanyak lebih dari 33 ribu pelari pria dan wanita.

Setelah dua jam berlangsung peserta pria pertama memasuki garis finis pada even maraton tahunan ke-22 tersebut. Dia adalah Khalid Khannouchi dari Amerika Serikat.

Delapan belas menit kemudian, pelari putri pertama, Paula Radcliffe menyusul masuk garis finis.

Pada saat matahari sudah hampir tenggelam masuklah seorang pelari wanita Jenny Wood-Allen.

Pelari berusia 90 tahun dari Skotlandia dan telah mengikuti lomba itu sebanyak 30 kali itu hampir menyelesaikan maratonnya setelah berlari selama sebelas jam tigapuluh menit.


Orang boleh mencapai finis lebih dulu. Tetapi, itu lomba mereka. Mereka butuh tiba lebih dulu untuk membuktikan bahwa mereka adalah yang tercepat di antara semua peserta lomba marathon. Maka, mereka berlari dengan kecepatan dan kekuatan mereka agar tiba pada garis finis paling depan.

Jenny memiliki lomba marathonnya sendiri. Dia ingin membuktikan pada dirinya, pada teman-temannya/ pada keluarganya, dan mungkin pada kita. Bahwa setiap kali sesuatu sudah dimulai, selesaikanlah! Berhenti di tengah jalan adalah kebiasaan para pecundang.

 

Anda perlu menjadi yang paling dulu tiba di garis finis, bila kecepatan adalah sesuatu yang ingin Anda buktikan.

Garis finis adalah titik akhir yang harus anda capai agar tidak menjadi pecundang![]


"𝐒𝐮𝐤𝐬𝐞𝐬 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐞𝐭𝐚𝐡𝐮𝐢 𝐭𝐮𝐣𝐮𝐚𝐧 𝐀𝐧𝐝𝐚 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐡𝐢𝐝𝐮𝐩, 𝐭𝐮𝐦𝐛𝐮𝐡 𝐦𝐞𝐧𝐜𝐚𝐩𝐚𝐢 𝐩𝐨𝐭𝐞𝐧𝐬𝐢 𝐦𝐚𝐤𝐬𝐢𝐦𝐮𝐦 𝐤𝐚𝐦𝐮, 𝐝𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐧𝐚𝐛𝐮𝐫𝐤𝐚𝐧 𝐛𝐞𝐧𝐢𝐡-𝐛𝐞𝐧𝐢𝐡 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐮𝐧𝐭𝐮𝐧𝐠𝐤𝐚𝐧 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐥𝐚𝐢𝐧."

(John C Maxwell)


Dari buku

"Little Notes for Big Success"



TUJUH TEMPAYAN EMAS

"𝑲𝒆𝒔𝒆𝒓𝒂𝒌𝒂𝒉𝒂𝒏 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒕𝒖 𝒉𝒂𝒍 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒖𝒂𝒕𝒎𝒖 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒉𝒂𝒏𝒄𝒖𝒓𝒌𝒂𝒏 𝒉𝒂𝒍-𝒉𝒂𝒍 𝒊𝒏𝒅𝒂𝒉 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒆𝒓𝒏𝒂𝒉 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒑𝒆𝒈𝒂𝒏𝒈."


Seorang petani sedang berjalan di bawah sebatang pohon yang angker, ketika ia mendengar suara yang berkata: 'Inginkah engkau mempunyai emas sebanyak tujuh tempayan?' Petani itu melihat kiri kanan dan tidak tampak seorang pun. Tetapi nafsu serakahnya timbul, dan segera ia menjawab lantang: 'Ya, aku ingin!' Kembali terdengar suara 'Kalau begitu, pulanglah. 'Engkau akan menemukannya di sana.'


Bergegas petani itu berlari pulang. Sungguh, ada tujuh tempayan penuh emas, kecuali satu yang hanya berisi setengah saja. Didorong rasa serakahnya, petani tak bisa melepaskan pikiran, bahwa satu tempayan hanya berisi setengah saja. Ia ingin sekali untuk segera mengisinya sampai penuh. Sebab jika tidak, ia tidak akan bahagia.


Seluruh perhiasan milik anggota keluarganya disuruhnya dilebur menjadi uang emas dan dimasukkannya dalam tempayan yang berisi setengah itu. Tetapi tempayan itu tetap berisi setengah seperti semula. 

Gemas, ia lalu menabung, menghemat dan berpuasa sampai ia sendiri dan seluruh keluarganya kelaparan. Namun demikian, sia-sia belaka. Biarpun begitu banyak emas telah dimasukkannnya ke dalamnya, tempayan itu tetap berisi setengah saja.


Pada suatu hari ia minta kenaikan gaji kepada raja. Upahnya dilipatduakan. Sekali lagi ia berjuang untuk mengisi tempayan itu. Bahkan ia sampai mengemis. Namun tempayan itu tetap menelan setiap mata uang emas yang dimasukkan dan tetap berisi setengah.


Raja mulai memperhatikan, betapa petani itu tampak kurus dan menderita. 'Apa yang kau keluhkan?' tanya sang raja. 'Kau dulu begitu puas dan bahagia waktu gajimu kecil saja. Sekarang gajimu sudah lipat dua, namun kau begitu muram dan lesu. Barangkali kau menyimpan tujuh tempayan emas itu?'


Petani itu terheran-heran. 'Siapakah yang menceritakan hal itu kepada Paduka, ya Tuanku Raja?'


Raja tertawa seraya berkata:

'Tindak-tandukmu jelas menampakkan gejala-gejala yang terdapat pada semua orang yang ditawari tujuh  tempayan emas oleh setan. Ia pernah menawarkannya juga kepadaku. Aku bertanya, apakah uang itu boleh dipergunakan atau semata-mata untuk disimpan. Namun ia terus menghilang tanpa berkata apa-apa. Uang itu tidak bisa digunakan, tetapi hanya memaksa orang supaya mau menyimpannya. Lekas kembalikanlah uang itu pada setan. Pastilah engkau akan bahagia kembali!'[]




"𝚃𝚒𝚐𝚊 𝚔𝚞𝚗𝚌𝚒 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚑𝚒𝚍𝚞𝚙 𝚕𝚎𝚋𝚒𝚑 𝚋𝚎𝚛𝚔𝚎𝚕𝚒𝚖𝚙𝚊𝚑𝚊𝚗: 𝙿𝚎𝚍𝚞𝚕𝚒 𝚙𝚊𝚍𝚊 𝚜𝚎𝚜𝚊𝚖𝚊, 𝚋𝚎𝚛𝚊𝚗𝚒 𝚙𝚊𝚍𝚊 𝚜𝚎𝚜𝚊𝚖𝚊, 𝚋𝚎𝚛𝚋𝚊𝚐𝚒 𝚍𝚎𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚜𝚊𝚖𝚊."

(William Arthur Wardo)


Dari buku "Burung Berkicau", Anthony de Mello SJ

APA YANG TERJADI JIKA TIDAK TERJADI?

 

"𝐀𝐩𝐚 𝐩𝐮𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐭𝐞𝐫𝐣𝐚𝐝𝐢, 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐭𝐞𝐫𝐣𝐚𝐝𝐢, 𝐚𝐩𝐚𝐤𝐚𝐡 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐤𝐡𝐚𝐰𝐚𝐭𝐢𝐫 𝐚𝐭𝐚𝐮 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤."

(Ana Monnar)


Pooh atau Winnie the Pooh adalah beruang lembut dan berpikiran sederhana karena tidak pernah bersekolah. Pooh menghadapi masalahnya dengan cara berpikir yang tidak terlalu jauh. Kesederhanaan berpikir inilah yang menjadikannya disukai teman-temannya, termasuk Piglet.

Sedangkan Piglet adalah babi kecil yang selalu dihantui dengan ketakutan, panik, gelisah.

Suatu kali Winnie dan Piglet berjalan pulang setelah bermain melalui hutan, saat itu angin mulai bertiup makin kencang, badai datang, dan mereka masih jauh dari rumah.

Bayangan pohon tumbang dan menimpa mereka muncul pada benak Piglet. Mereka belum mencapai tempat yang aman dan mereka berada di wilayah terbuka saat pepohonan mulai bergoyang-goyang mengerikan di sekitar mereka, tidak hanya dahannya, namun beberapa cabang patah dan berjatuhan di sekitar mereka.

Dari kejauhan mereka bisa mendengar suara pepohonan tercabut oleh kekuatan badai itu. Ini adalah momen yang berbahaya dan Piglet kecil sangat ketakutan. la berpegangan pada telapak Winnie dan mencengkeramnya begitu kencang sambil berkata, "Aku tidak bisa melanjutkan! Aku takut! Aku ngeri! Apa yang akan terjadi jika pohon itu tumbang dan kita di bawahnya?! Kita akan tertimpa!" Dan kemungkinan itu memang nyata. Itu bisa terjadi, ia tidak sekadar membayang-bayangkan.

Sekejap Winnie the Pooh merasa takut, namun kebijaksanaan atau kebenaran muncul dalam dirinya. Bisa saja mereka tertimpa pohon saat berada dibawahnya.

la berkata pada Piglet "Apa yang akan terjadi jika pohon itu tidak jatuh menimpa kita? Bagaimana jika pohonnya tidak tumbang?" Dengan itu semua rasa takut berlalu dan mereka pulang dengan selamat. 

Rasa takut adalah: apa yang terjadi jika sesuatu yang buruk terjadi. Dan pemunah rasa takut adalah: apa yang terjadi jika itu tidak terjadi.[]


 "𝑱𝒊𝒌𝒂 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒂𝒅𝒂 𝒔𝒐𝒍𝒖𝒔𝒊 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒎𝒂𝒔𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒕𝒆𝒓𝒔𝒆𝒃𝒖𝒕, 𝒋𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒃𝒖𝒂𝒏𝒈 𝒘𝒂𝒌𝒕𝒖 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒌𝒉𝒂𝒘𝒂𝒕𝒊𝒓𝒌𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂. 

𝑱𝒊𝒌𝒂 𝒂𝒅𝒂 𝒔𝒐𝒍𝒖𝒔𝒊 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒎𝒂𝒔𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒊𝒏𝒊, 𝒋𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒃𝒖𝒂𝒏𝒈 𝒘𝒂𝒌𝒕𝒖 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒌𝒉𝒂𝒘𝒂𝒕𝒊𝒓𝒌𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂."

(Dalai Lama XIV)


Dari buku

"Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya 2!" 108 (lagi) Cerita Pembuka Pintu Hati

MERDEKA DI DALAM

 

"𝙷𝚒𝚍𝚞𝚙𝚕𝚊𝚑 𝚍𝚎𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚋𝚎𝚛𝚊𝚗𝚒 𝚍𝚊𝚗 𝚝𝚎𝚝𝚊𝚙 𝚛𝚊𝚖𝚊𝚑 𝚔𝚎𝚙𝚊𝚍𝚊 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚕𝚊𝚒𝚗"


Vice Admiral James Stockdale adalah seorang pilot Angkatan Laut Amerika Serikat yang terjun di Perang Vietnam yang telah melakukan 150 misi terbang di atas wilayah musuh, Vietnam Utara.

Pada September 1965, pesawatnya ditembak jatuh di wilayah musuh. Stockdale berhasil menyelamatkan diri dengan terjun keluar menggunakan parasut. Stockdale akhirnya ditangkap oleh pihak musuh.

Sesudah ditangkap, Stockdale dikeroyok dan dipukuli oleh tentara musuh sedemikian rupa yang di kemudian hari menyebabkan ia berjalan pincang untuk seumur hidupnya. Stockdale ditahan sebagai tawanan perang selama 7,5 tahun, dan lebih dari 4 tahun dari masa itu dihabiskan dalam sel isolasi.

Selama ditawan, Stockdale disiksa selama 15 kali. Selama di tahanan itu juga, Stockdale berusaha mempertahankan moril tawanan yang lain dan menghibur mereka jika mereka akhirnya takluk di bawah penyiksaan fisik. Sesudah bertahun-tahun melalui isolasi, cedera permanen, sampai penyiksaan, akhirnya Stockdale dibebaskan dan kembali ke Amerika Serikat. Beliau kemudian menuliskan esai berjudul "Courage Under Fire:Testing Epictetus's Doctrines In A Laboratory of Human Behavior" (Keberanian Dalam Serangan: Menguji Doktrin Epictetus Di Dalam Laboratorium Perilaku Manusia).

Di semua situasi, bahkan saat kita merasa tidak ada kendali sekalipun, selalu ada bagian di dalam diri kita yang tetap merdeka, yaitu pikiran dan persepsi.

Inilah yang menjadikan Stockdale dapat bertahan situasi yang harusnya tidak mampu dia hadapi atau dia mendapatkan kemerdekaan didalam situasi yang bisa dikendalikannya.[]


"𝘚𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘱𝘶𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯𝘪 𝘢𝘵𝘢𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘪𝘯𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘩𝘢𝘭-𝘩𝘢𝘭 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪 𝘭𝘶𝘢𝘳 𝘬𝘦𝘯𝘥𝘢𝘭𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘢𝘩 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳-𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳 𝘮𝘦𝘳𝘥𝘦𝘬𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘴𝘦𝘵𝘪𝘢 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪𝘳𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪, 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘶𝘴 𝘵𝘦𝘳𝘰𝘮𝘣𝘢𝘯𝘨-𝘢𝘮𝘣𝘪𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘴𝘦𝘳𝘦𝘵 𝘩𝘢𝘭-𝘩𝘢𝘭 𝘵𝘦𝘳𝘴𝘦𝘣𝘶𝘵,"

(Epictetus dalam 'Discourses')


Dari buku.

"FILOSOFI TERAS" Filsafat Yunani- Romawi Kuno Untuk Mental Tangguh Masa Kini

Edisi Hari Buku Nasional 17 Mei 2024

 BAPAK DAN BUKU

"𝚂𝚊𝚢𝚊 𝚙𝚒𝚕𝚒𝚑 𝚖𝚎𝚗𝚓𝚊𝚍𝚒 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚒𝚜𝚔𝚒𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊𝚕 𝚍𝚒 𝚙𝚘𝚗𝚍𝚘𝚔 𝚙𝚎𝚗𝚞𝚑 𝚋𝚞𝚔𝚞 𝚍𝚊𝚛𝚒𝚙𝚊𝚍𝚊 𝚖𝚎𝚗𝚓𝚊𝚍𝚒 𝚛𝚊𝚓𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚊𝚔 𝚙𝚞𝚗𝚢𝚊 𝚑𝚊𝚜𝚛𝚊𝚝 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚊𝚌𝚊."

(Thomas B Macaulay

Membaca,

Saya tidak tahu persis siapa yang pertama kali mengajar saya untuk membaca. Yang teringat saat sekolah di TK saya sudah bisa membaca sedikit-sedikit. Mungkin lingkungan keluarga kami mendukung sehingga saya bisa membaca buku lebih awal.


Bapak,

Tak pernah beliau menyuruh membaca dengan serius. Hampir setiap pulang dari bertugas, beliau bawakan buku-buku bacaan yang menarik dari tempat dimana bertugas. Beliau letakkan saja buku tersebut, dan saya melihat buku-buku dengan sampul yang menarik sehingga saya tertarik untuk melihat lalu membacanya. Sepertinya buku-buku itu adalah buku cerita anak. Tidak terasa buku-buku tersebut selesai dibaca. Kembali bapak saya mengambil buku tersebut kemudian membawa buku-buku yang lain untuk kami. Dan saya akhirnya menikmati membaca buku.


Buku,

"Bumi Manusia" nampaknya menjadi buku pertama terbaik yang saya miliki, meski saya mendapatkan dengan cara yang tidak umum. Dan mulailah saya mengumpulkan buku satu demi satu untuk menambah koleksi. Sayang, daya beli dan minat baca sering berbanding terbalik sehingga saya harus mencari solusi untuk itu. Nampaknya yang paling mudah adalah membeli buku bekas yang masih layak baca. Atau pergi ke pameran buku dimana kadang diperoleh buku bagus dengan harga yang terjangkau. Sebuah seni tersendiri barangkali apabila mendapat buku yang langka dengan harga yang masih bisa diterima akal.


Perpustakaan,

Ini juga sebuah solusi bagi mereka yang menyukai buku, namun tidak (atau belum) mampu menganggarkan untuk membelinya. Saat bersekolah saya selalu memanfaatkan Perpustakaan sekolah untuk meminjam buku. Bahkan sekarang ada perpustakaan daerah di hampir setiap kota atau kabupaten. Tanpa terasa, setelah dihitung-hitung saya sudah menjadi anggota sebuah perpustakaan daerah selama dua puluh lima tahun, sebuah kurun waktu yang cukup panjang...[]


"𝑴𝒂𝒏𝒖𝒔𝒊𝒂 𝒉𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒎𝒆𝒎𝒑𝒖𝒏𝒚𝒂𝒊 𝒅𝒖𝒂 𝒄𝒂𝒓𝒂 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒃𝒆𝒍𝒂𝒋𝒂𝒓, 𝒔𝒂𝒕𝒖 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒂𝒄𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝒔𝒂𝒕𝒖𝒏𝒚𝒂 𝒍𝒂𝒈𝒊 𝒃𝒆𝒓𝒌𝒖𝒎𝒑𝒖𝒍 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈-𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒆𝒃𝒊𝒉 𝒑𝒊𝒏𝒕𝒂𝒓."

(Will Rogers)


"𝗦𝗲𝗹𝗮𝗺𝗮𝘁 𝗛𝗮𝗿𝗶 𝗕𝘂𝗸𝘂 𝗡𝗮𝘀𝗶𝗼𝗻𝗮𝗹"

Keterangan foto: sebagian dari buku yang saya koleksi



KATAK DAN LAUT

"𝐓𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐚𝐝𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐥𝐞𝐛𝐢𝐡 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐭𝐚𝐬𝐢 𝐤𝐞𝐜𝐞𝐫𝐝𝐚𝐬𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐢𝐧 𝐤𝐞𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤𝐭𝐚𝐡𝐮𝐚𝐧; 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐚𝐝𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐥𝐞𝐛𝐢𝐡 𝐦𝐞𝐧𝐮𝐦𝐛𝐮𝐡𝐤𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤𝐭𝐚𝐡𝐮𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐢𝐧 𝐩𝐞𝐧𝐝𝐚𝐩𝐚𝐭𝐧𝐲𝐚 𝐬𝐞𝐧𝐝𝐢𝐫𝐢; 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐚𝐝𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐥𝐞𝐛𝐢𝐡 𝐦𝐞𝐦𝐩𝐞𝐫𝐤𝐮𝐚𝐭 𝐨𝐩𝐢𝐧𝐢 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐢𝐧 𝐦𝐞𝐧𝐨𝐥𝐚𝐤 𝐦𝐞𝐥𝐢𝐡𝐚𝐭 𝐤𝐞𝐧𝐲𝐚𝐭𝐚𝐚𝐧".

(Sheri S Tepper)


Ada seekor katak selama hidupnya tinggal di sebuah sumur. Suatu hari ia terkejut karena melihat ada katak lain di sana.

"Dari manakah asalmu?" dia bertanya.

"Aku datang dari laut. Di sanalah aku tinggal," jawab katak dari laut.

"Seperti apakah laut itu? Apakah sebesar sumur saya ini?"

Katak dari laut itu tertawa. "Sumur ini tidak ada apa-apanya dibandingkan laut. Laut tempat tinggalku sangat luas" katanya.

Katak sumur pura-pura tertarik akan apa yang dikatakan pendatang baru itu tentang laut. Tetapi ia berpikir, "Dari semua pembohong yang pernah saya ketahui selama hidup saya, dialah satu-satunya pembohong terbesar, dan tak tahu malu!"[]


"𝘒𝘪𝘵𝘢 𝘴𝘦𝘳𝘪𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘱𝘪𝘬𝘪𝘳 𝘵𝘦𝘳𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘴𝘦𝘮𝘱𝘪𝘵, 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘬𝘢𝘵𝘢𝘬 𝘥𝘪 𝘥𝘢𝘴𝘢𝘳 𝘴𝘶𝘮𝘶𝘳 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘳𝘢 𝘭𝘢𝘯𝘨𝘪𝘵 𝘪𝘵𝘶 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘴𝘢𝘳 𝘭𝘶𝘣𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘵𝘢𝘴 𝘴𝘶𝘮𝘶𝘳. 𝘑𝘪𝘬𝘢 𝘬𝘢𝘵𝘢𝘬 𝘪𝘵𝘶 𝘮𝘶𝘯𝘤𝘶𝘭 𝘬𝘦 𝘱𝘦𝘳𝘮𝘶𝘬𝘢𝘢𝘯, 𝘥𝘪𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘱𝘦𝘮𝘢𝘯𝘥𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘣𝘦𝘥𝘢."

(Mao Zedong)


Dari buku 

"DOA SANG KATAK 1" Meditasi dengan Cerita



BERANI BERCITA-CITA

SDS (Sekolah Dasar Swasta) Terang Agung, sejak berdiri hingga pertengahan tahun 2014, belum bisa menjadi sekolah negeri karena bangunan sekolahnya masih berdiri di atas lahan HTI (Hutan Tanaman Industri). 

Pada tahun ajaran 2013/2014, jumlah siswa di sekolah tersebut mencapai seratus dua puluhan. Sedangkan jumlah guru sebanyak enam orang, kesemuanya perempuan. Ditambah dengan kepala sekolah.

Jumlah ruang kelas hanya ada lima, sehingga kelas satu dan dua sering kali digabung menjadi satu kelas, atau bergantian, dalam proses pembelajaran. Biasanya kelas I masuk lebih dulu, baru setelah mereka selesai belajar, disambung dengan kelas II.

Sekolah yang didirikan pada tahun 2002 ini hampir seluruhnya dikelilingi oleh pohon karet dan singkong, dengan beberapa rumah kecil di sebelah kanannya. Meskipun cukup kokoh bangunannya, pihak sekolah harus siap sedia memperbaiki atapnya, karena kadangkala asbesnya terbang diporak-porandakan angin kencang. Kesederhanaan bangunan SDS Terang Agung tidak menyurutkan semangat anak untuk belajar dan mengejar cita-cita mereka demi masa depan yang lebih baik.

Ditengah keterbatasan fasilitas insan pendidikan disini tetap memiliki semangat dan cita-cita tinggi. Di sini belum ada listrik dan jalanan pun rusak, bahkan licin berlumpur di kala hujan karena belum diaspal. Truk-truk pengangkut singkong yang sering melewati jalan itu, menambah parah kondisi jalan. Jadi bukan sesuatu yang aneh apabila kebanyakan anak di dusun ini tidak masuk sekolah jika hujan deras. Jalannya memang sangat sulit ditempuh. Tidak jarang seorang guru harus pulang kembali ke rumah karena di tengah jalan terpeleset dan pakaiannya kotor oleh lumpur.

Sebuah ketangguhan diperlukan untuk menghadang banyaknya keterbatasan yang dimiliki. Perjuangan yang keras para guru untuk memberikan yang terbaik bagi anak-anak tercinta di sekolah ini. Anita Sari, contohnya Setiap hari dia harus menempuh jarak berkilo-kilometer untuk pergi ke sekolah, padahal dia hanya makan satu kali sehari, yaitu di waktu siang. Pagi, sore, dan malam, ia tidak makan.

Keikhlasan para guru di sekolah ini juga perlu mendapat acungan jempol. Mereka belum menjadi PNS dan gaji yang mereka terima tidak besar, tetapi mereka tetap bersemangat pergi ke sekolah setiap hari untuk mendidik dan mencerdaskan anak-anak. Namun, tidak dimungkiri bahwa kadang ada saja orang yang kurang menghargai apa yang telah diusahakan guru-guru-bertahun-tahun mendidik, masuk kelas setiap hari guna menemani anak-anak tanpa berkeluh kesah.

Selain mengajar, para guru di sini juga harus mencari tambahan penghasilan, kadang dengan cara menderes (mengambil getah karet) di kebun sebelum berangkat ke sekolah atau meleles (mencari sisa-sisa singkong hasil panen di kebun orang) sehabis mengajar. Waktu-waktu penuh kesibukan menyelimuti para guru setiap hari, tetapi hal itu tidak menyurutkan semangat mereka untuk mendidik para murid.

Rupanya dari sebuah pelosok negeri terdapat anak-anak yang hidup dalam kesederhanaan, namun mimpi-mimpi mereka harus tetap dirawat, bahkan harus didorong. Kalau umumnya mereka bercita-cita ingin menjadi dokter, polisi atau tentara, ada seorang anak yang bercita-cita ingin memerdekakan HTI, agar HTI bisa seperti dusun lain yang resmi menjadi tempat tinggal penduduk, karena "Rumah boleh dikampung, rumah boleh di Kepulauan, tapi mimpi (cita-cita) harus ditaruh di langit"[]


(Dikisahkan oleh M.Nurul Ikhsan Saleh, Pengajar Muda di SDS Terang Agung, Tulang Bawang Barat, Lampung dalam buku "Merajut Mimpi di Sudut Negeri")



Rabu, 01 Mei 2024

MISTERI SEDEKAH

"𝐁𝐞𝐫𝐢𝐤𝐚𝐧𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐞𝐝𝐞𝐤𝐚𝐡! 𝐊𝐚𝐫𝐞𝐧𝐚 𝐬𝐞𝐝𝐞𝐤𝐚𝐡 𝐢𝐭𝐮 𝐢𝐛𝐚𝐫𝐚𝐭 𝐬𝐮𝐧𝐠𝐚𝐢 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐚𝐥𝐢𝐫. 𝐊𝐚𝐦𝐮 𝐡𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐭𝐞𝐫𝐮𝐬 𝐦𝐞𝐦𝐩𝐞𝐫𝐨𝐥𝐞𝐡 𝐦𝐚𝐧𝐟𝐚𝐚𝐭 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐚𝐢𝐫 𝐛𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡𝐧𝐲𝐚."


Ramadhan hari pertama,

Sungguh, ramadhan membawa berkah bagi semua. Budi saksikan sendiri dikantor. Beberapa hari sebelumnya ia sudah bilang kepada istrinya untuk membuat ta'jil yang akan dijual ke kantor. Kini suasana kantor menjelang tutup jadi meriah. Beberapa kawan ada yang menenteng kantong berisi makanan ta'jil yang dibeli di warung depan yang suasananya mirip pujasera saat bulan suci ini. Budipun tak kalah sigap untuk menawarkan dagangan yang dibawa dari rumah.

Nampaknya Budi salah strategi, terlihat teman-teman kantornya sudah ada yang beli diluar, ada juga yang dikasih teman lain.

Hari beranjak sore, sementara dagangannya baru laku 3 bungkus.

Dengan sisa dagangan yang masih banyak dia lalu pulang, setelah memberikan 5 bungkus dagangannya kepada sekuriti kantor.


Saat hampir sampai rumah, Budi mampir ke masjid untuk menyedekahkan semua dagangannya. Petugas masjid sempat menanyakan nama dan alamat, tapi Budi menolak. Karena Petugas harus membuat laporan ke masjid, Budi terpaksa memberikan nomor telponnya sebelum pulang.


Melihat sang suami pulang dengan tangan kosong, dengan senyum istrinya menyapa "Alhamdulillah, laku ya Mas, dagangannya?"

"Laku tiga bungkus" kata Budi mengangsurkan uang.

"Lho sisanya?" Istrinya mulai murung.

"Tak kasihkan Satpam 5 bungkus dan sisanya tak kasih ke mesjid depan sana"

Kembali istrinya sadar "Oh, rezeki buat mereka ya. Mudah-mudahan besok giliran kita dapat rezeki"

Budi segera mandi dan salat Maghrib.


Usai salat tarawih, sebuah panggilan masuk tak dikenal muncul di HP Budi.

"Waalaikum salam" jawab Budi

"Maaf Pak, Bapak tadi bersedekah ta'jil di masjid Darul Fikri?" tanya suara di seberang.

"Betul Pak, ada apa ya?"

"Saya tadi karena kesorean mampir kesana dan dapat ta'jil bubur sumsum, makan sedikit terus saya bawa pulang. Sampai di rumah istri saya ikut makan bubur yang saya bawa dan bilang enak sekali, gurih dan manisnya pas" 

"Alhamdulillah" kata Budi.

Hening sesaat

"Begini Pak" kata suara di seberang, "Bisakah Bapak buatkan bubur serupa sebanyak 300 porsi mulai besok sampai akhir Ramadhan?"

Deg....! Budi bersyukur dalam hati, rupanya dia tidak bermimpi. Sesaat kembali dia sadar

"Insha Allah bisa pak, tapi anggaran kami untuk pesanan dalam jumlah terbatas"

"Oh, gak papa. Dihitung saja total anggarannya dan nomor rekening bapak, nanti akan saya transfer semuanya. Jangan lupa alamat lengkapnya ya Pak. Nanti kami yang akan ambil tiap sore"

"Baik Pak" kata Budi "besok pagi akan saya kabari. Terimakasih"

Usai menutup pembicaraan, Budi duduk bersandar sambil memejamkan mata.

"Sudah Mas, kalau capek kita jualan lusa saja, besok rezeki yang lain lagi"

"Gak bisa Dik. Besok sampai akhir Ramadhan adalah rezeki kita. Barusan aku dapat order 300 porsi tiap sore sampai akhir Ramadhan. Sekarang aku mau buat anggarannya, besok mau tak kirim ke pemesan"

Subhanallah.... ramadhan benar-benar membawa berkah bagi mereka yang sabar dan tawakal.[]


وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

… 𝑫𝒂𝒏 𝑨𝒍𝒍𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒍𝒊𝒑𝒂𝒕 𝒈𝒂𝒏𝒅𝒂𝒌𝒂𝒏 (𝒈𝒂𝒏𝒋𝒂𝒓𝒂𝒏) 𝒃𝒂𝒈𝒊 𝒔𝒊𝒂𝒑𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝑫𝒊𝒂 𝒌𝒆𝒉𝒆𝒏𝒅𝒂𝒌𝒊…. 

(QS.Al Baqarah: 𝟐𝟔𝟏)



TURUN KELAS DENGAN MERENDAHKAN

 

"𝑲𝒆𝒕𝒊𝒌𝒂 𝒂𝒅𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒏𝒚𝒂𝒌𝒊𝒕𝒊𝒎𝒖, 𝒂𝒕𝒂𝒖 𝒃𝒆𝒓𝒌𝒂𝒕𝒂 𝒃𝒖𝒓𝒖𝒌 𝒕𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈𝒎𝒖, 𝒊𝒏𝒈𝒂𝒕𝒍𝒂𝒉 𝒃𝒂𝒉𝒘𝒂 𝒅𝒊𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒕𝒊𝒏𝒅𝒂𝒌 𝒅𝒂𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒃𝒊𝒄𝒂𝒓𝒂 𝒌𝒂𝒓𝒆𝒏𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒊𝒓𝒂 𝒊𝒕𝒖 𝒎𝒆𝒎𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒖𝒈𝒂𝒔𝒏𝒚𝒂. 𝑰𝒏𝒈𝒂𝒕𝒍𝒂𝒉 𝒃𝒂𝒉𝒘𝒂 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒎𝒖𝒏𝒈𝒌𝒊𝒏 𝒅𝒊𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒆𝒓𝒕𝒊 𝒔𝒖𝒅𝒖𝒕 𝒑𝒂𝒏𝒅𝒂𝒏𝒈 𝒌𝒊𝒕𝒂, 𝒕𝒆𝒕𝒂𝒑𝒊 𝒉𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒔𝒖𝒅𝒖𝒕 𝒑𝒂𝒏𝒅𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒂 𝒔𝒆𝒏𝒅𝒊𝒓𝒊. 𝑲𝒂𝒓𝒆𝒏𝒂𝒏𝒚𝒂, 𝒋𝒊𝒌𝒂 𝒅𝒊𝒂 𝒎𝒆𝒍𝒂𝒌𝒖𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒔𝒂𝒍𝒂𝒉𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒍𝒂𝒊, 𝒔𝒆𝒃𝒆𝒏𝒂𝒓𝒏𝒚𝒂 𝒅𝒊𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒓𝒖𝒈𝒊𝒌𝒂𝒏, 𝒌𝒂𝒓𝒆𝒏𝒂 𝒅𝒊𝒂 𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝒕𝒆𝒓𝒕𝒊𝒑𝒖. 𝑱𝒊𝒌𝒂 𝒔𝒆𝒔𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏𝒈𝒈𝒂𝒑 𝒌𝒆𝒃𝒆𝒏𝒂𝒓𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒃𝒂𝒈𝒂𝒊 𝒔𝒆𝒃𝒖𝒂𝒉 𝒌𝒆𝒌𝒆𝒍𝒊𝒓𝒖𝒂𝒏, 𝒌𝒆𝒃𝒆𝒏𝒂𝒓𝒂𝒏 𝒊𝒕𝒖 𝒔𝒆𝒏𝒅𝒊𝒓𝒊 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒓𝒖𝒈𝒊, 𝒕𝒆𝒕𝒂𝒑𝒊 𝒋𝒖𝒔𝒕𝒓𝒖 𝒅𝒊𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒆𝒓𝒕𝒊𝒑𝒖 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒓𝒖𝒈𝒊. 𝑫𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒑𝒓𝒊𝒏𝒔𝒊𝒑 𝒊𝒏𝒊, 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒓𝒆𝒏𝒅𝒂𝒉 𝒉𝒂𝒕𝒊 𝒎𝒆𝒏𝒂𝒏𝒈𝒈𝒖𝒏𝒈 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒉𝒊𝒏𝒂 𝒌𝒂𝒎𝒖, 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒄𝒖𝒌𝒖𝒑 𝒃𝒆𝒓𝒌𝒂𝒕𝒂, 𝑰𝒕𝒖 𝒌𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒖𝒓𝒖𝒕 𝒅𝒊𝒂." 

(Epictetus dalam "Discourses") 


Frederick Douglass adalah seorang kulit hitam yang hidup di Amerika Serikat, di mana praktik perbudakan dan ketidakadilan terhadap kaum kulit hitam masih terjadi. Setelah melarikan diri dari perbudakan pada 1838, Douglass menjadi aktivis pejuang penghapusan perbudakan. la dianggap sebagai tokoh kulit hitam paling berpengaruh di masanya. 

Pada suatu saat, Douglass, yang melakukan perjalanan dengan angkutan umum, dipaksa untuk duduk di gerbong bagasi karena warna kulitnya. Padahal, ia membayar tiket sama dengan yang lain. Beberapa orang kulit putih yang mengenalnya dan simpati pada perjuangannya kemudian menghampirinya di gerbong bagasi untuk menghiburnya. Salah satu dari mereka berkata, "Saya turut menyesal Tuan Douglass, bahwa anda sudah direndahkan seperti ini." Mendengar ini, Frederick Douglass menjawab, "Mereka tidak bisa merendahkan seorang Frederick Douglass. Tidak ada seorang pun yang bisa merendahkan jiwa di dalam diri saya. Sesungguhnya bukan sayalah yang direndahkan dengan kejadian ini, tetapi justru mereka yang melakukan ini pada saya".


Douglass pun menunjukkan bahwa mereka yang rasis justru merendahkan diri mereka sendiri. Dengan bersifat diskriminatif dan menzalimi orang yang berbeda, justru merekalah yang "turun kelas", lebih rendah daripada yang terzalimi.[]


"𝙺𝚎𝚛𝚎𝚗𝚍𝚊𝚑𝚊𝚗𝚖𝚞 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚝𝚎𝚛𝚊𝚗𝚐𝚔𝚊𝚝 𝚍𝚎𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚛𝚎𝚗𝚍𝚊𝚑𝚔𝚊𝚗 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚕𝚊𝚒𝚗"

(K.H. Mustofa Bisri)


Dari buku

"FILOSOFI TERAS" Filsafat Yunani-Romawi Kuno untuk Mental Tangguh Masa Kini

BAYI

"𝐒𝐚𝐭𝐮-𝐬𝐚𝐭𝐮𝐧𝐲𝐚 𝐣𝐚𝐥𝐚𝐧 𝐤𝐞 𝐝𝐞𝐩𝐚𝐧, 𝐣𝐢𝐤𝐚 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐢𝐧𝐠𝐢𝐧 𝐦𝐞𝐧𝐢𝐧𝐠𝐤𝐚𝐭𝐤𝐚𝐧 𝐤𝐮𝐚𝐥𝐢𝐭𝐚𝐬 𝐥𝐢𝐧𝐠𝐤𝐮𝐧𝐠𝐚𝐧, 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐥𝐢𝐛𝐚𝐭𝐤𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐦𝐮𝐚 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠."

(Richard Rogers)


Di Kamar perawatan bayi sebuah Rumah Sakit terpampang sebuah tulisan indah yang berbunyi:

"ᴀʀᴛɪ sᴇᴏʀᴀɴɢ ʙᴀʏɪ"

"𝒀𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒖𝒂𝒕 𝒓𝒖𝒎𝒂𝒉 𝒍𝒆𝒃𝒊𝒉 𝒃𝒂𝒉𝒂𝒈𝒊𝒂, 𝒌𝒂𝒔𝒊𝒉 𝒍𝒆𝒃𝒊𝒉 𝒌𝒖𝒂𝒕, 𝒌𝒆𝒔𝒂𝒃𝒂𝒓𝒂𝒏 𝒍𝒆𝒃𝒊𝒉 𝒃𝒆𝒔𝒂𝒓, 𝒕𝒂𝒏𝒈𝒊𝒔𝒂𝒏 𝒍𝒆𝒃𝒊𝒉 𝒔𝒖𝒃𝒖𝒉, 𝒎𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒍𝒆𝒃𝒊𝒉 𝒑𝒂𝒏𝒋𝒂𝒏𝒈, 𝒎𝒂𝒔𝒂 𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒕𝒆𝒓𝒍𝒖𝒑𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝒎𝒂𝒔𝒂 𝒅𝒆𝒑𝒂𝒏 𝒍𝒆𝒃𝒊𝒉 𝒄𝒆𝒓𝒂𝒉."


Kehadiran seorang bayi dalam rumah tangga merupakan saat-saat yang paling dinantikan. Bagi orangtua, kehadiran ini bagaikan terbitnya mentari yang akan membawa keluarga pada sukacita yang berkesinambungan. Bagi kakek-neneknya, kehadiran bayi dalam keluarga anaknya merupakan harapan yang dapat melupakan sejenak, betapa sudah lanjut usia mereka.

Tatapan seorang bayi merupakan tatapan yang penuh ketulusan dan kepolosan. Ketika orang dewasa melihat seolah-olah bayi tidak merespon canda, ucapan, maupun gurauan yang diberikan, sesungguhnya sang bayi sudah mampu mendengar, hanya butuh waktu untuk mengolah lebih lanjut.


Itulah sebabnya, hampir semua pengunjung rumah sakit bersalin akan tertawa, tersenyum bahkan enggan untuk beranjak ketika jam-jam besuk baby show di mulai. (Di mana semua bayi yang ada di rumah sakit tersebut diperlihatkan kepada seluruh pengunjung dalam suatu ruang kaca yang besar dan steril).

"Pupil mata seorang wanita akan membesar di kala melihat seorang bayi. Sekalipun belum pernah merawat seorang bayi, namun naluri keibuan akan melahirkan kompetensi tersendiri untuk merawatnya begitu bijak." begitu kata orang bijak 


Kenyataannya adalah, saat seorang bayi dilahirkan sebenarnya ia berjuang untuk bisa "hidup sendiri" tanpa membawa serta fasilitas yang digunakan selama dalam kandungan.

Ketika masih didalam kandungan, segalanya tersedia dengan aman dalam lingkungan yang kondusif. Suhu udara diatur, makanan selalu cukup, oksigen sangat memadai dan tingkat kebisingan pun terkendali karena peran ibu yang mengandung sangat besar disini.

Tiga puluh delapan minggu fasilitas terbaik dalam kandungan itu akhirnya dia tinggalkan. Perjuangan pun dimulai dengan tarikan nafas dan tangisan, kemudian berlanjut dengan berfungsinya organ-organ tubuh yang lainnya. Tak pelak lagi, dokter anak yang mendampingi dokter kandungan atau bidan dalam proses persalinan, biasanya langsung melakukan pengecekan dan observasi terhadap aktivitas organ-organ si bayi. Jika semua berada dalam kondisi normal, barulah dipantau dan diberi perlakuan tertentu yang akan membantu tumbuh kembangnya bayi tersebut.


Mengambil analogi dari bayi tersebut, kehidupan manusia pun ternyata memerlukan waktu dan upaya maksimal untuk menyesuaikan diri di tempat yang baru. Saat harus pergi merantau untuk bekerja atau mengikuti pendidikan, seseorang harus siap meninggalkan kenyamanan rumah yang selama ini dinikmati. Ia harus hidup dan menyesuaikan dengan lingkungan barunya. Hari-hari pertama dalam penyesuaian di tempat dan suasana yang baru akan menentukan bagaimana pertumbuhan selanjutnya. Ada yang begitu memasuki tantangan yang baru, selalu muncul keinginan untuk kembali pada nostalgia kenyamanan terdahulu yang pernah diperolehnya. Ada pula demi menjaga kenyamanan diri selalu menyertakan plasenta (fasilitas maupun rekan-rekannya) di tempat atau dalam suasananya yang baru.


Belajar dari sang bayi, setiap manusia dituntut untuk mandiri dan tidak bergantung atau bersandar kepada orang lain. Membangun tali silaturahmi dan jaringan adalah upaya yang efektif dalam rangka mengembangkan kompetensi. 

Bayi tidak selamanya minum ASI, dia akan berkembang makan bubur, nasi, dan makanan keras lainnya. Demikian pula manusia, setiap individu yang mandiri, ia tidak akan puas dengan tantangan pekerjaan yang biasa-biasa saja. Semakin hari semakin tumbuh, baik dari segi kompetensi maupun unjuk kerjanya.


Bertambah usia dan masa kerja adalah hal yang pasti dan tidak dapat dipungkiri lagi, namun terus tumbuh dan berkembang dalam peningkatan kualitas moral, spiritual, dan sosial, serta kompetensi adalah pilihan kita sendiri, karena: "Tua sudah pasti, dewasa adalah pilihan."[]


"𝙻𝚒𝚗𝚐𝚔𝚞𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚍𝚒 𝚜𝚎𝚔𝚒𝚝𝚊𝚛𝚖𝚞 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚎𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚍𝚒𝚛𝚒𝚖𝚞. 𝙱𝚊𝚐𝚊𝚒𝚖𝚊𝚗𝚊 𝚔𝚊𝚖𝚞 𝚖𝚎𝚗𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗𝚒 𝚔𝚎𝚊𝚍𝚊𝚊𝚗 𝚍𝚊𝚛𝚞𝚛𝚊𝚝 𝚊𝚝𝚊𝚞 𝚋𝚊𝚐𝚊𝚒𝚖𝚊𝚗𝚊 𝚛𝚎𝚊𝚔𝚜𝚒𝚖𝚞 𝚜𝚊𝚊𝚝 𝚜𝚎𝚜𝚎𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚎𝚛𝚜𝚒𝚔𝚊𝚙 𝚔𝚊𝚜𝚊𝚛 𝚝𝚎𝚛𝚑𝚊𝚍𝚊𝚙𝚖𝚞, 𝚒𝚝𝚞 𝚍𝚒𝚛𝚒𝚖𝚞."

(Halsey) 


Dari buku: "Setengah kosong setengah isi"



MELEWATKAN KESEMPATAN

"𝘔𝘢𝘯𝘶𝘴𝘪𝘢 𝘴𝘦𝘳𝘪𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘭𝘶𝘱𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘥𝘪𝘢 𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵𝘬𝘢𝘯, 𝘮𝘢𝘭𝘢𝘩𝘢𝘯 𝘭𝘢𝘳𝘶𝘵 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘬𝘦𝘴𝘦𝘥𝘪𝘩𝘢𝘯 𝘢𝘵𝘢𝘴 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘭𝘶𝘱𝘶𝘵 𝘥𝘢𝘳𝘪𝘯𝘺𝘢."


Suatu ketika seorang pemburu berangkat ke hutan untuk mencari binatang buruan yang besar. Sengaja dia tidak menggunakan anjing pelacak atau jaring penjerat, tetapi menunggu di balik sebatang pohon yang memang sering dilalui oleh binatang-binatang buruan.

Tidak lama kemudian, seekor ayam hutan besar kesiangan hinggap di atas pohon kecil tepat di depan si pemburu. Dengan ayunan parang atau pukulan gagang tombaknya, ayam itu pasti bisa diperolehnya. Akan tetapi, si pemburu berpikir, "Untuk apa merepotkan diri dengan seekor ayam? Apalah artinya dia dibanding dengan seekor rusa besar yang saya incar?"

Tidak lama berselang, seekor kancil lewat. Kancil itu sempat berhenti di depannya, bahkan menjilat-jilat ujung tombaknya. Akan tetapi, si pemburu berpikir, "Ah, hanya seekor kancil, nanti malah tidak ada yang memakannya, sia-sia."

Setelah agak lama si pemburu menunggu, tiba-tiba terdengar langkah-langkah kaki binatang mendekat. Si pemburu pun mulai siaga penuh, tetapi ternyata, ah ... kambing liar. la pun membiarkannya berlalu. Lama sudah ia menunggu, tetapi tidak ada rusa yang lewat. Akhirnya, ia pun tertidur.


Baru setelah hari sudah sore, rusa yang ditunggu lewat. Rusa itu sempat berhenti di depan pemburu. Akan tetapi, si pemburu masih tertidur. Ketika rusa itu hampir menginjaknya, si pemburu kaget. Spontan ia berteriak, "Rusa!"


Rusa pun kaget dan berlari dengan kencang sebelum si pemburu menombaknya. Alhasil, si pemburu pulang tanpa membawa apa-apa.


Banyak orang yang mempunyai idealisme terlalu tinggi untuk memperoleh sesuatu yang diinginkannya. Mereka berpikir tentang yang tinggi-tinggi, tapi melupakan yang kecil. Tawaran dan kesempatan-kesempatan kecil dilewati begitu saja tanpa pernah berpikir bahwa mungkin dari situlah mereka bisa memperoleh sesuatu yang berharga. Tidak jarang orang-orang seperti itu menelan pil pahit karena akhirnya tidak mendapatkan apa-apa.[]


 "𝐎𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐩𝐞𝐬𝐢𝐦𝐢𝐬𝐭𝐢𝐬 𝐦𝐞𝐥𝐢𝐡𝐚𝐭 𝐤𝐞𝐬𝐮𝐥𝐢𝐭𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐬𝐞𝐭𝐢𝐚𝐩 𝐤𝐞𝐬𝐞𝐦𝐩𝐚𝐭𝐚𝐧. 𝐎𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐨𝐩𝐭𝐢𝐦𝐢𝐬𝐭𝐢𝐬 𝐦𝐞𝐥𝐢𝐡𝐚𝐭 𝐩𝐞𝐥𝐮𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐬𝐞𝐭𝐢𝐚𝐩 𝐤𝐞𝐬𝐮𝐥𝐢𝐭𝐚𝐧."

(Winston Churchill)


Dari buku

"Soulburger The Taste of Pure Inspirasation"



MENERIMA KRITIK

 

"𝐃𝐢𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤𝐢 𝐡𝐚𝐤 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐤𝐫𝐢𝐭𝐢𝐤 𝐬𝐞𝐬𝐞𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠, 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐧𝐚𝐫𝐧𝐲𝐚 𝐢𝐚 𝐦𝐞𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤𝐢 𝐡𝐚𝐭𝐢 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐦𝐞𝐧𝐨𝐥𝐨𝐧𝐠"

(Abraham Lincoln)


Maret 1861

Abraham Lincoln diangkat sebagai Presiden Amerika Serikat.

Saat akan menyusun para menteri yang akan membantunya, Abe teringat dengan Edwin Stanton. Pada waktu menjadi pengacara, Abe pernah bertemu di sebuah persidangan. Meski Stanton sempat melecehkan dan menghinanya, namun dia adalah pengacara yang berotak cerdas, tajam analisisnya. 

Maka Lincon lalu menjadikan Stanton sebagai Sekretaris perang.

Pada suatu ketika, untuk menyenangkan hati seorang pejabat, Abraham Lincoln menandatangani suatu perintah untuk memindahkan resimen-resimen tertentu. Stanton, sekretaris urusan peperangan tidak mau melaksanakan perintah itu karena ia yakin Presiden telah membuat kesalahan besar. Sebagai tambahan ia berkata, " Itu adalah perintah keliru dari seorang Lincoln yang bodoh."

Ketika hal ini disampaikan kepada Lincoln, ia berkata, "Kalau Stanton mengatakan bahwa saya bodoh, tentu saya memang bodoh karena ia hampir selalu benar untuk urusan yang berhubungan dengan militer. Saya akan mengambil langkah dan melihatnya sendiri."

Dengan segera Lincoln menarik kembali perintah itu. 

Semua orang tahu bahwa salah satu kebesaran Lincoln terletak pada cara ia menerima kritik dengan senang hati.[]


"𝑶𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒊𝒋𝒂𝒌 𝒍𝒆𝒃𝒊𝒉 𝒔𝒖𝒌𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒖𝒏𝒕𝒖𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒌𝒓𝒊𝒕𝒊𝒌 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒂𝒏𝒈𝒖𝒏 𝒅𝒂𝒓𝒊𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒅𝒊𝒓𝒖𝒔𝒂𝒌 𝒐𝒍𝒆𝒉 𝒑𝒖𝒋𝒊𝒂𝒏 𝒑𝒂𝒍𝒔𝒖."

(Shiv Khera)


Dari buku 

"DOA SANG KATAK 2" Meditasi dengan Cerita

MENGGAPAI BINTANG

Aku lahir sebagai anak sulung dari tiga bersaudara di sebuah desa di kabupaten Boyolali.

Orang tua kami bekerja sebagai guru SD dengan penghasilan yang kecil. Begitu kekurangannya, sehingga untuk mendirikan rumah tinggal yang layak, mereka memerlukan waktu selama 13 tahun. Sepeda onthel adalah satu-satunya kendaraan yang digunakan untuk mengajar ke Sukoharjo yang jaraknya cukup jauh dari kampung kami.

Sebuah pukulan datang saat aku kelas 3 MI/SD ketika ibu berpulang setelah dirawat lima belas hari di Rumah Sakit Kasih Ibu, Solo.

Sepeninggal Ibu kami harus tetap berjuang, bapak menjadi seorang Single Parent dan kami mulai berbagi tugas.

Sebelum berangkat bertugas bapak masak untuk kami semua buat sarapan dan makan siang.

Pukul 13.00 sepulang sekolah aku mulai membereskan bekas makan sebelum berangkat belajar kelompok di rumah teman. Dari mereka yang buku-bukunya lebih lengkap aku bisa membuat catatan dan menyelesaikan tugas.

Walaupun kami hidup dengan satu sayap, kami masih merasa bahagia. Bapak sungguh sangat mengerti kami. Minggu adalah hari yang kami nanti-nantikan karena hari itu Bapak mengajak kami dengan sepeda motor bekasnya ke Bandara Adi Soemarmo, Solo, untuk melihat pesawat. Kami sangat senang. Senang bahwa kami melihat pesawat yang besar dengan sayapnya yang gagah. Dan, saat itu, Bapak bilang bahwa suatu saat kami bisa naik pesawat itu, entah nanti jalannya bagaimana. Bapak menekankan bahwa dengan belajar yang tekun, cita-cita kami akan tercapai, termasuk untuk bisa naik pesawat. Rasanya mustahil bagi kami untuk bisa merasakan naik pesawat, terlebih mengingat keadaan kami pada saat itu. Biasanya sepulang dari jalan-jalan kami diajak makan soto kampung di warung pinggir jalan.

Sejak kecil aku dilatih untuk berdisiplin, terutama shalat lima waktu dan belajar. Alhamdulillah, selama enam tahun di MI aku selalu menduduki peringkat 1 atau 2, dan sering mewakili sekolah untuk mengikuti pelbagai macam lomba.

Ada suatu episode yang begitu membekas di hatiku. Saat itu, entah mengapa pukul satu dini hari aku terbangun. Aku langsung menuju ruang tamu karena lampu masih menyala. Aku melihat Bapak sedang menyetrika baju kami. Memang, menjadi kebiasaannya setiap malam Minggu lembur menyetrika baju kami. Tidak hanya baju sekolah saja yang disetrika, tapi baju yang kami pakai sehari-hari.

"Bapak kok belum tidur?"

"Nduk, meski ibu sudah tidak ada, Bapak ingin kalian tetap tampil rapih dengan baju kalian" begitu jawaban Bapak.

Aku ingat janjiku di depan jenazah Ibu bahwa aku akan menjadi anak yang terbaik baginya. Aku juga akan menjadi kakak yang terbaik bagi adik-adikku, yang membanggakan mereka dan tidak ingin mengecewakan Bapakku dengan perjuangannya yang besar

Lulus dari MI dengan peringkat ketiga peraih NEM se kecamatan, aku melanjutkan ke SMP Negeri I Sawit,sekolah negeri favorit yang lokasinya tidak jauh dari rumahku. Hanya sekitar empat kilometer. Setiap hari aku berangkat naik sepeda ke sana. Teman-teman baruku di SMP karena banyak yang pintar membuat aku banyak ketinggalan dan harus menyusulnya 

Aku mulai meningkatkan disiplin. Pulang sekolah, aku makan, kemudian beristirahat sebentar. Setelah itu, aku terbiasa mengulang pelajaran yang telah diajarkan di sekolah. Malamnya setelah shalat Isya dan membaca Al-Quran aku melanjutkan belajar sampai pukul 23.00. Dengan begitu, alhamdulillah aku bisa mengejar ketertinggalan. Dan, hasil dari disiplin yang ketat, belajar, dan berdoa yang tiada henti, selama tiga tahun belajar di SMP aku berhasil menduduki peringkat 1. Hal yang sama terjadi pula saat aku melanjutkan sekolahku di SMA I Boyolali yang jaraknya 15 km dari rumahku. Di SMA ini aku tambah bersemangat untuk maju.

Alhamdulillah, berkat usaha yang terus-menerus sampai lulus SMA aku selalu menduduki peringkat lima besar di kelas.

Jurusan Kimia Unnes (dahulu IKIP Semarang) adalah tempatku kuliah usai menamatkan SMA.

Sebuah lingkungan baru yang berbeda dibandingkan dengan jenjang sekolah yang kulalui sebelumnya. Jadwal perkuliahan, organisasi mahasiswa, ekstra kurikuler Rohis (Rohani Islam) telah membuka wawasanku tentang dunia.

Dengan uang kiriman dari bapak yang terbatas akhirnya aku ikut angkatan 69 (berangkat jam 6 pagi, pulang jam 9 malam). Semua usaha kecil-kecilan kulakukan mulai berjualan sari jahe, telor asin, kerupuk.

Di kampus juga aku mengenal lomba karya tulis mahasiswa. Dan aku mencoba ikut lomba tersebut. Tidak jarang aku gagal seleksi, mencoba lagi, gagal lagi sampai akhirnya aku bisa membuat karya yang baik, dengan meminjam komputer laboratorium dan memenangkan tingkat provinsi dan harapan tingkat Nasional.

Lulus kuliah aku diterima kerja, tapi bapak melarang dan menyuruh untuk melanjutkan kuliahku ke S2 di Teknik Kimia UGM. Datang pertolongan Allah saat aku membutuhkan biaya. Seorang kawan menawarkan aku untuk mengurus kontrakan saudaranya di Kaliurang dengan imbalan gratis tinggal di tempat tersebut. Sebuah bimbingan belajar juga memanggilku untuk direkrut sebagai tenaga pengajar. Dengan demikian Bapak sudah tidak perlu membiayai aku lagi.

Datang lagi program Dual Degree dari program S2 UGM, yaitu kuliah master UGM setahun dilanjutkan dengan 1,5 tahun lagi di Technical University Braunschweig, Jerman. Para peserta yang lolos seleksi dual degree itu nantinya akan mendapatkan ijazah dua buah, yaitu dari UGM dan Technical University Braunschweig. Lintasan impian masa kecil itu tergambar lagi, saat melihat pesawat terbang di Bandara Adi Soemarmo. Maka aku mendaftar program tersebut. Waktu itu yang lolos wawancara lima orang, dan aku adalah salah satunya. Kami diwawancarai langsung oleh Vice President TU Braunschweig. Dari lima orang peserta, yang akan diberangkatkan dua orang. Dan, alhamdulillah, aku beruntung mendapatkan beasiswa itu.


Kini, sudah 1,5 tahun aku berada di Jerman. Aku membaca bait-bait yang selalu menyemangatiku.


𝑩𝒖𝒌𝒂𝒏𝒍𝒂𝒉 𝒌𝒆𝒔𝒂𝒃𝒂𝒓𝒂𝒏 𝒋𝒊𝒌𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒃𝒂𝒕𝒂𝒔

𝑩𝒖𝒌𝒂𝒏𝒍𝒂𝒉 𝒌𝒆𝒚𝒂𝒌𝒊𝒏𝒂𝒏 𝒋𝒊𝒌𝒂 𝒎𝒂𝒔𝒊𝒉 𝒂𝒅𝒂 𝒌𝒆𝒃𝒊𝒎𝒃𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏

𝑺𝒆𝒌𝒂𝒍𝒊 𝒍𝒂𝒈𝒊 𝒌𝒆𝒏𝒂𝒑𝒂 𝒌𝒂𝒖 𝒓𝒂𝒈𝒖 𝒕𝒆𝒓𝒉𝒂𝒅𝒂𝒑 𝒑𝒆𝒓𝒋𝒖𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏

𝒊𝒏𝒊?


𝑩𝒖𝒌𝒂𝒏𝒍𝒂𝒉 𝑨𝒍𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒖𝒅𝒂𝒉 𝒃𝒆𝒓𝒋𝒂𝒏𝒋𝒊

𝑫𝒊𝒂 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒖𝒂𝒕𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒋𝒊𝒌𝒂 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒃𝒆𝒓𝒔𝒂𝒃𝒂𝒓

𝑩𝒆𝒓𝒔𝒂𝒃𝒂𝒓𝒍𝒂𝒉 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒑𝒓𝒐𝒔𝒆𝒔 𝒌𝒆𝒉𝒊𝒅𝒖𝒑𝒂𝒏


𝑰𝒏𝒈𝒂𝒕𝒌𝒂𝒉 𝒌𝒂𝒖 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒖𝒑𝒖-𝒌𝒖𝒑𝒖 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒊𝒏𝒅𝒂𝒉

𝑩𝒖𝒌𝒂𝒏𝒌𝒂𝒉 𝒅𝒊𝒂 𝒍𝒂𝒎𝒂 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒇𝒂𝒔𝒆 𝒌𝒆𝒑𝒐𝒎𝒑𝒐𝒏𝒈𝒏𝒚𝒂


𝑰𝒏𝒈𝒂𝒕𝒌𝒂𝒉 𝒌𝒂𝒖 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝑺𝒊𝒕𝒊 𝑯𝒂𝒋𝒂𝒓

𝑲𝒆𝒕𝒆𝒈𝒂𝒓𝒂𝒏 𝒅𝒊𝒂 𝒉𝒊𝒅𝒖𝒑 𝒔𝒆𝒏𝒅𝒊𝒓𝒊𝒂𝒏 𝒅𝒊 𝒑𝒂𝒅𝒂𝒏𝒈 𝒈𝒆𝒓𝒔𝒂𝒏𝒈 

𝑲𝒂𝒕𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒌𝒂𝒖 𝒊𝒏𝒈𝒊𝒏 𝒔𝒆𝒌𝒖𝒂𝒕 𝑺𝒊𝒕𝒊 𝑯𝒂𝒋𝒂𝒓?


𝑩𝒖𝒌𝒂𝒏𝒌𝒂𝒉 𝒌𝒂𝒖 𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝒃𝒆𝒓𝒖𝒄𝒂𝒑 

𝑨𝒌𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒕𝒊𝒂 𝒅𝒊 𝒋𝒂𝒍𝒂𝒏 𝒊𝒏𝒊

𝑴𝒆𝒏𝒈𝒊𝒌𝒂𝒕𝒌𝒂𝒏 𝒋𝒂𝒏𝒋𝒊 𝒑𝒆𝒓𝒋𝒖𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏

𝑲𝒆𝒏𝒂𝒑𝒂 𝒔𝒆𝒌𝒂𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒑𝒖𝒕𝒖𝒔 𝒂𝒔𝒂?

𝑷𝒂𝒅𝒂𝒉𝒂𝒍, 𝒕𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂𝒍 𝒃𝒆𝒃𝒆𝒓𝒂𝒑𝒂 𝒕𝒂𝒏𝒈𝒈𝒂 𝒍𝒂𝒈𝒊 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒂𝒖 𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓𝒊


𝑰𝒏𝒈𝒂𝒕𝒌𝒂𝒉 𝒌𝒂𝒖?

𝑩𝒂𝒉𝒘𝒂 𝒊𝒏𝒕𝒂𝒏 𝒊𝒕𝒖 𝒕𝒆𝒓𝒄𝒊𝒑𝒕𝒂 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒕𝒆𝒌𝒂𝒏𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝒔𝒖𝒉𝒖 𝒕𝒊𝒏𝒈𝒈𝒊

𝑲𝒂𝒕𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒊𝒏𝒈𝒊𝒏 𝒔𝒆𝒈𝒆𝒎𝒊𝒍𝒂𝒏𝒈 𝒊𝒏𝒕𝒂𝒏?

𝑴𝒂𝒋𝒖 ... 𝒎𝒂𝒋𝒖 ... 𝒎𝒂𝒋𝒖

𝑱𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒎𝒂𝒖 𝒎𝒆𝒏𝒚𝒆𝒓𝒂𝒉 𝒐𝒍𝒆𝒉 𝒌𝒆𝒂𝒅𝒂𝒂𝒏 

𝑨𝒕𝒂𝒖 𝒌𝒂𝒖 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒆𝒓𝒍𝒊𝒏𝒅𝒂𝒔 𝒐𝒍𝒆𝒉 𝒛𝒂𝒎𝒂𝒏.


(Dikisahkan oleh Shohifah Annur dalam buku "Berjalan Menembus Batas)





Selasa, 26 Maret 2024

SIMULATOR PENERBANGAN PIKIRAN BAWAH SADAR

"𝑨𝒑𝒂 𝒑𝒖𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒕𝒂𝒏𝒂𝒎 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒑𝒊𝒌𝒊𝒓𝒂𝒏 𝒃𝒂𝒘𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒅𝒂𝒓 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝒑𝒆𝒍𝒊𝒉𝒂𝒓𝒂 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒑𝒆𝒏𝒈𝒖𝒍𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝒆𝒎𝒐𝒔𝒊 𝒔𝒖𝒂𝒕𝒖 𝒉𝒂𝒓𝒊 𝒏𝒂𝒏𝒕𝒊 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒋𝒂𝒅𝒊 𝒌𝒆𝒏𝒚𝒂𝒕𝒂𝒂𝒏."

(Earl Nightingale)


"Menakutkan", "menarik" atau "sulit untuk dipercaya". Demikianlah beberapa komentar penumpang pesawat jyanh mendarat di Bandara Internasional Kai Tak, Hongkong.

Pesawat akan terbang mengitari gunung-gunung yang terjal, kemudian melewati gedung-gedung yang tinggi (bukan diatas gedung!) sebelum mencapai lokasi pendaratannya.

Sebuah maskapai penerbangan internasional yang hendak melatih para pilotnya untuk menerbangkan pesawat ke Hong Kong tentu tidak akan langsung memerintahkan membawa Boeing 747 yang sarat penumpang. 

Mereka akan melatih para pilotnya dengan menggunakan sebuah simulasi penerbangan, di mana gambaran nyata' penerbangan menuju bandara Hong Kong dapat dipelajari: gunung-gunung, gedung-gedung, air, dan sejenisnya. Dengan menggunakan simulator, mereka dapat merasakan getaran-getaran yang ada serta mendengarkan suara mesin pesawat, dan melihat visual penerbangan tersebut.

Berikutnya seorang pilot ikut mendampingi rekannya dalam pesawat yang melakukan pendaratan di Hongkong.

Ketika seorang pilot bersiap untuk melakukan pendaratan di bandara Hong Kong yang terkenal begitu sulit karena melalui berbagai pencakar langit adalah sama seperti mempersiapkan diri sendiri untuk mencapai kesuksesan dalam hidup. 

Pikiran bawah sadar adalah suatu prinsip dan bekerja menurut hukum keyakinan yang kemudian bereaksi menjadi pengalaman, peristiwa, kondisi dan tindakan-tindakan

Dengan menabur pikiran kedamaian, kebahagiaan, tindakan yang benar, kehendak yang baik, dan kesejahteraan, maka akan menuai hasil panen yang melimpah, gilang-gemilang. 

Pikiran bawah sadar Anda dapat diserupakan dengan tanah yang akan menumbuhkan semua jenis benih yang baik maupun yang buruk.[]

"𝙰𝚙𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚔𝚒𝚝𝚊 𝚙𝚒𝚔𝚒𝚛𝚔𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚗𝚎𝚗𝚝𝚞𝚔𝚊𝚗 𝚊𝚙𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚎𝚛𝚓𝚊𝚍𝚒 𝚙𝚊𝚍𝚊 𝚔𝚒𝚝𝚊, 𝚓𝚊𝚍𝚒 𝚓𝚒𝚔𝚊 𝚔𝚒𝚝𝚊 𝚒𝚗𝚐𝚒𝚗 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚞𝚋𝚊𝚑 𝚑𝚒𝚍𝚞𝚙 𝚔𝚒𝚝𝚊, 𝚔𝚒𝚝𝚊 𝚙𝚎𝚛𝚕𝚞 𝚖𝚎𝚖𝚙𝚎𝚛𝚕𝚞𝚊𝚜 𝚙𝚒𝚔𝚒𝚛𝚊𝚗 𝚔𝚒𝚝𝚊."

(Wayne Dyer)


Sumber

1.buku "You Can Do It"

2.https://grhasia.jogjaprov.go.id/berita/43/sukses-dengan-pikiran-bawah-sadar-.html



INSPIRASI SUGENG

"𝐊𝐞𝐛𝐞𝐧𝐜𝐢𝐚𝐧 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐛𝐞𝐛𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐞𝐫𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐛𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐝𝐢𝐭𝐚𝐧𝐠𝐠𝐮𝐧𝐠.𝐈𝐭𝐮 𝐦𝐞𝐥𝐮𝐤𝐚𝐢 𝐬𝐢 𝐩𝐞𝐦𝐛𝐞𝐧𝐜𝐢 𝐥𝐞𝐛𝐢𝐡 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐦𝐞𝐥𝐮𝐤𝐚𝐢 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐛𝐞𝐧𝐜𝐢 "

(Coretta Scott King)


Tahun 1960an, saya tinggal bersama ibu dan dua kakak saya di Dinoyo Tangsi, sebuah gang sempit di Surabaya.

Saya mempunyai tetangga seorang bocah laki-laki yang mempunyai kaki lumpuh, sehingga untuk bergerak dia menggunankan tongkat penyangga. Namun pada saat-saat tertentu dia menggunakan alat bantu seperti kereta beroda tiga. Bagi anak kampung kereta itu sering dijadikan mainan dengan cara membonceng dibelakang. Tidak gratis tentunya, tergantung dari  'musim'nya mainan: kelereng, kartu bergambar,  layangan atau mainan yang lain.

Saya tidak mengerti, kenapa anak itu sangat membenci saya. Tak jarang badan atau kepala saya kena pukul tongkat penyangga kaki tanpa sebab. Saya tidak berani membalas, karena dia mempunyai kakak laki-laki yang melindunginya, disamping usianya juga lebih tua.

Sejak itu saya benci pada orang-orang yang kakinya cacat. Orang-orang yang menggunakan tongkat penyangga di ketiak. Dalam pikiran saya, mereka adalah orang-orang jahat. "Racun" itu menyebar di otak dan mengendap di hati saya untuk jangka waktu yang lama. Trauma yang saya alami dulu itu tanpa saya sadari ternyata cukup parah.

Setelah dewasa dan memahami bahwa setiap individu berbeda, tingkat kebencian saya berangsur memudar. Tidak semua orang yang kakinya lumpuh itu jahat. 

Namun, trauma masa kanak-kanak itu sulit dihapus tuntas. Bayangan wajah dan perlakuan anak bertongkat yang saya terima di masa lalu itu ternyata mengendap di bawah alam sadar dan kadang mencuat ke permukaan. 

Kadang saya berpikir kebencian anak itu karena penampilan saya yang 'berbeda'.

Darah belanda yang mengalir dalam tubuh saya  menjadikan warna kulit saya lebih terang dan rambut saya berwarna pirang.

Kalau dikota  besar, hal tersebut tidak jadi masalah, tapi di lingkungan dalam gang sempit?

Empat puluh tahun kemudian, saat mengundang Sugeng Siswoyudhono pada acara "Kick Andy", saya teringat kembali pada anak bertongkat semasa saya kecil dulu yang begitu saya benci. Anak yang dulu sering menganiaya saya dengan kedua tongkatnya yang mengerikan itu.

Berbeda dengan anak tetangga saya, pemuda berkaki  satu dari Mojokerto itu menginspirasi banyak orang.

Bermula dari kaki palsunya yang sudah rusak, pemuda tamatan SMA ini mulai merancang dan membuat sendiri kaki palsu. Ternyata kaki palsu dari fiber ciptaannya tersebut lebih nyaman dan lebih ringan dari kaki palsu yang biasa dipakai.

Maka, pesanan kaki palsu mulai mengalir dari beberapa daerah. Harga yang diberikan juga relatif murah, karena sejak awal tujuannya memang lebih untuk membantu orang-orang yang tidak mampu. Bersama sejumlah anak muda di desanya, Sugeng membuka "bengkel" kaki palsu. Dari seorang yang seharusnya "dikasihani", Sugeng yang sehari-hari bekerja sebagai penjual susu botol ini, justru tampil sebagai penolong orang-orang yang membutuhkan kaki palsu murah. 

Dalam keterbatasannya, Sugeng rela berbagi.

Seolah diatur oleh Yang Diatas, pertemuan dengan Sugeng mengikis kebencian yang rupanya masih mengendap di alam bawah sadar saya. 

Dengan cara-Nya, Tuhan hendak menghapus prasangka buruk yang masih tersisa di alam bawah sadar saya. Prasangka tentang orang-orang yang kakinya cacat. Kehadiran Sugeng di Kick Andy memang membuat banyak orang terinspirasi dan termotivasi. Bagi saya pribadi, pertemuan dengan Sugeng membersihkan trauma masa kanak yang ternyata masih mengendap di bawah alam sadar. Karena itu, saya mensyukuri pertemuan saya dengan Sugeng. Tuhan, terima kasih. Sejak bertemu pemuda berkaki palsu itu, hati saya jadi plong. Hidup jadi lebih ringan.[]

"𝑺𝒂𝒚𝒂 𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒎𝒖𝒕𝒖𝒔𝒌𝒂𝒏 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒃𝒆𝒓𝒕𝒂𝒉𝒂𝒏 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒄𝒊𝒏𝒕𝒂. 𝑲𝒆𝒃𝒆𝒏𝒄𝒊𝒂𝒏 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒃𝒆𝒃𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒆𝒓𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒃𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒅𝒊𝒕𝒂𝒏𝒈𝒈𝒖𝒏𝒈."

(Martin Luther King,Jr)


Dari buku

"Andy's Corner" Kumpulan Curahan Hati Andy F Noya 

Keterangan foto: Andy F Noya dengan Sugeng Siswoyudhono



ADA YANG LEBIH HEBAT

 “𝑺𝒆𝒃𝒂𝒊𝒌-𝒃𝒂𝒊𝒌 𝒎𝒂𝒏𝒖𝒔𝒊𝒂 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒂𝒍𝒊𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒎𝒂𝒏𝒇𝒂𝒂𝒕 𝒃𝒂𝒈𝒊 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒊𝒏.”  (Hadits Riway...