Senin, 22 November 2021

Edisi Hari Guru Nasional (5)

 


P R

Suatu ketika, aku mendapati Simson tidak mengerjakan PR Matematikanya.Saat kutanya apa alasannya,ia diam saja.Karena tidak dapat memberikan alasan,maka ia harus menerima konsekwensinya.

"Sesuai dengan janji, silakan keluar dari kelas dan kerjakan PR itu dua kali lipat ditambah hafalan perkalian" kataku,dan dengan patuh ia keluar kelas.Pelajaran kulanjutkan kembali.

Saat istirahat, tiba-tiba Ayu menghampiriku dan bercerita,"Ibu, kemarin Simson dong kena pukul di pung Mama"(Simson kena pukul mamanya)

"Kenapa dipukul?"

"Simson tidak menggendong adiknya gara-gara mau kerja PR dari ibu...tapi akhirnya Simson menggendong adiknya sambil menghafal perkalian supaya Ibu sonde marah"

Terenyuh aku mendengar pengakuan dari Ayu, rasanya menyesal sekali telah menghukum Simson yang sebenarnya tetap berusaha mencari cara agar tetap bisa mengerjakan PR.Sepertinya aku belum cukup memahami keterbatasan dan upaya mereka.Salahku tidak mendengarkan penjelasan dari Simson.Kemudian dalam hati aku berjanji akan selalu mendengar cerita dibalik PR mereka.

Atau Koba, seorang gadis pendiam yang rela keluar masuk hutan hingga malam hari demi mencari kayu yang paling bagus bentuknya untuk membuat prakarya.Yusak, dengan semangat luar biasa setelah bekerja di kebun tetap memanjat pohon lontar dan mengambil daunnya untuk PR menganyam ketupat.Mungkin juga Ardi yang selalu bersemangat menulis buku jurnalnya hingga berlembar-lembar dan sampai larut malam karena menurutnya itulah PR yang paling menyenangkan.Bahkan,ia bermimpi menjadi seorang penulis dan akan menghadiahkan buku hasil karyanya kelak untukku.

Oh Tuhan...,sekali lagi aku sadar bahwa dibalik PR mereka benar-benar memahami apa itu tanggung jawab dan bekerja keras.Dari pengalaman ini,aku sadar, PR seharusnya tidak hanya dihargai dengan nilai seratus jika pekerjaan mereka sempurna dikerjakan atau limapuluh jika mampu mengerjakan setengahnya atau langsung memarahi dan mendakwa saat PR tidak dikerjakan.

Dari sebuah PR,awalnya kupikir sangat sederhana ternyata menyimpan proses yang luar biasa.Ternyata mereka mampu mandiri ditengah keterbatasan, bahkan menghasilkan sesuatu yang lebih kaya dengan proses dibandingkan PR yang diperoleh dari anak-anak Bimbel maupun privat.

Tersimpan mimpi dan harapan dalam tiap goresan PR yang telah mereka kerjakan.Pun denganku.Tiap kali memberikan PR pada tiap harinya, aku tidak lagi hanya memberikan kumpulan soal untuk mereka catat,bawa pulang,dan kerjakan.Akan tetapi,ditiap soalnya kutitipkan sejuta harapan agar tiap nomor soal itu memberikan proses yang sarat makna untuk masa depan mereka.Anak-anak yang akan menjadi masa depan bangsa ini juga.


(Nia Setiyowati,pengajar muda kabupaten Rote Ndao NTT)


Dari buku

CATATAN KECIL PENGAJAR MUDA

setahun mengajar, seumur hidup menginspirasi

Edisi Hari Guru Nasional (4).


SUNGGUH,AKU JATUH CINTA...


Baru satu pekan, pesan itu sudah saya langgar: Saya jatuh cinta!

Lusiman Senen,biasa dipanggil Iman.Murid saya kelas 6

Pada usia yg belia itu nampak sosok kharismatik yang disenangi dan didengarkan teman²nya.Sulit membayangkan dibalik kecerdasan,keceriaan dan kebandelan nya kelak anak ini akan jadi pemimpin.


DI LAPANGAN

Minggu lalu ada pertandingan bola disekolah.Saat ada pemain cadangan yang sudah gelisah karena belum diturunkan ,Iman biasanya adalah orang pertama yang berbesar hati menawarkan untuk diganti.Dan selalu saja dilarang oleh teman-temannya.Bagaimana tidak,Iman adalah 'top scorer' di liga sepakbola ini.

Pada pertandingan lain, pelanggaran pada tim lawan membuat wasit memberikan tendangan pinalti pada tim Iman.Sebagai 'striker utama' dan kapten tim bisa saja Iman mengambil kesempatan itu.Namun justru dia berikan kesempatan itu kepada pemain lain."Tendang sudah!" katanya dalam bahasa Indonesia pasar khas Halmahera.

Meski tak membuahkan gol, kejadian ini adalah momen yang paling saya ingat.


DI RUMAH

Anak bandel ini tak mau terkungkung dg cara belajar yang konvensional.Membosankan, katanya.Tiap malam dia datang ketempat saya dg rasa ingin tahu yang meluap-luap.Tiap saya berikan soal atau buku untuk dibaca,ia akan menghilang dalam sekejap mata saat saya memalingkan pandangan.Tapi kalau saya sudah bercerita apa saja tentang negeri diseberang lautan,apa itu Demokrasi,tata Surya,maka Iman akan mendengarkan dengan mata berbinar.Seringkali ia belum mau pulang meski saya sudah selesai berkisah


DI SEKOLAH

Setelah "bermain" tata surya,kami duduk melingkar di sudut lantai kelas untuk menceritakan masa rotasi dan revolusi planet yang berbeda satu dengan yang lain.Saat sampai pada rotasi planet Jupiter yg lamanya90 hari bumi,Iman kontan berkata "Wah,kalau kita berpuasa di Jupiter,bisa mati,ya,Bu?".Luar biasa,logika anak itu sudah melampaui usianya dalam menarik kesimpulan.


DI RUMAH

Pulang sekolah kali ini, rumah murid yang saya datangi adalah tempat Iman yang kebetulan tak jauh dari tempat tinggal saya.Dari pintu saya lihat ada seorang anak kecil tetangga sedang duduk di ruang tengah nampak kesulitan membuka bungkus kemasan makanan.Ia dengan tenang mengambil kemasan itu,membuka,dan memberikan kepada anak kecil itu.Kemudian dia berpaling  kepada saya "Ibu mauminum air putih?".Saya mengangguk sambil masih sedikit tertegun.

..........................................

Begitulah,aku jatuh cinta setengah mati.

Bila aku hanya boleh mengajar di satu sekolah,aku ingin mengajar di sekolah Iman.

Bila aku hanya boleh mengajar di satu kelas,aku ingin mengajar di kelas Iman.

Bila aku hanya boleh mengajar satu anak,aku ingin mengajar Iman...


Dari buku

INDONESIA MENGAJAR

 

Edisi Hari Guru Nasional (3)

 


SUNGGUH,AKU JATUH CINTA...


Baru satu pekan, pesan itu sudah saya langgar: Saya jatuh cinta!

Lusiman Senen,biasa dipanggil Iman.Murid saya kelas 6

Pada usia yg belia itu nampak sosok kharismatik yang disenangi dan didengarkan teman²nya.Sulit membayangkan dibalik kecerdasan,keceriaan dan kebandelan nya kelak anak ini akan jadi pemimpin.


DI LAPANGAN

Minggu lalu ada pertandingan bola disekolah.Saat ada pemain cadangan yang sudah gelisah karena belum diturunkan ,Iman biasanya adalah orang pertama yang berbesar hati menawarkan untuk diganti.Dan selalu saja dilarang oleh teman-temannya.Bagaimana tidak,Iman adalah 'top scorer' di liga sepakbola ini.

Pada pertandingan lain, pelanggaran pada tim lawan membuat wasit memberikan tendangan pinalti pada tim Iman.Sebagai 'striker utama' dan kapten tim bisa saja Iman mengambil kesempatan itu.Namun justru dia berikan kesempatan itu kepada pemain lain."Tendang sudah!" katanya dalam bahasa Indonesia pasar khas Halmahera.

Meski tak membuahkan gol, kejadian ini adalah momen yang paling saya ingat.


DI RUMAH

Anak bandel ini tak mau terkungkung dg cara belajar yang konvensional.Membosankan, katanya.Tiap malam dia datang ketempat saya dg rasa ingin tahu yang meluap-luap.Tiap saya berikan soal atau buku untuk dibaca,ia akan menghilang dalam sekejap mata saat saya memalingkan pandangan.Tapi kalau saya sudah bercerita apa saja tentang negeri diseberang lautan,apa itu Demokrasi,tata Surya,maka Iman akan mendengarkan dengan mata berbinar.Seringkali ia belum mau pulang meski saya sudah selesai berkisah


DI SEKOLAH

Setelah "bermain" tata surya,kami duduk melingkar di sudut lantai kelas untuk menceritakan masa rotasi dan revolusi planet yang berbeda satu dengan yang lain.Saat sampai pada rotasi planet Jupiter yg lamanya90 hari bumi,Iman kontan berkata "Wah,kalau kita berpuasa di Jupiter,bisa mati,ya,Bu?".Luar biasa,logika anak itu sudah melampaui usianya dalam menarik kesimpulan.


DI RUMAH

Pulang sekolah kali ini, rumah murid yang saya datangi adalah tempat Iman yang kebetulan tak jauh dari tempat tinggal saya.Dari pintu saya lihat ada seorang anak kecil tetangga sedang duduk di ruang tengah nampak kesulitan membuka bungkus kemasan makanan.Ia dengan tenang mengambil kemasan itu,membuka,dan memberikan kepada anak kecil itu.Kemudian dia berpaling  kepada saya "Ibu mauminum air putih?".Saya mengangguk sambil masih sedikit tertegun.

..........................................

Begitulah,aku jatuh cinta setengah mati.

Bila aku hanya boleh mengajar di satu sekolah,aku ingin mengajar di sekolah Iman.

Bila aku hanya boleh mengajar di satu kelas,aku ingin mengajar di kelas Iman.

Bila aku hanya boleh mengajar satu anak,aku ingin mengajar Iman...


Dari buku

INDONESIA MENGAJAR

Bu Marwia akhirnya mengeluh kepadaku tentang Ajrul muridnya. Sebagai wali kelas V beliau terkenal guru yang paling baik di SDN Bibinoi. Anak itu sering bolos dan keluar kelas saat jam pelajaran dan tidak kembali.

Keesokan harinya, saat apel pagi aku memperingatkan Ajrul dan anak-anak lain untuk menghormati guru tanpa kecuali, mengikuti pelajarannya dengan baik, mengerjakan tugas yang diberikan.

Sebagian anak mengikuti nasihat ini, sayang Ajrul bukan salah satunya.

"Pak Guru, tadi Ajrul kencing di rumah belajar" seorang anak melapor padaku.Astaga, anak itu. Ini sudah tidak bisa ditolerir lagi.

Aku tidak tahu lagi harus bagaimana menasihati anak itu. Ketika kata-kata tak dihiraukan, aku langsung kehabisan cara untuk mengubah tabiat Ajrul.

Keesokan harinya, usai apel sekolah, aku meminta Ajrul menemuiku. "Ajrul, Pak Guru minta maaf karena harus menamparmu" kataku.

Ajrul terkejut mendengar ucapanku. Sesaat mungkin dia tidak percaya Pak Guru yang dekat dengan anak-anak akan mengeluarkan kata "tampar" di depannya.

Dia mendekat, dan...plak!. Telapak tanganku menyengat kulit wajahnya.

Air matanya keluar tak tertahan. Badannya bergetar. Mungkin hatinya takut membayangkan akan ada tamparan selanjutnya. Kupegang tangannya untuk membawanya mendekat 

"Ajrul, biki apa kong ngoni paksa Pak Guru untuk berbuat begini? Pak Guru salah apa deng ngoni kong ngoni tara mau hormat deng pak Guru dan guru-guru lain?" (Sedang apa, kok kamu paksa Pak Guru berbuat begini? Pak Guru salah apa dengan kamu sampai kamu tak mau menghormati Pak Guru dan guru-guru lain?)

"Pak Guru tara salah. Kitong yang salah" Ajrul membalas sambil mengusap air mata di pipinya.

Aku meminta maaf dan menyuruhnya kembali ke kelas. Ia sudah berjanji tidak mengulang kesalahan yang sama. Tindakanku mungkin tak bisa dibenarkan, namun aku selalu berharap anak ini bisa berubah demi kebaikan dirinya sendiri. Aku memang melewati batas, tapi kuharap hal itu layak dilakukan.

Kuminta agar ia menyayangi Ibu Marwia. Dia mengangguk tulus, tak berani menatap wajahku.

Keesokan harinya Bu Marwia menghampiriku dan menanyakan apa yang kulakukan terhadap Ajrul.

"Ajrul sekarang sudah berubah, Pak. Tak pernah lagi keluar kelas dan mau mengerjakan tugas yang diberikan"

"Alhamdulillah,Ibu. Maaf,Ibu, kemarin saya harus menamparnya"

Ibu Marwia membalas dengan tersenyum.

Aku menyaksikan sendiri bagaimana Ajrul berubah.

Ketika azan Maghrib berkumandang, dia sudah siap sedia, berada di jalan menuju masjid bersama anak-anak lain. Usai turun salat Maghrib, dia ikut rombongan anak-anak mengaji denganku. Dari raut wajah dan perilakunya, ketulusan dan kebaikannya meningkat tak terkira. Bahkan dalam beberapa kesempatan, aku menunjuknya untuk menjadi pembaca teks Pancasila dalam upacara bendera. Bukan kebetulan kalau kemudian aku menunjuknya menjadi wakil SDN Bibinoi dalam lomba membaca puisi tingkat kecamatan. Suaranya lantang dan artikulasinya jelas. Dia punya kelebihan. Meskipun akhirnya tidak menang, itu tak mengurangi sedikit pun kebanggaan pada dirinya. Dia sudah memulai tahapan baru dalam hidupnya.[]


Dari buku

ANAK-ANAK ANGIN

keping perjalanan seorang pengajar muda.

(dari Jakarta ke Halmahera Selatan)

Edisi Hari Guru Nasional (2)


BERTEMU DENGAN IBU ANA

Suatu hari, ketika saya tidak sekolah karena sakit, beberapa teman sekelas datang ke rumah. Mereka bilang diutus Ibu Ana. Lusa akan ada kompetisi para bintang. Saya ditunjuk mewakili kelas. Mendengar itu saya pucat. Hati merasa gentar. Sebab belakangan saya kerap membolos sehingga tertinggal banyak pelajaran. Saya takut tidak mampu mengerjakan soal-soal yang akan diujikan. Tetapi, menurut teman-teman, penunjukkan saya sudah final. 

Besok sorenya Bu Ana datang ke rumah, naik becak. Bu Ana meyakinkan bahwa saya pasti bisa. Bahkan sore itu dia meluangkan waktu mengajari saya pelajaran yang tidak saya ikuti. Dia ingin agar besok saya tampil prima. 

Tentu saja dengan persiapan yang pas-pasan, akhirnya saya kalah dalam kompetisi itu, meski mempersiapkan dengan maksimal.

Pada saat seperti itulah saya merasakan kasih seorang guru. Ibu Ana berkali-kali membesarkan hati saya agar tidak merasa bersalah. “Kamu anak pandai. Suatu hari kelak kamu akan berhasil,” kalimat itu mengalir tulus dari Ibu Ana. “Dengan kepandaiannmu mengarang, nanti besar kamu bisa jadi pengarang atau wartawan.”


 Melalui jalan yang panjang ,saya akhirnya mendapatkan alamat dan nomor telepon Ibu Ana. Sungguh tak terperi rasa di hati ketika akhirnya saya mendengar suara Ibu Ana di ujung telepon. ‘’Ibu, lama saya mencari ibu. Saya ingin mengucapkan terima kasih.’’ Di ujung telepon saya mendengar suara perempuan, yang dalam usianya memasuki 67 tahun, masih bersemangat. ‘’Ibu hanya menjalankan tugas seorang guru,’’ ujar Ibu Ana. 


Kebahagiaan saya semakin lengkap ketika akhirnya Ibu Ana memenuhi undangan saya untuk hadir pada acara re-branding Kick Andy di studio Metro TV di Jakarta. Pada acara itu buku Andy’s Corner juga diluncurkan. Di dalam buku itu ada cerita tentang Ibu Ana. Cerita tentang seorang guru yang sangat berjasa dalam kehidupan saya. Betapa bahagianya hati saya ketika buku perdana Andy’s Corner itu bisa saya serahkan langsung ke tangan guru yang saya cintai, Ibu Ana. Di depan penonton di studio, air mata saya jatuh. Air mata bahagia..


Dari buku

Amdy's Corner. Buku kedua


Keterangan foto: Andy F Noya dengan ibu Ana, guru SD nya

Edisi Hari Guru Nasional (1).

 

 TIGA PUCUK SURAT DARI TEDDY

Bagian terbaik dari hidup seseorang adalah perbuatan-perbuatan baik dan kasih sayangnya yang tidak diketahui orang lain

(William Wordsworth)

Setiap akan menyampaikan pelajarannya di kelas lima, guru wanita itu selalu membisikkan kata-kata indah didekat telinga muridnya. Dengan lembut dia katakan "Ibu selalu menyayangi kalian semua.."

Tapi diam-diam perhatiannya tertuju kepada seorang murid yang duduk didepan dengan pakaian kusut, wajah lesu dan murung.

Suatu saat Bu Guru Thompson-demikian nama guru tadi- memeriksa buku raport murid yang murung tadi.

Bu Thompson menemukan sebuah kenyataan yang mengejutkan pada diri Teddy, murid yang selalu murung itu.

Pada catatan kelas satu tertulis "Teddy anak yang pandai dan ceria. Dia selalu menyelesaikan tugasnya dengan penuh kesungguhan. Teddy adalah anak yang sopan"

Bu Guru Thompson melanjutkan dengan halaman berikutnya. Pada catatan kelas dua tertulis "Teddy anak yang pandai dan disukai teman-temannya. Sayangnya, Teddy sering gelisah akibat sakit ibunya sehingga rumahnya kurang menyenangkan"

Pada catatan kelas tiga tertulis: "Meninggalnya ibu Teddy sangat membebani. Dia berusaha mengatasi masalahnya itu, namun ayahnya kurang memperhatikan. Kondisi ini akan makin parah jika tidak diberikan tindakan"

Catatan guru kelas empat nya pada halaman berikutnya adalah: "Teddy adalah anak yang murung dan sama sekali tidak mau belajar. Dia hampir tidak mempunyai teman dan sering tertidur pada saat pelajaran"

Bu Guru Thompson merasa malu pada dirinya usai memperhatikan catatan pada raport Teddy pada kelas-kelas sebelumnya dan ia bertekad untuk berubah.

Tak lama berselang, Bu Thompson berulang tahun. Semua muridnya memberikan hadiah-hadiah yang menarik dan dibungkus dengan kertas aneka warna dan diberi pita penghias.

Demikian juga Teddy...

Setelah semua murid memberikan hadiahnya, tibalah giliran Teddy. Anak pendiam itu menyerahkan sebuah kotak kardus yang dibungkus kertas kusam tidak beraturan. Dari modelnya orang bisa menebak kertas kusam itu adalah kertas bekas pembungkus sayuran.

Saat Bu Thompson membuka hadiah dari Teddy semua murid tertawa riuh.

Hadiah yang diberikan Teddy adalah seuntai kalung permata tiruan yang nampak rangkaian batunya beberapa terlepas dan sebotol parfum yang isinya tinggal setengah.

Tapi gelak tawa seluruh murid itu terhenti saat Bu Thompson tidak menampakkan ekspresi marah atau geli. Dia ucapkan terimakasih kepada Teddy dan dia kenakan kalung itu di lehernya serta menyemprotkan parfum pada pergelangan tangannya.

Usai pelajaran, saat teman-temannya meninggalkan kelas, Teddy masih duduk di bangkunya. Saat kelas sudah sepi, Teddy menghampiri Bu Thompson dan berkata "Aroma tubuh ibu hari ini persis dengan aroma mendiang ibu saya"

Dengan menahan haru Bu Thompson tersenyum mengangguk seraya mengucapkan terimakasih. Begitu Teddy keluar kelas, barulah Bu Guru Thompson menangis tersedu didalam kelas.

Sejak saat itu, Bu Guru Thompson tidak hanya mengajarkan baca, tulis dan berhitung kepada muridnya, tetapi juga mengajari bagaimana menyayangi orang lain. Dia tak lagi mengucilkan dan memandang sebelah mata kepada muridnya yang murung tersebut.

Setelah mendapat perhatian dari gurunya, Teddy pun perlahan kembali menunjukkan gairah belajarnya. Kecerdasannya yang selama ini terpendam, kembali muncul sehingga membuatnya menjadi murid terpandai di kelasnya.

Setahun kemudian, saat kelulusan Teddy dinyatakan sebagai lulusan terbaik diantara teman-temannya. Saat itu ibu guru Thompson menemukan secarik kertas di mejanya dari Teddy yang berbunyi "Ibu adalah guru terbaik yang saya miliki sepanjang hidup saya"

Teddy melanjutkan pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi dan enam tahun kemudian, dia mengirim surat kepada gurunya yang mengabarkan dia telah menamatkan pendidikan menengahnya dan menduduki peringkat ketiga di sekolahnya. Kembali dia mengatakan bahwa saat itu Ibu Guru Thompson adalah guru terbaik sepanjang hidupnya.

Empat tahun kemudian, kembali sepucuk surat datang kepada Ibu guru Thompson. Kali ini Teddy mengabarkan hampir menyelesaikan perguruan tingginya meski keadaan makin sulit. Tidak lupa dia kembali mengatakan bahwa Bu guru Thompson adalah guru terbaik sepanjang hidupnya.

Empat tahun kemudian, kembali Teddy mengirim surat kepada ibu guru Thompson menceritakan telah berhasil meraih gelar sarjananya dan akan segera melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Tak lupa dalam surat inipun dia mengatakan Bu guru Thompson adalah guru terbaik yang ia miliki sepanjang hidupnya.

Waktu berlalu,

Suatu saat Bu Thompson kembali menerima surat dari Teddy. Kali ini ia mencantumkan nama yang lebih panjang dari sebelumnya. Tertulis pengirim surat adalah DR.THEODORE F.STODDARD.

Dan.... tibalah hari yang membahagiakan Teddy saat ia menyunting seorang gadis untuk menjadi istrinya. Teddy mengirimkan surat kepada Bu Thompson agar bersedia menghadiri pernikahannya untuk duduk di kursi menggantikan posisi ibu kandungnya.

Ibu Guru Thompson akhirnya datang pada pernikahan Teddy. Dia mengenakan kalung yang dulu dihadiahkan kepadanya, bahkan ia juga memakai parfum yang dipakai mendiang ibu Teddy.

Di tengah acara, Dr Theodore Stoddard berbisik ke telinga gurunya "Terima kasih atas kepercayaan Ibu kepada saya. Saya sangat berterima kasih kepada Ibu, karena Ibulah yang telah menyadarkan saya bahwa saya adalah orang penting dan saya pasti dapat meraih kesuksesan"

Ibu guru Thompson tidak kuasa menahan air mata saat mendengar kata-kata muridnya. Lalu dia berkata "Kau keliru. Sebenarnya justru engkaulah yang mengajariku bagaimana menjadi guru yang sukses. Sampai ibu bertemu dirimu, ibu tidak pernah tahu cara menjadi guru yang baik"

Theodore "Teddy" Stoddard adalah seorang dokter terkemuka yang memiliki pusat pengobatan kanker Stoddard di Rumah Sakit Negara Bagian Iowa, Amerika Serikat. Pusat pengobatan ini menjadi salah satu lembaga medis terbaik yang ada di Amerika serikat.


Guru yang biasa-biasa, berbicara

Guru yang bagus, menerangkan

Guru yang hebat, mendemonstrasikan

Guru yang agung, memberi inspirasi

(W.Arthur Ward)


Dari buku

JANGAN MENYERAH

Sabtu, 20 November 2021

DETERMINATION YOEW BIN

 


"Pohon sukses yang kuat dan indah tumbuh dari benih-benih kegagalan dan perjuangan..."

 (Pepatah Cina) 

Dengan dibekali sejumlah kliping koran dan setelah diseleksi serta dilatih oleh pelatih yang tidak berpengalaman di bidangnya, pada tahun 1970 Yoew Bin dikirim negara China untuk mewakili kejuaraan dunia Ice Dancing. 

Karena kemiskinannya, negara tidak mampu mengirim pendamping Yoew Bin ke luar negeri. Berangkatlah dia sendirian untuk pertama kalinya keluar negeri dengan tidak mengetahui bahasa selain bahasa negerinya. Tentu saja dengan segala sesuatunya yang terbatas membuat penampilan Yoew Bin tidak ada artinya dibandingkan dengan Atlet juara di bidangnya.

Beberapa kali ia terjatuh dan jadi bahan tertawaan dan ejekan penonton. Dengan pengalaman yang luar biasa (memalukan) ini Yoew Bin tidak putus asa.

Dia justru membulatkan tekad menyelamatkan negerinya dari dipermalukan oleh bangsa lain.Yoew Bin memutuskan untuk menjadi pelatih Ice Dancing di seluruh sisa hidupnya. 

Tiga puluh tahun berlalu... 

Dua pasang atlet Ice Dancing masuk ke babak final Olimpiade 2006 : Shen dan Zhao memperoleh medali perunggu. Pasangan yang lain adalah Zhang Hao dan Zhang Dan. Karena ingin mengharumkan negaranya, mereka mencoba lompatan yang belum pernah dilakukan pada olimpiade sebelumnya, yaitu Quadruple salchow. Saat Zhang Hao melempar pasangan putrinya Zhang Dan ke udara,atlet ini terjatuh dengan posisi yang salah.

Dia mengalami luka di lutut dan nyaris tak sanggup berdiri. Ketika dipapah keluar arena,Yoew Bin ,sang pelatih segera menghampiri dari atas.Dia tak ingin atlet andalannya ini dipermalukan seperti dirinya tiga puluh tahun lalu.

Disemangatinya atlet yang sudah terluka dan nyaris tak bisa berdiri itu untuk kembali ke arena. Kembali mereka ke arena dan menampilkan tontonan yang luar biasa indah diiringi tepuk tangan penonton sampai penampilannya berakhir.

Pasangan ini lalu mendapat nilai tertinggi untuk sisa permainannya dan mereka memperoleh medali perak.

 Keunggulan, prestasi semuanya harus dibangun melalui kerja keras, melalui serangkaian kegagalan dan tetap menjaga determination atau keteguhan hati.Bahwa hasil akhirnya semua tergantung dari Allah,itu pasti. 


Dari buku

 INSPIRING ONE

Keterangan foto: Yoew Bin bersama Zhang Dan dan Zhang Hao

Kamis, 18 November 2021

TIDAK PERNAH MEMBENCI

 

Minggu,8 November 1987

Sudah sejak pagi Marie Wilson menunggu hari ini.

Gadis berusia 28 tahun ini akan kencan bersama ayahnya setelah delapan belas tahun menunggu saat bersama tersebut.

Gordon Wilson, ayahnya, yang sebelumnya sangat sulit menyediakan waktu untuk pergi bersama,kali akan mengajaknya pergi menonton karnaval di pusat kota.Setelah itu mereka akan nonton film dan makan bersama.

"Wah,Ayah tampan sekali hari ini" kata Marie saat melihat ayahnya mengenakan sweater biru muda Kashmir pemberiannya.

Ayahnya merangkul Marie semata wayangnya "Putri Ayah juga kini cantik dan tambah dewasa"

Saat itu menjelang musim dingin di Irlandia.Marie harus mengenakan mantel supertebalnya.

Mereka meninggalkan rumah dan menyusuri jalan kecil dan sebuah jembatan kayu sehingga sampai di tengah kota kecil itu-tempat karnaval dilangsungkan.

Gordon menarik Marie kesamping sebuah dinding batu sambil menunggu barisan prajurit dan polisi yang akan lewat didepan mereka.

"Sejak kecil aku tahu kalau Gena akan menjadi dokter" ayahnya membicarakan sepupu Marie yg kini bekerja sebagai perawat di sebuah rumah sakit ternama di Dublin.

"Kau ingat saat jatuh di selokan pada umur 6 tahun?.Dia yang menolongmu karena Ayah tak paham soal pertolongan pertama, sedangkan ibumu pergi ke pasar" lanjut ayahnya.

"Ah,Ayah!" seru Marie pura-pura cemberut.

Gordon merangkul Marie sambil membelai rambutnya,"Ayah bangga padamu,Marie"

Saat Marie akan mengatakan hal yang sama, tiba-tiba sebuah cahaya putih menyilaukan seolah-olah akan membutakan matanya,dan dentuman yang dahsyat memenuhi rongga telinganya.

Marie mencium bau hangus benda terbakar, dan mendengar jeritan banyak orang serta merasakan nyeri yang hebat pada tulang belakang dan kepalanya.

Detik-detik berlalu dengan sunyi.

Apa yang terjadi?

Dimana aku sekarang?

Lalu muncul ketakutan lain, dimana Ayah?

Marie berusaha mencari Ayahnya yang diyakini tidak jauh darinya.

"Ayah..!"Sambil menahan nyeri,ia menggapai Ayahnya.Bahu dan lengan Gordon terluka dan tidak bisa digerakkan.Namun ia sadar saat, tangan putrinya menyentuh lengannya yang terkulai.

Samar-samar ia mendengar teriakan kesakitan orang-orang,lalu ada suara yang lebih jelas yakni rintihan Marie.Ditengah rintihannya,ia meyakinkan ayahnya bahwa ia baik-baik saja.

"Ayah, Marie sayang kepada Ayah"Tiba-tiba ayahnya merasakan kedamaian ditengah rasa sakit yang menderanya.

Rupanya, yang diucapkan tadi adalah kata terakhir Marie kepada ayahnya.

Empat jam kemudian, petugas pencarian akhirnya menemukan mereka beberapa meter dibawah timbunan batu dan segera dilarikan ke Rumah Sakit.Gordon berhasil diselamatkan,tapi tidak dengan Marie.Ia meninggal di Rumah Sakit karena mengalami kerusakan parah di otak dan tulang belakang.

Siang harinya, seorang wartawan BBC datang menjenguk Gordon untuk menyampaikan rasa belasungkawa atas meninggalnya Marie.

"Sebenarnya bom itu dipasang oleh IRA (Irish Republican Army).Enam orang tewas seketika karena ledakan itu,dan puluhan orang terluka parah" jelas wartawan itu.

"Mr.Wilson, bagaimana perasaan Anda terhadap pelaku peristiwa itu?"

Dengan sorot mata yang teduh,ia berkata "Saya tidak membenci mereka.Saya tidak menyimpan dendam kepada mereka.Kata-kata yang sengit tidak akan menghidupkan Marie Wilson kembali.Saya akan berdoa agar Tuhan mengampuni mereka"

Jawaban Gordon sangat mengejutkan semua orang yang menyaksikan wawancara itu di televisi.

Hampir semua orang menduga bahwa pernyataan itulah yang akhirnya meredam emosi kelompok-kelompok militer, yang sebelumnya sangat marah atas aksi pengeboman itu.Hal itu pun mencegah diluncurkannya serangan balasan yang hanya akan menelan lebih banyak korban jiwa.

Setahun kemudian,

Gordon Wilson yang telah menjadi senator Republik Irlandia mendapat pertanyaan bagaimana ia bisa mengampuni tindakan kejam yang menghilangkan nyawa putrinya.

"Tentu saja hati saya terluka" ujar Gordon,"Saya telah kehilangan seorang putri yang sangat saya cintai, namun saya tidak menjadi marah.Ucapan terakhir putri saya membuat saya menerima anugerah Tuhan untuk mengampuni melalui kekuatan kasih sayang"

Tak bisa dipungkiri, kebahagiaan sejati adalah hak orang-orang yang berani melepaskan pengampunan dan mengasihi musuh-musuhnya.Totalitasnya dalam mengampuni pun mengubah arah hidup Gordon Wilson untuk selamanya.Sejak saat itu ia bekerja tanpa kenal lelah untuk memperjuangkan perdamaian di Irlandia Utara, hingga akhir hayatnya.


Dari buku

A CHAPTER OF HAPPINESS

ADA YANG LEBIH HEBAT

 “π‘Ίπ’†π’ƒπ’‚π’Šπ’Œ-π’ƒπ’‚π’Šπ’Œ π’Žπ’‚π’π’–π’”π’Šπ’‚ 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 π’šπ’‚π’π’ˆ π’‘π’‚π’π’Šπ’π’ˆ π’ƒπ’†π’“π’Žπ’‚π’π’‡π’‚π’‚π’• π’ƒπ’‚π’ˆπ’Š π’π’“π’‚π’π’ˆ π’π’‚π’Šπ’.”  (Hadits Riway...