Selasa, 05 September 2023

PERBUATAN DIMULAI DAN INSPIRASI

 











"𝚈𝚊𝚗𝚐 𝚔𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚞𝚊𝚝 𝚓𝚊𝚗𝚓𝚒 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚜𝚎𝚛𝚒𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚛𝚎𝚔𝚊 𝚒𝚗𝚐𝚔𝚊𝚛𝚒. 𝙿𝚎𝚖𝚎𝚗𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚞𝚊𝚝 𝚔𝚘𝚖𝚒𝚝𝚖𝚎𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚜𝚎𝚕𝚊𝚕𝚞 𝚖𝚎𝚛𝚎𝚔𝚊 𝚙𝚎𝚛𝚝𝚊𝚑𝚊𝚗𝚔𝚊𝚗."

(Denis Waitley) 

       

Calon presiden John Mc.Cain punya pengalaman puluhan tahun. Perbuatannya banyak. Dia menunjukkan kekuatan, tahan uji saat ditahan enam tahun sebagai tawanan perang di Vietnam Utara. Dalam kampanyenya, bersama calon wakil presiden Sarah Palin dia katakan sudah banyak berbuat.Lawan Mc.Cain -Barack Obama- dikatakannya lebih banyak bicara daripada berbuat. Diakui Mc.Cain konsep dan oratoria Obama sangat bermutu, tetapi ditanyakan Apakah Anda pilih orang yang berbuat atau orang yang berbicara?

Namun terbukti Obama menang dalam pemilihan presiden itu karena ia mampu menggugah dengan tema yang memberikan harapan dan janji perubahan.

Perbuatan memang menjadi teladan, tetapi penerjemahan teladan menjadi pemberi semangat.

Harapan dan janji perubahan dicapai dengan perbuatan, tetapi perbuatan dimulai dengan harapan. Dan harapan dihidupkan oleh Inspirasi.[]

"𝑴𝒂𝒌𝒊𝒏 𝒃𝒆𝒔𝒂𝒓 𝒑𝒆𝒓𝒖𝒃𝒂𝒉𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂, 𝒎𝒂𝒌𝒊𝒏 𝒃𝒂𝒏𝒚𝒂𝒌 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒐𝒍𝒂𝒌𝒏𝒚𝒂. 𝑱𝒂𝒅𝒊, 𝒃𝒖𝒂𝒕𝒍𝒂𝒉 𝒊𝒕𝒖 𝒕𝒂𝒎𝒑𝒂𝒌 𝒔𝒂𝒏𝒈𝒂𝒕 𝒌𝒆𝒄𝒊𝒍 𝒅𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒑𝒆𝒍𝒆 𝒔𝒆𝒉𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒂𝒉𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒎𝒆𝒏𝒚𝒂𝒅𝒂𝒓𝒊𝒏𝒚𝒂."

(Maxime Lagacé)

Dari buku

SWEET NOTHINGS

MENGAMBIL BAYI DENGAN SEDEKAH

"𝘉𝘦𝘳𝘪𝘬𝘢𝘯𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘥𝘦𝘬𝘢𝘩! 𝘒𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘴𝘦𝘥𝘦𝘬𝘢𝘩 𝘪𝘵𝘶 𝘪𝘣𝘢𝘳𝘢𝘵 𝘴𝘶𝘯𝘨𝘢𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘭𝘪𝘳. 𝘒𝘢𝘮𝘶 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘮𝘱𝘦𝘳𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘮𝘢𝘯𝘧𝘢𝘢𝘵 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘢𝘪𝘳 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘪𝘩𝘯𝘺𝘢."


Beberapa saat menjelang isterinya melahirkan, Pak Fulan (sebut saja demikian) di PHK dari tempatnya bekerja.

"Ya Allah, terima kasih Engkau telah menakdirkan saya kena PHK, sehingga saya dapat pesangon dua juta rupiah. Mudah-mudahan Engkau mudahkan dan lancarkan proses kelahiran anak kami ya Allah!" demikian doa yang dipanjatkan pak Fulan, ketika mendengar bahwa istrinya akan melahirkan kurang dari seminggu lagi.

Tak lama kemudian, proses persalinan istrinya pun tiba. Pak Fulan membawa istrinya kepada seorang bidan. Setelah didiagnosis dan dilakukan tindakan pertolongan pertama, Ibu Bidan menyimpulkan bahwa istri Pak Fulan harus dirujuk ke sebuah Rumah Sakit di Jakarta, untuk dilakukan SC (bedah Cesar) karena ada gangguan pada si bayi yang dikandungnya.

Di atas bajaj, Pak Fulan berpikir minimal harus menyiapkan uang 6-7 juta. Sementara uang hasil pesangon yang ada di dompetnya tinggal 1,6 juta rupiah. Akan tetapi, demi keselamatan anak dan istrinya, Pak Fulan tetap nekat membawa sang istri ke rumah sakit.

Di rumah sakit, kembali pak Fulan mendapat kejutan.

"Mohon bersabar, hasil pemeriksaan menunjukkan anak Bapak ini akan lahir dengan menderita bocor jantung bawaan, gagal jantung bawaan, dan tumor otak." Kata dokter yang menangani. Rupanya, si anak akan lahir dengan membawa satu paket musibah yang tak terbayangkan sebelumnya. 

"Secara medis, kemungkinan anak Bapak paling-paling hanya bisa bertahan 18 hari" lanjut dokter tadi.

Pak Fulan punya keyakinan bahwa perkiraan medis bisa saja salah dan ada yang lebih mengetahui: Dialah Allah azza wajalla. Maka ia berusaha menerima hal itu dengan kesabaran walau dadanya terasa sesak. 

Ia langsung mendekati sang istri untuk menguatkan dirinya dan meyakinkan sang istri bahwa dengan kuasa-Nya, Allah Swt. telah menakdirkan dirinya hamil, padahal ada banyak wanita yang sangat mengharapkan dirinya bisa hamil. la pun meyakinkan istrinya untuk menjadi manusia yang bersyukur dengan tetap mengusahakan anaknya lahir apa pun kondisinya.

Alhamdulillah, proses persalinan istrinya Pak Fulan berjalan dengan lancar. Sesuai dengan prediksi dokter, sang bayi lahir dengan berat 2 kg. Tiga hari kemudian berat badannya menyusut menjadi 1,6 kg. Dengan penurunan berat badan yang drastis, nampaknya mustahil bayi bertahan hidup 3 minggu lamanya.

Namun Pak Fulan tetap meyakini bahwa kekuasaan Allah Swt. di atas segalanya. Bagi-Nya tidak ada yang tidak mungkin. Karena itu, dalam shalat-shalat malamnya, Pak Fulan senantiasa berdoa, "Ya Allah, Engkau telah menakdirkan istri saya hamil, dan Engkau telah menakdirkan pula anak saya lahir dengan selamat, maka berilah kesembuhan kepadanya."

Dalam tiga hari tersebut, uang Pak Fulan tinggal 1,4 juta rupiah lagi. Merasa uang sejumlah itu tidak akan cukup untuk membayar biaya persalinan dan perawatan rumah sakit, Pak Fulan pun nekat membagikan uangnya itu kepada fakir miskin yang ditemuinya.

Keteguhan, kesabaran, dan keyakinan pasangan suami istri yang saleh ini telah melahirkan keajaiban. Si anak, yang sebelumnya divonis enggak bakal bertahan lebih dari 18 hari, ternyata mampu hidup sampai 20 hari lamanya dan dengan kondisi kesehatan yang terus membaik. 

Hal ini membuat heran dokter yang menanganinya.

"Kalau kondisinya terus membaik seperti ini dalam waktu seminggu si anak sudah bisa dibawa pulang. Paling nanti kalau sudah di rumah bisa rawat jalan saja. Saya melihat anak Bapak ini seorang fighter (pejuang) yang pantang menyerah," kata dokter.

Dua puluh tujuh hari berlalu, 

Akhirnya dokter menyatakan kalau si anak sudah benar-benar sehat. "Alhamdulillah, anak Bapak besok sudah bisa dibawa pulang, sekarang Bapak tinggal mengurus administrasinya. Mudah-mudahan anak Bapak bisa panjang umur," katanya.

Pak Fulan langsung tersentak. Rupanya kesibukan mengurus bayi dan ibunya membuatnya lupa akan biaya Rumah Sakit. 

Uang 27 juta harus ia siapkan agar ia bisa pulang bersama keluarga barunya.

Sebuah angka yang fantastis untuk orang dengan kemampuan finansial seukuran dirinya.

Pak Fulan yaitu lalu mendatangi salah seorang kawan dekatnya di daerah Ciledug buat pinjam uang. Dan jumlah pinjaman yang berhasil didapatkan masih jauh dari jumlah yang dibutuhkan, hanya 2 juta rupiah. Sudah tentu, jumlah itu jauh dari cukup untuk melunasi tagihan rumah sakit yang selangit. Akhirnya, Pak Fulan berjalan kaki dari Ciledug menuju Salemba. Sepanjang jalur yang dilewati, ia membagikan uang yang 2 juta itu kepada orang-orang miskin yang ditemuinya. Sesampainya di rumah sakit sekitar jam 2 sore, uang yang 2 juta itu sudah habis. Pak Fulan pun langsung menuju mushala rumah sakit. la bersujud dan bersimpuh di hadapan Allah. Sambil menangis, ia memohon, "Ya Tuhanku, seandainya sampai Ashar ini kami tidak berhasil mendapatkan uang yang 27 juta itu, kirimkanlah kepada kami orang kaya yang bisa membeli anak kami."

Pada saat itu, ada seorang ibu yang dengan serius memerhatikan Pak Fulan. Lalu, si ibu berjalan mendekat.

"Kenapa Bapak menangis?" tanyanya.

"lya Bu, hari ini anak saya akan keluar dari rumah sakit," jawab Pak Fulan. "Keluar dari rumah sakit kok nangis, harusnya kan bahagia," sambung si Ibu.

"Justru itu, uang untuk menebusnya tidak ada," jawab Pak Fulan.

"Oh, begitu ... ya sudah, berarti Bapak adalah orang yang sedang saya cari. Dari pagi saya bawa uang ini nyari-nyari siapa yang butuh di rumah sakit ini, tapi enggak ketemu-ketemu, eh ternyata buat Bapak," ujar si Ibu sambil memberikan sebuah kantong keresek merah yang tampak berat.

Saat itu Pak Fulan langsung sujud syukur dan menangis terisak-isak karena bahagia. Berulang kali ia mengucapkan terima kasih kepada Allah yang telah mengirimkan seseorang yang mau membantunya. Ketika bangun sujud, ia baru ingat kalau ia belum sempat mengucapkan terima kasih si Ibu. Namun Ibu itu seolah menghilang meski sudah dicari kemana-mana. Pak Fulan pun kembali ke mushola, untung kantong plastik merah itu masih tetap berada di tempatnya.

Setelah itu, ia langsung menuju ruangan administrasi dengan niat melunasi biaya perawatan anak dan istrinya tanpa berani membuka kantong itu.

"Mbak, saya mau ambil anak saya hari ini," kata Pak Fulan.

Petugas administrasi mengatakan bahwa Pak Fulan belum bisa membawa anaknya hari itu karena harus menunggu dokter yang merawatnya.

"Kalau begitu saya mau bayar dulu biaya perawatannya," sambungnya.

"Mbak, saya punya uang segini-gininya, silakan dihitung mudah-mudahan cukup," kata Pak Fulan sambil memberikan kantong merah itu kepada si petugas.

Setelah dibuka, ternyata kantong merah itu isinya benar-benar uang.

Dan setelah dihitung, jumlahnya ternyata pas 27 juta rupiah. 

Allahu Akbar!...[]


"𝐌𝐚𝐧𝐟𝐚𝐚𝐭 𝐩𝐞𝐫𝐭𝐚𝐦𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐢𝐬𝐚 𝐝𝐢𝐫𝐚𝐬𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐛𝐞𝐫𝐬𝐞𝐝𝐞𝐤𝐚𝐡 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐬𝐢 𝐩𝐞𝐦𝐛𝐞𝐫𝐢 𝐬𝐞𝐝𝐞𝐤𝐚𝐡 𝐢𝐭𝐮 𝐬𝐞𝐧𝐝𝐢𝐫𝐢, 𝐲𝐚𝐢𝐭𝐮 𝐝𝐢𝐚 𝐦𝐞𝐥𝐢𝐡𝐚𝐭 𝐩𝐞𝐫𝐮𝐛𝐚𝐡𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐝𝐢𝐫𝐢 𝐝𝐚𝐧 𝐬𝐢𝐤𝐚𝐩𝐧𝐲𝐚, 𝐦𝐞𝐫𝐚𝐬𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐝𝐚𝐦𝐚𝐢𝐚𝐧, 𝐬𝐞𝐫𝐭𝐚 𝐦𝐞𝐥𝐢𝐡𝐚𝐭 𝐬𝐞𝐧𝐲𝐮𝐦𝐚𝐧 𝐝𝐢 𝐰𝐚𝐣𝐚𝐡 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐥𝐚𝐢𝐧."


Dari buku

"URUSAN LANCAR DENGAN AL-QUR'AN"



JANGAN LUPA MENGISI

"𝙈𝙚𝙧𝙚𝙠𝙖 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙥𝙪𝙣𝙮𝙖 𝙠𝙚𝙗𝙚𝙧𝙖𝙣𝙞𝙖𝙣 𝙪𝙣𝙩𝙪𝙠 𝙢𝙚𝙣𝙜𝙖𝙢𝙗𝙞𝙡 𝙧𝙞𝙨𝙞𝙠𝙤 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙖𝙠𝙖𝙣 𝙢𝙚𝙣𝙘𝙖𝙥𝙖𝙞 𝙖𝙥𝙖 𝙥𝙪𝙣 𝙙𝙖𝙡𝙖𝙢 𝙝𝙞𝙙𝙪𝙥𝙣𝙮𝙖。"

(Muhammad Ali)


Seorang pria tersesat di gurun pasir di suatu siang yang terik. Saat hampir mati kehausan, ia tiba di sebuah rumah kosong yang hampir toboh. Di depan rumah tua tanpa jendela itu, terdapat sebuah pompa air.

Segera ia menuju pompa itu dan mulai memompa sekuat tenaga. Tapi, tidak ada air yang keluar.


Lalu ia melihat ada kendi kecil di sebelah pompa itu dengan mulutnya tertutup gabus dan tertempel kertas dengan tulisan, "Sahabat, pompa ini harus dipancing dengan air dulu. Setelah Anda mendapatkan airnya, mohon jangan lupa mengisi kendi ini lagi sebelum Anda pergi." Pria itu mencabut gabusnya dan ternyata kendi itu berisi penuh air.

"Apakah air ini harus dipergunakan untuk memancing pompa? Bagaimana kalau tidak berhasil? Tidak ada air lagi. Bukankah lebih aman saya minum airnya dulu daripada nanti mati kehausan kalau ternyata pompanya tidak berfungsi? Untuk apa menuangkannya ke pompa berkarat hanya karena pesan tertulis di atas kertas kumal yang belum tentu benar?" Begitu pikirnya.


Untung suara hatinya mengatakan bahwa ia harus mencoba mengikuti pesat yang tertulis di kertas itu, sekali pun berisiko. la menuangkan seluruh isi kendi itu kedalam pompa yang karatan itu dan dengan sekuat tenaga memompanya. Dan.... Air pun keluar dengan melimpah, lalu pria itu minum sepuasnya. Setelah istirahat memulihkan tenaga dan sebelum meninggalkan tempat itu, ia mengisi kendi itu sampai penuh, menutupkan kembali gabusnya dan menambah beberapa kata di bawah instruksi pesan itu, "Saya telah melakukannya dan berhasil."[]

"𝐄𝐧𝐠𝐤𝐚𝐮 𝐡𝐚𝐫𝐮𝐬 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐨𝐫𝐛𝐚𝐧𝐤𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐦𝐮𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐭𝐞𝐫𝐥𝐞𝐛𝐢𝐡 𝐝𝐚𝐡𝐮𝐥𝐮 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐛𝐢𝐬𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐞𝐫𝐢𝐦𝐚 𝐤𝐞𝐦𝐛𝐚𝐥𝐢 𝐬𝐞𝐜𝐚𝐫𝐚 𝐦𝐞𝐥𝐢𝐦𝐩𝐚𝐡"


Dari buku

"Guru, Bawa Aku ke Pintu Terdepan"



Senin, 21 Agustus 2023

FOKUS KEPADA IMPIAN


"𝑲𝒂𝒎𝒖 𝒉𝒂𝒓𝒖𝒔 𝒎𝒆𝒏𝒆𝒕𝒂𝒑𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒖𝒋𝒖𝒂𝒏 𝒅𝒊 𝒍𝒖𝒂𝒓 𝒋𝒂𝒏𝒈𝒌𝒂𝒖𝒂𝒏𝒎𝒖 𝒔𝒆𝒉𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒎𝒆𝒎𝒊𝒍𝒊𝒌𝒊 𝒔𝒆𝒔𝒖𝒂𝒕𝒖 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒉𝒊𝒅𝒖𝒑."

(Ted Turner)


Dengan membawa sebatang tongkat yang pada ujungnya diikatkan sebuah wortel, seorang menunggangi seekor keledai. Tongkat itu lalu dijulurkan hingga berada tepat didepan keledai. Melihat wortel yang merupakan makanan kesukaannya, tentu saja keledai berusaha untuk mengejar untuk mendapatkan. Namun wortel itu tidak akan pernah diraih meski dia berlari kencang untuk mengejarnya. 

Saat keledai berhenti, kembali wortel itu berada tepat didepan matanya. 

Pada akhirnya wortel akan diberikan kepada keledai tergantung dari penunggangnya.


'Wortel' bisa diibaratkan dengan impian yang ingin kita raih. Impian harus bersifat unik, pribadi berbeda dengan yang lain. Oleh karenanya kalau impian itu hanya kita pandang, tidak ada hasil yang kita peroleh. Maka fokus kita adalah mengejar 'wortel' impian kita sampai suatu titik dimana impian itu dapat diraih.

Berbeda dengan 'wortel' milik orang lain. Jika mengejar impian orang atau milik umum, maka yang terjadi adalah susah untuk memperolehnya. Akhirnya 'wortel' impian itu tidak mampu memberikan dorongan untuk bergerak, malah justru akan memupus 

semuanya.

Jadi, fokuslah dengan 'wortel'impian kita sendiri.[]


“𝙹𝚒𝚔𝚊 𝚔𝚊𝚖𝚞 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚋𝚎𝚔𝚎𝚛𝚓𝚊 𝚍𝚎𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚌𝚒𝚗𝚝𝚊, 𝚝𝚎𝚝𝚊𝚙𝚒 𝚑𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚍𝚎𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚔𝚎𝚋𝚎𝚗𝚌𝚒𝚊𝚗, 𝚕𝚎𝚋𝚒𝚑 𝚋𝚊𝚒𝚔 𝚝𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊𝚕𝚔𝚊𝚗 𝚙𝚎𝚔𝚎𝚛𝚓𝚊𝚊𝚗𝚖𝚞”

(Kahlil Gibran)


Dari buku

"TERAPI PIKIRAN BAHAGIA" Cara Cepat dan Terhormat Agar Hidup Lebih Sukses, Lebih Berkualitas, dan Spektakuler



ENERGI BARU IBU INDAH

 

𝑶𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒖𝒂 𝒑𝒆𝒓𝒍𝒖 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒊𝒔𝒊 𝒆𝒎𝒃𝒆𝒓 𝒉𝒂𝒓𝒈𝒂 𝒅𝒊𝒓𝒊 𝒂𝒏𝒂𝒌 𝒃𝒆𝒈𝒊𝒕𝒖 𝒕𝒊𝒏𝒈𝒈𝒊 𝒔𝒆𝒉𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂 𝒔𝒆𝒍𝒖𝒓𝒖𝒉 𝒅𝒖𝒏𝒊𝒂 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒖𝒂𝒕 𝒍𝒖𝒃𝒂𝒏𝒈 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒄𝒖𝒌𝒖𝒑 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒆𝒓𝒊𝒏𝒈𝒌𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂."

(𝑨𝒍𝒗𝒊𝒏 𝑷𝒓𝒊𝒄𝒆)


Pemandangan itu mungkin hanya berlangsung lima menit, bahkan bisa kurang. Anak-anak kelas 1berbaris  dengan tertib lalu masuk kelas untuk memulai belajar.

Namun mewujudkan keteraturan itu tidak bisa dihasilkan dalam tempo lima menit. Ada sebuah perjalanan panjang yang harus dilalui. Dan wali kelas 1 yang bernama Ibu indah itu telah memulainya sejak lulus SMA...


Sebuah pigura tergantung di sebuah rumah panggung. Terdapat sebuah foto seorang perempuan mengenakan baju putih-putih yang merupakan seragam Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibra). Meski kini sudah menjadi ibu dari seorang anak, tetapi wajah itu tidak banyak berubah.

Kebanggaan itu tidak bisa dia ceritakan ke orang-orang sekitarnya dan itu bukan sebuah momen yang istimewa. "Ibu saya pun tidak paham apa itu Paskibra, jadi ya biasa saja" kata Ibu Indah sambil tersenyum kepada saya.

Setamat SMA ia harus memupus cita-citanya untuk kuliah di sebuah universitas di Samarinda.  Kondisi finansial memaksa ia meninggalkan mimpinya dan harus membantu orang tuanya sebagai petani.

Dia terima tawaran ibunya yang hanya sanggup membiayai untuk kursus menjahit dan menjalaninya dengan gembira. Tapi cita-citanya untuk menjadi guru tidak pernah padam.

Saat Pemerintah Kabupaten setempat membuka kesempatan beasiswa bagi putra-putra daerah untuk berkuliah pendidikan guru di Jawa, Ibu Indah merasa bahwa kesempatan ini adalah jawaban atas mimpi-mimpinya. Ia pun menyiapkan segala berkas administrasi yang merupakan syarat pendaftaran. Ketika selesai menyerahkan berkas pendaftaran di kantor dinas, ia tak lupa membaca doa berharap bahwa aplikasi tersebut diterima. Masa penantian ia jalani dengan sabar, sehingga tibalah hari pengumuman. Ia jalan ke kantor tempat pendaftaran dan langsung melihat ke papan pengumuman. Ditelusurinya nama di papan tersebut satu persatu. Sampai di akhir barisan, ia tak menemukan namanya.

Sampai di rumah, Ibu Indah tak sanggup menatap wajah Mamak (ibu) nya. Mamak pun tak mengeluarkan sepatah kata. Ia tahu bahwa apa pun yang dikatakannya tak akan terlalu bisa mengobati kekecewaan putrinya. Dalam hatinya, ia berdoa bahwa suatu hari Tuhan mampu memberikan jalan untuk cita-cita putrinya.

Tidak menyerah, kembali Ibu Indah mendaftar lagi saat kesempatan itu dibuka beberapa bulan kemudian. Kegagalannya pada program terdahulu ia lupakan. Ia pun bangkit kembali dan memulai proses yang sama. Dan, kali ini, ia harus menelan pil pahit kembali. Namanya tak ada di papan pengumuman. la pun mendengar suara-suara miring bahwa hanya mereka yang punya relasi dengan pejabat setempat yang akan diterima untuk mengikuti program ini. Ibu Indah menyadari ia tak punya koneksi pejabat. Ia hanya bisa pasrah dengan kondisi yang ia alami. Tetapi, Mamak dengan tegar mengatakan ,"Itu kan cuma kata orang. Kalau memang rezeki juga pasti dapat."

Doa Ibu Indah akhirnya terkabul. Ibu Indah mendapat kesempatan mengambil Program D2 Pendidikan Guru di Universitas Sebelas Maret, Solo. Baginya program ini merupakan sebuah jalan mewujudkan cita-citanya semasa kecil, menjadi guru.

Apa boleh buat, demi mengejar cita-citanya Ibu Indah harus rela meninggalkan ibu dan ayahnya yang sakit-sakitan selama dua tahun. Dalam kurun waktu tersebut, Ibu Indah sadar bahwa pada waktu Lebaran maupun liburan semester, ia tidak mungkin pulang ke kampung halaman untuk sekadar menjenguk orangtuanya. Pemerintah hanya menyediakan tiket pesawat untuk berangkat dan pulang usai menempuh pendidikan, tak lebih. Sempat ragu, tapi orang tuanya mendorongnya untuk terus maju dan berangkatlah Ibu Indah dengan iringan derai airmata.

Solo...

Adalah kota yang bersahabat datang menyambut kehadiran Ibu Indah. Keramahan itu terpancar dari orang-orang yang tinggal di sekitar asrama, tempat mahasiswa Paser tinggal. "Pernah ada kakek-kakek yang kita nggak kenal, tapi setiap pagi kalau ketemu kita senyum. Kok bisa ya mereka ramah sekali," ujar Ibu Indah mengenang masa-masa itu. Tetapi, keramahan kota itu ternyata tetap tak mampu mengobati kerinduan Ibu Indah pada orangtuanya. Di minggu-minggu awal tinggal di asrama, ia masih sering menangis jika mengingat orangtuanya.

Rasa kangen tak hanya dirasakan Ibu Indah seorang. Mamak pun sangat mengerti kondisi Indah. "Dulu kalau telepon pasti nangis. Tetapi, ya, mau gimana lagi. Nggak ada uang juga buat pulang," ujar mamaknya mengenang.

Hiburan Ibu Indah di asrama, saat teman-temannya pulang mudik adalah menyulam.

Terlepas akan kerinduan rumah dan orang tuanya, Ibu Indah mendapat ilmu baru tentang pendidikan: pengelolaan kelas, persiapan mengajar, kerja praktik mengajar di sekolah negeri. Dia juga dapatkan kebiasaan berbaris sebelum masuk kelas, menyanyi dan kebiasaan yang menarik dalam dunia mengajar.

Tanpa terasa, perkuliahan yang dia ikuti dengan sabar, praktik mengajar ujian akhir membawa ke langkah akhir Ibu Indah: menyelesaikan perkuliahan.

Ibu Indah berhak mendapat  gelar ahli madya di belakang namanya. Di hari itu, segala kekecewaan dan kegagalan yang ia rasakan ketika melamar beasiswa sudah nyaris ia lupakan. Air mata kesedihan ketika harus meninggalkan kampung halamannya berganti dengan air mata kebahagiaan karena ia telah mampu membuktikan kepada orang tuanya bahwa ia mampu menyelesaikan pendidikannya selama dua tahun. Ia kini telah menaiki satu anak tangga, dan tinggal beberapa langkah lagi untuk mampu mewujudkan cita-citanya sebagai seorang guru.

Dengan mengenakan kebaya yang ia jahit sendiri dan toga, ia resmi diwisuda. Di halaman kampus, ia melihat sebagian teman-temannya sibuk berfotoria dengan diapit oleh orangtua mereka masing-masing. la pun mulai membayangkan betapa hari ini akan menjadi lebih sempurna jika Mamak dan Bapak juga turut hadir di tempat itu.

Paser, Kalimantan Timur,

Ibu Indah dengan bangga mengenakan seragam berwarna coklat. Dengan seragam itu ia akan mengajar di SDN 015 Tanah Grogot. Jarak yang sekitar 1 km itu ia tempuh dengan sepeda tuanya. Namun jika hari hujan jarak itu harus ditempuh dengan berjalan kaki dengan merelakan seragamnya terkena lumpur.

Di hari pertama sekolah, ia mendapat amanah tugas yang uniknya justru tak pernah diajarkan selama ia berkuliah. Ia diminta mencuci piring atau gelas yang bekas digunakan oleh para guru. Dengan sabar, ia laksanakan tugas tersebut. Walaupun ada sedikit perasaan kecewa, ia tetap menerima pekerjaan tersebut karena ia merasa bisa jadi tugas-tugas kecil adalah ajang pembuktian bagi dirinya sebelum nantinya mendapat pekerjaan yang lebih besar.

Upayanya untuk selalu berpikir positif berbuah manis. Di hari-hari berikutnya, ia mulai mendapatkan kepercayaan untuk menggantikan wali kelas atau guru mata pelajaran yang tiba-tiba saja berhalangan hadir. Di saat tersebut, ia mulai menerapkan ilmu pendidikan yang didapatkannya selama kuliah. Selama beberapa bulan, pekerjaan yang ia tekuni selalu sama. Datang pagi, menggantikan tugas guru yang tidak masuk, dan kemudian apabila ada piring atau gelas yang kotor, tugasnya beralih menjadi tukang cuci piring. Meskipun bukan wali kelas, di sela-sela waktu istirahatnya Ibu Indah tetap membuat keterampilan yang bisa membantunya dalam menyampaikan pelajaran ke murid.

Ketekunan dan kesabaran Ibu Indah rupanya membuat Pak Ismail, kepala sekolah kagum. Pria ini melihat Ibu Indah menyimpan energi yang besar sehingga perlu diberi kesempatan.

Untuk memperbaiki kualitas murid harus dimulai dari awal, yaitu kelas 1 dan guru yang pantas untuk mengajar adalah Ibu Indah.

Dengan antusias Ibu Indah segera "tancap gas" 

Segera dia biasakan murid untuk berbaris sebelum masuk kelas. Dinding kelas yang tidak ada gambar bersifat edukatif dia padang dengan menggambar buah berikut namanya, alfabet.

Ibu Indah mencari buku-buku lama di rak yang masih layak dibaca, dikumpulkan dan disusun pada meja disamping kelas. Dengan adanya "Perpustakaan mini" itu Ibu Indah berharap murid dapat membaca buku diluar buku pelajaran.

"Mumpung masih kelas 1, jadi lebih gampang mendidiknya" demikian alasan Ibu Indah.

Pada pojok kelas disediakan dua buah rautan pensil dan kaleng susu. Murid akan tahu yang harus dilakukan dengan dua benda tersebut. Sebuah perilaku kemandirian yang ditanamkan sejak dini.

Salah satu hal yang membuat beberapa guru senang terhadap Ibu Indah adalah kemampuannya dalam menanamkan perilaku kesopanan terhadap anak didiknya. Hampir semua anak Kelas I jika berpapasan dengan guru selalu memberi salam dan mengucapkan "Permisi, Bu."

Terhadap perilaku guru lain yang berperilaku tidak pantas Ibu Indah tidak perlu menegur atau menyindir. Di dalam diamnya, Ibu Indah justru bersuara melalui aktivitas mendidik yang ia lakukan pada murid Kelas I.

"Teng....teng....teng" Lempengan besi itu dibunyikan dengan nyaring. Mengingatkan akan hari pertama saya mengajar di sekolah ini. Semua anak lari terbirit-birit, beberapa masih memegang makananmakanan yang mereka beli dari warung. Tepat di depan pintu kelas, Ibu Indah menghentikan langkah murid-muridnya. Wajah anak-anak yang baru saja merasakan bangku sekolah dasar itu tampak kebingungan karena tidak diperbolehkan masuk ke kelas. Dengan sabar, Ibu Indah ajarkan kebiasaan berbaris sebelum memasuki kelas. Ia contohkan posisi siap, posisi lencang depan, dan berbagai instruksi lainnya. Meskipun beberapa anak tampak tak mempedulikan, ia tetap mengulang instruksi itu, sampai semua anak mengikuti. Akhirnya setelah lebih dari lima belas menit berjuang, anak-anak tersebut mampu memasuki kelas satu persatu.[]

"𝙰𝚗𝚊𝚔-𝚊𝚗𝚊𝚔 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚖𝚊𝚜𝚊 𝚍𝚎𝚙𝚊𝚗 𝚔𝚒𝚝𝚊. 𝙰𝚓𝚊𝚛𝚒 𝚖𝚎𝚛𝚎𝚔𝚊 𝚍𝚎𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚋𝚊𝚒𝚔 𝚍𝚊𝚗 𝚋𝚒𝚊𝚛𝚔𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚛𝚎𝚔𝚊 𝚖𝚎𝚖𝚒𝚖𝚙𝚒𝚗. 𝚃𝚞𝚗𝚓𝚞𝚔𝚔𝚊𝚗 𝚙𝚊𝚍𝚊 𝚖𝚎𝚛𝚎𝚔𝚊 𝚜𝚎𝚖𝚞𝚊 𝚔𝚎𝚒𝚗𝚍𝚊𝚑𝚊𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚛𝚎𝚔𝚊 𝚖𝚒𝚕𝚒𝚔𝚒 𝚍𝚒 𝚍𝚊𝚕𝚊𝚖."

(𝚆𝚑𝚒𝚝𝚗𝚎𝚢 𝙷𝚘𝚞𝚜𝚝𝚘𝚗)


(Dikisahkan oleh Mutia Hapsari, Pengajar Muda dari Paser, Kalimantan Timur)

Dari buku 

"Mengabdi di Negeri Pelangi"

Keterangan foto: SDN 015 Tanah Grogot, Paser Kaltim



PAKAIAN PALING USANG

"𝘈𝘫𝘢𝘳𝘪 𝘢𝘯𝘢𝘬𝘮𝘶 𝘣𝘢𝘩𝘸𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘱𝘳𝘪𝘣𝘢𝘥𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘶𝘯𝘪𝘬. 𝘋𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘨𝘪𝘵𝘶, 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘵𝘢𝘬 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘴𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘣𝘦𝘣𝘢𝘯𝘪 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘭𝘢𝘪𝘯."


Tomoe Gakuen, sekolah Totto Chan memang unik. Kelasnya berupa gerbong kereta api, jadwal pelajarannya bisa berubah kapan saja dan seragamnya tidak ada. Kalau sekolah lain murid perempuannya memakai seragam kelasi, murid laki-lakinya mengenakan jas berkerah tinggi dan bercelana pendek, maka murid-murid Tomoe mengenakan pakaian sehari-hari ke sekolah. Bahkan Kepala sekolah selalu meminta para orangtua agar menyuruh anaknya mengenakan pakaian paling usang untuk bersekolah. Guru-guru mengizinkan mereka bermain sepuasnya tanpa perlu memikirkan kebersihan dan keutuhan pakaian mereka. 

Suatu saat Totto-chan merangkak dibawah pagar kawat berduri dan pakaian itu robek dari atas kebawah karena tersangkut. Ia tahu pakaian itu sangat disukai mamanya. Maka ia mengarang cerita.

"Aku sedang menyusuri jalan", cerita karangannya dimulai "Tiba-tiba segerombolan anak nakal melempari punggungku sehingga pakaianku robek seperti ini".

Tentu saja mama tidak akan percaya pada ceritanya tentang pisau yang dilemparkan.

"Wah, pasti mengerikan sekali" kata mamanya. Mama menyadari bahwa Totto-chan merasa tidak enak karena membuat pakaiannya robek. Dan itu cukup membuatnya lega. Tapi ada rasa penasaran bagaimana celana dalam Totto-chan yang dihiasi renda setiap hari bisa robek di sekeliling pantat. Kalau celana dalamnya kotor dan makin menipis itu bisa dipahami karena pemakainya sering main perosotan atau jatuh terduduk.

"Mama bisa melihat pakaianmu robek gara-gara pisau atau semacamnya" katanya "tapi bagaimana mungkin setiap hari celana dalammu juga robek?"

Totto-chan memikirkan hal itu beberapa saat, lalu berkata "Ada permainan bernama: 'bolehkah aku masuk?' dan 'Sampai jumpa'. Pada tanah kosong yang luas dan dikelilingi pagar kawat berduri mengucapkan 'Bolehkah aku masuk?' sambil mengangkat kawat dan menggali lubang dibawahnya dan menyusup masuk lewat bawah pagar. Kemudian disamping galian tadi membuat galian baru lalu keluar dengan mundur sambil berkata 'sampai jumpa'.

Jadi pada saat masuk atau keluar lubang tanpa sengaja pakaian atau celana dalamku  akan robek"

Mama tidak sepenuhnya mengerti cerita Totto-chan, walaupun kedengarannya kejadian itu agak mengesankan

"Asyik, ya?" tanya Mama

"Kenapa mama tidak mencobanya?" kata Totto-chan heran karena pertanyaan itu. "Asyik sekali! Aku jamin, celana dalam Mama pasti juga akan robek!".

Bayangkan, bagi orang dewasa, permainan seperti itu mungkin hanya melelahkan dan bahkan menjengkelkan, tapi bagi anak-anak sangat mengasyikkan! Mengamati Totto-chan, dengan rambut, kuku, dan telinga kotor kena tanah, mau tak mau Mama merasa agak iri. Dan mama makin mengagumi kepala sekolah. Sarannya agar anak-anak mengenakan pakaian usang yang boleh kotor, sekotor apapun yang mereka inginkan, membuktikan betapa Kepala Sekolah sangat memahami anak-anak.[]


“𝚂𝚎𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚊𝚗𝚊𝚔 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚍𝚒𝚍𝚒𝚍𝚒𝚔 𝚑𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚍𝚒 𝚜𝚎𝚔𝚘𝚕𝚊𝚑 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚊𝚗𝚊𝚔 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚝𝚎𝚛𝚍𝚒𝚍𝚒𝚔.”

(George Santayana)


Dari buku

"Totto-chan" Gadis Cilik di Jendela



Minggu, 13 Agustus 2023

TIDAK BERDUSTA DALAM KEADAAN APAPUN

 "𝐉𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐩𝐞𝐫𝐧𝐚𝐡 𝐩𝐞𝐫𝐜𝐚𝐲𝐚 𝐤𝐞𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐧𝐝𝐮𝐬𝐭𝐚𝐢 𝐤𝐚𝐦𝐮 𝐝𝐚𝐧 𝐣𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐛𝐞𝐫𝐝𝐮𝐬𝐭𝐚 𝐤𝐞𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐦𝐞𝐫𝐜𝐚𝐲𝐚𝐢 𝐤𝐚𝐦𝐮."

Ketika berusia 18 tahun, pemuda ini meminta izin kepada Ibunya untuk merantau ke Baghdad guna menimba ilmu.

Ibunya tak menghalangi pemuda itu untuk mengejar cita-citanya, meskipun merasa berat melepaskan anaknya menempuh ratusan kilometer sendirian.

Sambil melepas kepergian anaknya, Sang Ibu berpesan agar anaknya tidak berdusta dalam keadaan apapun. Kemudian ibunya membekali uang 40 dirham yang dijahitkan pada pakaian dalam pemuda itu lalu menitipkan anaknya pada sebuah rombongan yang hendak ke Baghdad.

Di tengah perjalanan, mereka diserang kawanan perampok. Habislah harta yang dibawa oleh kafilah itu karena dirampas oleh perampok. Sementara itu, perampok tidak menyentuh pemuda itu, karena mengira tidak mempunyai apa-apa. Namun,salah seorang dari kawanan itu menghampiri pemuda itu dan bertanya, "Apa yang kau bawa, hai pemuda?"

Pemuda itu berkata bahwa ia membawa uang 40 dirham yang dijahitkan pada pakaiannya. Perampok itu keheranan dan melaporkan kepada pimpinannya. Maka dipotonglah pakaian pemuda itu, dan didapatkanlah uang yang seperti yang diberitahukan pemiliknya.

Pemimpin perampok itupun bertanya "Kenapa kamu berkata jujur, padahal uang itu akan kami rampas?"

Pemuda itu menjawab bahwa sebelum berangkat ibunya sudah berpesan agar dia tidak berdusta dalam keadaan apapun. Mendengar jawaban itu, pemimpin perampok itu menangis dan tersadar akan perbuatan yang selama ini ia lakukan.

Ia menyadari pemuda yang belia ini saja tidak berani melanggar perintah ibunya, walaupun untuk itu harus kehilangan harta. Sedangkan dirinya telah melanggar perintah Allah SWT sepanjang hidupnya.

Akhirnya pemimpin perampok bersama teman-temannya itu bersumpah tidak akan merampok lagi dan bertobat dihadapan pemuda yang kelak bernama Syeh Abdul Qadir Jailani tersebut.[]


"𝑫𝒊𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒊𝒂𝒓𝒌𝒂𝒏 𝒅𝒊𝒓𝒊𝒏𝒚𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒅𝒖𝒔𝒕𝒂 𝒔𝒆𝒌𝒂𝒍𝒊, 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒍𝒆𝒃𝒊𝒉 𝒎𝒖𝒅𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒍𝒂𝒌𝒖𝒌𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒌𝒆𝒅𝒖𝒂 𝒌𝒂𝒍𝒊𝒏𝒚𝒂."

(Thomas Jefferson)


Dari buku

JIKA SUNGGUH-SUNGGUH PASTI BERHASIL



Edisi Hari Buku Nasional AYAH, AKU, DAN BUKU

Saat sudah bisa membaca, saya mendapat rak khusus berisi buku kanak-kanak dari Ayah.  Beliau tidak mau jika buku-buku saya tercecer. Oleh ka...