Mendengar ada seorang perempuan akan menjual sawahnya, Pahom segera berkata kepada istrinya untuk menjual barang yang ada untuk membeli sawah tersebut. Ditambah dengan pinjaman dari ipar dan saudaranya maka sawah seluas empat hektar , yang jadi impiannya itu kini menjadi miliknya.
Berkat ketekunan dan semangat pantang menyerahnya utang yang banyak itu dapat dia lunasi dalam dua kali panen. Kini Pahom bukan sebagai petani penggarap lagi, tapi petani yang mempunyai sawah sendiri.
Suatu kali datang seorang musafir yang kebetulan singgah dan menginap di rumahnya. Musafir itu kagum akan kerajinan Pahom menggarap sawahnya. Dia pulang kerumah saat hari sudah senja, bahkan tak jarang dia pulang saat malam telah larut. Musafir itu berkata sayang Pahom hanya memiliki sebidang sawah yang kecil, padahal bila Pahom mau pergi ke seberang sungai Olga, di sana ada sawah yang subur dan luas dengan harga yang murah.
Mendengar itu Pahom jadi bernafsu ingin memilikinya dengan mempertaruhkan segala-galanya. Meski ditentang oleh keluarganya Pahom menjual semua yang dimilikinya untuk membeli sawah yang luas dan subur diseberang sungai Olga seluas 40 hektar.
Ditanah pertaniannya yang baru itu Pahom bekerja lebih rajin lagi sehingga akhirnya dia bisa membangun rumah yang bagus, membeli kereta beserta kuda-kudanya dan mengupah pekerja untuk mengerjakan sawahnya. Namun semangat dan nafsu Pahom menumpuk harta semakin menjadi-jadi.
Suatu hari datanglah seorang asing melintas di dusunnya yang memberitahu bahwa di daerah Bashkirs seseorang bisa membeli tanah seluas yang diinginkannya seharga 150.000 Rubel. Caranya cukup berpura-pura menjadi sahabat kepala sukunya dan memberikan beberapa hadiah.
Segera dia perintahkan pekerjanya untuk mengumpulkan apa yang dibutuhkan tersebut. Larangan keluarga tak dipedulikannya.Begitu terkumpul, berangkatlah dia ke Bashkirs.
Sesampainya di sana, seperti yang disuruhnya, ia mulai mendekati kepala suku dan memberikan hadiah-hadiah serta mengajaknya berpesta.Pada kesempatan itu diutarakanlah maksudnya kepada kepala suku. Segera rakyatnya berkumpul dan mengerumuni Pahom sambil tertawa terbahak-bahak. Pikirnya mereka gembira karena sudah diajak berpesta dan mendapat hadiah banyak.
Ditengah keriuhan itu kepala suku berkata "Dari dulu harga tanah disini tak pernah berubah,150.000 Rubel sehari!". Lalu dijelaskan seseorang yang ingin membeli tanah itu cukup meletakkan patok batas pertama , kemudian mengelilingi daerah yang diinginkan sambil menancapkan patok² untuk kembali ketempat semula sebelum matahari terbenam."Ah, mudah sekali untuk memperolehnya" kata Pahom.
Keesokan harinya dengan disaksikan kepala suku dan rakyatnya, Pahom menancapkan patok pertama dan mulai berjalan ke utara. Semakin maju tanah yang dilaluinya makin subur. Dia lalu berpikir agar memperoleh tanah yang luas ia harus berlari. Dan semakin ke utara ternyata tanamannya makin rapat, dan ia terus berlari."Tidak apa-apa mendapat tanah yang memanjang asal subur" begitu pikirnya. Dan ia terus berlari.
Kemudian dia sadar kalau terus keutara ia akan tersesat,maka ia segera berbelok ke timur dan berlari makin cepat karena setengah waktunya telah habis. Saat akan berbelok ke selatan,di kejauhan dia melihat sungai yg mengalir. Maka ia berbelok ke tenggara menuju sungai tersebut."Nanti akan mudah mengairi sawah dari sungai itu" pikirnya. Semua bekalnya dia buang agar memudahkan berlari. Saat itu matahari sudah condong ke barat, sehingga ia harus menuju tempat semula menancapkan patok pertamanya.
Hari menjelang sore dan matahari mendekati ufuk barat. Dikejauhan orang bersorak sorak memberikan semangat. Berkali-kali ia terjatuh, tetapi segera bangun kembali karena takut kehabisan waktu. Sekali lagi Pahom terjatuh, tetapi kali ini suara orang berteriak-teriak memberikan semangat terasa makin jauh dan jauh akhirnya tak terdengar sama sekali. Dia tak perduli dengan segala yang terjadi di sekelilingnya. Pikirannya bekerja tak terkendali. Jantungnya berdegup sangat kencang, tenggorokannya haus luar biasa, napasnya terengah-engah pendek akhirnya tak kuat menarik napas sama sekali dan tubuh Pahom ambruk diam tak bergerak.
Orang-orang berlari menuju tempatnya jatuh dan memeriksa, tetapi tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan kehidupan."Huh, semuanya berakhir sama, tidak ada yang mampu mengendalikan rasa serakahnya" kata kepala suku yang disambut gelak tawa yang lain."Meskipun demikian, yang satu ini jauh lebih kuat dari yang lain.Hampir saja dia berhasil" kata yang lainnya.
Akhirnya mereka menggali lubang 2x1 meter dan menguburkan Pahom disitu. Ya, memang seluas itu sajalah tanah yang diperlukan oleh Pahom. Kepala suku dan seluruh anggotanya kembali ke desa melanjutkan pestanya yang kemarin.Entah sudah yang keberapa kali mereka mendapatkan uang 150.000 Rubel, yang disusul dengan tontonan menarik berupa pengumbaran hawa nafsu serakah tanpa batas dan diakhiri dengan upacara penguburan. Susunan acara selalu berlangsung dari generasi ke generasi.
(Cerita Pendek dari Leo Tolstoy)
Ketamakan hanya menjadi pengejaran yang tanpa batas, seperti rasa haus yang berusaha dipuaskan dengan air laut, setiap teguknya hanya akan menjadikan kehausan semakin bertambah lagi
Dari buku
NEGERI CITA CITAKU