Seorang ayah berkata kepada seorang anaknya "𝑻𝒐𝒍𝒐𝒏𝒈 𝒃𝒖𝒂𝒕𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒐𝒑𝒊 𝒅𝒖𝒂 𝒄𝒂𝒏𝒈𝒌𝒊𝒓 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒅𝒖𝒂, 𝒕𝒆𝒕𝒂𝒑𝒊 𝒈𝒖𝒍𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒋𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒌𝒂𝒖 𝒕𝒖𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒂𝒉𝒖𝒍𝒖, 𝒅𝒂𝒏 𝒃𝒂𝒘𝒂 𝒔𝒂𝒋𝒂 𝒌𝒆 𝒎𝒂𝒓𝒊 𝒃𝒆𝒔𝒆𝒓𝒕𝒂 𝒕𝒐𝒑𝒍𝒆𝒔𝒏𝒚𝒂."
"𝑩𝒂𝒊𝒌, 𝒀𝒂𝒉," ujar sang anak dengan santun.
Tidak berapa lama kemudian, anaknya sudah membawa dua cangkir kopi yang masih hangat, gula di dalam toples, dan sendok kecil.
"𝑪𝒐𝒃𝒂 𝒄𝒊𝒄𝒊𝒑, 𝒃𝒂𝒈𝒂𝒊𝒎𝒂𝒏𝒂 𝒓𝒂𝒔𝒂 𝒌𝒐𝒑𝒊𝒎𝒖,𝑵𝒂𝒌?" tanya ayahnya "
𝑷𝒂𝒉𝒊𝒕 𝒔𝒆𝒌𝒂𝒍𝒊, 𝒀𝒂𝒉."
Ayahnya kembali memberikan perintah dengan lembut,
"𝑻𝒖𝒂𝒏𝒈𝒌𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒔𝒆𝒏𝒅𝒐𝒌 𝒈𝒖𝒍𝒂 𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒂𝒅𝒖𝒌𝒍𝒂𝒉. 𝑲𝒊𝒏𝒊, 𝒃𝒂𝒈𝒂𝒊𝒎𝒂𝒏𝒂 𝒓𝒂𝒔𝒂𝒏𝒚𝒂?"
"𝑵𝒂𝒉, 𝒔𝒆𝒌𝒂𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒌𝒖𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒓𝒂𝒔𝒂 𝒑𝒂𝒉𝒊𝒕𝒏𝒚𝒂," jawab anaknya
Ayah tersebut berkata kembali, "𝑻𝒖𝒂𝒏𝒈𝒌𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒔𝒆𝒏𝒅𝒐𝒌 𝒈𝒖𝒍𝒂 𝒍𝒂𝒈𝒊, 𝒂𝒅𝒖𝒌 𝒅𝒂𝒏 𝒄𝒊𝒄𝒊𝒑𝒊".
Anak itu pun menjawab, "𝑺𝒖𝒅𝒂𝒉 𝒃𝒆𝒓𝒌𝒖𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒂𝒏𝒚𝒂𝒌 𝒓𝒂𝒔𝒂 𝒑𝒂𝒉𝒊𝒕𝒏𝒚𝒂, 𝒀𝒂𝒉."
Kembali ayahnya berkata, "𝑻𝒖𝒂𝒏𝒈𝒌𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒔𝒆𝒏𝒅𝒐𝒌 𝒈𝒖𝒍𝒂 𝒍𝒂𝒈𝒊 𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒂𝒅𝒖𝒌𝒍𝒂𝒉. 𝑲𝒊𝒏𝒊, 𝒃𝒂𝒈𝒂𝒊𝒎𝒂𝒏𝒂 𝒓𝒂𝒔𝒂𝒏𝒚𝒂?"
"𝑹𝒂𝒔𝒂 𝒎𝒂𝒏𝒊𝒔 𝒎𝒖𝒍𝒂𝒊 𝒕𝒆𝒓𝒂𝒔𝒂, 𝒕𝒆𝒕𝒂𝒑𝒊 𝒓𝒂𝒔𝒂 𝒑𝒂𝒉𝒊𝒕 𝒎𝒂𝒔𝒊𝒉 𝒔𝒆𝒅𝒊𝒌𝒊𝒕 𝒕𝒆𝒓𝒂𝒔𝒂 𝒋𝒖𝒈𝒂, 𝒀𝒂𝒉," ucap sang anak.
"𝑲𝒂𝒍𝒂𝒖 𝒃𝒆𝒈𝒊𝒕𝒖, 𝒕𝒖𝒂𝒏𝒈𝒌𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒔𝒆𝒏𝒅𝒐𝒌 𝒈𝒖𝒍𝒂, 𝒂𝒅𝒖𝒌 𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒄𝒊𝒄𝒊𝒑𝒊. 𝑲𝒊𝒏𝒊, 𝒃𝒂𝒈𝒂𝒊𝒎𝒂𝒏𝒂 𝒓𝒂𝒔𝒂𝒏𝒚𝒂?" tanya ayahnya.
Anaknya menjawab , "𝒎𝒂𝒏𝒊𝒔 𝒔𝒆𝒌𝒂𝒍𝒊, 𝒀𝒂𝒉."
Kembali ayahnya mengeluarkan perintah yang sama seperti perintah sebelumnya,
"𝑻𝒖𝒂𝒏𝒈𝒌𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒔𝒆𝒏𝒅𝒐𝒌 𝒈𝒖𝒍𝒂 𝒍𝒂𝒈𝒊 𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒂𝒅𝒖𝒌𝒍𝒂𝒉. 𝑲𝒊𝒏𝒊, 𝒃𝒂𝒈𝒂𝒊𝒎𝒂𝒏𝒂 𝒓𝒂𝒔𝒂𝒏𝒚𝒂?"
Sang anak menjawab dengan cepat, "𝑻𝒆𝒓𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒎𝒂𝒏𝒊𝒔, 𝒎𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒆𝒏𝒂𝒌, 𝒀𝒂𝒉."
"𝑻𝒖𝒂𝒏𝒈𝒌𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒔𝒆𝒏𝒅𝒐𝒌 𝒈𝒖𝒍𝒂 𝒍𝒂𝒈𝒊 𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒂𝒅𝒖𝒌𝒍𝒂𝒉. 𝑲𝒊𝒏𝒊, 𝒃𝒂𝒈𝒂𝒊𝒎𝒂𝒏𝒂 𝒓𝒂𝒔𝒂𝒏𝒚𝒂?" kembali ayahnya berkata.
"𝑹𝒂𝒔𝒂 𝒌𝒐𝒑𝒊 𝒊𝒏𝒊 𝒎𝒆𝒏𝒋𝒂𝒅𝒊 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒆𝒏𝒂𝒌. 𝑳𝒆𝒃𝒊𝒉 𝒆𝒏𝒂𝒌 𝒔𝒂𝒂𝒕 𝒂𝒅𝒂 𝒓𝒂𝒔𝒂 𝒑𝒂𝒉𝒊𝒕 𝒌𝒐𝒑𝒊 𝒅𝒂𝒏 𝒎𝒂𝒏𝒊𝒔 𝒈𝒖𝒍𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒂𝒎𝒂-𝒔𝒂𝒎𝒂 𝒕𝒆𝒓𝒂𝒔𝒂, 𝒀𝒂𝒉," ujar anaknya seraya menutup mulut.
Ayah tersebut berhenti memberikan perintah. la mulai menjelaskan dengan tutur kata yang lembut, "𝑲𝒆𝒕𝒂𝒉𝒖𝒊𝒍𝒂𝒉, 𝑵𝒂𝒌, 𝒑𝒆𝒍𝒂𝒋𝒂𝒓𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕 𝒅𝒊𝒂𝒎𝒃𝒊𝒍 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒄𝒐𝒏𝒕𝒐𝒉 𝒊𝒏𝒊 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒋𝒊𝒌𝒂 𝒓𝒂𝒔𝒂 𝒑𝒂𝒉𝒊𝒕 𝒌𝒐𝒑𝒊 𝒊𝒃𝒂𝒓𝒂𝒕 𝒌𝒆𝒎𝒊𝒔𝒌𝒊𝒏𝒂𝒏 𝒉𝒊𝒅𝒖𝒑, 𝒓𝒂𝒔𝒂 𝒎𝒂𝒏𝒊𝒔 𝒈𝒖𝒍𝒂 𝒊𝒃𝒂𝒓𝒂𝒕 𝒌𝒆𝒌𝒂𝒚𝒂𝒂𝒏 𝒉𝒂𝒓𝒕𝒂."
Ayah itu bertanya,"𝑴𝒆𝒏𝒖𝒓𝒖𝒕𝒎𝒖, 𝒌𝒆𝒏𝒊𝒌𝒎𝒂𝒕𝒂𝒏 𝒉𝒊𝒅𝒖𝒑 𝒔𝒆𝒑𝒆𝒓𝒕𝒊 𝒂𝒑𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒆𝒃𝒂𝒊𝒌𝒏𝒚𝒂, 𝑵𝒂𝒌?"
Sang anak termenung sejenak lalu menjawab, "𝒀𝒂, 𝒀𝒂𝒉, 𝒔𝒆𝒌𝒂𝒓𝒂𝒏𝒈, 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒎𝒖𝒍𝒂𝒊 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒆𝒓𝒕𝒊. 𝑲𝒆𝒏𝒊𝒌𝒎𝒂𝒕𝒂𝒏 𝒉𝒊𝒅𝒖𝒑 𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒓𝒂𝒔𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒋𝒊𝒌𝒂 𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕 𝒎𝒆𝒓𝒂𝒔𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒑𝒆𝒓𝒍𝒖𝒏𝒚𝒂, 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒎𝒆𝒍𝒂𝒎𝒑𝒂𝒖𝒊 𝒃𝒂𝒕𝒂𝒔. 𝑻𝒆𝒓𝒊𝒎𝒂 𝒌𝒂𝒔𝒊𝒉 𝒂𝒕𝒂𝒔 𝒑𝒆𝒍𝒂𝒋𝒂𝒓𝒂𝒏 𝒊𝒏𝒊, 𝒀𝒂𝒉."
Ayahnya lalu tersenyum lebar sambil berkata, "𝑵𝒂𝒉, 𝒔𝒆𝒌𝒂𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒄𝒂𝒎𝒑𝒖𝒓𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒐𝒑𝒊 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒖𝒅𝒂𝒉 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒃𝒆𝒓𝒊 𝒈𝒖𝒍𝒂 𝒕𝒂𝒅𝒊 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒌𝒐𝒑𝒊 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒍𝒖𝒎 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒃𝒆𝒓𝒊 𝒈𝒖𝒍𝒂. 𝑲𝒆𝒎𝒖𝒅𝒊𝒂𝒏, 𝒂𝒅𝒖𝒌𝒍𝒂𝒉 𝒅𝒂𝒏 𝒕𝒖𝒂𝒏𝒈𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒆 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒄𝒂𝒏𝒈𝒌𝒊𝒓 𝒊𝒏𝒊. 𝑴𝒂𝒓𝒊, 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒔𝒂𝒎𝒂-𝒔𝒂𝒎𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒌𝒎𝒂𝒕𝒊 𝒔𝒆𝒄𝒂𝒏𝒈𝒌𝒊𝒓 𝒌𝒐𝒑𝒊 𝒊𝒏𝒊."
Sang anak mengerjakan perintah ayahnya. Setelah itu, kembali ayahnya bertanya,"𝑩𝒂𝒈𝒂𝒊𝒎𝒂𝒏𝒂 𝒓𝒂𝒔𝒂𝒏𝒚𝒂?"
Anaknya menjawab mantap, "𝑻𝒆𝒓𝒂𝒔𝒂 𝒏𝒊𝒌𝒎𝒂𝒕, 𝒀𝒂𝒉."
Ayahnya lalu memberikan pesan penutup dengan kalimat yang indah, "𝑩𝒆𝒈𝒊𝒕𝒖 𝒑𝒖𝒍𝒂, 𝒋𝒊𝒌𝒂 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒎𝒆𝒎𝒊𝒍𝒊𝒌𝒊 𝒌𝒆𝒍𝒆𝒃𝒊𝒉𝒂𝒏 𝒉𝒂𝒓𝒕𝒂, 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒆𝒓𝒂𝒔𝒂 𝒏𝒊𝒌𝒎𝒂𝒕 𝒔𝒂𝒂𝒕 𝒆𝒏𝒈𝒌𝒂𝒖 𝒎𝒂𝒖 𝒃𝒆𝒓𝒃𝒂𝒈𝒊 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈-𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒎𝒆𝒓𝒍𝒖𝒌𝒂𝒏."[]
"𝙻𝚒𝚑𝚊𝚝𝚕𝚊𝚑 𝚙𝚊𝚍𝚊 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚕𝚎𝚋𝚒𝚑 𝚛𝚎𝚗𝚍𝚊𝚑 𝚍𝚊𝚛𝚒𝚙𝚊𝚍𝚊 𝚔𝚊𝚖𝚞, 𝚍𝚊𝚗 𝚓𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗𝚕𝚊𝚑 𝚖𝚎𝚕𝚒𝚑𝚊𝚝 𝚙𝚊𝚍𝚊 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚕𝚎𝚋𝚒𝚑 𝚝𝚒𝚗𝚐𝚐𝚒 𝚍𝚊𝚛𝚒𝚙𝚊𝚍𝚊 𝚔𝚊𝚖𝚞 𝚔𝚊𝚛𝚎𝚗𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚍𝚎𝚖𝚒𝚔𝚒𝚊𝚗 𝚕𝚎𝚋𝚒𝚑 𝚕𝚊𝚢𝚊𝚔 𝚊𝚐𝚊𝚛 𝚔𝚊𝚕𝚒𝚊𝚗 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚖𝚎𝚛𝚎𝚖𝚎𝚑𝚔𝚊𝚗 𝚗𝚒𝚔𝚖𝚊𝚝 𝙰𝚕𝚕𝚊𝚑"
(HR al-Bukhari dan Muslim)
Dari Buku
"Dari Kuntum Menjadi Bunga" Jilid 2
Seri Kumpulan Kisah Inspirasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar