Sabtu, 09 Juli 2022

𝐄𝐌𝐏𝐀𝐓𝐈 𝐑𝐎𝐍𝐀𝐋𝐃


Seorang anak laki-laki bernama Ronald yang memiliki guru Bahasa Inggris bernama B.J. Frazer telah mengembangkan metode pengajarannya dalam menilai sebuah karangan yang tidak hanya melihat ejaan dan tata bahasanya, tetapi juga isi dengan menghidupkan sesi drama dalam kelasnya. B.J. Frazer guru menantang murid-muridnya untuk membuat tulisan yang berakar pada topik yang beragam bahkan murid dibiasakan untuk menganalisa karakter yang mereka kisahkan atau perankan dalam sesi drama.

la menuntut kepada murid-muridnya untuk tidak hanya sekedar menghafalkan dialog dan tata bahasanya tetapi mereka juga dituntut untuk menghayati peran yang dimainkannya. Pertanyaan yang bersifat stimulasi dan sering ia ajukan kepada murid-muridnya seperti,

"𝑨𝒑𝒂𝒌𝒂𝒉 𝒂𝒓𝒕𝒊 𝒌𝒂𝒓𝒂𝒌𝒕𝒆𝒓 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒆𝒏𝒈𝒌𝒂𝒖 𝒎𝒂𝒊𝒏𝒌𝒂𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒅𝒂𝒔𝒂𝒓𝒌𝒂𝒏 𝒅𝒊𝒂𝒍𝒐𝒈 𝒊𝒕𝒖?" telah membuat Ronald berusaha untuk benar-benar mendalami karakter dalam karangannya agar mampu mengetahui motivasinya.

Dengan demikian Ronald tidak hanya belajar bahasa Inggris dengan baik tetapi sekaligus mencoba untuk mengerti dan menempatkan dirinya dalam karakter itu. Setiap kali Ronald membacakan karangan kreatifnya dengan memasukkan unsur hiburan di depan kelas, teman-temannya kagum dan tertawa. Suatu ketika Ronald mencoba audisi untuk sebuah drama drama yang disutradarai oleh Bapak Frazer sendiri dan ia pun sukses terpilih untuk memerankan salah satu peran di drama tersebut.

Pengalaman unik saat bersekolah ini telah mengantarkannya ke gerbang Warner Brothers di Burbank, California. Pada usia 29 tahun, Ronald mengikuti casting film pertamanya, ia gugup menghadapinya. Akhirnya, ia teringat pengalamannya di sekolah dulu dimana keinginannya untuk membuat Bapak Frazer bangga merupakan satu-satunya obat terampuh mengusir kecemasan casting pertamanya.

Ronald kemudian membintangi lebih dari 50 film bahkan dia terpilih menjadi Presiden Screen ActorsGuild. 

Ronald telah menggunakan banyak cara dalam proses belajarnya dimana proses itu disebut empati. Ronald menggambarkan,

"𝐃𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐞𝐦𝐛𝐚𝐧𝐠𝐤𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐦𝐚𝐦𝐩𝐮𝐚𝐧 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐦𝐞𝐧𝐞𝐦𝐩𝐚𝐭𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐢𝐫𝐢 𝐬𝐞𝐧𝐝𝐢𝐫𝐢 𝐝𝐢 𝐩𝐨𝐬𝐢𝐬𝐢 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐥𝐚𝐢𝐧 𝐚𝐭𝐚𝐮 𝐞𝐦𝐩𝐚𝐭𝐢 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐧𝐭𝐮 𝐀𝐧𝐝𝐚 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐦𝐞𝐧𝐣𝐚𝐥𝐢𝐧 𝐡𝐮𝐛𝐮𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐥𝐞𝐛𝐢𝐡 𝐛𝐚𝐢𝐤 𝐭𝐞𝐫𝐡𝐚𝐝𝐚𝐩 𝐬𝐞𝐬𝐚𝐦𝐚 𝐝𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐞𝐫𝐭𝐢 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐚𝐩𝐚 𝐦𝐞𝐫𝐞𝐤𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐩𝐢𝐤𝐢𝐫 𝐬𝐞𝐩𝐞𝐫𝐭𝐢 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐫𝐞𝐤𝐚 𝐩𝐢𝐤𝐢𝐫𝐤𝐚𝐧, 𝐦𝐞𝐬𝐤𝐢𝐩𝐮𝐧 𝐦𝐞𝐫𝐞𝐤𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐚𝐬𝐚𝐥 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐥𝐚𝐭𝐚𝐫 𝐛𝐞𝐥𝐚𝐤𝐚𝐧𝐠 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐜𝐮𝐤𝐮𝐩 𝐛𝐞𝐫𝐛𝐞𝐝𝐚 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐀𝐧𝐝𝐚."[]


Dari buku

"Manusia Pembelajar Adalah Manusia Sukses "




🄻🄴🄱🄸🄷 🄺🄰🅈🄰

 

"𝐒𝐚𝐭𝐮 𝐩𝐞𝐫𝐛𝐮𝐚𝐭𝐚𝐧 𝐬𝐮𝐝𝐚𝐡 𝐜𝐮𝐤𝐮𝐩 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐮𝐚𝐭 𝐛𝐞𝐛𝐞𝐫𝐚𝐩𝐚 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐢𝐧𝐠𝐚𝐭 𝐤𝐢𝐭𝐚. 𝐓𝐚𝐩𝐢 𝐤𝐚𝐥𝐚𝐮 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐦𝐞𝐥𝐚𝐤𝐮𝐤𝐚𝐧𝐧𝐲𝐚 𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧 𝐝𝐞𝐦𝐢 𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧, 𝐬𝐞𝐦𝐚𝐤𝐢𝐧 𝐛𝐚𝐧𝐲𝐚𝐤 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐢𝐧𝐠𝐚𝐭 𝐝𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐧𝐜𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐩𝐞𝐫𝐛𝐮𝐚𝐭𝐚𝐧 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐚𝐧𝐚𝐤 𝐜𝐮𝐜𝐮 𝐦𝐞𝐫𝐞𝐤𝐚"

(Ernest Hemingway)

Seseorang bertanya kepada Bill Gates

"𝑨𝒑𝒂𝒌𝒂𝒉 𝒂𝒅𝒂 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒆𝒃𝒊𝒉 𝒌𝒂𝒚𝒂 𝒅𝒂𝒓𝒊𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒅𝒊𝒓𝒊𝒎𝒖?"

Bill Gates menjawab, "𝑯𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒔𝒂𝒕𝒖 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈." 𝑲𝒆𝒎𝒖𝒅𝒊𝒂𝒏, 𝑩𝒊𝒍𝒍 𝑮𝒂𝒕𝒆𝒔 𝒎𝒆𝒍𝒂𝒏𝒋𝒖𝒕𝒌𝒂𝒏, "𝑩𝒆𝒓𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏-𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒍𝒖, 𝒂𝒌𝒖 𝒑𝒆𝒓𝒏𝒂𝒉 𝒑𝒆𝒓𝒈𝒊 𝒌𝒆 𝒃𝒂𝒏𝒅𝒂𝒓𝒂 𝒅𝒊 𝑵𝒆𝒘 𝒀𝒐𝒓𝒌. 𝑨𝒌𝒖 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒂𝒄𝒂 𝒔𝒖𝒓𝒂𝒕 𝒌𝒂𝒃𝒂𝒓 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒑𝒂𝒋𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊 𝒔𝒂𝒏𝒂. 𝑨𝒌𝒖 𝒕𝒆𝒓𝒕𝒂𝒓𝒊𝒌 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒊𝒔𝒊 𝒃𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂 𝒔𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒕𝒖 𝒔𝒖𝒓𝒂𝒕 𝒌𝒂𝒃𝒂𝒓 𝒕𝒆𝒓𝒔𝒆𝒃𝒖𝒕 𝒅𝒂𝒏 𝒊𝒏𝒈𝒊𝒏 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒆𝒍𝒊𝒏𝒚𝒂. 𝑵𝒂𝒎𝒖𝒏, 𝒕𝒆𝒓𝒏𝒚𝒂𝒕𝒂 𝒖𝒂𝒏𝒈 𝒌𝒐𝒊𝒏𝒌𝒖 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒄𝒖𝒌𝒖𝒑.

𝑻𝒊𝒃𝒂-𝒕𝒊𝒃𝒂, 𝒔𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒂𝒏𝒂𝒌 𝒍𝒂𝒌𝒊-𝒍𝒂𝒌𝒊 𝒃𝒆𝒓𝒌𝒖𝒍𝒊𝒕 𝒉𝒊𝒕𝒂𝒎 𝒎𝒆𝒎𝒂𝒏𝒈𝒈𝒊𝒍𝒌𝒖 𝒅𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒂𝒕𝒂𝒌𝒂𝒏, '𝑲𝒐𝒓𝒂𝒏 𝒊𝒏𝒊 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝑨𝒏𝒅𝒂.' 𝑨𝒌𝒖 𝒃𝒆𝒓𝒌𝒂𝒕𝒂, '𝑲𝒐𝒊𝒏𝒌𝒖 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒄𝒖𝒌𝒖𝒑.' 𝒍𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒌𝒂𝒕𝒂 𝒍𝒂𝒈𝒊, '𝑻𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒎𝒂𝒔𝒂𝒍𝒂𝒉. 𝑨𝒌𝒖 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒆𝒓𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒈𝒓𝒂𝒕𝒊𝒔 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝑨𝒏𝒅𝒂.'

𝑺𝒆𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝒕𝒊𝒈𝒂 𝒃𝒖𝒍𝒂𝒏, 𝒂𝒌𝒖 𝒑𝒆𝒓𝒈𝒊 𝒍𝒂𝒈𝒊 𝒌𝒆 𝒃𝒂𝒏𝒅𝒂𝒓𝒂 𝒅𝒊 𝑵𝒆𝒘 𝒀𝒐𝒓𝒌. 𝑺𝒆𝒄𝒂𝒓𝒂 𝒌𝒆𝒃𝒆𝒕𝒖𝒍𝒂𝒏 𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒂𝒎𝒂 𝒕𝒆𝒓𝒋𝒂𝒅𝒊 𝒍𝒂𝒈𝒊, 𝒚𝒂𝒌𝒏𝒊 𝒂𝒏𝒂𝒌 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒂𝒎𝒂-𝒂𝒏𝒂𝒌 𝒍𝒂𝒌𝒊-𝒍𝒂𝒌𝒊 𝒃𝒆𝒓𝒌𝒖𝒍𝒊𝒕 𝒉𝒊𝒕𝒂𝒎-𝒎𝒆𝒎𝒃𝒆𝒓𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒐𝒓𝒂𝒏 𝒈𝒓𝒂𝒕𝒊𝒔. 𝑨𝒌𝒖 𝒑𝒖𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒌𝒂𝒕𝒂, '𝑨𝒌𝒖 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒆𝒓𝒊𝒎𝒂 𝒉𝒂𝒍 𝒊𝒏𝒊.' 𝑲𝒆𝒎𝒖𝒅𝒊𝒂𝒏,𝒊𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒌𝒂𝒕𝒂, '𝑨𝒌𝒖 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒆𝒓𝒊𝒎𝒖 𝒌𝒆𝒖𝒏𝒕𝒖𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒉𝒂𝒍 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝒂𝒌𝒖 𝒍𝒂𝒌𝒖𝒌𝒂𝒏.'

𝑺𝒆𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝟏𝟗 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒍𝒂𝒍𝒖, 𝒂𝒌𝒖 𝒔𝒖𝒅𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒏𝒋𝒂𝒅𝒊 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒌𝒂𝒚𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒎𝒖𝒕𝒖𝒔𝒌𝒂𝒏 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒎𝒆𝒏𝒆𝒎𝒖𝒌𝒂𝒏 𝒂𝒏𝒂𝒌 𝒍𝒂𝒌𝒊-𝒍𝒂𝒌𝒊 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒆𝒓𝒊𝒌𝒖 𝒎𝒂𝒋𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒅𝒂𝒏 𝒌𝒐𝒓𝒂𝒏 𝒈𝒓𝒂𝒕𝒊𝒔 𝒔𝒂𝒂𝒕 𝒂𝒌𝒖 𝒂𝒅𝒂 𝒅𝒊 𝒃𝒂𝒏𝒅𝒂𝒓𝒂 𝒅𝒊 𝑵𝒆𝒘 𝒀𝒐𝒓𝒌. 𝑨𝒌𝒖 𝒎𝒆𝒏𝒆𝒎𝒖𝒌𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂 𝒔𝒆𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒕𝒖 𝒔𝒆𝒕𝒆𝒏𝒈𝒂𝒉 𝒃𝒖𝒍𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒄𝒂𝒓𝒊. 𝑨𝒌𝒖 𝒃𝒆𝒓𝒕𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒌𝒆𝒑𝒂𝒅𝒂𝒏𝒚𝒂, '𝑨𝒑𝒂𝒌𝒂𝒉 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒆𝒏𝒂𝒍𝒊𝒌𝒖?'

 𝒍𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒋𝒂𝒘𝒂𝒃, '𝒀𝒂, 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒆𝒓𝒌𝒆𝒏𝒂𝒍, 𝑩𝒊𝒍𝒍 𝑮𝒂𝒕𝒆𝒔.'

 𝑨𝒌𝒖 𝒑𝒖𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒋𝒆𝒍𝒂𝒔𝒌𝒂𝒏, '𝑩𝒆𝒃𝒆𝒓𝒂𝒑𝒂 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒍𝒖, 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒆𝒓𝒊𝒌𝒖 𝒔𝒖𝒓𝒂𝒕 𝒌𝒂𝒃𝒂𝒓 𝒈𝒓𝒂𝒕𝒊𝒔 𝒅𝒖𝒂 𝒌𝒂𝒍𝒊. 𝑺𝒆𝒌𝒂𝒓𝒂𝒏𝒈, 𝒂𝒌𝒖 𝒊𝒏𝒈𝒊𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒊𝒎𝒃𝒂𝒏𝒈𝒊𝒎𝒖. 𝑨𝒌𝒖 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒆𝒓𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒎𝒖𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒊𝒏𝒈𝒊𝒏𝒌𝒂𝒏.'

𝑺𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒐𝒄𝒂𝒉 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒌𝒊𝒏𝒊 𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒏𝒋𝒆𝒍𝒎𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒋𝒂𝒅𝒊 𝒑𝒆𝒎𝒖𝒅𝒂 𝒑𝒖𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒋𝒂𝒘𝒂𝒃, '𝑨𝒏𝒅𝒂 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒊𝒎𝒃𝒂𝒏𝒈𝒊𝒌𝒖.' 

'𝑲𝒆𝒏𝒂𝒑𝒂?' 𝒕𝒂𝒏𝒚𝒂𝒌𝒖 𝒌𝒆𝒉𝒆𝒓𝒂𝒏𝒂𝒏. 𝒍𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒋𝒂𝒘𝒂𝒃, 

"𝑺𝒆𝒃𝒂𝒃 𝒂𝒌𝒖 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒆𝒓𝒊 𝑨𝒏𝒅𝒂 𝒌𝒆𝒕𝒊𝒌𝒂 𝒂𝒌𝒖 𝒎𝒊𝒔𝒌𝒊𝒏, 𝒔𝒆𝒅𝒂𝒏𝒈𝒌𝒂𝒏 𝑨𝒏𝒅𝒂 𝒊𝒏𝒈𝒊𝒏 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒆𝒓𝒊 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒌𝒆𝒕𝒊𝒌𝒂 𝑨𝒏𝒅𝒂 𝒌𝒂𝒚𝒂. 𝑱𝒂𝒅𝒊, 𝒃𝒂𝒈𝒂𝒊𝒎𝒂𝒏𝒂 𝑨𝒏𝒅𝒂 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒊𝒎𝒃𝒂𝒏𝒈𝒊𝒌𝒖?' 𝑨𝒌𝒖 𝒕𝒆𝒓𝒕𝒆𝒈𝒖𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒓 𝒑𝒆𝒓𝒌𝒂𝒕𝒂𝒂𝒏 𝒑𝒆𝒎𝒖𝒅𝒂 𝒕𝒆𝒓𝒔𝒆𝒃𝒖𝒕 𝒅𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒚𝒊𝒎𝒑𝒖𝒍𝒌𝒂𝒏, '𝑲𝒖𝒓𝒂𝒔𝒂 𝒑𝒆𝒎𝒖𝒅𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒌𝒖𝒍𝒊𝒕 𝒉𝒊𝒕𝒂𝒎 𝒊𝒏𝒊 𝒍𝒆𝒃𝒊𝒉 𝒌𝒂𝒚𝒂 𝒅𝒂𝒓𝒊𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒂𝒌𝒖.'"

Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Apalagi, jika tangan di atas yang terulur adalah milik orang yang tergolong miskin (kekurangan harta), tentu ini akan lebih istimewa lagi dan merupakan kebaikan yang tak ternilai harganya.[]


Rasulullah saw. bersabda, "𝓢𝓮𝓼𝓾𝓷𝓰𝓰𝓾𝓱𝓷𝔂𝓪, 𝓐𝓵𝓵𝓪𝓱 𝓲𝓽𝓾 𝓭𝓮𝓻𝓶𝓪𝔀𝓪𝓷 𝔂𝓪𝓷𝓰 𝓶𝓮𝓷𝔂𝓾𝓴𝓪𝓲 𝓴𝓮𝓭𝓮𝓻𝓶𝓪𝔀𝓪𝓷𝓪𝓷, 𝓶𝓮𝓷𝔂𝓾𝓴𝓪𝓲 𝓪𝓴𝓱𝓵𝓪𝓴-𝓪𝓴𝓱𝓵𝓪𝓴 𝓶𝓾𝓵𝓲𝓪, 𝓭𝓪𝓷 𝓶𝓮𝓶𝓫𝓮𝓷𝓬𝓲 𝓪𝓴𝓱𝓵𝓪𝓴 𝔂𝓪𝓷𝓰 𝓫𝓾𝓻𝓾𝓴. "

 (HR Muttafaq 'alaih)


Dari buku

"Dari Kuntum Menjadi Bunga Jilid 2" 

Seri Kumpulan Kisah Inspirasi


Kamis, 07 Juli 2022

𝗣𝗜𝗧 𝗦𝗧𝗢𝗣 𝗙𝗢𝗥𝗠𝗨𝗟𝗔 𝗦𝗔𝗧𝗨


Setelah melaju beberapa putaran, biasanya pembalap mobil formula satu akan melakukan tindakan, yaitu memasuki Pit Stop. Tak seorang pembalap mau mengambil ridiko betapapun kencangnya mereka melaju, bisa memenangi lomba tanpa melakukan Pit Stop. Ternyata dalam Pit Stop, para pembalap melakukan penyegaran, menerima arahan, melakukan perbaikan mesin, mengisi tangki bahan bakar, mengganti ban, dan segera melaju lagi dalam keadaan segar dan semangat baru.

Lomba F1 tidak hanya adu kecepatan tetapi juga sering ditentukan oleh strategi, dan manajemen Pit Stop itu sendiri. Pit Stop memang menjadi daya tarik tersendiri bagi balapan  F1, lewat strategi yang tepat dan kerjasama kru yang kompak bisa menjadi penentu kemenangan sebuah tim. Akan tetapi tidak jarang pula justru berbalik membuat si pembalap tercecer di belakang. Peluang memenangkan balapan adalah tim yang paling siap saat mengambil Pit Stop.


Dalam kehidupan kita sehari-hari, analogi Pit Stop ini akan membantu kita meraih kehidupan yang lebih baik. Kegiatan Pit Stop bisa kita wujudkan dalam bentuk mengikuti pelatihan, pencerahan, membaca buku, beristirahat, rekreasi. Atau melakukan Pit Stop yang lain dengan melakukan hal-hal yang berharga seperti beribadah, membantu orang lain, dan bersedekah.

Pit Stop akan memberikan inspirasi dan semangat baru, membantu dalam memahami makna hidup, mengisi hidup penuh cinta dan perhatian sesama, sekaligus melihat begitu banyak kesempatan dan inspirasi baru berada di sekitar kita.

Pit Stop adalah menjaga keseimbangan antara fisik, mental dan spiritual, karena hidup bahagia adalah harmonisasi ketiga unsur tersebut. Disinilah kita membutuhkan Pit Stop untuk menjalani proses 𝒓𝒆𝒄𝒉𝒂𝒓𝒈𝒆, 𝒓𝒆𝒄𝒉𝒆𝒄𝒌, 𝒓𝒆𝒇𝒓𝒆𝒔𝒉 𝒅𝒂𝒏 𝒓𝒆𝒃𝒖𝒊𝒍𝒅 agar kita selalu dalam keadaan prima.[]


Dari buku

"Manusia Pembelajar Adalah Manusia Sukses"

Selasa, 05 Juli 2022

𝔽𝕀𝕃𝕆𝕊𝕆𝔽𝕀 𝕂𝕆ℙ𝕀


Seorang ayah berkata kepada seorang anaknya "𝑻𝒐𝒍𝒐𝒏𝒈 𝒃𝒖𝒂𝒕𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒐𝒑𝒊 𝒅𝒖𝒂 𝒄𝒂𝒏𝒈𝒌𝒊𝒓 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒅𝒖𝒂, 𝒕𝒆𝒕𝒂𝒑𝒊 𝒈𝒖𝒍𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒋𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒌𝒂𝒖 𝒕𝒖𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒂𝒉𝒖𝒍𝒖, 𝒅𝒂𝒏 𝒃𝒂𝒘𝒂 𝒔𝒂𝒋𝒂 𝒌𝒆 𝒎𝒂𝒓𝒊 𝒃𝒆𝒔𝒆𝒓𝒕𝒂 𝒕𝒐𝒑𝒍𝒆𝒔𝒏𝒚𝒂." 

"𝑩𝒂𝒊𝒌, 𝒀𝒂𝒉," ujar sang anak dengan santun.

Tidak berapa lama kemudian, anaknya sudah membawa dua cangkir kopi yang masih hangat, gula di dalam toples, dan sendok kecil.

"𝑪𝒐𝒃𝒂 𝒄𝒊𝒄𝒊𝒑, 𝒃𝒂𝒈𝒂𝒊𝒎𝒂𝒏𝒂 𝒓𝒂𝒔𝒂 𝒌𝒐𝒑𝒊𝒎𝒖,𝑵𝒂𝒌?" tanya ayahnya "

𝑷𝒂𝒉𝒊𝒕 𝒔𝒆𝒌𝒂𝒍𝒊, 𝒀𝒂𝒉."

Ayahnya kembali memberikan perintah dengan lembut,

"𝑻𝒖𝒂𝒏𝒈𝒌𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒔𝒆𝒏𝒅𝒐𝒌 𝒈𝒖𝒍𝒂 𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒂𝒅𝒖𝒌𝒍𝒂𝒉. 𝑲𝒊𝒏𝒊, 𝒃𝒂𝒈𝒂𝒊𝒎𝒂𝒏𝒂 𝒓𝒂𝒔𝒂𝒏𝒚𝒂?"

"𝑵𝒂𝒉, 𝒔𝒆𝒌𝒂𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒌𝒖𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒓𝒂𝒔𝒂 𝒑𝒂𝒉𝒊𝒕𝒏𝒚𝒂," jawab anaknya 

Ayah tersebut berkata kembali, "𝑻𝒖𝒂𝒏𝒈𝒌𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒔𝒆𝒏𝒅𝒐𝒌 𝒈𝒖𝒍𝒂 𝒍𝒂𝒈𝒊, 𝒂𝒅𝒖𝒌 𝒅𝒂𝒏 𝒄𝒊𝒄𝒊𝒑𝒊".

Anak itu pun menjawab, "𝑺𝒖𝒅𝒂𝒉 𝒃𝒆𝒓𝒌𝒖𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒂𝒏𝒚𝒂𝒌 𝒓𝒂𝒔𝒂 𝒑𝒂𝒉𝒊𝒕𝒏𝒚𝒂, 𝒀𝒂𝒉."

Kembali ayahnya berkata, "𝑻𝒖𝒂𝒏𝒈𝒌𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒔𝒆𝒏𝒅𝒐𝒌 𝒈𝒖𝒍𝒂 𝒍𝒂𝒈𝒊 𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒂𝒅𝒖𝒌𝒍𝒂𝒉. 𝑲𝒊𝒏𝒊, 𝒃𝒂𝒈𝒂𝒊𝒎𝒂𝒏𝒂 𝒓𝒂𝒔𝒂𝒏𝒚𝒂?"

"𝑹𝒂𝒔𝒂 𝒎𝒂𝒏𝒊𝒔 𝒎𝒖𝒍𝒂𝒊 𝒕𝒆𝒓𝒂𝒔𝒂, 𝒕𝒆𝒕𝒂𝒑𝒊 𝒓𝒂𝒔𝒂 𝒑𝒂𝒉𝒊𝒕 𝒎𝒂𝒔𝒊𝒉 𝒔𝒆𝒅𝒊𝒌𝒊𝒕 𝒕𝒆𝒓𝒂𝒔𝒂 𝒋𝒖𝒈𝒂, 𝒀𝒂𝒉," ucap sang anak. 

"𝑲𝒂𝒍𝒂𝒖 𝒃𝒆𝒈𝒊𝒕𝒖, 𝒕𝒖𝒂𝒏𝒈𝒌𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒔𝒆𝒏𝒅𝒐𝒌 𝒈𝒖𝒍𝒂, 𝒂𝒅𝒖𝒌 𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒄𝒊𝒄𝒊𝒑𝒊. 𝑲𝒊𝒏𝒊, 𝒃𝒂𝒈𝒂𝒊𝒎𝒂𝒏𝒂 𝒓𝒂𝒔𝒂𝒏𝒚𝒂?" tanya ayahnya.

Anaknya menjawab , "𝒎𝒂𝒏𝒊𝒔 𝒔𝒆𝒌𝒂𝒍𝒊, 𝒀𝒂𝒉."

Kembali ayahnya mengeluarkan perintah yang sama seperti perintah sebelumnya,

"𝑻𝒖𝒂𝒏𝒈𝒌𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒔𝒆𝒏𝒅𝒐𝒌 𝒈𝒖𝒍𝒂 𝒍𝒂𝒈𝒊 𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒂𝒅𝒖𝒌𝒍𝒂𝒉. 𝑲𝒊𝒏𝒊, 𝒃𝒂𝒈𝒂𝒊𝒎𝒂𝒏𝒂 𝒓𝒂𝒔𝒂𝒏𝒚𝒂?"

Sang anak menjawab dengan cepat, "𝑻𝒆𝒓𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒎𝒂𝒏𝒊𝒔, 𝒎𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒆𝒏𝒂𝒌, 𝒀𝒂𝒉."

"𝑻𝒖𝒂𝒏𝒈𝒌𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒔𝒆𝒏𝒅𝒐𝒌 𝒈𝒖𝒍𝒂 𝒍𝒂𝒈𝒊 𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒂𝒅𝒖𝒌𝒍𝒂𝒉. 𝑲𝒊𝒏𝒊, 𝒃𝒂𝒈𝒂𝒊𝒎𝒂𝒏𝒂 𝒓𝒂𝒔𝒂𝒏𝒚𝒂?" kembali ayahnya berkata. 

"𝑹𝒂𝒔𝒂 𝒌𝒐𝒑𝒊 𝒊𝒏𝒊 𝒎𝒆𝒏𝒋𝒂𝒅𝒊 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒆𝒏𝒂𝒌. 𝑳𝒆𝒃𝒊𝒉 𝒆𝒏𝒂𝒌 𝒔𝒂𝒂𝒕 𝒂𝒅𝒂 𝒓𝒂𝒔𝒂 𝒑𝒂𝒉𝒊𝒕 𝒌𝒐𝒑𝒊 𝒅𝒂𝒏 𝒎𝒂𝒏𝒊𝒔 𝒈𝒖𝒍𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒂𝒎𝒂-𝒔𝒂𝒎𝒂 𝒕𝒆𝒓𝒂𝒔𝒂, 𝒀𝒂𝒉," ujar anaknya seraya menutup mulut.

Ayah tersebut berhenti memberikan perintah. la mulai menjelaskan dengan tutur kata yang lembut, "𝑲𝒆𝒕𝒂𝒉𝒖𝒊𝒍𝒂𝒉, 𝑵𝒂𝒌, 𝒑𝒆𝒍𝒂𝒋𝒂𝒓𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕 𝒅𝒊𝒂𝒎𝒃𝒊𝒍 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒄𝒐𝒏𝒕𝒐𝒉 𝒊𝒏𝒊 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒋𝒊𝒌𝒂 𝒓𝒂𝒔𝒂 𝒑𝒂𝒉𝒊𝒕 𝒌𝒐𝒑𝒊 𝒊𝒃𝒂𝒓𝒂𝒕 𝒌𝒆𝒎𝒊𝒔𝒌𝒊𝒏𝒂𝒏 𝒉𝒊𝒅𝒖𝒑, 𝒓𝒂𝒔𝒂 𝒎𝒂𝒏𝒊𝒔 𝒈𝒖𝒍𝒂 𝒊𝒃𝒂𝒓𝒂𝒕 𝒌𝒆𝒌𝒂𝒚𝒂𝒂𝒏 𝒉𝒂𝒓𝒕𝒂."

Ayah itu bertanya,"𝑴𝒆𝒏𝒖𝒓𝒖𝒕𝒎𝒖, 𝒌𝒆𝒏𝒊𝒌𝒎𝒂𝒕𝒂𝒏 𝒉𝒊𝒅𝒖𝒑 𝒔𝒆𝒑𝒆𝒓𝒕𝒊 𝒂𝒑𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒆𝒃𝒂𝒊𝒌𝒏𝒚𝒂, 𝑵𝒂𝒌?"

Sang anak termenung sejenak lalu menjawab, "𝒀𝒂, 𝒀𝒂𝒉, 𝒔𝒆𝒌𝒂𝒓𝒂𝒏𝒈, 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒎𝒖𝒍𝒂𝒊 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒆𝒓𝒕𝒊. 𝑲𝒆𝒏𝒊𝒌𝒎𝒂𝒕𝒂𝒏 𝒉𝒊𝒅𝒖𝒑 𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒓𝒂𝒔𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒋𝒊𝒌𝒂 𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕 𝒎𝒆𝒓𝒂𝒔𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒑𝒆𝒓𝒍𝒖𝒏𝒚𝒂, 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒎𝒆𝒍𝒂𝒎𝒑𝒂𝒖𝒊 𝒃𝒂𝒕𝒂𝒔. 𝑻𝒆𝒓𝒊𝒎𝒂 𝒌𝒂𝒔𝒊𝒉 𝒂𝒕𝒂𝒔 𝒑𝒆𝒍𝒂𝒋𝒂𝒓𝒂𝒏 𝒊𝒏𝒊, 𝒀𝒂𝒉."

Ayahnya lalu tersenyum lebar sambil berkata, "𝑵𝒂𝒉, 𝒔𝒆𝒌𝒂𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒄𝒂𝒎𝒑𝒖𝒓𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒐𝒑𝒊 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒖𝒅𝒂𝒉 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒃𝒆𝒓𝒊 𝒈𝒖𝒍𝒂 𝒕𝒂𝒅𝒊 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒌𝒐𝒑𝒊 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒍𝒖𝒎 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒃𝒆𝒓𝒊 𝒈𝒖𝒍𝒂. 𝑲𝒆𝒎𝒖𝒅𝒊𝒂𝒏, 𝒂𝒅𝒖𝒌𝒍𝒂𝒉 𝒅𝒂𝒏 𝒕𝒖𝒂𝒏𝒈𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒆 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒄𝒂𝒏𝒈𝒌𝒊𝒓 𝒊𝒏𝒊. 𝑴𝒂𝒓𝒊, 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒔𝒂𝒎𝒂-𝒔𝒂𝒎𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒌𝒎𝒂𝒕𝒊 𝒔𝒆𝒄𝒂𝒏𝒈𝒌𝒊𝒓 𝒌𝒐𝒑𝒊 𝒊𝒏𝒊."

 Sang anak mengerjakan perintah ayahnya. Setelah itu, kembali ayahnya bertanya,"𝑩𝒂𝒈𝒂𝒊𝒎𝒂𝒏𝒂 𝒓𝒂𝒔𝒂𝒏𝒚𝒂?"

Anaknya menjawab mantap, "𝑻𝒆𝒓𝒂𝒔𝒂 𝒏𝒊𝒌𝒎𝒂𝒕, 𝒀𝒂𝒉."

Ayahnya lalu memberikan pesan penutup dengan kalimat yang indah, "𝑩𝒆𝒈𝒊𝒕𝒖 𝒑𝒖𝒍𝒂, 𝒋𝒊𝒌𝒂 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒎𝒆𝒎𝒊𝒍𝒊𝒌𝒊 𝒌𝒆𝒍𝒆𝒃𝒊𝒉𝒂𝒏 𝒉𝒂𝒓𝒕𝒂, 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒆𝒓𝒂𝒔𝒂 𝒏𝒊𝒌𝒎𝒂𝒕 𝒔𝒂𝒂𝒕 𝒆𝒏𝒈𝒌𝒂𝒖 𝒎𝒂𝒖 𝒃𝒆𝒓𝒃𝒂𝒈𝒊 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈-𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒎𝒆𝒓𝒍𝒖𝒌𝒂𝒏."[]

"𝙻𝚒𝚑𝚊𝚝𝚕𝚊𝚑 𝚙𝚊𝚍𝚊 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚕𝚎𝚋𝚒𝚑 𝚛𝚎𝚗𝚍𝚊𝚑 𝚍𝚊𝚛𝚒𝚙𝚊𝚍𝚊 𝚔𝚊𝚖𝚞, 𝚍𝚊𝚗 𝚓𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗𝚕𝚊𝚑 𝚖𝚎𝚕𝚒𝚑𝚊𝚝 𝚙𝚊𝚍𝚊 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚕𝚎𝚋𝚒𝚑 𝚝𝚒𝚗𝚐𝚐𝚒 𝚍𝚊𝚛𝚒𝚙𝚊𝚍𝚊 𝚔𝚊𝚖𝚞 𝚔𝚊𝚛𝚎𝚗𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚍𝚎𝚖𝚒𝚔𝚒𝚊𝚗 𝚕𝚎𝚋𝚒𝚑 𝚕𝚊𝚢𝚊𝚔 𝚊𝚐𝚊𝚛 𝚔𝚊𝚕𝚒𝚊𝚗 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚖𝚎𝚛𝚎𝚖𝚎𝚑𝚔𝚊𝚗 𝚗𝚒𝚔𝚖𝚊𝚝 𝙰𝚕𝚕𝚊𝚑"

(HR al-Bukhari dan Muslim)


Dari Buku

"Dari Kuntum Menjadi Bunga" Jilid 2

Seri Kumpulan Kisah Inspirasi

𝗟𝗜𝗠𝗔𝗣𝗨𝗟𝗨𝗛 𝗗𝗘𝗧𝗜𝗞 𝗧𝗔𝗞 𝗧𝗘𝗥𝗟𝗨𝗣𝗔𝗞𝗔𝗡


Yasuhiro Yamashita sudah meraih sabuk hitam Judo pada saat SMP, dan menjadi juara Jepang pada usia 19 tahun, saat ia kuliah di Universitas Tokai. Ia pernah menjadi juara Jepang sembilan tahun berturut-turut, juara dunia tiga kali yang kemudian membawanya ke Olimpiade.


Los Angeles, Amerika serikat 1984

Pada perempat final Yasuhiro Yamashita berhadapan dengan Arthur Schnabel dari Jerman. Kemenangannya itu harus ditebus dengan cideranya otot betis. Namun dia tidak mau membuat malu negaranya sehingga memutuskan untuk maju ke semifinal.

Laurent del Colombo sudah menunggu Yamashita di babak tersebut. Dan tigapuluh detik kemudian Yamashita terbanting di matras. Tak lama kemudian ia berhasil mengimbangi sehingga skornya seri. Dan dengan susah payah akhirnya Yamashita memenangkan pertandingan tersebut. Namun ia harus menebusnya dengan sobekan otot betisnya semakin melebar. Kembali dia maju ke babak final.

Mohammed Ali Rashwan dari Mesir sudah menunggunya di babak final. Dengan berjalan sambil menyeret kakinya Yamashita berdiri didepan Ali Rashwan.

Pertarungan kedua Judoka tangguh itu rupanya dalam posisi bergumul diatas matras (ne waza). Pada detik ke limapuluh wasit menghentikan pertandingan setelah Yamashita melakukan kuncian yang membuat Ali Rashwan tak berkutik. Yamashita memenangkan babak final dengan nilai mutlak.


Olimpiade telah usai, namun di Alexandria, Mesir Ali Rashwan masih merasakan peristiwa itu.

Setiap kali melihat rekaman pertandingan final antara dirinya dan Yamashita, matanya berkaca-kaca. Sebuah rasa haru yang memang sudah pada tempatnya sebagaimana ungkapannya, "𝑷𝒂𝒅𝒂 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏𝟏𝟗𝟖𝟒, 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒕𝒆𝒓𝒑𝒊𝒍𝒊𝒉 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒎𝒆𝒘𝒂𝒌𝒊𝒍𝒊 𝒏𝒆𝒈𝒂𝒓𝒂 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒅𝒊 𝒐𝒍𝒊𝒎𝒑𝒊𝒂𝒅𝒆 𝒅𝒊 𝑳𝒐𝒔 𝑨𝒏𝒈𝒆𝒍𝒆𝒔. 𝑺𝒂𝒚𝒂 𝒕𝒂𝒉𝒖 𝒃𝒂𝒉𝒘𝒂 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒌𝒂𝒕𝒆𝒈𝒐𝒓𝒊 𝒔𝒂𝒚𝒂, 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒉𝒂𝒓𝒖𝒔 𝒅𝒊𝒌𝒂𝒍𝒂𝒉𝒌𝒂𝒏 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒀𝒂𝒔𝒖𝒉𝒊𝒓𝒐 𝒀𝒂𝒎𝒂𝒔𝒉𝒊𝒕𝒂, 𝒅𝒂𝒏 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒔𝒆𝒅𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒎𝒊𝒎𝒑𝒊 𝒌𝒆𝒕𝒊𝒌𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒕𝒆𝒎𝒖 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂 𝒅𝒊 𝒇𝒊𝒏𝒂𝒍 𝒐𝒍𝒊𝒎𝒑𝒊𝒂𝒅𝒆. 𝑺𝒆𝒕𝒊𝒂𝒑 𝒖𝒔𝒂𝒉𝒂 𝒉𝒂𝒏𝒚𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒎𝒆𝒏𝒖𝒓𝒖𝒏𝒌𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒂𝒍𝒂𝒉𝒌𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂. 𝒍𝒂 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒊𝒌𝒐𝒏 𝒔𝒆𝒋𝒂𝒕𝒊 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒔𝒆𝒎𝒖𝒂 𝒋𝒖𝒅𝒐𝒌𝒂 𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒔𝒂𝒂𝒕 𝒊𝒕𝒖."

Para wartawan bertanya apakah Rashwan tidak tahu bahwa Yamashita sudah cedera parah pada kaki kanannya? Jadi, Rashwan secara taktis bisa memusatkan serangan pada kaki terlemah dan memenangi perlombaan, serta merenggut medali kebanggaan setiap atlet dari seluruh negara, yakni medali emas olimpiade.

Rashwan menjawab,

"𝑺𝒆𝒃𝒆𝒏𝒂𝒓𝒏𝒚𝒂, 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒊𝒏𝒈𝒊𝒏𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒎𝒆𝒏𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒑𝒆𝒓𝒕𝒊 𝒊𝒕𝒖. 𝑺𝒂𝒚𝒂 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒊𝒏𝒈𝒊𝒏 𝒔𝒖𝒂𝒕𝒖 𝒉𝒂𝒓𝒊, 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈-𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒂𝒕𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒃𝒂𝒉𝒘𝒂 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒂𝒏𝒈 𝒌𝒂𝒓𝒆𝒏𝒂 𝒀𝒂𝒎𝒂𝒔𝒉𝒊𝒕𝒂 𝒕𝒆𝒓𝒍𝒖𝒌𝒂. 𝑺𝒂𝒚𝒂 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒆𝒓𝒊𝒎𝒂 𝒉𝒂𝒍 𝒕𝒆𝒓𝒔𝒆𝒃𝒖𝒕 𝒅𝒆𝒎𝒊 𝒅𝒊𝒓𝒊 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒔𝒆𝒏𝒅𝒊𝒓𝒊."


Jiwa sportivitas Rashwan menolak untuk menyerang kaki Yamashita yang pasti akan memperburuk koyakan lukanya. Rashwan memilih bertanding dengan cara ne waza, yaitu bergumul di bawah sebab dengan cara tersebut maka kaki Yamashita akan berkurang bebannya. Sebaliknya, cengkeraman, pitingan, dan kuncian tangan akan lebih dimaksimalkan. Namun, pilihan yang diambilnya salah.


Mata Rashwan berkaca-kaca, tetapi bukan karena penyesalan akibat pilihan "salah" yang diambilnya saat final. Sekalipun ia pulang dengan merelakan medali emas kepada Yamashita, Rashwan membawa pulang sebuah medali lain yang dikeluarkan oleh International Fair Committee, yakni medali emas fair play atas jiwa sportivitas Rashwan pada babak final olimpiade. Medali puncak kebanggaan setiap atlet yang mengetahui persis arti dari kejujuran dan keadilan dalam setiap pertandingan.


Ali Rashwan hanya seorang laki-laki sederhana yang dikenal ramah-tamah kepada siapa pun. Akan tetapi, keteladanan yang dimilikinya telah membuat Rashwan menjadi figur yang sangat dihormati, bahkan secara rutin dia diundang ke Jepang sebagai tamu kehormatan oleh Federasi Judo Jepang.[]


Dari buku

"Dari Kuntum Menjadi Bunga" Jilid 2.

Seri Kumpulan Kisah Inspiratif

𝘽𝙀𝙍𝘽𝙀𝙎𝘼𝙍 𝙃𝘼𝙏𝙄 𝙎𝙀𝙋𝙀𝙍𝙏𝙄 𝙆𝙀𝙃𝙄𝘿𝙐𝙋𝘼𝙉 𝙆𝙐𝙆𝘼𝙉𝙂


"𝔗𝔞𝔨 𝔰𝔢𝔬𝔯𝔞𝔫𝔤𝔭𝔲𝔫 𝔪𝔢𝔪𝔟𝔲𝔞𝔱 𝔄𝔫𝔡𝔞 𝔠𝔢𝔪𝔟𝔲𝔯𝔲, 𝔪𝔞𝔯𝔞𝔥, 𝔪𝔢𝔫𝔡𝔢𝔫𝔡𝔞𝔪, 𝔞𝔱𝔞𝔲 𝔯𝔞𝔨𝔲𝔰 -- 𝔨𝔢𝔠𝔲𝔞𝔩𝔦 𝔄𝔫𝔡𝔞𝔦 𝔪𝔢𝔫𝔤𝔦𝔧𝔦𝔫𝔨𝔞𝔫𝔫𝔶𝔞"

(Napoleon Hill)


Satwa bernama latin Nyticebus caucang ini hidup pada ketinggian 1.300 mdpl di Gunung Kinabalu, Sabah Malaysia. Primata mungil dengan berat badan kurang dari 1 kg ini bergerak sangat lamban dari dahan ke dahan dengan menggantung. Hidup sebagai binatang malam (nocturnal), pada siang hari tidur dengan menggulung kepalanya sehingga terletak diantara dua kakinya untuk mengindari musuh


Satu hal penting yang perlu kita pelajari dari kehidupan kukang adalah bagaimana kukang jantan berkompetisi untuk mendapatkan kukang betina. Kalau biasanya seekor binatang harus bertarung hingga berdarah-darah untuk memperebutkan betina seperti badak Sumatra yang harus bertarung hanya untuk bercinta, tetapi tidak untuk kehidupan kukang. 

Mereka berlomba kecepatan untuk berlari sampai ke garis finis. Dan garis finisnya adalah dahan dimana sang betina bergelantung menanti kedatangan sang jantan. Dalam gerakannya yang sangat lamban itu, kukang berpacu dimana makhluk yang disebut silamban ini ukuran yang menentukan bukanlah kecepatan. Melainkan perhitungan naluri serta kecerdikan untuk menemukan dahan dan ranting yang akan menjadi penghubung dari satu pohon ke pohon lain hingga mereka sampai kehadapan sang puteri.


Ketika kukang jantan berhasil meraih ranting tempat sang puteri bersanding maka kukang jantan yang mengikuti pertandingan akan menghentikan perebutannya.


Mereka berbesar hati untuk mempersilakan sang pemenang menikmati kehidupan penuh privasi. Tanpa darah. Tanpa kekerasan. Tanpa hujatan. Tanpa balas dendam.[]



𝘖𝘳𝘢𝘯𝘨-𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘮𝘪𝘭𝘪𝘬𝘪 𝘬𝘦𝘣𝘦𝘴𝘢𝘳𝘢𝘯 𝘩𝘢𝘵𝘪, 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘮𝘦𝘮𝘪𝘭𝘪𝘬𝘪 𝘳𝘶𝘢𝘯𝘨 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘯𝘥𝘢𝘩. 𝘚𝘦𝘣𝘢𝘣 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘣𝘢𝘩𝘸𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘳𝘦𝘯𝘥𝘢𝘩𝘢𝘯 𝘩𝘢𝘵𝘪 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘳𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘳𝘦𝘯𝘥𝘢𝘩



Dari buku

"Manusia Pembelajar Adalah Manusia Sukses"

Senin, 04 Juli 2022

𝐏𝐄𝐍𝐉𝐔𝐀𝐋 𝐏𝐈𝐒𝐀𝐍𝐆 𝐆𝐎𝐑𝐄𝐍𝐆 𝐌𝐄𝐍𝐂𝐀𝐑𝐈 𝐓𝐔𝐇𝐀𝐍


Warung itu terletak tidak jauh dari kompleks perhotelan yang mewah.

kedatangan saya diwarungnya disambut dengan senyum ramah sambil menyodorkan pisang goreng dan menanyakan minuman yang saya pesan.

Pemilik warung itu bernama Sudiro, tapi akrab dipanggil dengan Wak Diro. Dari obrolan dengannya saya mengetahui ia adalah perantau asal Kudus yang sudah 16 tahun menjual gorengan pisang.


Dalam satu hari ia bisa menghabiskan satu tandan besar dan hasil penjualannya bisa menyekolahkan keempat anaknya hingga menjadi sarjana. Wak Diro rupanya pernah kuliah di fakultas teknik universitas negeri di Yogyakarta, walau ia hanya bisa sampai semester 5. Kenapa tidak bisnis yang lain Wak? Atau menjadi pegawai negeri? Tanya seseorang menyelidik. Belum sempat ia menjawab, ia minta permisi karena datang satu mobil Kijang Inova baru yang mendekat. Ternyata mobil itu dikemudikan oleh istrinya yang mengantarkan sesuatu. Pikiran saya berputar tak tentu, "𝑺𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒆𝒏𝒋𝒖𝒂𝒍 𝒑𝒊𝒔𝒂𝒏𝒈 𝒈𝒐𝒓𝒆𝒏𝒈 𝒎𝒂𝒎𝒑𝒖 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒖𝒍𝒊𝒂𝒉𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒆𝒎𝒑𝒂𝒕 𝒂𝒏𝒂𝒌𝒏𝒚𝒂 𝒉𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂 𝒔𝒂𝒓𝒋𝒂𝒏𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝒌𝒊𝒏𝒊 𝒅𝒊𝒅𝒆𝒑𝒂𝒏 𝒎𝒂𝒕𝒂 𝒔𝒂𝒚𝒂, 𝒔𝒊 𝑰𝒔𝒕𝒓𝒊 𝒅𝒂𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒎𝒐𝒃𝒊𝒍 𝒃𝒂𝒓𝒖 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒎𝒖𝒓𝒂𝒉 𝒉𝒂𝒓𝒈𝒂𝒏𝒚𝒂".

Penasaran, saya mencoba untuk mengamati semua sudut warung kecil itu. Penataan dagangan lumayan menarik, tetapi tidak istimewa. Kualitas produknya berupa gorengan juga terasa sama seperti pisang goreng ditempat lain. Atmosfir warung juga sama seperti warung-warung lain, walau yang ini terlihat lebih bersih dan terjaga. Sarana promosi sangat sederhana, hanya tulisan Pisang Goreng Panas yang ditulis tangan dengan kuas biasa. Daftar harga tercetak di selembar kertas terlaminasi yang ditempel didinding sebelah kiri. Ada dua orang pegawai yang membantu menggoreng, membuat minuman dan melayani pelanggan sekaligus. Tetapi jumlah pembelinya tiada henti seperti air mengalir. Tak lama kemudian istri Wak Diro pergi, kata Wak Diro, istrinya harus mengantar beberapa kertas tisue ke lima cabangnya yang lain. Rahasia bisnisnya yang ajaib itu makin membuat saya penasaran 

"𝑴𝒂𝒔, 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒚𝒂𝒏 𝒂𝒑𝒂 𝒑𝒆𝒓𝒄𝒂𝒚𝒂 𝒔𝒂𝒎𝒂 𝑮𝒖𝒔𝒕𝒊 𝑨𝒍𝒍𝒂𝒉?, Wak Diro melontarkan pertanyaan kepada saya. Sebuah pertanyaan yang sulit untuk dijawab, karena saya tidak bisa memperkirakan kemana arah pemikirannya. Lalu tanpa menunggu jawaban saya, Wak Diro menjelaskan bahwa dalam 8 tahun terakhir la tidak lagi mencari uang semata, tapi ia mencari Tuhan. "𝑼𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒂𝒈𝒊 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒉𝒂𝒏𝒚𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒆𝒌𝒂𝒅𝒂𝒓 𝒃𝒐𝒏𝒖𝒔 𝒂𝒕𝒂𝒔 𝒑𝒆𝒏𝒄𝒂𝒓𝒊𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝒑𝒆𝒏𝒈𝒂𝒃𝒅𝒊𝒂𝒏 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒌𝒆 𝑮𝒖𝒔𝒕𝒊 𝑨𝒍𝒍𝒂𝒉". Ia meyakini bahwa hanya Tuhan yang sanggup mengarahkan dirinya kepada kondisi apapun. "𝑴𝒂𝒔, 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒃𝒖𝒌𝒂𝒏 𝒋𝒖𝒂𝒍𝒂𝒏 𝒑𝒊𝒔𝒂𝒏𝒈 𝒈𝒐𝒓𝒆𝒏𝒈 𝒍𝒉𝒐" aku Wak Diro, "𝑺𝒂𝒚𝒂 𝒊𝒏𝒊 𝒔𝒆𝒅𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒂𝒏𝒕𝒖 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈-𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒂𝒈𝒂𝒓 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒊𝒃𝒂𝒅𝒂𝒉 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒃𝒂𝒊𝒌".

"𝑺𝒂𝒚𝒂 𝒊𝒏𝒊 𝒔𝒆𝒏𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒂𝒏𝒕𝒖 𝒃𝒂𝒏𝒚𝒂𝒌 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒈𝒂𝒏𝒋𝒂𝒍 𝒑𝒆𝒓𝒖𝒕𝒏𝒚𝒂 𝒂𝒈𝒂𝒓 𝒊𝒃𝒂𝒅𝒂𝒉 𝒔𝒉𝒂𝒍𝒂𝒕 𝑨𝒔𝒉𝒂𝒓 𝒅𝒂𝒏 𝑴𝒂𝒈𝒉𝒓𝒊𝒃-𝒏𝒚𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒋𝒂𝒍𝒂𝒏 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒃𝒂𝒊𝒌, 𝒌𝒂𝒓𝒆𝒏𝒂 𝒋𝒂𝒎 𝒎𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒎𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒃𝒊𝒂𝒔𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒔𝒆𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝑺𝒉𝒂𝒍𝒂𝒕 𝑰𝒔𝒚𝒂" terang Wak Diro. 

Saya mulai memahami apa maksud kalimat Wak Diro sebelumnya, "𝑼𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒂𝒈𝒊 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒉𝒂𝒏𝒚𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒆𝒌𝒂𝒅𝒂𝒓 𝒃𝒐𝒏𝒖𝒔 𝒂𝒕𝒂𝒔 𝒑𝒆𝒏𝒄𝒂𝒓𝒊𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝒑𝒆𝒏𝒈𝒂𝒃𝒅𝒊𝒂𝒏 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒌𝒆 𝑮𝒖𝒔𝒕𝒊 𝑨𝒍𝒍𝒂𝒉".

Kini saya paham, mengapa ia begitu ramah menyambut tamu-tamunya, kualitas gorengan tetap terjaga baik ukuran maupun takarannya dan ruangan kedai ini tetap terjaga kebersihannya. Jelas bukan karena sekadar mencari uang, tetapi Wak Diro sedang beribadah. Mencari keridhaan Tuhan.

Wak Diro sudah menemukan kunci dasar sukses bisnis. la tidak sekadar menjual jajanan, ia muncul dengan alasan yang lebih mulia. Pisang goreng hanya media mendapatkan ridha Sang Khalik. semua bentuk kerja dan bisnis dikerjakannya dengan menghadirkan batin, tulus dan ikhlas.[]



Dari buku

"Manusia Pembelajar Adalah Manusia Sukses"

ADA YANG LEBIH HEBAT

 “𝑺𝒆𝒃𝒂𝒊𝒌-𝒃𝒂𝒊𝒌 𝒎𝒂𝒏𝒖𝒔𝒊𝒂 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒂𝒍𝒊𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒎𝒂𝒏𝒇𝒂𝒂𝒕 𝒃𝒂𝒈𝒊 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒊𝒏.”  (Hadits Riway...