Senin, 24 Oktober 2022

PERBEDAAN HATI

 

Thich Quang Do, mengenakan pakaian cokelat pertapa Buddha Vietnam, menyambut hangat tamunya. Rezim komunis Vietnam beberapa kali memenjarakannya. la hanya dapat menerima telpon masuk.

"Engkau bahagia sekali," komentar jurnalis yang mewawancarainya.

"Mereka tidak dapat memenjarakan pikiranku. Aku mengatupkan mataku dan pikiranku terbang kemana pun aku menghendakinya."

"Mengapa engkau sedemikian peduli dengan rakyat?" 

Thich Quang Do hening sejenak untuk merangkai pikirannya.

"Aku seorang pertapa Buddha. Aku peduli dengan kebahagiaan rakyat Vietnam."

"Banyak pertapa bungkam. Engkau bersuara," tanggap jurnalis.

"Perbedaannya pada hati yang berbela rasa.Kebanyakan berpikir tentang kebahagiaan tubuhnya sendiri. Mereka jarang berpikir tentang kebahagiaan dan penderitaan sesamanya."

"Agama Buddha memiliki tradisi bela rasa, hormat akan hak asasi manusia, dan kebebasan. Rezim komunis melucuti perasaan relijius dari pikiran rakyat. Mereka merampas Pagoda dan menjadikannya gudang beras dan pupuk, bahkan kandang ayam."

"Namun mereka gagal menghancurkannya," ujar jurnalis.

"Rezim tidak dapat melakukan segala yang disukainya, meskipun mengira dapat melakukannya."[]


"๐Œ๐ž๐ง๐ ๐š๐ฉ๐š ๐ฌ๐š๐ฒ๐š ๐ก๐š๐ซ๐ฎ๐ฌ ๐ฉ๐ž๐๐ฎ๐ฅ๐ข ๐ค๐ž๐ญ๐ข๐ค๐š ๐ญ๐ข๐๐š๐ค ๐š๐๐š ๐จ๐ซ๐š๐ง๐  ๐ฅ๐š๐ข๐ง ๐ฒ๐š๐ง๐  ๐ฉ๐ž๐๐ฎ๐ฅ๐ข? ๐”๐ง๐ญ๐ฎ๐ค ๐š๐ฅ๐š๐ฌ๐š๐ง ๐ฌ๐ž๐๐ž๐ซ๐ก๐š๐ง๐š ๐›๐š๐ก๐ฐ๐š ๐ฐ๐š๐ค๐ญ๐ฎ ๐ฉ๐š๐ฅ๐ข๐ง๐  ๐ค๐ซ๐ข๐ญ๐ข๐ฌ ๐ฎ๐ง๐ญ๐ฎ๐ค ๐ฉ๐ž๐๐ฎ๐ฅ๐ข ๐š๐๐š๐ฅ๐š๐ก ๐ค๐ž๐ญ๐ข๐ค๐š ๐ญ๐ข๐๐š๐ค ๐š๐๐š ๐จ๐ซ๐š๐ง๐  ๐ฅ๐š๐ข๐ง ๐ฒ๐š๐ง๐  ๐ฆ๐ž๐ฅ๐š๐ค๐ฎ๐ค๐š๐ง๐ง๐ฒ๐š." 

(Craig D. Lounsbrough)


Dari buku

"JUST FOR YOU "

๐๐„๐‘๐๐ˆ๐Š๐ˆ๐‘ ๐†๐€๐†๐€๐‹

"๐•ถ๐–†๐–‘๐–†๐–š ๐–๐–Ž๐–™๐–† ๐–™๐–Ž๐–‰๐–†๐– ๐–‡๐–Ž๐–˜๐–† ๐–’๐–Š๐–“๐–Œ๐–š๐–†๐–˜๐–†๐–Ž ๐–‰๐–Ž๐–—๐–Ž, ๐–๐–Ž๐–™๐–† ๐–†๐–๐–†๐–“ ๐–‰๐–Ž๐–๐–š๐–†๐–˜๐–†๐–Ž ๐–”๐–‘๐–Š๐– ๐–‡๐–Š๐–—๐–‡๐–†๐–Œ๐–†๐–Ž ๐–๐–†๐–‘"

Mรฉdiocre adalah pribadi yang berpikir sangat sederhana, tidak punya target, bertindak biasa-biasa saja, mencari aman.

Kebalikan dengan Achiever adalah pribadi yang ingin mencapai lebih, berprestasi, memiliki impian dan sasaran jelas, punya keinginan kuat untuk maju, tidak puas dengan keadaan sekarang, mengalahkan kesulitan untuk meraih sesuatu.


Karl Wallenda adalah artis pejalan di atas tali yang sangat terkenal kehebatannya. Namun, keahlian itu juga yang menewaskan dirinya. Wallenda meninggal pada 22 Maret 1978 karena tergelincir dari tali kabel setinggi 22,5 meter di puncak kota San Juan, Puerto Rico. 

Banyak spekulasi beredar akan tragedi itu, bahwa kegagalannya pasti karena tiupan angin kencang menghempasnya jatuh. Ada juga yang katakan cuaca dingin saat itu, telah melicinkan bentangan tali yang dilaluinya.

Isteri Wallenda, Helen Kreis, mengatakan pertunjukkan terakhir almarhum suaminya itu mungkin memang pertunjukkan yang paling berbahaya sepanjang kariernya. Namun, inilah untuk pertama kalinya suaminya berpikir tentang jatuh. "yang dipikirkan Karl selama tiga bulan terus-menerus hanyalah tentang jatuh. Padahal selama ini hal tersebut tidak pernah terlintas di pikirannya. Karl sepertinya mengerahkan seluruh tenaganya untuk tidak jatuh dan bukan untuk berjalan di atas tali, " tutur Ny. Wallenda.


Ketika Karl berkonsentrasi agar tidak jatuh dan bukan untuk berjalan di atas tali, sesungguhnya ia sudah ditakdirkan untuk gagal.


Inilah yang kerap menjadi gaya pemikiran seorang mediocre, yaitu terlalu takut, memikirkan kegagalan, dan membayangkan hal-hal buruk. Mereka bukannya memusatkan perhatian dan pikiran pada hal-hal yang dinginkan, tetapi malah memilih mengisi otaknya dengan hal-hal yang sebenarnya tak ingin dialami. Dan ternyata apa yang ia takutilah yang menimpanya.

 

Seorang achiever mengerti bahwa pencapaian dimulai dari pikiran. Bila di dalam pikiran kita saja sudah tidak benar, merasa kalah, merasa tidak mampu berbuat banyak, cepat atau lambat dunia seolah memenuhi keinginan pikiran kita tersebut. Oleh sebab itu, seorang achiever selalu berupaya mengelola pikirannya. la masukkan ke dalam otaknya sesuatu yang baik, yang benar, yang positif, dan yang membangkitkan semangat hidup karena ia yakin bila ia memberi input yang baik, output-nya pun tidak akan jauh berbeda dengan apa yang dimasukkan.[]


"๐˜’๐˜ฆ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ฉ๐˜ข๐˜จ๐˜ช๐˜ข๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ต๐˜ช๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ณ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ต๐˜ถ๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ข๐˜ต๐˜ข๐˜ถ ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ต๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ช, ๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ถ๐˜ฏ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ต๐˜ข-๐˜ฎ๐˜ข๐˜ต๐˜ข ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ณ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ต๐˜ถ๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข ๐˜ฑ๐˜ช๐˜ฌ๐˜ช๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ"

(Dale Carnegie)


Dari buku

"Of You Believe You Can Achieve"



Minggu, 23 Oktober 2022

MENGHIDUPKAN VISI


 "Setiap pria dan wanita sukses adalah pemimpi-pemimpi besar. Mereka berimajinasi tentang masa depan mereka, berbuat sebaik mungkin dalam setiap hal, dan bekerja setiap hari menuju visi jauh ke depan yang menjadi tujuan mereka"

(Brian Tracy)


Ada dua orang kakak beradik yang hidup di sebuah dusun bersama seorang ayah mereka. Pada suatu hari, sang ayah memanggil kedua anaknya dan berkata, "Wahai anakku, nampaknya kalian semakin hari semakin bertambah dewasa. Aku ingin kedewasaan usia kalian juga diikuti oleh kedewasaan cara berpikir kalian. Oleh sebab itu, pergilah merantau ke manapun kau ingin, perkayalah hidup kalian dengan pengalaman dan jangan kembali bila kalian belum merasa cukup untuk kembali." Mendengar tutur sang ayah, kakak beradik itu saling pandang. Sang kakak tampak sangat gembira dan berkata, "Terima kasih ayah, akhirnya engkau memberiku kesempatan. Aku memang ingin merantau demi meraih cita-cita yang sudah kupendam sejak lama."


"Apa cita-citamu, Anakku?" tanya sang ayah kepada anak sulungnya dengan penasaran.


"Sederhana sekali ayah, aku hanya ingin mengenal dunia beserta isinya, kemudian memimpinnya. Aku ingin menjadi seorang raja."


"Bagus," kata sang ayah. "Kau pasti bisa berhasil jika berteguh hati untuk meraihnya." Lalu sang ayah menatap anak bungsunya dan bertanya, "Kalu apa cita-citamu, Nak?"


Sang adik menghela nafasnya dan berkata. "Aku tidak mau muluk-muluk seperti kakakku, Ayah. Sejujurnya aku belum punya cita-cita. Mungkin nanti di perjalanan aku akan menemukannya."


"Bagus," ujar sang ayah. "Kau juga pasti menjadi orang yang berhasil setelah menemukan cita-citamu."


Maka berangkatlah kedua orang kakak beradik itu meninggalkan desa dan ayah mereka. 

Waktu berlalu. 

Sang kakak terus mengejar cita-citanya untuk menjadi seorang raja. Dia terus berjuang dan tak kenal menyerah. Sementara itu sang adik belum juga menemukan cita-citanya. Dia tidak pernah puas dengan semua yang dikerjakannya. Setiap kali menemukan kesulitan pada sebuah pekerjaan, ia menyerah dan mencari pekerjaan lain yang kelihatannya jauh lebih menyenangkan. Namun ternyata memang tak ada pekerjaan yang benar-benar menyenangkan. Setiap pekerjaan memiliki kesulitan tersendiri.


Waktu terus berlalu. Suatu hari kakak beradik itu bertemu kembali di desa mereka, hendak berkumpul


kembali dengan ayah mereka. Sang ayah merasa gembira melihat kedua anaknya telah berubah dari sejak perpisahan mereka. Yang sulung telah menjadi seorang raja. Dia datang bersama kereta kencana diiringi puluhan pengawal. Sementara itu yang bungsu datang dengan sebuah buntalan kumal di pundak. Dia berjalan kaki sendirian dengan wajah yang tampak tua.


Sang ayah mengamati kedua sosok anaknya dengan tatap muka penasaran. Dia meminta kedua anaknya menuturkan pengalaman mereka masing-masing selama mengembara.


Setelah mendengarkan kisah keduanya, sang ayah tersenyum gembira. "Akhirnya kalian berdua sama-sama berhasil,"ujarnya. "Anak pertamaku, kau telah berhasil mewujudkan cita-citamu menjadi seorang raja. Dan kau, anak keduaku, kau telah berhasil mendapat pengalaman hidup bahwa jika kau tak punya cita-cita yang kaupegang teguh secara konsisten maka kau tak akan mencapai apa-apa."[]


Hidup tanpa visi ibarat berlayar tanpa tahu pelabuhan mana yang kau tuju. Sedikit saja ada angin meliukkan perahumu, kau ikut mengayuh dan tanpa sadar terdampar di sebuah pulau asing yang mengerikan.




Dari buku

"NEVER GIVE UP"

REAKSI KESETIMBANGAN SEDIH SENANG

 

Pada saat air dipanaskan dalam panci tertutup,uap air terhalang oleh tutup panci sehingga uap air tadi mengembun dan jatuh lagi kembali menjadi air.

Terjadi proses perubahan air--uap--embun-- dan kembali ke air pada saat yang bersamaan.Inilah yang disebut dengan reaksi kesetimbangan.

Pada saat air menguap dan kehilangan sebagian massanya,embun yang jatuh dari tutup panci menambah air dalam panci, sehingga massa air sebenarnya tidak berubah...

Pada saat kehilangan, sebenarnya kita juga sedang mendapat kesenangan, demikian pula saat kita mendapat kesenangan, hanya saja bentuk, waktu dan caranya terkadang yang tidak kita pahami. Saat kita rutin dan bosan bekerja,kita kehilangan kreativitas dan tantangan.

Pada saat kita mendapat limpahan harta kekayaan berlebihan, maka kita akan kehilangan rasa aman. Saat kita menjadi sosok yang populer, maka privasi kita juga tersita.

Sebaliknya, jika kita mendapat pekerjaan yang penuh dengan tantangan dan kreativitas, kita akan kehilangan suasana yang membosankan di zona aman. Bila ingin privasi kita tak terganggu, buanglah kepopuleran, membaurlah dengan orang kebanyakan.


Steve Job adalah pendiri Apple Inc. Namun setelah Apple membesar, justru ia dipecat dengan alasan berbeda visi dengan rekannya yang dianggap lebih kompeten. Jobs merasa terpukul, dipecat dan dipermalukan. Sebuah kehilangan besar.Jobs memutuskan untuk mulai lagi dari awal dengan mendirikan NeXT computer dan perusahaan film animasi Pixar. Selama lima tahun berkreasi, akhirnya ia membuat film Toy Story, sebuah film pertama dan tersukses di dunia animasi.

Sebaliknya, sepeninggal Jobs, Apple justru diambang kebangkrutan. Aplle kemudian mengakuisisi NeXT. Kembalinya Jobs ternyata dapat mengangkat kembali Apple ke jajaran produsen alat teknologi papan atas, sekaligus mematahkan dominasi Bill Gates dengan Microsoftnya.

Steve Jobs telah membuktikan, dengan kehilangan pekerjaan justru mendatangkan kesempatan untuk jauh lebih berkembang. Ia telah menyambut tantangan dan menjawabnya dengan gilang gemilang. Seandainya Jobs tidak dipecat,mungkin ia tidak sukses seperti sekarang.


Senang--sedih, memberi--menerima , anugerah--bencana pada dasarnya adalah relatif belaka.Bergantung sudut pandang kita melihat...


Ditulis kembali dari buku

MOBIL MOGOK ANGGOTA DEWAN

Selasa, 18 Oktober 2022

KENAPA JADI PENYIAR?


Secara anatomis sudah nampak. Otak letaknya lebih tinggi dibandingkan dengan hati. Otak terlindung dalam tengkorak yang sangat keras, hati berada disekitar perut diantara tulang² yang memagarinya. Dari keadaan ini terlihat bahwa pikiran lah yang mengendalikan perasaan. Penerimaan penyiar radio tidak seketat seperti seleksi penyiar televisi.Di stasiun Radio pun tak tersedia fasilitas periasan untuk penyiarnya. Setiap siaran, suara yg terdengar dari penyiar nya selalu dalam 'mood' yang baik. Apa benar demikian? Suatu ketika, seorang penyiar radio dalam keadaan yang tidak menyenangkan hatinya,namun begitu berhadapan dengan mikrofon, dia langsung berbicara dengan riang sehingga suaranya terdengar ke seluruh penjuru. Saat ditanyakan mengapa dia bisa secepat itu mengubah suasana hatinya,dia menjawab "suara saya akan didengarkan banyak orang,kalau suasana hati saya tidak baik, maka itu akan mempengaruhi suara saya, dan pendengar akan tidak menyukai saya lagi. Kalau pendengar tidak menyukai saya,maka suasana hati saya akan bertambah buruk lagi". Rupanya penyiar tadi mempunyai otak yang mengendalikan hati, pikiran yang mengendalikan perasaan sehingga apapun situasi buruk yang menimpa,maka perlu mengendalikan sikap supaya tidak semakin buruk.Terutama kalau sampai menyalahkan orang lain. 

Jadi.....kenapa kita tidak jadi penyiar?


Disederhanakan dari buku 

LITTLE NOTES FOR BIG SUCCESS

๐—•๐—˜๐—Ÿ๐—”๐—๐—”๐—ฅ ๐— ๐—˜๐— ๐—”๐—ก๐—”๐—›


 "๐™ฐ๐š—๐š๐šŠ ๐š‘๐šŠ๐š›๐šž๐šœ ๐š”๐šŽ๐š™๐šŠ๐š๐šŠ ๐š๐š’๐š›๐š’ ๐šœ๐šŽ๐š—๐š๐š’๐š›๐š’ ๐š”๐šŽ๐š๐š’๐š”๐šŠ ๐š˜๐š›๐šŠ๐š—๐š ๐š•๐šŠ๐š’๐š— ๐š๐š’๐š๐šŠ๐š” ๐š–๐šŽ๐š–๐šŽ๐š›๐šŒ๐šŠ๐šข๐šŠ๐š’๐š—๐šข๐šŠ.๐™ธ๐š๐šž๐š•๐šŠ๐š‘ ๐šœ๐šŽ๐š‹๐šŽ๐š—๐šŠ๐š›๐š—๐šข๐šŠ ๐š”๐šž๐š—๐šŒ๐š’ ๐š”๐šŽ๐š‹๐šŽ๐š›๐š‘๐šŠ๐šœ๐š’๐š•๐šŠ๐š— ๐šข๐šŠ๐š—๐š ๐š–๐šŽ๐š—๐š“๐šŠ๐š๐š’๐š”๐šŠ๐š— ๐š๐š’๐š›๐š’๐š–๐šž ๐šœ๐šŽ๐š‹๐šŠ๐š๐šŠ๐š’ ๐šœ๐šŽ๐š˜๐š›๐šŠ๐š—๐š ๐š™๐šŽ๐š–๐šŽ๐š—๐šŠ๐š—๐š"

(Venus Williams)


Dikisahkan ketika sedang berjalan-jalan di tepi pantai, Guru Zen Haideng melihat seorang wanita dan putranya yang berusia sekitar 10 tahun. Guru Zen melihat wanita itu dengan sabar membimbing anaknya memanah sasaran sebuah botol kaca yang berjarak sekitar lima meter. Sang guru melihat bidikan anak yang menggunakan anak panah itu selalu meleset jauh dari sasaran. Dalam hati ia membatin, "Payah sekali tekniknya memanah!"

Guru Zen tak sabar dan ingin segera mengajari anak itu teknik memanah sasaran dengan tepat. "Maaf Bu, kalau boleh saya ingin mengajari anak Ibu teknik memanah dengan tepat," kata Guru dengan Zen sopan. Anak itu berhenti membidik, tetapi matanya tetap fokus pada sasaran. Sedangkan ibunya berkata, "Terimakasih atas kebaikan Guru, tetapi, biar saya saja yang mengajarinya karena ia tidak dapat melihat."

Guru Zen terkejut, tetapi segera dapat mengendalikan diri. Ia buru-buru minta maaf. "Maafkan saya. Saya benar-benar tidak tahu. Tapi, kalau boleh saya tahu kenapa dia ingin belajar memanah?" tanya sang guru.

"Karena anak yang lain juga bisa melakukannya, "jawab sang ibu optimis.

"Tapi, bagaimana ia dapat membidik sasaran?" tanya Guru Zen.

Wanita itu menjelaskan, "Saya hanya meyakinkan anak saya bahwa dia pasti berhasil membidik sasaran dengan tepat asal tidak berhenti berlatih. Jadi, kuncinya adalah memulainya."

Guru Zen menyaksikan ketekunan anak kecil itu menyesuaikan posisi dengan sasaran yang akan ia bidik. Sementara sang ibu dengan sabar memberikan dukungan dan mengumpulkan anak panah di sampingnya. Guru Zen kemudian memutuskan pulang ketika hari beranjak senja. Sesaat setelah pamit dan meninggalkan pasangan ibu dan anak itu, sang guru mendengar suara botol pecah terkena anak panah di belakang punggungnya.[]

"๐‘บ๐’†๐’ƒ๐’–๐’‚๐’‰ ๐’•๐’‚๐’Œ๐’…๐’Š๐’“ ๐’Ž๐’–๐’๐’ˆ๐’Œ๐’Š๐’ ๐’•๐’Š๐’…๐’‚๐’Œ ๐’ƒ๐’Š๐’”๐’‚ ๐’…๐’Š๐’–๐’ƒ๐’‚๐’‰, ๐’๐’‚๐’Ž๐’–๐’ ๐’‰๐’‚๐’ ๐’Š๐’•๐’– ๐’ƒ๐’Š๐’”๐’‚ ๐’…๐’Š๐’‹๐’‚๐’…๐’Š๐’Œ๐’‚๐’ ๐’”๐’†๐’ƒ๐’‚๐’ˆ๐’‚๐’Š ๐’”๐’–๐’Ž๐’ƒ๐’†๐’“ ๐’”๐’†๐’Ž๐’‚๐’๐’ˆ๐’‚๐’• ๐’–๐’๐’•๐’–๐’Œ ๐’ƒ๐’†๐’“๐’๐’‚๐’•๐’Š๐’‰ ๐’‚๐’ˆ๐’‚๐’“ ๐’Ž๐’†๐’๐’‹๐’‚๐’…๐’Š ๐’Ž๐’‚๐’๐’–๐’”๐’Š๐’‚ ๐’š๐’‚๐’๐’ˆ ๐’Ž๐’†๐’Ž๐’Š๐’๐’Š๐’Œ๐’Š ๐’๐’Š๐’๐’‚๐’Š ๐’๐’†๐’ƒ๐’Š๐’‰ ๐’…๐’Š๐’ƒ๐’‚๐’๐’…๐’Š๐’๐’ˆ๐’Œ๐’‚๐’ ๐’…๐’†๐’๐’ˆ๐’‚๐’ ๐’š๐’‚๐’๐’ˆ ๐’๐’‚๐’Š๐’"


Dari buku

"Unleash Your Inner Power with Zen" 50 Kisah Zen untuk memaksimalkan Potensi Diri

Senin, 17 Oktober 2022

SAMURAI TAK PERNAH BERHENTI BELAJAR


 Seorang yang pernah menjadi Samurai berkata:

"๐‘ฒ๐’Š๐’•๐’‚ ๐’Ž๐’†๐’๐’†๐’Ž๐’–๐’Œ๐’‚๐’ ๐’ƒ๐’†๐’“๐’ƒ๐’‚๐’ˆ๐’‚๐’Š ๐’•๐’Š๐’๐’ˆ๐’Œ๐’‚๐’•๐’‚๐’ ๐’Œ๐’†๐’•๐’†๐’“๐’‚๐’Ž๐’‘๐’Š๐’๐’‚๐’ ๐’…๐’Š ๐’”๐’†๐’‘๐’‚๐’๐’‹๐’‚๐’๐’ˆ ๐’Œ๐’†๐’‰๐’Š๐’…๐’–๐’‘๐’‚๐’ ๐’Œ๐’Š๐’•๐’‚. ๐‘ท๐’‚๐’…๐’‚ ๐’•๐’Š๐’๐’ˆ๐’Œ๐’‚๐’• ๐’‚๐’˜๐’‚๐’, ๐’ƒ๐’‚๐’ˆ๐’Š ๐’๐’“๐’‚๐’๐’ˆ ๐’…๐’‚๐’ ๐’…๐’Š๐’“๐’Š ๐’Œ๐’Š๐’•๐’‚ ๐’”๐’†๐’๐’…๐’Š๐’“๐’Š ๐’ƒ๐’‚๐’‰๐’˜๐’‚ ๐’Œ๐’Š๐’•๐’‚ ๐’ƒ๐’–๐’“๐’–๐’Œ ๐’”๐’†๐’Œ๐’‚๐’๐’Š. ๐‘ฐ๐’๐’Š ๐’Œ๐’‚๐’“๐’†๐’๐’‚ ๐’Œ๐’Š๐’•๐’‚ ๐’ƒ๐’‚๐’“๐’– ๐’Ž๐’–๐’๐’‚๐’Š ๐’Ž๐’†๐’๐’†๐’Ž๐’‘๐’–๐’‰ ๐’‹๐’‚๐’๐’‚๐’ ๐’…๐’‚๐’ ๐’ƒ๐’†๐’๐’–๐’Ž ๐’ƒ๐’†๐’๐’‚๐’‹๐’‚๐’“ ๐’ƒ๐’‚๐’๐’š๐’‚๐’Œ. ๐‘ท๐’‚๐’…๐’‚ ๐’•๐’Š๐’•๐’Š๐’Œ ๐’Š๐’๐’Š ๐’Œ๐’Š๐’•๐’‚ ๐’ƒ๐’†๐’๐’–๐’Ž ๐’ƒ๐’Š๐’”๐’‚ ๐’‚๐’‘๐’‚-๐’‚๐’‘๐’‚, ๐’•๐’‚๐’‘๐’Š ๐’Œ๐’Š๐’•๐’‚ ๐’•๐’†๐’๐’ˆ๐’‚๐’‰ ๐’ƒ๐’†๐’๐’‚๐’‹๐’‚๐’“.

"๐‘ต๐’‚๐’๐’•๐’Š๐’๐’š๐’‚, ๐’”๐’†๐’•๐’†๐’๐’‚๐’‰ ๐’Œ๐’Š๐’•๐’‚ ๐’Ž๐’†๐’Ž๐’‘๐’†๐’๐’‚๐’‹๐’‚๐’“๐’Š ๐’”๐’†๐’…๐’Š๐’Œ๐’Š๐’• ๐’Œ๐’†๐’•๐’†๐’“๐’‚๐’Ž๐’‘๐’Š๐’๐’‚๐’, ๐’Œ๐’Š๐’•๐’‚ ๐’Ž๐’‚๐’”๐’Š๐’‰ ๐’ƒ๐’†๐’๐’–๐’Ž ๐’ƒ๐’Š๐’”๐’‚ ๐’Ž๐’†๐’Ž๐’‘๐’“๐’‚๐’Œ๐’•๐’†๐’Œ๐’Œ๐’‚๐’๐’๐’š๐’‚, ๐’๐’‚๐’Ž๐’–๐’ ๐’Œ๐’Š๐’•๐’‚ ๐’Ž๐’–๐’๐’‚๐’Š ๐’ƒ๐’†๐’๐’‚๐’‹๐’‚๐’“ ๐’Ž๐’†๐’๐’Š๐’‰๐’‚๐’• ๐’Œ๐’†๐’๐’†๐’Ž๐’‚๐’‰๐’‚๐’-๐’Œ๐’†๐’๐’†๐’Ž๐’‚๐’‰๐’‚๐’ ๐’Œ๐’Š๐’•๐’‚ ๐’…๐’‚๐’ ๐’‹๐’–๐’ˆ๐’‚ ๐’Œ๐’†๐’๐’†๐’Ž๐’‚๐’‰๐’‚๐’-๐’Œ๐’†๐’๐’†๐’Ž๐’‚๐’‰๐’‚๐’ ๐’๐’“๐’‚๐’๐’ˆ ๐’๐’‚๐’Š๐’.

"๐‘ซ๐’Š ๐’•๐’Š๐’๐’ˆ๐’Œ๐’‚๐’• ๐’”๐’†๐’๐’‚๐’๐’‹๐’–๐’•๐’๐’š๐’‚, ๐’Œ๐’Š๐’•๐’‚ ๐’•๐’†๐’๐’‚๐’‰ ๐’Ž๐’†๐’๐’ˆ๐’–๐’‚๐’”๐’‚๐’Š ๐’ƒ๐’†๐’ƒ๐’†๐’“๐’‚๐’‘๐’‚ ๐’‰๐’‚๐’ ๐’š๐’‚๐’๐’ˆ ๐’๐’‚๐’Š๐’ ๐’…๐’‚๐’ ๐’Š๐’๐’ˆ๐’Š๐’ ๐’Ž๐’†๐’๐’๐’๐’๐’๐’ˆ ๐’Ž๐’†๐’“๐’†๐’Œ๐’‚. ๐‘ซ๐’Š๐’”๐’Š๐’๐’Š ๐’Œ๐’Š๐’•๐’‚ ๐’Ž๐’–๐’๐’‚๐’Š ๐’Ž๐’†๐’๐’‹๐’‚๐’…๐’Š ๐’๐’“๐’‚๐’๐’ˆ ๐’š๐’‚๐’๐’ˆ ๐’ƒ๐’†๐’“๐’ˆ๐’–๐’๐’‚.

"๐‘ท๐’‚๐’…๐’‚ ๐’•๐’Š๐’๐’ˆ๐’Œ๐’‚๐’• ๐’•๐’†๐’“๐’•๐’Š๐’๐’ˆ๐’ˆ๐’Š, ๐’๐’“๐’‚๐’๐’ˆ ๐’๐’‚๐’Ž๐’‘๐’‚๐’Œ๐’๐’š๐’‚ ๐’•๐’Š๐’…๐’‚๐’Œ ๐’•๐’‚๐’‰๐’– ๐’‚๐’‘๐’‚-๐’‚๐’‘๐’‚, ๐’Œ๐’‚๐’“๐’†๐’๐’‚ ๐’”๐’†๐’ˆ๐’‚๐’๐’‚ ๐’”๐’†๐’”๐’–๐’‚๐’•๐’– ๐’š๐’‚๐’๐’ˆ ๐’Š๐’‚ ๐’๐’‚๐’Œ๐’–๐’Œ๐’‚๐’ ๐’”๐’†๐’‘๐’†๐’“๐’•๐’Š๐’๐’š๐’‚ ๐’•๐’Š๐’…๐’‚๐’Œ ๐’Ž๐’†๐’Ž๐’†๐’“๐’๐’–๐’Œ๐’‚๐’ ๐’–๐’‘๐’‚๐’š๐’‚ ๐’”๐’†๐’…๐’Š๐’Œ๐’Š๐’•๐’‘๐’–๐’. ๐‘ซ๐’Š๐’”๐’Š๐’๐’Š๐’๐’‚๐’‰ ๐’Œ๐’Š๐’•๐’‚ ๐’ƒ๐’†๐’“๐’–๐’‘๐’‚๐’š๐’‚ ๐’Œ๐’†๐’“๐’‚๐’” ๐’•๐’Š๐’‚๐’‘ ๐’‰๐’‚๐’“๐’Š ๐’–๐’๐’•๐’–๐’Œ ๐’Ž๐’†๐’๐’Š๐’๐’ˆ๐’Œ๐’‚๐’•๐’Œ๐’‚๐’ ๐’Œ๐’–๐’‚๐’๐’Š๐’•๐’‚๐’”, ๐’…๐’‚๐’ ๐’”๐’†๐’Ž๐’‚๐’Œ๐’Š๐’ ๐’ƒ๐’‚๐’๐’š๐’‚๐’Œ ๐’Œ๐’Š๐’•๐’‚ ๐’ƒ๐’†๐’๐’‚๐’‹๐’‚๐’“, ๐’Œ๐’Š๐’•๐’‚ ๐’”๐’†๐’Ž๐’‚๐’Œ๐’Š๐’ ๐’Ž๐’†๐’๐’š๐’‚๐’…๐’‚๐’“๐’Š ๐’ƒ๐’‚๐’‰๐’˜๐’‚ ๐’Œ๐’Š๐’•๐’‚ ๐’•๐’Š๐’…๐’‚๐’Œ ๐’•๐’‚๐’‰๐’– ๐’‚๐’‘๐’‚-๐’‚๐’‘๐’‚"

Yagyu Sensei mengatakan :"๐‘ซ๐’Š ๐’”๐’†๐’‘๐’‚๐’๐’‹๐’‚๐’๐’ˆ ๐’‘๐’†๐’Ž๐’ƒ๐’†๐’๐’‚๐’‹๐’‚๐’“๐’‚๐’, ๐’”๐’‚๐’š๐’‚ ๐’•๐’Š๐’…๐’‚๐’Œ ๐’‘๐’†๐’“๐’๐’‚๐’‰ ๐’ƒ๐’†๐’๐’‚๐’‹๐’‚๐’“ ๐’Ž๐’†๐’๐’ˆ๐’‚๐’๐’‚๐’‰๐’Œ๐’‚๐’ ๐’๐’“๐’‚๐’๐’ˆ ๐’๐’‚๐’Š๐’, ๐’•๐’†๐’•๐’‚๐’‘๐’Š ๐’…๐’Š ๐’•๐’Š๐’๐’ˆ๐’Œ๐’‚๐’• ๐’•๐’†๐’“๐’•๐’Š๐’๐’ˆ๐’ˆ๐’Š, ๐’”๐’‚๐’š๐’‚ ๐’Ž๐’†๐’Ž๐’‚๐’‰๐’‚๐’Ž๐’Š ๐’ƒ๐’‚๐’ˆ๐’‚๐’Š๐’Ž๐’‚๐’๐’‚ ๐’Ž๐’†๐’๐’ˆ๐’‚๐’๐’‚๐’‰๐’Œ๐’‚๐’ ๐’…๐’Š๐’“๐’Š ๐’”๐’‚๐’š๐’‚ ๐’”๐’†๐’๐’…๐’Š๐’“๐’Š"[]


๐™ฑ๐šŽ๐š›๐šž๐šœ๐šŠ๐š‘๐šŠ๐š•๐šŠ๐š‘ ๐šœ๐šŽ๐š•๐šŠ๐š•๐šž ๐š–๐šŠ๐š“๐šž.๐™ฑ๐šŽ๐š›๐š“๐šž๐šŠ๐š—๐š๐š•๐šŠ๐š‘ ๐š๐šŽ๐š–๐š’ ๐š–๐šŽ๐š—๐šŒ๐šŠ๐š™๐šŠ๐š’ ๐š™๐šŽ๐š—๐šŒ๐šŽ๐š›๐šŠ๐š‘๐šŠ๐š— ๐šข๐šŠ๐š—๐š ๐š•๐šŽ๐š‹๐š’๐š‘ ๐š๐š’๐š—๐š๐š๐š’ ๐šœ๐šŽ๐š๐š’๐šŠ๐š™ ๐š‘๐šŠ๐š›๐š’๐š—๐šข๐šŠ ๐š–๐šŽ๐š›๐šŽ๐š”๐šŠ

๐™น๐šŠ๐š—๐š๐šŠ๐š— ๐š™๐šŽ๐š›๐š—๐šŠ๐š‘ ๐š‹๐šŽ๐š›๐š‘๐šŽ๐š—๐š๐š’.


Dari buku

HAGAKURE

The Wisdom of Samurai

ADA YANG LEBIH HEBAT

 “๐‘บ๐’†๐’ƒ๐’‚๐’Š๐’Œ-๐’ƒ๐’‚๐’Š๐’Œ ๐’Ž๐’‚๐’๐’–๐’”๐’Š๐’‚ ๐’‚๐’…๐’‚๐’๐’‚๐’‰ ๐’š๐’‚๐’๐’ˆ ๐’‘๐’‚๐’๐’Š๐’๐’ˆ ๐’ƒ๐’†๐’“๐’Ž๐’‚๐’๐’‡๐’‚๐’‚๐’• ๐’ƒ๐’‚๐’ˆ๐’Š ๐’๐’“๐’‚๐’๐’ˆ ๐’๐’‚๐’Š๐’.”  (Hadits Riway...