"𝐒𝐮𝐧𝐠𝐠𝐮𝐡 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐚𝐠𝐮𝐦𝐤𝐚𝐧 𝐛𝐚𝐠𝐢 𝐬𝐞𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐀𝐲𝐚𝐡 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐰𝐚 𝐩𝐮𝐭𝐫𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐦𝐞𝐦𝐚𝐧𝐜𝐢𝐧𝐠, 𝐭𝐞𝐭𝐚𝐩𝐢 𝐚𝐝𝐚 𝐭𝐞𝐦𝐩𝐚𝐭 𝐤𝐡𝐮𝐬𝐮𝐬 𝐝𝐢 𝐬𝐮𝐫𝐠𝐚 𝐛𝐚𝐠𝐢 𝐀𝐲𝐚𝐡 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐰𝐚 𝐩𝐮𝐭𝐫𝐢𝐧𝐲𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐛𝐞𝐥𝐚𝐧𝐣𝐚."
(John Sinor)
"Gangga...!", seorang guru memanggil pria setengah baya yang sedang merapihkan tanaman di sebuah sekolah internasional.
"Ditunggu di ruangan kepala sekolah. Sekarang...!" lanjut guru itu, kemudian meninggalkannya.
Segera pekerja itu membersihkan tangannya, merapihkan pakaian kerjanya dan berlari ke ruang kepala sekolah.
"Masuk.." terdengar suara dari balik pintu usai Gangga mengetuknya.
Seorang perempuan setengah baya yang berambut perak disimpul gaya Prancis, berbusana indah, dan kacamata bertengger di batang hidungnya menunjuk pada lembaran-lembaran kertas di atas mejanya sambil berkata, "Baca ini!"
"Maaf, saya tidak bisa membaca, Bu. Andai kata ada kesalahan, mohon beri saya kesempatan untuk memperbaikinya. Saya selalu berutang budi karena Ibu telah mengizinkan putri saya sekolah di sini tanpa harus membayar. Tidak pernah terbayangkan bahwa anak saya akan memiliki kesempatan yang sebaik ini," ujar Gangga dengan suara gemetar.
"Bukan itu maksud saya. Kami mengizinkan putrimu belajar di sini semata-mata karena ia sangat pandai dan karena kamu pekerja yang baik. Saya akan meminta seorang guru membacakan tulisan pada kertas ini untukmu. Ini adalah hasil Ujian menulis karangan anakmu. Saya ingin kamu mengetahuinya."
"𝑯𝒂𝒓𝒊 𝒊𝒏𝒊, 𝒌𝒂𝒎𝒊 𝒎𝒆𝒏𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕 𝒕𝒖𝒈𝒂𝒔 𝒎𝒆𝒏𝒖𝒍𝒊𝒔 𝒌𝒂𝒓𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒕𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒉𝒂𝒓𝒊 𝑰𝒃𝒖. 𝑫𝒂𝒉𝒖𝒍𝒖, 𝒌𝒆𝒍𝒖𝒂𝒓𝒈𝒂 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒕𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂𝒍 𝒅𝒊 𝒅𝒆𝒔𝒂 𝒌𝒆𝒄𝒊𝒍 𝒅𝒂𝒏 𝒕𝒆𝒓𝒑𝒆𝒏𝒄𝒊𝒍 𝒅𝒊 𝒕𝒆𝒑𝒊 𝒔𝒖𝒏𝒈𝒂𝒊. 𝑫𝒊 𝒕𝒆𝒎𝒑𝒂𝒕 𝒊𝒕𝒖, 𝒑𝒆𝒏𝒅𝒊𝒅𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝒑𝒆𝒏𝒈𝒐𝒃𝒂𝒕𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒚𝒂𝒌 𝒉𝒂𝒏𝒚𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒆𝒃𝒖𝒂𝒉 𝒎𝒊𝒎𝒑𝒊 𝒃𝒆𝒍𝒂𝒌𝒂. 𝑫𝒂𝒓𝒊 𝒘𝒂𝒌𝒕𝒖 𝒌𝒆 𝒘𝒂𝒌𝒕𝒖, 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒔𝒂𝒋𝒂 𝒂𝒅𝒂 𝒊𝒃𝒖-𝒊𝒃𝒖 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂𝒍 𝒌𝒆𝒕𝒊𝒌𝒂 𝒎𝒆𝒍𝒂𝒉𝒊𝒓𝒌𝒂𝒏. 𝑰𝒃𝒖 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒕𝒖 𝒑𝒆𝒓𝒆𝒎𝒑𝒖𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒃𝒆𝒓𝒖𝒏𝒕𝒖𝒏𝒈 𝒕𝒆𝒓𝒔𝒆𝒃𝒖𝒕, 𝒔𝒆𝒉𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂 𝑨𝒚𝒂𝒉 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒆𝒓𝒕𝒂𝒎𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝒔𝒂𝒕𝒖-𝒔𝒂𝒕𝒖𝒏𝒚𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒈𝒆𝒏𝒅𝒐𝒏𝒈 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒌𝒂𝒍𝒂 𝒊𝒕𝒖.
𝑨𝒏𝒄𝒂𝒎𝒂𝒏 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒖𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒂𝒌𝒖𝒊 𝒔𝒆𝒃𝒂𝒈𝒂𝒊 𝒂𝒏𝒂𝒌 𝒌𝒂𝒍𝒂𝒖 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒌𝒂𝒉 𝒍𝒂𝒈𝒊 𝒖𝒔𝒂𝒊 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂𝒍𝒏𝒚𝒂 𝑰𝒃𝒖, 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒖𝒂𝒕 𝒂𝒚𝒂𝒉 𝒕𝒆𝒕𝒂𝒑 𝒃𝒆𝒓𝒈𝒆𝒎𝒊𝒏𝒈, 𝒃𝒂𝒉𝒌𝒂𝒏, 𝒕𝒂𝒏𝒑𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒑𝒊𝒌𝒊𝒓 𝒑𝒂𝒏𝒋𝒂𝒏𝒈, 𝒂𝒚𝒂𝒉 𝒍𝒂𝒏𝒈𝒔𝒖𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒂𝒘𝒂 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒑𝒆𝒓𝒈𝒊 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂𝒍𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒂𝒎𝒑𝒖𝒏𝒈 𝒉𝒂𝒍𝒂𝒎𝒂𝒏 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂𝒍𝒌𝒂𝒏 𝒔𝒂𝒘𝒂𝒉 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒖𝒂𝒔 𝒅𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒉𝒊𝒅𝒖𝒑𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒏𝒚𝒆𝒏𝒂𝒏𝒈𝒌𝒂𝒏, 𝒔𝒆𝒓𝒕𝒂 𝒈𝒂𝒚𝒂 𝒉𝒊𝒅𝒖𝒑 𝒎𝒆𝒘𝒂𝒉 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒖𝒌𝒖𝒓𝒂𝒏 𝒘𝒂𝒓𝒈𝒂 𝒅𝒆𝒔𝒂.
𝑺𝒆𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒆𝒎𝒃𝒂𝒓𝒂 𝒌𝒆 𝒔𝒂𝒏𝒂 𝒌𝒆 𝒔𝒊𝒏𝒊, 𝒂𝒚𝒂𝒉 𝒕𝒊𝒃𝒂 𝒅𝒊 𝒌𝒐𝒕𝒂 𝒊𝒏𝒊 𝒕𝒂𝒏𝒑𝒂 𝒉𝒂𝒓𝒕𝒂, 𝒌𝒆𝒄𝒖𝒂𝒍𝒊 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒑𝒆𝒍𝒖𝒌𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂. 𝑨𝒚𝒂𝒉 𝒃𝒆𝒌𝒆𝒓𝒋𝒂 𝒌𝒆𝒓𝒂𝒔 𝒕𝒂𝒏𝒑𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒆𝒏𝒂𝒍 𝒍𝒆𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒎𝒃𝒊𝒍 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒆𝒔𝒂𝒓𝒌𝒂𝒏 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒌𝒂𝒔𝒊𝒉 𝒔𝒂𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒂𝒏 𝒑𝒆𝒓𝒉𝒂𝒕𝒊𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒂𝒏𝒑𝒂 𝒉𝒆𝒏𝒕𝒊. 𝑲𝒊𝒏𝒊, 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒆𝒓𝒕𝒊 𝒂𝒍𝒂𝒔𝒂𝒏 𝒂𝒚𝒂𝒉 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒔𝒂𝒋𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒂𝒕𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒎𝒆𝒏𝒚𝒖𝒌𝒂𝒊 𝒎𝒂𝒌𝒂𝒏𝒂𝒏-𝒎𝒂𝒌𝒂𝒏𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒔𝒖𝒌𝒂𝒂𝒏 𝒔𝒂𝒚𝒂. 𝑨𝒚𝒂𝒉 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒎𝒆𝒏𝒚𝒖𝒓𝒖𝒉 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒉𝒂𝒃𝒊𝒔𝒌𝒂𝒏 𝒎𝒂𝒌𝒂𝒏𝒂𝒏-𝒎𝒂𝒌𝒂𝒏𝒂𝒏 𝒕𝒆𝒓𝒔𝒆𝒃𝒖𝒕.
𝑺𝒆𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒆𝒌𝒊𝒂𝒏 𝒍𝒂𝒎𝒂, 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒃𝒂𝒓𝒖 𝒎𝒆𝒏𝒚𝒂𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒃𝒂𝒉𝒘𝒂 𝒂𝒍𝒂𝒔𝒂𝒏-𝒂𝒍𝒂𝒔𝒂𝒏 𝒕𝒆𝒓𝒔𝒆𝒃𝒖𝒕 𝒔𝒆𝒎𝒂𝒕𝒂-𝒎𝒂𝒕𝒂 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒃𝒆𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒑𝒆𝒏𝒈𝒐𝒓𝒃𝒂𝒏𝒂𝒏 𝒂𝒚𝒂𝒉 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒎𝒆𝒏𝒚𝒆𝒏𝒂𝒏𝒈𝒌𝒂𝒏 𝒉𝒂𝒕𝒊 𝒔𝒂𝒚𝒂. 𝑨𝒚𝒂𝒉 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒊𝒏𝒈𝒊𝒏 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒆𝒓𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒆𝒓𝒃𝒂𝒊𝒌 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒎𝒆𝒔𝒌𝒊𝒑𝒖𝒏 𝒉𝒂𝒍 𝒊𝒕𝒖 𝒋𝒂𝒖𝒉 𝒅𝒊 𝒍𝒖𝒂𝒓 𝒌𝒆𝒎𝒂𝒎𝒑𝒖𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂. 𝑺𝒂𝒚𝒂 𝒔𝒂𝒏𝒈𝒂𝒕 𝒃𝒆𝒓𝒔𝒚𝒖𝒌𝒖𝒓 𝒌𝒂𝒓𝒆𝒏𝒂 𝒔𝒆𝒌𝒐𝒍𝒂𝒉 𝒊𝒏𝒊 𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒆𝒓𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒆𝒎𝒑𝒂𝒕 𝒃𝒆𝒓𝒏𝒂𝒖𝒏𝒈 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒏𝒚𝒂𝒎𝒂𝒏 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒂𝒚𝒂𝒉. 𝑺𝒆𝒌𝒐𝒍𝒂𝒉 𝒊𝒏𝒊 𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒆𝒓𝒊 𝒓𝒆𝒔𝒑𝒆𝒌 𝒌𝒆𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒂𝒚𝒂𝒉, 𝒅𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒆𝒓𝒑𝒆𝒏𝒕𝒊𝒏𝒈 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒌𝒆𝒔𝒆𝒎𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒆𝒓𝒊 𝒑𝒆𝒏𝒅𝒊𝒅𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒆𝒓𝒃𝒂𝒊𝒌 𝒃𝒂𝒈𝒊 𝒑𝒖𝒕𝒓𝒊𝒏𝒚𝒂. 𝑱𝒊𝒌𝒂 𝒄𝒊𝒏𝒕𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝒑𝒆𝒓𝒉𝒂𝒕𝒊𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒈𝒂𝒎𝒃𝒂𝒓𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒂𝒓𝒂𝒌𝒕𝒆𝒓 𝒖𝒕𝒂𝒎𝒂 𝒔𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒊𝒃𝒖, 𝒔𝒆𝒔𝒖𝒏𝒈𝒈𝒖𝒉𝒏𝒚𝒂 𝒈𝒂𝒎𝒃𝒂𝒓𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒑𝒆𝒓𝒕𝒊 𝒊𝒏𝒊 𝒔𝒂𝒏𝒈𝒂𝒕 𝒔𝒆𝒔𝒖𝒂𝒊 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒂𝒚𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒚𝒂.
𝑱𝒊𝒌𝒂 𝒃𝒆𝒍𝒂𝒔 𝒌𝒂𝒔𝒊𝒉𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒈𝒂𝒎𝒃𝒂𝒓𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒂𝒓𝒂𝒌𝒕𝒆𝒓 𝒔𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒊𝒃𝒖, 𝒔𝒆𝒋𝒂𝒕𝒊𝒏𝒚𝒂 𝒂𝒚𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒑𝒖𝒏 𝒎𝒆𝒎𝒊𝒍𝒊𝒌𝒊𝒏𝒚𝒂. 𝑱𝒊𝒌𝒂 𝒌𝒆𝒓𝒆𝒍𝒂𝒂𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒌𝒐𝒓𝒃𝒂𝒏 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒌𝒂𝒓𝒂𝒌𝒕𝒆𝒓 𝒌𝒖𝒂𝒕 𝒔𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒊𝒃𝒖, 𝒂𝒚𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒑𝒖𝒏 𝒔𝒂𝒏𝒈𝒂𝒕 𝒓𝒆𝒍𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒌𝒐𝒓𝒃𝒂𝒏 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒂𝒏𝒂𝒌𝒏𝒚𝒂. 𝑺𝒊𝒏𝒈𝒌𝒂𝒕𝒏𝒚𝒂, 𝒋𝒊𝒌𝒂 𝒌𝒓𝒊𝒕𝒆𝒓𝒊𝒂 𝒔𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒊𝒃𝒖 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒂𝒊𝒌 𝒅𝒊𝒏𝒊𝒍𝒂𝒊 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒄𝒊𝒏𝒕𝒂, 𝒃𝒆𝒍𝒂𝒔 𝒌𝒂𝒔𝒊𝒉𝒂𝒏, 𝒅𝒂𝒏 𝒑𝒆𝒏𝒈𝒐𝒓𝒃𝒂𝒏𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂, 𝒂𝒚𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒊𝒃𝒖 𝒕𝒆𝒓𝒃𝒂𝒊𝒌 𝒅𝒊 𝒃𝒖𝒎𝒊 𝒊𝒏𝒊.
𝑷𝒂𝒅𝒂 𝒉𝒂𝒓𝒊 𝑰𝒃𝒖 𝒊𝒏𝒊, 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒉𝒂𝒓𝒂𝒑 𝒂𝒈𝒂𝒓 𝒂𝒚𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒏𝒋𝒂𝒅𝒊 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒖𝒂 𝒕𝒆𝒓𝒃𝒂𝒊𝒌 𝒅𝒊 𝒅𝒖𝒏𝒊𝒂. 𝑺𝒂𝒚𝒂 𝒔𝒂𝒏𝒈𝒂𝒕 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒉𝒐𝒓𝒎𝒂𝒕𝒊 𝒂𝒚𝒂𝒉. 𝑫𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒃𝒂𝒏𝒈𝒈𝒂, 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒊𝒏𝒈𝒊𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒂𝒕𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒃𝒂𝒉𝒘𝒂 𝒕𝒖𝒌𝒂𝒏𝒈 𝒌𝒆𝒃𝒖𝒏 𝒅𝒊 𝒔𝒆𝒌𝒐𝒍𝒂𝒉 𝒊𝒏𝒊 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒂𝒚𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒚𝒂. 𝑴𝒖𝒏𝒈𝒌𝒊𝒏 𝒌𝒂𝒓𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒊𝒏𝒊 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒎𝒆𝒏𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕𝒌𝒂𝒏 𝒏𝒊𝒍𝒂𝒊, 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒆𝒕𝒂𝒑𝒊, 𝒉𝒂𝒍 𝒊𝒏𝒊 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌𝒍𝒂𝒉 𝒃𝒆𝒓𝒂𝒓𝒕𝒊 𝒅𝒊𝒃𝒂𝒏𝒅𝒊𝒏𝒈𝒌𝒂𝒏 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒊𝒏𝒅𝒂𝒉𝒂𝒏 𝒌𝒂𝒔𝒊𝒉 𝒔𝒂𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒈𝒆𝒏𝒂𝒑 𝒑𝒆𝒏𝒈𝒐𝒓𝒃𝒂𝒏𝒂𝒏 𝒂𝒚𝒂𝒉 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒔𝒂𝒚𝒂. 𝑻𝒆𝒓𝒊𝒎𝒂𝒌𝒂𝒔𝒊𝒉"
Terdengar isak tangis halus Gangga usai tulisan dari putrinya dibacakan. Terik ganas matahari tidak akan pernah membasahi baju Gangga. Namun, kata-kata indah sang putri telah membasahi dada Gangga dengan tetesan air mata. la berdiri dengan tangan terlipat lalu mengambil kertas kertas tersebut dan mendekapnya di dada.
Suasana hening itu dipecahkan oleh suara ibu kepala sekolah terdengar rendah dan lembut, "Gangga, putrimu akan mendapat nilai seratus untuk karangannya. Ini adalah tulisan terbaik, tentang hari Ibu, yang pernah ada sepanjang sejarah sekolah ini. Lusa, kami akan menyelenggarakan perayaan hari Ibu. Kami pun telah memutuskan untuk mengundang dirimu sebagai tamu kehormatan. Acara hari Ibu kali ini untuk mempersembahkan penghargaan tertinggi bagi kasih sayang yang indah dan pengorbanan luar biasa yang bisa dilakukan oleh seorang laki-laki untuk membesarkan anaknya.
Acara ini juga dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa tidak perlu menjadi seorang perempuan agar bisa menjadi orang tua yang sempurna. Selain itu, hal terpenting adalah acara ini untuk mendorong, menghargai, dan mengakui keyakinan putrimu untukmu. Kami ingin membuat putrimu merasa bangga, dan untuk mengumumkan kepada seisi sekolah ini bahwa kami bangga memiliki orang tua terbaik di bumi ini seperti pernyataan putrimu.
Gangga, dirimu adalah tukang kebun sejati yang tidak hanya menjaga kebun kami untuk tetap indah, tetapi juga dirimu telah berhasil menumbuhkan dan memelihara setangkai bunga yang berharga dalam hidupmu dengan cara yang indah dan tak terbayangkan. Nah, Gangga, apakah kamu bersedia menjadi tamu kehormatan kami pada acara tersebut?"[]
“𝚂𝚎𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚊𝚢𝚊𝚑 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚊𝚒𝚔 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚗𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊𝚕𝚔𝚊𝚗 𝚓𝚎𝚓𝚊𝚔𝚗𝚢𝚊 𝚙𝚊𝚍𝚊 𝚙𝚞𝚝𝚛𝚒𝚗𝚢𝚊 𝚜𝚎𝚕𝚊𝚖𝚊 𝚜𝚒𝚜𝚊 𝚑𝚒𝚍𝚞𝚙𝚗𝚢𝚊.”
(Dr.James Dobson)
Dari buku "Dari Kuntum Menjadi Bunga" julid 3