Setelah melaju beberapa putaran, biasanya pembalap mobil formula satu akan melakukan tindakan, yaitu memasuki Pit Stop. Tak seorang pembalap mau mengambil ridiko betapapun kencangnya mereka melaju, bisa memenangi lomba tanpa melakukan Pit Stop. Ternyata dalam Pit Stop, para pembalap melakukan penyegaran, menerima arahan, melakukan perbaikan mesin, mengisi tangki bahan bakar, mengganti ban, dan segera melaju lagi dalam keadaan segar dan semangat baru.
Lomba F1 tidak hanya adu kecepatan tetapi juga sering ditentukan oleh strategi, dan manajemen Pit Stop itu sendiri. Pit Stop memang menjadi daya tarik tersendiri bagi balapan F1, lewat strategi yang tepat dan kerjasama kru yang kompak bisa menjadi penentu kemenangan sebuah tim. Akan tetapi tidak jarang pula justru berbalik membuat si pembalap tercecer di belakang. Peluang memenangkan balapan adalah tim yang paling siap saat mengambil Pit Stop.
Dalam kehidupan kita sehari-hari, analogi Pit Stop ini akan membantu kita meraih kehidupan yang lebih baik. Kegiatan Pit Stop bisa kita wujudkan dalam bentuk mengikuti pelatihan, pencerahan, membaca buku, beristirahat, rekreasi. Atau melakukan Pit Stop yang lain dengan melakukan hal-hal yang berharga seperti beribadah, membantu orang lain, dan bersedekah.
Pit Stop akan memberikan inspirasi dan semangat baru, membantu dalam memahami makna hidup, mengisi hidup penuh cinta dan perhatian sesama, sekaligus melihat begitu banyak kesempatan dan inspirasi baru berada di sekitar kita.
Pit Stop adalah menjaga keseimbangan antara fisik, mental dan spiritual, karena hidup bahagia adalah harmonisasi ketiga unsur tersebut. Disinilah kita membutuhkan Pit Stop untuk menjalani proses 𝒓𝒆𝒄𝒉𝒂𝒓𝒈𝒆, 𝒓𝒆𝒄𝒉𝒆𝒄𝒌, 𝒓𝒆𝒇𝒓𝒆𝒔𝒉 𝒅𝒂𝒏 𝒓𝒆𝒃𝒖𝒊𝒍𝒅 agar kita selalu dalam keadaan prima.[]
Dari buku
"Manusia Pembelajar Adalah Manusia Sukses"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar