Kamis, 24 November 2022

NURMI, MENDIDIK DENGAN HATI


Kebutuhan biaya untuk pengobatan sang adik membuat Nurmi 'mencukupkan' kuliahnya sampai semester 7 Universitas Muhammadiyah Makassar.

Minat wanita itu terhadap pendidikan lalu mengantarkannya ke dusun Tatibajo, Majene, Sulawesi barat untuk mengabdikan diri sebagai tenaga pengajar sukarela.

Sedikit pun tak ada keraguan dalam diri Nurmi saat ia mengajukan diri sebagai tenaga pengajar. Asluddin, kepala sekolah saat itu, sudah mengingatkan ihwal ketiadaan honorarium bagi tenaga pengajar tambahan (sukarela). Namun, perempuan, ini mantap dengan tekadnya untuk mengajar.


"Sewaktu saya menyampaikan niat ingin mengajar di sekolah, Bapak Kepala Sekolah bilang tidak ada honor yang bisa dibayarkan. Saya katakan bahwa hal itu tidak jadi soal karena memang niat saya ikhlas untuk memberi," kata perempuan gigih ini.


Suatu ketika, secara tak terduga Nurmi menerima "honor" yang jumlahnya tidak lebih dari Rp 20 ribu. Masih jelas dalam ingatannya mengenai pemberian honor tersebut.


"Honor itu merupakan sumbangan warga. Mereka merasa saya pantas menerimanya karena bersedia hadir dan mengajar anak-anak," jelas Nurmi.

Untuk menuju sekolah tempat ia mengajar, Nurmi harus berjalan kaki. Selain menelusuri jalan setapak, ia mesti tiga-empat kali menyeberangi sungai. Jika debit aliran sungai meningkat drastis ia terpaksa absen mengajar.


"Suatu ketika air sungai mengalir sangat deras sehingga tidak bisa diseberangi. Saya hanya bisa melambaikan tangan kepada anak-anak yang sudah menanti di sisi lain sungai. Akhirnya, mereka saya suruh pulang saja," kenang Nurmi.

Berawal dari proses belajar mengajar di surau dan kolong rumah warga, dengan siswa sejumlah tidak sampai 30 orang, tempat belajar itu lalu berkembang menjadi SDN 27 Titibajo.

Untuk mengasah kemampuannya mengajar, usai menyelesaikan D2 PGSD Universitas Terbuka, Nurmi melanjutkan studinya ke program S1.


Adalah sebuah anomali ketika Nurmi yang masih berstatus guru honorer (sejak 2004) memiliki jam terbang pelatihan yang hampir sama dengan guru PNS di lingkungannya, mulai pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Pelatihan kurikulum 2013 sampai  Kursus Mahir Dasar Pramuka. Nurmi mengungkapkan bahwa tidak sedikit guru yang justru khawatir untuk mengikuti pelatihan, dengan alasan mereka khawatir kemampuan mengajar mereka dilihat oleh penguji ataupun oleh rekan guru lainnya.


"Banyak guru justru tidak ingin ikut pelatihan karena takut diuji. Kalau memang sudah jadi guru, kenapa mesti takut. Saya yang hanya berstatus honerer saja lebih antusias untuk ikut," ungkapnya.


Meskipun kesempatan meningkatkan kemampuan mengajar tentu akan lebih besar jika ia berada di kota karena ketersediaan akses dan fasilitas pengajaran yang lebih memadai, Nurmi tetap mengabdikan diri di desa. la mengakui bahwa kesanggupannya bertahan sebagai tenaga honorer adalah karena ia ingin dapat terus belajar.


"Mendidik itu memang tidak mudah. Sejauh ini, saya dapat bertahan karena keinginan untuk terus belajar. Yang lebih penting, saya merasa masih ada panggilan hati untuk terus memberi dengan jalan mengajar," ungkapnya.


Dengan keberadaan dua pasang anak dalam keluarganya, Nurmi terkadang berhadapan dengan situasi di mana urusan keluarga perlu diprioritaskan.


"Saya selalu berpikir, seandainya saya tidak hadir di sekolah, bagaimana nasib anak-anak. Tetapi, sering kali pula saya tidak bisa meninggalkan hal-hal yang berkaitan dengan keluarga dan sifatnya mendesak," kata Nurmi.


Menurut Nurmi, pendidikan saat ini dan di masa depan mestinya bisa terus membaik. la menegaskan bahwa para pendidik khususnya guru di sekolah wajib meningkatkan kemampuan mengajar. Menurutnya, seorang guru mestinya tidak hanya menjalankan tugas dengan mengajar di kelas. Lebih dari pada itu, guru harus bisa menjadi teman bagi murid-muridnya.


"Awali mendidik dengan hati, baru mau mengajar. Mulailah dengan niat ikhlas untuk memberi dan bermanfaat," pesan Nurmi.[]


(Dikisahkan oleh Hari Triwibowo, Pengajar Muda Dusun Tatibajo, Kabupaten Majene, Sulawesi barat dalam buku "Merajut Mimpi di Sudut Negeri)


Keterangan foto: Bu Guru Nurmi bersama murid-muridnya

Senin, 14 November 2022

DAUN-DAUN YANG GUGUR

Suatu saat, seorang biksu sedang bermeditasi di pondoknya di tengah hutan. Tiba-tiba turun hujan deras dan datang angin topan yang dahsyat.

Sang biksu segera sadar bahwa pondok jeraminya tak akan sanggup melindunginya. Jika sebuah pohon tumbang menimpa pondoknya, atau meskipun cuma sebuah dahan besar, pondoknya akan rata dengan tanah dan meremukkannya sampai mati. Dia tidak tidur sepanjang malam karena suasana yang mencekam.


Beberapa jam sebelum fajar menyingsing, secepat datangnya, begitu pula badai itu berlalu. Pada dini hari, sang biksu keluar dari pondoknya untuk memeriksa kerusakan yang terjadi. Banyak dahan besar dan dua pohon berukuran lumayan yang luput mengenai pondoknya. Dia merasa beruntung masih hidup. Apa yang tiba-tiba menarik perhatiannya, bukanlah pohon yang tumbang  dan dahan-dahan patah yang berserakan di mana-mana, tetapi dedaunan yang sekarang tersebar menyelimuti lantai hutan.


Seperti dugaannya, kebanyakan dedaunan yang berguguran adalah daun-daun yang berwarna cokelat tua dan kering seperti pada umumnya. Di antara dedaunan yang berwarna cokelat terdapat banyak daun yang kuning. Bahkan terdapat pula beberapa daun yang hijau. Dan daun-daun yang berwarna hijau itu masih segar dan cerah, sehingga sang biksu tahu bahwa dedaunan itu baru saja jatuh dari pucuknya. Pada saat itulah hati sang biksu memahami sifat kematian sebagaimana adanya.


Dia ingin menguji kebenaran dari pengetahuan yang baru saja dipahaminya, lalu dia mendongak ke arah dahan-dahan pohon itu. Cukup meyakinkan, hampir sebagian besar dedaunan yang tertinggal di pohonnya adalah dedaunan hijau yang sehat segar. Namun, meskipun banyak dedaunan muda yang gugur di atas tanah, ada sebagian daun berwarna cokelat tua  dan keriting yang tetap bertahan di dahannya. 

Sang biksu tersenyum


Ketika badai kematian datang menghempaskan keluarga kita, badai itu biasanya mengambil orang-orang yang sudah tua, dedaunan yang cokelat dan kering. Badai itu juga mengambil orang-

orang yang paruh baya, seperti daun-daun kuning di pohon. Kadang, anak-anak belia pun meninggal juga, seperti halnya dedaunan yang berwarna hijau.

Inilah sifat hakiki dari kematian dalam kehidupan kita, sebagaimana hakikat badai di sebuah hutan.


Tak seorang pun yang perlu disalahkan dan tak seorang pun yang harus merasa bersalah atas kematian seseorang. Inilah sifat alami dari segala sesuatu. Siapa yang bisa menyalahkan badai? Hal ini dapat membantu kita untuk menjawab pertanyaan mengapa kematian bisa menghampiri anak-anak, orang belia, atau orang yang sudah tua. Jawabnya sama dengan mengapa tidak hanya daun yang tua dan kering saja yang  berguguran dalam sebuah badai.[]


"๐™ท๐š’๐š๐šž๐š™ ๐š๐šŠ๐š— ๐š–๐šŠ๐š๐š’ ๐šŠ๐š๐šŠ๐š•๐šŠ๐š‘ ๐šœ๐šŠ๐š๐šž ๐š‹๐šŽ๐š—๐šŠ๐š—๐š, ๐š๐šŠ๐š›๐š’๐šœ ๐šข๐šŠ๐š—๐š ๐šœ๐šŠ๐š–๐šŠ ๐š๐š’๐š•๐š’๐š‘๐šŠ๐š ๐š๐šŠ๐š›๐š’ ๐šœ๐š’๐šœ๐š’ ๐šข๐šŠ๐š—๐š ๐š‹๐šŽ๐š›๐š‹๐šŽ๐š๐šŠ."

(Lao Tzu)


Dari buku

"Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya"



Minggu, 06 November 2022

NILAI DIRI


"๐™ณ๐š’๐š›๐š’ ๐šœ๐šŽ๐š“๐šŠ๐š๐š’๐š–๐šž ๐š–๐šž๐š—๐š๐š”๐š’๐š— ๐š‹๐šŽ๐š›๐šœ๐šŽ๐š–๐š‹๐šž๐š—๐šข๐š’ ๐š๐š’ ๐šœ๐šž๐šŠ๐š๐šž ๐š๐šŽ๐š–๐š™๐šŠ๐š, ๐šŒ๐šŠ๐š›๐š’๐š•๐šŠ๐š‘ ๐š๐š’ ๐š๐šŠ๐š•๐šŠ๐š–, ๐š”๐šŽ๐š๐š’๐š”๐šŠ ๐š”๐šŠ๐š–๐šž ๐š–๐šŽ๐š—๐šŽ๐š–๐šž๐š”๐šŠ๐š— ๐š๐š’๐š›๐š’๐š–๐šž, ๐š”๐šŠ๐š–๐šž ๐š๐šŠ๐š™๐šŠ๐š ๐š๐šŽ๐š—๐š๐šŠ๐š— ๐š‹๐šŽ๐š‹๐šŠ๐šœ ๐š–๐šŽ๐š—๐š“๐šŠ๐š๐š’ ๐šŠ๐š™๐šŠ ๐šข๐šŠ๐š—๐š ๐š”๐šŠ๐š–๐šž ๐š’๐š—๐š๐š’๐š—๐š”๐šŠ๐š—."

(Michael Bassey Johnson)


Saat bertemu dengan sebuah sungai yang lebar, sekelompok anak muda memutuskan untuk menyeberanginya. Sebelumnya, sang ketua kelompok mengumpulkan para anggotanya dan berkata, "Jumlah kita ada 10 orang. Aku harap semuanya selamat. Oleh sebab itu masing-masing harus menyeberang dengan hati-hati."


Para anggota mematuhi nasihat ketua mereka. Satu per satu menyeberangi sungai dengan sangat hati-hati. Mereka menggunakan cara sendiri-sendiri untuk menyelamatkan diri dari arus sungai yang deras yang di dalamnya terdapat batu-batu kali yang tajam. Tak lama kemudian, semua anggota kelompok sampai di seberang sungai. Sang ketua  lalu mengumpulkan anggotanya dan mulai menghitung, memastikan jumlah mereka masih utuh, yakni 10 orang.

Namun alangkah kaget ketika dia mendapati kelompok itu hanya ada 9 orang. "Salah satu dari kita telah lenyap," ujar sang ketua, membuat panik kelompok itu. Dengan wajah tegang, semua orang di kelompok itu mulai menghitung. Memang benar, mereka hanya ada 9 orang. "Mungkin dia terbawa arus sungai," duga sang ketua. "Ayo kita cari dia secepatnya," perintahnya kepada seluruh anak buahnya yang masih tersisa.


Semua orang pun sibuk mencari di sepanjang sisi sungai. Mereka berjalan dari ujung satu sampai ujung yang lain, mengamati setiap hal dengan teliti. Namun setelah sekian lama, tak seorangpun menemukan teman mereka yang hilang. Tak ada orang hanyut, tak ada jasad tersangkut, juga tak ada mayat mengambang. Dengan wajah putus asa merekapun kembali ke tempat semula. Sang ketua mulai menghitung lagi, dan mendapati jumlah mereka masih 9 orang.


Di tengah kebingungan dan kepanikan itu, seorang pemancing melihat mereka. "Aku lihat kalian sedang bingung. Apa yang terjadi dengan kalian?"


Sang ketua menjelaskan kejadian yang menimpa mereka kepada pemancing itu. "Sebelum menyeberang jumlah kami ada 10 orang" katanya. "Tapi kini tinggal 9. Kami sudah mencari sepanjang sungai tapi tak menemukan teman kami yang hilang itu."


Pemancing itu diam mengamati, memandang mereka satu per satu. Lalu tiba-tiba tertawa. "Jumlah kalian 10 orang ," ujarnya. "Jumlah kalian berkurang satu karena kalian tidak menghitung diri sendiri." 

Semua orang di kelompok itu pun terbengong-bengong.[]


๐Œ๐ž๐ง๐ ๐ž๐ง๐š๐ฅ ๐๐ข๐ซ๐ข ๐ฌ๐ž๐ง๐๐ข๐ซ๐ข ๐ฆ๐ž๐ซ๐ฎ๐ฉ๐š๐ค๐š๐ง ๐ฉ๐ซ๐จ๐ฌ๐ž๐ฌ ๐ฎ๐ง๐ญ๐ฎ๐ค ๐ฆ๐ž๐ฆ๐š๐ก๐š๐ฆ๐ข ๐ค๐ž๐ฅ๐ž๐›๐ข๐ก๐š๐ง ๐๐š๐ง ๐ค๐ž๐ค๐ฎ๐ซ๐š๐ง๐ ๐š๐ง ๐ฒ๐š๐ง๐  ๐š๐๐š ๐ฉ๐š๐๐š ๐๐ข๐ซ๐ข ๐ฌ๐ž๐ฌ๐ž๐จ๐ซ๐š๐ง๐ . ๐ƒ๐ž๐ง๐ ๐š๐ง ๐ฆ๐ž๐ง๐ ๐ž๐ง๐š๐ฅ ๐๐ข๐ซ๐ข ๐ฌ๐ž๐ง๐๐ข๐ซ๐ข ๐ฌ๐ž๐ฌ๐ž๐จ๐ซ๐š๐ง๐  ๐š๐ค๐š๐ง ๐ฆ๐ž๐ฆ๐ฉ๐ž๐ซ๐ก๐š๐ญ๐ข๐ค๐š๐ง ๐ฌ๐ž๐ญ๐ข๐š๐ฉ ๐ฉ๐จ๐ฅ๐š ๐ฉ๐ข๐ค๐ข๐ซ๐š๐ง, ๐ฉ๐ž๐ซ๐š๐ฌ๐š๐š๐ง, ๐๐š๐ง ๐ญ๐ข๐ง๐๐š๐ค๐š๐ง ๐๐š๐ง ๐š๐ค๐š๐ง ๐ฆ๐ž๐ฆ๐ฉ๐ž๐ง๐ ๐š๐ซ๐ฎ๐ก๐ข ๐ค๐ž๐ฉ๐š๐๐š ๐ฌ๐ž๐ญ๐ข๐š๐ฉ ๐ค๐ž๐ฉ๐ฎ๐ญ๐ฎ๐ฌ๐š๐ง ๐ฒ๐š๐ง๐  ๐๐ข๐›๐ฎ๐š๐ญ.*


Dari buku

"NEVER GIVE UP"

LUPA

"๐™Ž๐™–๐™ฉ๐™ช-๐™จ๐™–๐™ฉ๐™ช๐™ฃ๐™ฎ๐™– ๐™˜๐™–๐™ง๐™– ๐™๐™ช๐™๐™–๐™ฃ ๐™™๐™–๐™ฅ๐™–๐™ฉ ๐™ข๐™š๐™ฃ๐™ช๐™ฃ๐™Ÿ๐™ช๐™ ๐™ ๐™–๐™ฃ ๐™ ๐™š๐™ฅ๐™–๐™™๐™– ๐™ ๐™ž๐™ฉ๐™– ๐™—๐™–๐™๐™ฌ๐™– ๐˜ฟ๐™ž๐™– ๐™ฎ๐™–๐™ฃ๐™œ ๐™ข๐™š๐™ฃ๐™œ๐™š๐™ฃ๐™™๐™–๐™ก๐™ž๐™ ๐™–๐™ฃ ๐™–๐™™๐™–๐™ก๐™–๐™ ๐™™๐™š๐™ฃ๐™œ๐™–๐™ฃ ๐™ข๐™š๐™ฃ๐™š๐™ข๐™ฅ๐™–๐™ฉ๐™ ๐™–๐™ฃ ๐™ ๐™ž๐™ฉ๐™– ๐™™๐™–๐™ก๐™–๐™ข ๐™จ๐™ž๐™ฉ๐™ช๐™–๐™จ๐™ž ๐™ฎ๐™–๐™ฃ๐™œ ๐™ฉ๐™ž๐™™๐™–๐™  ๐™™๐™–๐™ฅ๐™–๐™ฉ ๐™ ๐™ž๐™ฉ๐™– ๐™ ๐™š๐™ฃ๐™™๐™–๐™ก๐™ž๐™ ๐™–๐™ฃ。"


Seorang murid mendapat ajaran dari guru spiritualnya bahwa "Tuhan ada dalam segala sesuatu".


Ketika berjalan di tepi hutan, ia mendengar kegaduhan. Orang-orang berlarian dan berteriak bahwa seekor gajah mengamuk, dan sedang menuju ke arah si murid.


Namun si murid tenang.


"Tuhan ada dalam segala sesuatu. Tuhan ada di dalam gajah. Tuhan ada di dalam diriku," batinnya, "Mana mungkin Tuhan bisa melukai Tuhan!"


Gajah makin mendekat. Di atasnya seorang penunggang berusaha mengendalikan, meski terlihat sia-sia. "Minggir...!, ayo minggir," teriak si penunggang.


Si murid tetap tenang.


Saat gajah hampir menubruk, tiba-tiba ia menyorongkan belalainya, mengibas ke tubuh si murid dan menjungkalkannya ke samping.


Malam hari ia menceritakan kejadian itu kepada gurunya, dan menyimpulkan, "Ajaran Guru keliru! Jika Tuhan ada dalam segala sesuatu, tentu Dia ada dalam diriku dan di dalam gajah. Jadi bagaimana mungkin Tuhan melukai Tuhan ? "


Sang guru dengan ringan menjawabnya, "Benar sekali, tapi mengapa kau tidak mendengar Tuhan yang ada pada si penunggang gajah, yang menyuruhmu menyingkir?"[]


๐šƒ๐šž๐š‘๐šŠ๐š— ๐š‹๐šŽ๐š›๐šŠ๐š๐šŠ ๐š๐šŽ๐š”๐šŠ๐š ๐šœ๐šŽ๐š”๐šŠ๐š•๐š’ ๐š๐šŽ๐š—๐š๐šŠ๐š— ๐š๐š’๐š›๐š’๐š–๐šž. ๐šƒ๐šŠ๐š™๐š’ ๐š•๐šŠ ๐šœ๐šŽ๐š—๐šŠ๐š—๐š ๐šœ๐šŽ๐š”๐šŠ๐š•๐š’ ๐š‹๐šŽ๐š›๐š–๐šŠ๐š’๐š— ๐š™๐šŽ๐š๐šŠ๐š” ๐šž๐š–๐š™๐šŽ๐š, ๐š๐šŠ๐š— ๐š”๐šŠ๐š›๐šŽ๐š—๐šŠ ๐š•๐šŠ ๐™ผ๐šŠ๐š‘๐šŠ ๐™ป๐šž๐šŠ๐š› ๐™ฑ๐š’๐šŠ๐šœ๐šŠ, ๐š•๐šŠ ๐š•๐šŽ๐š‹๐š’๐š‘ ๐šœ๐šž๐š•๐š’๐š ๐š๐š’๐š๐šŽ๐š–๐šž๐š”๐šŠ๐š— ๐š๐šŠ๐š•๐šŠ๐š– ๐š‘๐šŠ๐š•-๐š‘๐šŠ๐š• ๐š‹๐š’๐šŠ๐šœ๐šŠ ๐šข๐šŠ๐š—๐š ๐šœ๐šŽ๐šŒ๐šŠ๐š›๐šŠ ๐š๐šŽ๐š•๐šŠ๐š—๐š“๐šŠ๐š—๐š ๐š–๐šŠ๐š๐šŠ ๐š”๐š’๐š๐šŠ ๐šœ๐šŠ๐š”๐šœ๐š’๐š”๐šŠ๐š—!



Dari buku

MEMBUKA MATA

288 Percikan Motivasi & Renungan Inspiratif

๐—๐—”๐—ก๐—š๐—”๐—ก ๐—ง๐—”๐—ž๐—จ๐—ง❟ ๐—๐—”๐—ก๐—š๐—”๐—ก ๐— ๐—˜๐—ก๐—ฌ๐—˜๐—ฆ๐—”๐—Ÿ


Ada seorang anak muda yang ingin meninggalkan kampung halamannya untuk pergi ke kotam engadu nasib.Sebelum berangkat, beliau berkunjung ke kediaman seorang Guru Zen di desa itu. Setibanya di tempat tinggal Guru Zen tersebut, sang guru terlihat sedang latihan menulis. Beliau menggunakan sebatang pena bambu untuk menulis di lantai. Ketika mendengar permintaan pemuda itu akan nasihat darinya, beliau langsung menulis dua kata di atas lantai: "Jangan takut."


Lalu, Guru Zen itu berkata: "Saya mempunyai empat kata rahasia kehidupan. Hari ini saya berikan kepada kamu separuhnya. Itu sudah sangat memadai untuk dipakai setengah hayatmu." Lalu, Guru Zen pun meneruskan latihan menulisnya.


Merasa tidak diperhatikan, pemuda tersebut lalu meninggalkan tempat itu.


Tiga puluh tahun berlalu. Pemuda tadi sudah berhasil dan kebetulan sedang mengalami masalah dalam hidupnya. Beliau kemudian pergi untuk bertemu dengan Guru Zen itu lagi. Akan tetapi, ketika tiba di kediaman sang guru, ia mendapat kabar bahwa Guru Zen itu sudah meninggal dunia. Salah seorang murid Guru Zen tersebut memberikan sepucuk surat kepada pemuda itu.


"Surat ini khusus ditujukan untuk Anda," kata murid tersebut. Pemuda itu membuka suratnya dan di dalamnya tertulis dua kata: "Jangan Menyesal."


Pemuda itu merenungkan empat kata rahasia kehidupan "Jangan Takut, Jangan Menyesal". Pemuda itu baru menyadari bahwa sepanjang proses perjuangannya, ia tidak pernah keluar dari empat kata ini. Ia telah mempraktikkannya.[]


PESAN:

๐‘ซ๐’Š๐’‘๐’†๐’“๐’๐’–๐’Œ๐’‚๐’ ๐’”๐’–๐’‚๐’•๐’– ๐’Œ๐’†๐’ƒ๐’†๐’“๐’‚๐’๐’Š๐’‚๐’ ๐’–๐’๐’•๐’–๐’Œ ๐’Ž๐’†๐’Ž๐’‘๐’†๐’“๐’‹๐’–๐’‚๐’๐’ˆ๐’Œ๐’‚๐’ ๐’Œ๐’‚๐’“๐’Š๐’†๐’“, ๐’–๐’”๐’‚๐’‰๐’‚, ๐’‚๐’•๐’‚๐’– ๐’Ž๐’‚๐’”๐’‚ ๐’…๐’†๐’‘๐’‚๐’ ๐’š๐’‚๐’๐’ˆ ๐’๐’†๐’ƒ๐’Š๐’‰ ๐’ƒ๐’‚๐’Š๐’Œ. ๐‘ฑ๐’‚๐’๐’ˆ๐’‚๐’ ๐’•๐’‚๐’Œ๐’–๐’• ๐’Ž๐’†๐’Ž๐’–๐’๐’‚๐’Š ๐’”๐’†๐’”๐’–๐’‚๐’•๐’– ๐’š๐’‚๐’๐’ˆ ๐’Š๐’๐’ˆ๐’Š๐’ ๐’Œ๐’Š๐’•๐’‚ ๐’๐’‚๐’Œ๐’–๐’Œ๐’‚๐’ ๐’…๐’‚๐’๐’‚๐’Ž ๐’‰๐’Š๐’…๐’–๐’‘ ๐’Š๐’๐’Š. ๐‘ฑ๐’‚๐’๐’ˆ๐’‚๐’ ๐’•๐’‚๐’Œ๐’–๐’• ๐’ˆ๐’‚๐’ˆ๐’‚๐’ ๐’Œ๐’‚๐’“๐’†๐’๐’‚ ๐’Š๐’•๐’– ๐’‚๐’…๐’‚๐’๐’‚๐’‰ ๐’”๐’†๐’ƒ๐’‚๐’ˆ๐’Š๐’‚๐’ ๐’…๐’‚๐’“๐’Š ๐’”๐’†๐’ƒ๐’–๐’‚๐’‰ ๐’Œ๐’†๐’”๐’–๐’Œ๐’”๐’†๐’”๐’‚๐’. ๐‘ต๐’Š๐’Œ๐’Ž๐’‚๐’•๐’Š๐’๐’‚๐’‰ ๐’”๐’†๐’ˆ๐’‚๐’๐’‚ ๐’‘๐’“๐’๐’”๐’†๐’” ๐’‘๐’†๐’“๐’‹๐’–๐’‚๐’๐’ˆ๐’‚๐’ ๐’Š๐’๐’Š, ๐’‹๐’‚๐’๐’ˆ๐’‚๐’ ๐’Ž๐’†๐’“๐’‚๐’”๐’‚ ๐’•๐’‚๐’Œ๐’–๐’• ๐’–๐’๐’•๐’–๐’Œ ๐’Ž๐’†๐’๐’‹๐’‚๐’๐’‚๐’๐’Š๐’๐’š๐’‚. ๐‘ฑ๐’‚๐’๐’ˆ๐’‚๐’ ๐’‹๐’–๐’ˆ๐’‚ ๐’Ž๐’†๐’๐’š๐’†๐’”๐’‚๐’๐’Š ๐’‘๐’“๐’๐’”๐’†๐’”๐’๐’š๐’‚ ๐’Œ๐’‚๐’“๐’†๐’๐’‚ ๐’”๐’†๐’ƒ๐’‚๐’ˆ๐’‚๐’Š ๐’Ž๐’‚๐’๐’–๐’”๐’Š๐’‚ ๐’ƒ๐’Š๐’‚๐’”๐’‚, ๐’Œ๐’Š๐’•๐’‚ ๐’•๐’Š๐’…๐’‚๐’Œ ๐’ƒ๐’Š๐’”๐’‚ ๐’•๐’Š๐’…๐’‚๐’Œ ๐’ƒ๐’†๐’“๐’ƒ๐’–๐’‚๐’• ๐’”๐’‚๐’๐’‚๐’‰ ๐’‚๐’•๐’‚๐’– ๐’Ž๐’†๐’๐’‚๐’Œ๐’–๐’Œ๐’‚๐’ ๐’”๐’†๐’”๐’–๐’‚๐’•๐’– ๐’š๐’‚๐’๐’ˆ ๐’Ž๐’†๐’๐’š๐’‚๐’Œ๐’Š๐’•๐’Š ๐’‰๐’‚๐’•๐’Š ๐’๐’“๐’‚๐’๐’ˆ ๐’๐’‚๐’Š๐’ ๐’…๐’†๐’๐’ˆ๐’‚๐’ ๐’•๐’Š๐’…๐’‚๐’Œ ๐’”๐’†๐’๐’ˆ๐’‚๐’‹๐’‚. ๐‘ซ๐’‚๐’๐’‚๐’Ž ๐’‰๐’‚๐’ ๐’Š๐’๐’Š, ๐’š๐’‚๐’๐’ˆ ๐’‘๐’‚๐’๐’Š๐’๐’ˆ ๐’‘๐’†๐’๐’•๐’Š๐’๐’ˆ ๐’‚๐’…๐’‚๐’๐’‚๐’‰ ๐’Ž๐’†๐’๐’‹๐’‚๐’๐’‚๐’๐’Š ๐’‰๐’Š๐’…๐’–๐’‘ ๐’Š๐’๐’Š ๐’‚๐’‘๐’‚ ๐’‚๐’…๐’‚๐’๐’š๐’‚. ๐‘ฏ๐’Š๐’…๐’–๐’‘ ๐’‚๐’Œ๐’‚๐’ ๐’Ž๐’†๐’๐’‹๐’‚๐’…๐’Š ๐’๐’†๐’ƒ๐’Š๐’‰ ๐’Ž๐’–๐’…๐’‚๐’‰.


Dari buku

"Simplify Your Life With Zen"

Senin, 24 Oktober 2022

PERBEDAAN HATI

 

Thich Quang Do, mengenakan pakaian cokelat pertapa Buddha Vietnam, menyambut hangat tamunya. Rezim komunis Vietnam beberapa kali memenjarakannya. la hanya dapat menerima telpon masuk.

"Engkau bahagia sekali," komentar jurnalis yang mewawancarainya.

"Mereka tidak dapat memenjarakan pikiranku. Aku mengatupkan mataku dan pikiranku terbang kemana pun aku menghendakinya."

"Mengapa engkau sedemikian peduli dengan rakyat?" 

Thich Quang Do hening sejenak untuk merangkai pikirannya.

"Aku seorang pertapa Buddha. Aku peduli dengan kebahagiaan rakyat Vietnam."

"Banyak pertapa bungkam. Engkau bersuara," tanggap jurnalis.

"Perbedaannya pada hati yang berbela rasa.Kebanyakan berpikir tentang kebahagiaan tubuhnya sendiri. Mereka jarang berpikir tentang kebahagiaan dan penderitaan sesamanya."

"Agama Buddha memiliki tradisi bela rasa, hormat akan hak asasi manusia, dan kebebasan. Rezim komunis melucuti perasaan relijius dari pikiran rakyat. Mereka merampas Pagoda dan menjadikannya gudang beras dan pupuk, bahkan kandang ayam."

"Namun mereka gagal menghancurkannya," ujar jurnalis.

"Rezim tidak dapat melakukan segala yang disukainya, meskipun mengira dapat melakukannya."[]


"๐Œ๐ž๐ง๐ ๐š๐ฉ๐š ๐ฌ๐š๐ฒ๐š ๐ก๐š๐ซ๐ฎ๐ฌ ๐ฉ๐ž๐๐ฎ๐ฅ๐ข ๐ค๐ž๐ญ๐ข๐ค๐š ๐ญ๐ข๐๐š๐ค ๐š๐๐š ๐จ๐ซ๐š๐ง๐  ๐ฅ๐š๐ข๐ง ๐ฒ๐š๐ง๐  ๐ฉ๐ž๐๐ฎ๐ฅ๐ข? ๐”๐ง๐ญ๐ฎ๐ค ๐š๐ฅ๐š๐ฌ๐š๐ง ๐ฌ๐ž๐๐ž๐ซ๐ก๐š๐ง๐š ๐›๐š๐ก๐ฐ๐š ๐ฐ๐š๐ค๐ญ๐ฎ ๐ฉ๐š๐ฅ๐ข๐ง๐  ๐ค๐ซ๐ข๐ญ๐ข๐ฌ ๐ฎ๐ง๐ญ๐ฎ๐ค ๐ฉ๐ž๐๐ฎ๐ฅ๐ข ๐š๐๐š๐ฅ๐š๐ก ๐ค๐ž๐ญ๐ข๐ค๐š ๐ญ๐ข๐๐š๐ค ๐š๐๐š ๐จ๐ซ๐š๐ง๐  ๐ฅ๐š๐ข๐ง ๐ฒ๐š๐ง๐  ๐ฆ๐ž๐ฅ๐š๐ค๐ฎ๐ค๐š๐ง๐ง๐ฒ๐š." 

(Craig D. Lounsbrough)


Dari buku

"JUST FOR YOU "

๐๐„๐‘๐๐ˆ๐Š๐ˆ๐‘ ๐†๐€๐†๐€๐‹

"๐•ถ๐–†๐–‘๐–†๐–š ๐–๐–Ž๐–™๐–† ๐–™๐–Ž๐–‰๐–†๐– ๐–‡๐–Ž๐–˜๐–† ๐–’๐–Š๐–“๐–Œ๐–š๐–†๐–˜๐–†๐–Ž ๐–‰๐–Ž๐–—๐–Ž, ๐–๐–Ž๐–™๐–† ๐–†๐–๐–†๐–“ ๐–‰๐–Ž๐–๐–š๐–†๐–˜๐–†๐–Ž ๐–”๐–‘๐–Š๐– ๐–‡๐–Š๐–—๐–‡๐–†๐–Œ๐–†๐–Ž ๐–๐–†๐–‘"

Mรฉdiocre adalah pribadi yang berpikir sangat sederhana, tidak punya target, bertindak biasa-biasa saja, mencari aman.

Kebalikan dengan Achiever adalah pribadi yang ingin mencapai lebih, berprestasi, memiliki impian dan sasaran jelas, punya keinginan kuat untuk maju, tidak puas dengan keadaan sekarang, mengalahkan kesulitan untuk meraih sesuatu.


Karl Wallenda adalah artis pejalan di atas tali yang sangat terkenal kehebatannya. Namun, keahlian itu juga yang menewaskan dirinya. Wallenda meninggal pada 22 Maret 1978 karena tergelincir dari tali kabel setinggi 22,5 meter di puncak kota San Juan, Puerto Rico. 

Banyak spekulasi beredar akan tragedi itu, bahwa kegagalannya pasti karena tiupan angin kencang menghempasnya jatuh. Ada juga yang katakan cuaca dingin saat itu, telah melicinkan bentangan tali yang dilaluinya.

Isteri Wallenda, Helen Kreis, mengatakan pertunjukkan terakhir almarhum suaminya itu mungkin memang pertunjukkan yang paling berbahaya sepanjang kariernya. Namun, inilah untuk pertama kalinya suaminya berpikir tentang jatuh. "yang dipikirkan Karl selama tiga bulan terus-menerus hanyalah tentang jatuh. Padahal selama ini hal tersebut tidak pernah terlintas di pikirannya. Karl sepertinya mengerahkan seluruh tenaganya untuk tidak jatuh dan bukan untuk berjalan di atas tali, " tutur Ny. Wallenda.


Ketika Karl berkonsentrasi agar tidak jatuh dan bukan untuk berjalan di atas tali, sesungguhnya ia sudah ditakdirkan untuk gagal.


Inilah yang kerap menjadi gaya pemikiran seorang mediocre, yaitu terlalu takut, memikirkan kegagalan, dan membayangkan hal-hal buruk. Mereka bukannya memusatkan perhatian dan pikiran pada hal-hal yang dinginkan, tetapi malah memilih mengisi otaknya dengan hal-hal yang sebenarnya tak ingin dialami. Dan ternyata apa yang ia takutilah yang menimpanya.

 

Seorang achiever mengerti bahwa pencapaian dimulai dari pikiran. Bila di dalam pikiran kita saja sudah tidak benar, merasa kalah, merasa tidak mampu berbuat banyak, cepat atau lambat dunia seolah memenuhi keinginan pikiran kita tersebut. Oleh sebab itu, seorang achiever selalu berupaya mengelola pikirannya. la masukkan ke dalam otaknya sesuatu yang baik, yang benar, yang positif, dan yang membangkitkan semangat hidup karena ia yakin bila ia memberi input yang baik, output-nya pun tidak akan jauh berbeda dengan apa yang dimasukkan.[]


"๐˜’๐˜ฆ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ฉ๐˜ข๐˜จ๐˜ช๐˜ข๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ต๐˜ช๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ณ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ต๐˜ถ๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ข๐˜ต๐˜ข๐˜ถ ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ต๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ช, ๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ถ๐˜ฏ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ต๐˜ข-๐˜ฎ๐˜ข๐˜ต๐˜ข ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ณ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ต๐˜ถ๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข ๐˜ฑ๐˜ช๐˜ฌ๐˜ช๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ"

(Dale Carnegie)


Dari buku

"Of You Believe You Can Achieve"



ADA YANG LEBIH HEBAT

 “๐‘บ๐’†๐’ƒ๐’‚๐’Š๐’Œ-๐’ƒ๐’‚๐’Š๐’Œ ๐’Ž๐’‚๐’๐’–๐’”๐’Š๐’‚ ๐’‚๐’…๐’‚๐’๐’‚๐’‰ ๐’š๐’‚๐’๐’ˆ ๐’‘๐’‚๐’๐’Š๐’๐’ˆ ๐’ƒ๐’†๐’“๐’Ž๐’‚๐’๐’‡๐’‚๐’‚๐’• ๐’ƒ๐’‚๐’ˆ๐’Š ๐’๐’“๐’‚๐’๐’ˆ ๐’๐’‚๐’Š๐’.”  (Hadits Riway...